Share

Balasan Orang baik

Penulis: Lesta lesta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kamu nggak ikut mandikan Dini?" Tanya Ningsih.

"Nggak, ah. Jijik aku." Ucap Atika. Sebetulnya bukanya jijik. Ia hanya malas saja. Bila melihat zenazah Dini.

"Jangan gitulah. Diakan sudah nggak ada. Kalau nggak kita, yang mandikan siapa lagi?"

"Kalian sajalah! aku males." Jawab Atika. Ia malah pergi begitu saja.

"Atika! Kamu nggak ikut kedalam?" Tanya Diwan.

"Nggak," Jawab Atika datar. Ia berusaha mencoba menghindar dari Diwan.

"Tunggu!" Tangan Diwan menangkap lenganya.

"Kenapa?" Atika tidak menoleh.

"Kamu kenapa berusaha terus menghindar?" Akhirnya Diwan buka mulut.

"Maaf Wan! jangan seperti ini. Malu dilihat orang." Akhirnya Atika berani menoleh, kearah Diwan.

"Aku cuma tanya! kenapa kamu menghindar? aku punya salah?"

"Nggak apa-apa. Aku cuma nggak mau menjadi perusak hubungan orang!"

"Sudahlah. Nanti aku jelaskan. Sekarang bukan waktu, yang tepat," Ucap Diwan.

Atika berusaha menelan Salvianya. Ada perasaan, yang tidak dapat dibendung disana. Tapi ia sadar ia bukan tipe Diwan.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Saat Mulai Jaya

    "Sebulan kemudian""Lihat Atika dia udah beli bahan bangunan. Uang dari mana ya?" Nyinyir Mirna. Tak sengaja melihat rumah Atika sudah dipenuhi bahan-bahan bangunan."Palingan warisan," Jawab Yuni. "Atau jangan-jangan dikasih sama Diwan, suami kamu!" Ketus Mirna."Apaan sih! kok suamiku. Mana mau suamiku sama dia." Pekik Yuni."Kan kamu, yang fitnah dia kalau dia ada main sama suamimu! bisa jadi kan memang benar," Ketus Mirna."Suamiku nggak seperti itu ya, Mir," Yuni mulai kesal. Dengan ucapan Mirna."Makanya Yun. Kalau suami udah bek, jangan difitnah. Lihat sekarang kayaknya jadi kenyataan deh." Tambah Mirna lagi."Kamu kok malah nyalahin aku?" Bentak Yuni."Kamu ngapain marah sama aku? emang benar kok, yang aku bilang. Kamu sudah fitnah mereka," Pekik Mirna. Tak terima dirinya dibentak Yuni."Tapi nggak usah nyalahin aku lah. Terserah ku Mail fitnah kayak mana. Nggak ada ruginya sama kamu kan?" "Sombong. Bentar lagi pun kamu bakal dicerai sama suamimu," Ucap Mirna lagi."Plak!" S

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Terungkap nya Sebuah Pertnyataan

    "Dasar, wanita penggoda," Pagi itu Yuni tiba-tiba datang, dan memaki Atika."Maksut kamu apa?" Pekik Atika. Ia, yang sedang mengawasi para tukang, yang sedang merenovasi rumahnya terkejut."Kamu kan, yang menghasut suamiku? sampai dia mau mencwraikanku!" Pekik Yuni. "Menggoda? aku ini cuma wanita lusuh, dan nggak cantik sepertimu. Ngapain aku menggoda?" Pekik Atika. Memang nyatanya Yuni lebih cantik dibanding dirinya, yang hanya wanita berdaster."Jelas aku memang cantik, dan kamu masih kalah jauh. Tapi aku yakin, kamu sudah menghasut suamiku.""Cukup ya, Yun. Selama ini kamu menghinaku aku diam, dan nggak pernah melawan. Kok kamu sekarang malah menuduhku lagi,""Jelas, lah! kamu kan dendam, denganku. Kamu marah kan karna aku sudah menghancurkanmu?" Pekiknya. "Aku memang marah! tapi aku nggak pernah menggoda suamimu. Sekarang aku mau tanya. Kenapa kamu sebenci, dan sedendam itu denganku?" Ucap Atika."Kamu mau tau kenapa Saya, dan keluarga saya membencimu?" Tiba-tiba Dela menyahut d

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Membeli Ari-Ari Bayi

    "Ibuk jadikan kerunah Dara?" Tanya Rasti. Ia Baru saja selesai dari pekerjaannya."Jadi. Kamu antar saya kesana ya!" Atika segera bersiap-siap. Mereka berjalan kaki. Karna Atika memang belum ada kendaraan. "Dirumah Dara ada siapa saja?" Tanya Atika basa-basi."Ada suami, dan ibu mertuanya saja sih Bu!" "Selain jalan ini ada jalan potongan lain nggak?" Tanya Atika lagi.Rasti agak binggung, dengan pertanyaan Atika sebenarnya. Seperti ada yang aneh."Nggak ada buk! inj jalan satu-satunya, menuju desa kami.""Begitu!" Atika terus ikut berjalan mengikuti langkah Rasti. Sampai disebuah persimpangan mereka bertemu, dengan suami Dara."Mas, Daranya dirumah ya?" Tanya Rasti."Ada dirumah. Dia mau lahiran, dan ini Mas, disuruh menjemput dukun bayi," Jawab Agus, suami Dara."Ini, Mas. Ibu ini bos kami dikerjaan. Ibu ini mau menjenguk Dara." Ucap Rasti."Ohh, kalau begitu kamu antarkan saja. Ma, mau mnyusul dukun beranak dulu." Ucap Agus. Merekapun langsung melanjutkan perjalanannya. Sampai me

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Permohonan Maaf Palsu

    "Kamu mau kemana?" Tanya Atika, saat Agus ingin masuk kedalam ruangan dimana Dara akan bersalin."Mau kedalam bu!" Jawab Agus."Kamu disini saja. Biarkan istrimu melahirkan sendiri didalam. Takutnya nanti malah nggak konsentrasi," Ucap Atika. Agus merasa aneh, saat Atika bilang seperti itu. Padahal ia hanya ingin menemani Dara istrinya, yang sedang bertaruh nyawa."Tapi saya mau menemani istri saya,""Istri kamu nggak akan kenapa-kenapa. Dia sudah ada bidan, yang menangani." Ucap Atika.Agus, hanya terdiam. Ia hanya mondar-mandir didepan pintu ruangan. Suara rintihan, serta jeritan Dara mulai terdengar, mungkin Dara akan segera lahiran.Beberapa saat menunggu, bayi dara telah lahir, dengan berjenis kelamin laki-laki. " Saya mau masuk dulu." Ucap Agus."Jangan dulu! Tunggu disini. Saya dulu, yang akan masuk," Cegah Atika."Tapi, saya mau lihat anak saya," Agus semakin dibuat binggung."Saya ada perlu sebentar," Ucap Atika lagi. Ia segera masuk kedalam, dan menanyakan soal, ari-ari it

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Kenapa Di Pecat

    "Mulai hari ini kamu saya pecat," Ucap Atika kepada Dara, yang masih terbaring diruang persalinan. Atika sengaja datang lagi, dan mengatakan hal mengejutkan itu, kepada Dara."Tapi buk! kenapa saya dipecat?" Seketika mata Dara membulat. Ia tidak habis fikir kenapa sampai dipecat, oleh Atika. Padahal sama sekali ia tidak pernah membuat kesalahan."Saya cuma nggak mau nanti setelah suamimu tau, dan kalaupun ada apa-apa dengan anakmu kamu malah menyalahkan saya." Ketus Atika sombong. Wajah Atika terlihat serius dan, sedang tidak bercanda. Ia memang tidak ingin lagi berurusan dengan Dara, atupun Suaminya."Tapi buk! saya kan sudah melakukan apa, yang ibu minta. Kenapa ibu bisa memecat saya? apa nggak bisa saya ibu pertahankan? saya masih butuh pekerjaan itu Bu!" Lirih Dara. Wajahnya terlihat kecewa, dan khawatir. Tidak disangka ternyata ia telah dijebak, oleh Atika."Kamu nggak bisa mengatur saya! Ingat ya kamu itu sudah saya kasih uang banyak. Dan ari-ari anakmu itu nggak berarti apa-ap

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Minta Bagian

    "Kamu panggil dukun bayi itu saja Mas," Ujar Dara. Ia tampak tidak tega, dan cemas karna bayinya terus menangis.",Kamu sudah gila? rumahnya itu jauh, dan menyebrang sungai. Lagian kemarin Mbah itu, sudah kamu buat kecewa. Jadi mana mungkin dia mau," Pekik Agus."Terus gimana Mas?" "Ntah, lah. Semua ini pasti gara-gara ari-arinya. Kamu keterlaluan, Mana ada bayi harus tanpa ari-ari. Kalau sampai ada apa-apa sama bayi kita, aku nggak segan-segan untuk mendatangi Bu, Atika.""Tapi, Mas? Bu Atika sudah bayar mahal. Dan ini uangnya untuk keperluan bayi kita. Kamu bisa kasih uang segini?" Pekik Dara.Agus terdiam. Memang nyata nya ia tidak mampu kerjanya saja. Cuma sebagai kuli bangunan. Gaji sehari cukup makaan 2 hari saja.Sedangkan Atika masih menghitung jumblah pemasukan uangnya, yang semakin hari bertambah banyak. Segala orderan tempahan baju tiap hari menumpuk, dan bahkan ada, yang memberikanya DP begitu besar."Sepertinya aku akan tambah anggota. Ku nggk menyangka kalau orderan baj

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Fitnah Kejam

    Malam itu Atika merasa tidak tenang, dan sangat khawatir, perasaannya tidak enak seperti ada, sesuatu yang membisikan kalau ia akan mendapat musibah."Ibuk belum tidur?" Mail yang melihat Atika, ibunya mondar-mandirpun segera menghampirinya."Kamu ngapain belum tidur?" Atika balik bertanya."Mail nggak bisa tidur buk! Mail inget bapak!" Jawab Mail."Bisa, nggak nggak usah inget bapakmu? muak ibu denger nya." Pekik Atika.Mail terdiam seketika, mendengar jawaban Atika, ibunya. "Pagi-pagi""Permisi?" Tiba-tiba bunga sudah ada didepan rumah Atika. Ternyata ia tidak lupa untuk menagih janji Atika, soal uang itu."Dasar perempuan mata duitan. Aku kira kau bakal lupa soal uang itu," Lirih Atika. Wajah Atika sangat tidak suka, saat melihat bunga. Istri dari mantan suaminya itu."Nggak usah basa-basi. Mana uangnya?" Tanya Bunga.Ucapan Bunga seketika membuat Atika tertawa, dan terpingkal-pingkal. " Kamu kira aku akan memberimu uang begitu saja!" Pekik Atika. Tanganya meraih dagu Bungga. Dita

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Menghilangkan Dua Nyawa Sekaligus

    "Tolong, jangan hakimi dia." Saya sudah ikhlas. Yang terpenting sudah tau orangnya," Ucap Agus. Ia tampak kasihan kepada Bunga."Kamu ini tolo* sekali. Sudah jelas-jelas dia melakukan, hal yang tidak manusiawi. Kalau cuma anakmu yang jadi korban nggak masalah. Gimana kalau anak kami nanti juga ikut dibuatnya seperti itu!" Pekik warga."Aku nggak salah! Aku dijebak Atika." Pekik Bunga. Dirinya sudah terpental-pental dihujami batu, dan tanah. Bahkan ditendang."Sudah, kubur dia hidup-hidup. Tidak usah dibakar. Karna kalau dibakar nanti kita, yang repot." Ucap mereka serempak."Bunga sudah mengeluarkan darah, dari jalan lahirnya. Sepertinya akibat benturan, dan tendangan, yang warga lakukan. Termasuk ibu-ibunya."Kubur saja." Pekik mereka. Setelah lubang digali, mereka mencampakan Bunga kedalam lubang itu. "Brukhh," Bunga berhasil mereka campakan kedalam lubang itu. Tubuhnya tidak berdaya sama sekali. "Jangan dibakar!" Pekik seseorang, kepada salah satu warga yang menyiram minyak tanah

Bab terbaru

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Permohonan Maaf

    "Aku kecewa sama Mama!" Pekik Yuni. Airmatanya menetes begitu derasnya."Maafkan Mama Kak. Mama terpaksa melakukan ini, karna nggak da jalan lain. Papamu pergi meninggalkan kita, mama nggak rela hidup tanpa harta Kak." Lirih Dela. Ia ingin sekali meyakinkan Yuni, agar Yuni bisa mengerti kondisinya."Sekarang aku tau, siapa dibalik pembongkaran makam Dini!" Yuni menepis tangan Dela."Maafkan Mama, Mama hanya ingin memperdaya Atika. Kamu tau, kan kalau Papamu itu lebih memilih mereka dibanding kita.""Tapi nggak harus mengorbankan Dini juga Ma!" Pekik Yuni. Ia tidak terima adiknya disakiti oleh siapapun, ia sangat menyayangi Dini adiknya."Mama tau Mama salah. Tapi Maam menyesal." Kalau Atika tidak mencari tumbal untuk Mama, maka Mama, dan kamu yang akan celaka Kak.""Maksut Mama apa sih? Yuni nggak ngerti Ma. Yuni nggak abis fikir dengan jalan pikiran Mama."Dela menunduk. Sejak awal memang ia tidak menyukai Diwan, karna Diwan itu orang yang tidak punya, dan apa adanya. "Mama nggak beg

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Terungkap

    "Sayang, sadar." Diwan mencoba membuka jemari tangan Atika yang terkepal sangat kuat. "Lepasin! lepasin saya, hahahahaa." Atika malah tertawa terpingkal-pingkal. Dan itu sangat membuat Diwan merinding, seluruh bulukuduknya naik."Siapa kamu? kenapa kamu mengusil istri saya?" Tanya Diwan lagi."Kamu tidak perlu tau siapa saya! hanya istrimulah yang tau siapa saya!" "Astaghfirullah, kamu mau saya, kasih hadiah?" Mulut Diwan mulai membacakan ayat suci Al-Quran, dan tanganya tetap memijit jari-jari Atika yang terkepal."Hahahaha," Seluruh tubuh Atika bergetar hebat, dan mengambang diatas Awang. Diwan sangat merasa panik, karna takut Atika akan terjatuh."Brukkkk," Benar saja Iblis itu menjatuhkan tubuh Atika, tepat dimeja kaca."Katakan siapa kamu? kamu jangan main-main dengan saya!" Bentak Diwan. Dilihatnya kepala Atika sedikit terluka akibat terkena sudut meja."Kasih saya tumbal yang saya mau! baru saya, akan menjawab siapa saya!" Diwan mencerna suara itu, sepertinya ia mengenali sua

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Camburu

    "Mas, aku heran deh, siapa yang bawa Mail kesana?" Ucap Atika."Mas, juga heran. Setau kita Mail nggak pernah tau jalan kerumah Daut." Jawab Diwan."Apa sih maksut Daut? ngapain dia ambil Mail?" Ucap Atika kesal."Mungkin bukan dia yang ngambil sayang. Mungkin memang Mail kesana sendiri, atau mungkin dia selama ini tau alamat Daut.""Nggak Mas. Mail nggak akan tau itu, karna memang dia nggak pernah nanyak soal bapaknya!""Lalu apa tujuan kamu sayang? setelah ini?""Biarkan saja dulu Mas. Aku yakin Daut pasti ada maksut sesuatu, dan kita nggak boleh gegabah. "Tok, tok, tok," Suara kentongan mulai berbunyi lagi dari luar. Para warga beramai-ramai membawa obor."Mereka pasti mau cari anak Ijah Mas." "Iya. Mas, tau dari pas ngelayat tadi. Tapi masa iya mereka bilang anak Ijah diculik setan kepala." Ujar Diwan. "Mereka salah faham kayaknya Mas, soalnya mereka nggak liat langsung kok. Hanya dugaan mereka saja.""Mas masih penasaran sayang." "Penasaran apa?""Penasaran sama keberadaan Mb

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Siapa Dia

    "Pak kalau boleh tau siapa yang meninggal?" Tanya Atika, saat ia keluar dari rumah pagi itu."Ijah Ti. katanya komplikasi." Ucap lelaki itu."Ijah? Ijah Istrinya Anto?" Tanya Atika kaget."Iya tadi malam, selesai lahiran ninggalnya.""Gimana dengan anaknya pak?" "Anaknya baik-baik saja. Tapi," Lelaki itu menghentikan ucapanya."Tapi kenapa pak?" Atika semakin penasara."Anaknya dicuri sama setan yang hanya kepala Ti!" Ucap Lelaki itu lagi."Setan kepala? maksutnya gimana pak?" "Tadi malam kami ribut-ribut memukul kentongan itu mencari keberadaan anak Ijah, yang dicuri setan kepala, tapi Sampai pagi ini nggak ada titik terangnya."Atika semakin heran, dan sedikit bertanya-tanya. Ia menelan ludahnya dengan sangat susah. "Terimakasih Pak." Atika langsung kembali kerumahnya."Apa ini kerjaan Mbah Rondo? aku memang sudah waktunya memberikan tumbal. Tapi kenapa Mbah Rondo melakukan ini? bukan cuma ari-ari saja yang diambilnya tapi bayinya juga. Keterlaluan Mbah Rondo!" Pekik Atika kesal.

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Mail Pergi

    Ijah terus meringkuk kesakitan diperutnya. Keringat dingin sudah mencucuri seluruh tubuhnya, Bayinya juga tidak kunjung keluar. Mbah Karsem, beserta bidan yang dipanggil Atika tampak kebinggungan, dan kawalahan."Sakit Mbah!" Pekik Ijah. Ia sedari tadi terus menjerit kesakitan. Wajar jika sakitnya dua kali lipat dibanding lahiran normal biasanya."Masih sakit sekali ya perutmu?" Tanya Mbah Karsem."Masih Mbah, ini sakit sekali dan aku nggak kuat Mbah." Lirih Ijah."Gimana ini bayinya belum mau keluar juga." Ucap Mbah Karsem. "Ayo di ejankan pelan-pelan ya Mbak. Ini pembukaannya sudah lengkap kok." Ucap bidan itu."Saya nggak bisa Mbak. Ini sakit sekali.""Ayok dikit lagi kepalanya sudah kelihatan kok," Ucap Mbah Karsem. "Semangat Jah. Kamu harus bisa, kasian anakmu, kalau kamu lemah.""Owe, owe, owe," Alhamdulilah, akhirnya lahiran juga. Bayinya sehat, perempuan." Ucap Mbah Karsem. "Bayi Ijah sangat bersih, dan putih, walupun lahir perematur namun bayinya sepertinya kuat."Kepala s

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Ternyata Sandiwara

    "Jadi kamu pernah mau diperkosa?" Diwan menyusul Atika masuk kedalam kamar mereka.Dikilitnya Atika duduk didepan cermin besar kesayangannya. "Untuk apa kamu nanyak lagi Mas? kamu masih nggak percaya juga?" "Mas, percaya kok. Mas, hanya kasihan denganmu. Sudah ditinggal kawin oleh Daut, eh malah si Anto mau melakukan itu kepada kamu. Seandainya Mas, yang jadi Daut, sudah Mas, hajar itu Anto!"Atika hanya tersenyum kecil, mendengar ucapan Diwan suaminya."Kalau Ijah nggak bekerja lagi, siapa yang akan menggantikan dia Mas?"Tanya Atika. "Sebaiknya nggak usah ada lagi pekerja dirumah ini sayang. Biarkan Mas, saja yang membantu kamu.""Nggak bisa Mas! harus ada. Kamu tau kan, kalau pekerjaan dirumah ini nggak akan ada habisnya." "Terserah kamu. Mas, ngikut apa katamu Saja. Tapi Mas, minta tolong jangan pernah berbuat seperti itu lagi. Kasian Ijah dia jadi seperti itu. Seharusnya kita bertanggung jawab atas apa yang menimpa Ijah sayang.""Aku tau Mas, aku cuma menggertak Anto saja tadi.

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Terkuaknya Cerita Lama

    "Gimana ini? kalau aku nggak ada biyaya, aku harus terima tawaran Yuni? Ahhhh, konyol sekali. Aku sudah cacat, mana mau Atika denganku walaupun hanya berpura-pura pun mungkin ia sangat jijik denganku." Ucap Daut.Ia segera meraih ponselnya, dan mencari nomor kontak Yuni yang masih tersimpan di hpnya."Ada apa?" Sahut Yuni dari sebrang, benar saja ia belum mengganti nomornya."Aku terima tawarnmu," Ucap Daut. "Kamu yakin? kenapa kamu nggak bilang dari semalam?""Aku sebetulnya nggak yakin kalau Atika mau kembali kepadaku, setelah apa yang aku perbuat Yun.""Gampang! kamu bisa perkarakan soal anakmu saja. Kamu kan masih ada anak, yang bisa kamu peralat." "Tapi, mana mungkin aku mengorbankan anakku." "Bisa saja. Asal kamu mau.""Aku akan coba Yun. Tapi setelah aku sembuh, dan keluar dari sini." Ucap Daut."Kamu harus berhasil merebut istrimu kembali, agar aku bisa mendapatkan suamiku kembali. Aku masih nggak rela mereka hianati." Lirih Yuni."Bukankah kamu sendiri yang bilang?" "Iya

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Ancaman

    "Mail, kamu kenapa nak?" Tanya Diwan. Matanya tertuju kearah Mail, yang sedang menangis dibelakang pintu dapur."Nggak papa Yah." Jawab Mail pelan. Ia tidak Berani mentap Diwan. "Astaghfirullah, kaki kamu kenapa nak?" Mata Diwan dikejutkan dengan luka lebam, disekujur betis Mail."Aw, sakit Yah," Lirih Mail, saat Diwan menyentuh betisnya."Ini siapa yang melakukanya?" Tanya Diwan serius. Ia memeluk tubuh munggil Mail.Mail terdiam, ia sangat takut untuk menjawabnya. Ia tidak mau ibunya bertengkar dengan Ayahnya karna pengaduannya."Mail jatuh Yah," Jawab Mail. Ia menundukan pandanganya."Bohong! jawab, siapa yang buat ini?" Tanya Diwan lagi. Ia sangat menyayangi Mail, ia tidak rela jika Mail disentuh oleh siapapun, walaupun ibu kandungnya sendiri."Mail nggak bohong Yah." Jawab Mail lagi, namun tiba-tiba airmatanya mengalir."Ibu yang melakukan ini kan? Mail, lihat ayah! Ayah selalu mengajarkan Mail agar tidak berbohong, karna berbohong itu adalah perbuatan dosa. Jadi jawab Ayah, sia

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Luka Yang Bersemayam

    "Bagaimana Pak? apa sudah bisa dilunasi biyaya oprasinya?" Tanya Dokter itu lagi. "Sebentar ya Dok, saya mau hubungi keluarga saya dulu." Jawab Daut. Ia kebinggungan, kepada siapa ia harus meminjam uang. Sedangkan tabunganya juga nggak cukup untuk biyayanya."Nggak ada jalan lain. Aku terpaksa meminjam uang kepada Atika. Mudah-mudahan dia mau meminjamkan aku uang, lagian tanah yang ia gunakan masih tanahku, dan atas namaku juga." Gumamnya.Ia segera mengambil ponselnya, dan mengirimkan sms kepada Atika, berharap ada balasan dan Atika belum mengganti nomornya."Mas Daut?" Mata Atika membulat ketika ia melihat isi pesan, dari Daut."Siapa sayang?" Tanya Diwan. Namun tidak melihat kearah Atika, karna ia fokus menyetir."Bukan siapa-siapa sayang. Ini Rasti mau pinjam uang.""Rasti? pinjam uang lagi? kok aneh ya, dia pinjam uang terus. Kemaren juga dia minjam sama Mas," Ucap Diwan keceplosan."Dia minjam yang sama kamu Mas? kapan? kok aku nggak tau?" "Kemarin itu sekali." Jawab Diwan lag

DMCA.com Protection Status