Share

Sebuah Penolakan

Setelah pulang dari kota, Atika merebahkan tubuh, moleknya disofa rumahnya. Sembari menatap langit-langit rumahnya yang sudah selesai sempurna. Ia teringat kepada Dimas. Selama ini ia selalu pandai menyembunyikan rasa sakitnya saat kehilangan Dimas. Namun ia bukan wanita yang terlalu kuat, saat malam hari tiba ia juga sering menangis, dan teringat kepada Dimas. Apalagi saat terahir Dimas menghembuskan nafas terakhirnya dirumah lamanya, dengan cara teragis.

"Andai saja kamu masih ada nak! kamu sudah bahagia sekarang. Kamu anak baik, dan layak mendapat kasih sayang lebih." Lirih Atika. Tidak terasa buliran beningpun ikut serta menemani kesedihannya.

Dari ujung pintu, Diwan menatap kesedihan Atika. Ia sedikit binggung, kenapa Atika pulang-pulang menangis. "Kamu baik-baik saja?" Tanya Diwan.

"Eh, aku baik-baik saja Mas. Kamu nggak kerja?" Atika mencoba menyapu buliran beningnya.

"Aku barusan dapet telepon dari kantor. Katanya aku diliburkan 2 hari ini." Ucap Diwan.

"Ooh, kamu sudah makan?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status