Share

Bab 48-Sebuah Paket

Penulis: Wahyu Hakimah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keesokan harinya Bunga bersiap ke rumah Alfian dengan dua misi. Bekerja seperti biasa, sekaligus boyongan. Gadis itu memilih pergi menggunakan motornya dengan barang bawaan yang memenuhi bagian depan motor. Bunga mendapatkan pesan dari Alfian kalau hari ini dia tidak perlu memasak untuknya karena laki-laki itu kemungkinan pulang larut malam.

Saat sampai di rumah sang majikan, alangkah terkejutnya Bunga ketika mendapati rumah dua lantai itu kosong. Alfian sudah pergi entah kemana, karena di pesan yang disampaikan pagi tadi, dia hanya mengatakan harus pergi.

"Jadi, Mas Al nggak menyambutku?" keluh Bunga kecil hati. Meskipun moodnya sedikit terganggu, Bunga akur. Dia, kan, hanya babu.

Bunga bergegas membawa barang bawaannya ke dalam kamar yang sudah Alfian serahkan padanya lewat telepon tadi malam. Kamar itu hampir sama dengan kamar Alfian di atas. Luasnya pun sama, dekorasinya juga sama. Kesan maskulin jelas terlihat dari catnya yang berwarna abu-abu. Hanya saja, kamar tidur tamu ini
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 49-Dasar, Kimcil!

    Seminggu telah berlalu sejak insiden malam itu, dan selama satu minggu ini pun Bunga belum berani berbicara jujur pada ibunya. Bunga masih memilih untuk menyimpan rahasianya rapat-rapat. Bahwa gara-gara lembur, dia sekarang ini tinggal bersama majikannya. Atau lebih tepatnya, tinggal di rumah majikannya. Seminggu terakhir ini pun Bunga belum pernah lagi bertatap muka dengan Alfian. Janji akan pulang Selasa atau Rabu pun kandas. Laki-laki itu sepertinya begitu super sibuk, sehingga tidak pernah menyempatkan diri pulang ke rumahnya yang di Jakarta. Bunga tidak lagi memasakkan makanan untuk Alfian. Pesan yang dikirimkan oleh laki-laki itu pun hanya sebatas membahas masalah rumah."Hati-hati, Na.""Sudah makan? Kalau malas makan, pesan aja, ya."Jujur saja ada perasaan tidak nyaman di hati Bunga. Inilah yang selalu diwaspadainya, Alfian mudah saja menghilang dari hidupnya seperti tanpa beban apapun, sementara dirinya yang sudah memendam rasa harus berakhir dengan menyembuhkan luka hati s

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 50-Masa Lalu Alfian

    "Apa, Na?! Astagfirullah … jiahh, anaknya Pak Khosim ini memang juara kalau suruh gelud. Kamu ini nggak berubah sejak dulu, masih tetap ngamukan," kata Danik saat Bunga menceritakan apa yang terjadi di rumah Alfian tadi lewat telepon."Lagian aku enek, mual, muntah banget lihat dia. Dia nggak ngaca apa, ya, sikap dia itu malah yang kayak cewek nggak bener. Lonte gitu, Mbak Dan.""Setuju," timpal Danik. "Pantes Mas Faizal juga nggak suka sama dia. Heran juga kenapa Mas Alfian bisa naksir sama perempuan itu pas masih berwujud cewek. Dia, kan, pria dengan segudang pesona, masa iya dia buta?"Bunga terkekeh. "Tahu deh, ini lagi si Mas Alfian neleponin aku mulu, tapi aku males ngangkatnya. Besok aku mau bolos kerja aja lah, ada mamahnya ini. Feeling aku mamahnya itu agak gimana." Bunga masih terbayang wajah datar ibu Alfian saat memandangnya. Apalagi sepertinya, ibu Alfian itu dekat dengan Gina, bisa jadi, kan, Lampir itu sudah bicara yang tidak-tidak tentang dirinya."Itu Kimcil, Tan. B

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 51-Pembantu Kecilmu Tidur di Sini?

    Alfian: Na kenapa kamu nggak angkat telepon dan balas chat saya?Kamu tidur di mana?Bunga menghela napas membaca tulisan yang ditempelkan Alfian pada pintu kulkas. Dia duduk di kursi makan sambil merenungkan apa yang sudah terjadi, Sudah seminggu ini dia mengabaikan Alfian. Hari Selasa dia sebenarnya sudah balik ke rumah majikannya. Namun, karena kesibukannya, Alfian tidak tahu jika Bunga sudah kembali. Entah bagaimana dia bisa tahu kemudian meletakkan pesan itu. Seperti mengulang memori awal mereka berkomunikasi. Lewat post it yang tidak ramah lingkungan. Dalam satu pekan ini, Bunga tetap mengerjakan pekerjaannya seperti biasa. Bunga memang sengaja menghindar, untungnya Alfian juga begitu sibuk hingga laki-laki itu mungkin tidur di apartemennya di Cilegon. Sejak mendengar ucapan Gina seminggu yang lalu, Bunga merasa perlu menjaga hatinya. Menurutnya memang tidak sepantasnya ia menjatuhkan hati pada Alfian. Selain tua, laki-laki itu adalah majikannya. Memang Alfian baik, dia juga

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 52-Tertangkap Basah

    Bunga menelan ludah, tiba-tiba dia merasa luar biasa gugup. Selama ini Alfian selalu lembut. Alfian bersikap sengak, ketika mereka terlibat tabrakan yang tidak disengaja waktu itu. Selebihnya, sebagai majikan, laki-laki ini terlampau humble. "Apa?" tanya Bunga lirih."Makan dulu.""Ehmm …."Akhirnya Bunga menuruti kemauan Alfian itu. Keduanya makan dalam diam. Setelah selesai makan, Alfian membawa piring kotor ke tempat cuci piring. Bunga cepat mengambil alih tugasnya."Nanti aja cuci piringnya, aku mau bicara," cegah Alfian.Mereka berdua duduk di sofa menghadap televisi yang masih menyala. Meskipun demikian, pikiran keduanya tidak sedang mencerna film yang sedang diputar itu. "Apa aku perlu minta maaf atas sikap Gina ke kamu, Na?" tanya Alfian."Eh? Hmm, kan, itu bukan salah Mas Al."Alfian memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Bunga. "Tapi karena itu, kan, kamu marah. Kamu jadi lain dan menghindari aku. Kamu tahu aku nggak salah, tapi kamu sengaja menghindar. Aku harus gimana

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 53-First Love

    "Kamu yakin dengan rencana itu?" tanya seseorang di seberang talian. Nyonya Amy sedang melakukan vidio call. "Tentu saja, Hon. Aku yakin banget. Alfian pasti nurut kali ini.""Jangan gegabah. Dia itu punya kekuatan membaca keadaan. Nanti. dia tambah kesumat sama kita.""Aku bukan kamu, Hon. Kamu, sih, ngasih challenge gampang gitu. Harusnya jabatan prestisius tertinggi yang harus dia raih sebelum usianya 30 tahun. Zaman kalian, kan, beda. Tahun 90 an mana ada CEO umur 25, sekarang lulus SMP saja ada yang sudah jadi CEO.""Mana ada anak SMP jadi CEO. Itu dongeng di novel yang kamu baca. Lucunya!""Bukan itu bacaanku. Bacaan istrimu ini buku motivasi lah.""Iya, iya. Cerewet!" "Jadi, kali ini kamu nurut sama aku, Hon.""Terserah." Nyonya Amy tertawa ngikik. Meskipun hanya panggilan vidio, perempuan tua itu tahu wajah suaminya sedang menyala seperti korek api yang terbakar. Apalagi saat tahu perempuan yang disimpan Alfian masih di ingusan. Dia takut, Alfian masih selalu mengenang so

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 54-Dipaksa Kawin Juga

    Setelah terpekur beberapa saat, Bunga akhirnya berbaring di sofa sambil memainkan ponselnya. Sebenarnya sejak kemarin dia hanya mengurung diri di kamar setelah tugasnya sebagai babu selesai. Setelah semuanya dia katakan kepada Alfian, Bunga tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana. Saat mendengar pengakuannya tadi, Alfian terlihat syok. Bunga tahu, Alfian pernah menaruh hati pada salah satu stafnya, tetapi dia mengurungkan niatnya saat tahu Inayah seorang janda satu anak. "Nggak akan aku berhubungan dengan janda. Rumit. Nambahin beban aja," ujar Alfian kala itu. Entah kenapa ada sesuatu yang kosong di dada Bunga. Dia sendiri kebingungan dengan apa yang sudah terjadi sore tadi. Nyonya Amy yang mengancam agar mereka kawin, lantas Alfian yang di awal-awal mengiyakan saja. Namun, setelah tahu status Bunga, seperti laki-laki itu akan mundur teratur. Masa bodoh! Itu lebih baik, asalkan kamu tetap bekerja di sini, Na. Tetap sebagai babu dengan rupiah jring jring jiring!Karena kantuk ya

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 55-Harus Nikah!

    Bunga meraba-raba kepalanya. Masih utuh, hanya saja ada yang hilang. Kenapa seperti sinetron saja, dia kehilangan memori. Sedikit ingatan yang tak pasti bagian mana. "Nggak usah sampai segitunya. Sudah ada yang mikir negara ini," ujar Alfian mengelus dahi Bunga yang mengernyit. "Lagi ngumpulin ingatan, ini. Nggak enak banget," ringis Bunga menurunkan tangan Alfian yang asyik bertengger di dahinya. Lagaknya seperti pendekar wuxia sedang menyalurkan tenaga dalam saja. "Udahan ih pegangnya. "Aku ingin mengajakmu ke satu tempat.""Kemana?" Bunga cemberut dengan mata yang tinggal segaris. Dia tidak tahu tadi diberi obat apa. Setelah sebelumnya berhasil menyeret Bunga agar sudi memeriksakan diri ke IGD sebuah rumah sakit, ada satu tempat yang ingin dia tunjukkan kepada Bunga. Sepertinya keadaan Bunga lumayan stabil, kepalanya tidak apa-apa, tidak ada trauma meskipun ada denyut yang luar biasa mengikuti setiap langkah Bunga. Menurut gadis itu, rasa nyeri itu hanya sesekali datang lantas

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 56-Terciduk

    Bunga memarkirkan sepeda motornya—skuter milik Alfian lebih tepatnya, di pekarangan rumah Bu Irma. Saat Bunga memasuki rumah milik induk dia kaget melihat ibunya yang duduk di kursi tamu dengan wajah tanpa senyuman."Kenapa, Ibuk ada di sini? Kok Ibu sudah di Jakarta maksudnya?" tanya Bunga."Duduk!" kata Ibuk.Bunga semakin bertanya-tanya, ada apa dengan ibunya ini. Perasaannya mengatakan kalau ada yang tidak beres. Saat berada di depan panti asuhan yang menurut cerita Alfian adalah tempatnya berjumpa Mas Ruri dengan seorang gadis. Gadis yang merubah seluruh hidupnya. Namun, ketika hendak bercerita lebih lanjut, tiba-tiba ponsel Bunga berbunyi. Panggilan dari Bu Irma. Perempuan itu mendapatkan telepon dari ibunya Bunga, yang menanyakan apakah Bunga baik-baik saja. Tentu saja, Bu Irma menyuruh sang ibu untuk menelpon langsung putrinya. Bu Irma tidak mengatakan perihal Bunga yang sudah tidak indekos di sana. “Jadi, kamu tidak pamit sama ibumu, Bunga?” tanya Bu Irma penuh selidik. “

Bab terbaru

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 66-Bapak Akhirnya Menyerah

    Bapak terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Sudah sejak tadi beliau meminta ke kamar mandi. Tidak cukup sekali. Berulang kali juga Mas Rohman—suami Mbak Hanik meminta Pak Khosim menggunakan fasilitas pitspot, tetapi pria tua itu justru menolaknya mentah-mentah.“Aku masih sanggup ke kamar mandi sendiri kalau awakmu nggak mau nuntun,” ujarnya ketus. “Kamu nggak mau juga nggak apa-apa.” Kalimat terakhirnya ditujukan kepada Mbak Hanik. Itu sore tadi. Dari Ashar sampai selepas Isya. Selepas Isya, Bapak akhirnya menyerah karena bagian bawah tubuhnya sudah basah. Bapak tak lagi mampu mengontrol pipisnya. Bahkan Bapak seperti orang linglung. “Bapak kenapa nggak ngomong?” ujar Ibuk.Bapak diam saja. Memandang kosong ke depan. Mbak Hanik mengambil diaper dari tangan Bunga yang tadi diutusnya ke minimarket. “Basah semua, bau. Kulit Bapak juga bisa merah-merah,” ujar Mbak Hanik menambahkan. Sedikit geram. “Uwis, Han. Ojo mbok marahi terus bapakmu. Iku lagi ingat anak lanang. Si Nasir

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 65-Kesalahan Paling Konyol

    Bab 65-Kesalahan Paling Konyol Kesalahan apa yang dianggap paling konyol? Di saat jalan hidupnya seakan menyerupai telur di ujung tanduk setan, Alfian justru ingat satu hal. Satu hal konyol. Tentang orang pintar yang mendadak bodoh. Kebodohannya karena disebabkan lidah dan perut murahan yang tak bisa berkompromi. Namanya Anthony Gignac, pria yang akan tercatat sebagai orang yang membuat kesalahan paling bodoh sepanjang sejarah.Hampir separuh hidupnya dihabiskan dengan berpura-pura menjadi pangeran jutawan dari Dubai. Dia menamai dirinya "Pangeran Khalid Bin Al Saud". Nama Bani atau wangsa paling berpengaruh di jazirah Arab bahkan berhasil menegakkan sebuah empayar selama 4 abad lebih. Jadi, makhluk bernama Gignac memang terlampau percaya diri. Dia melakukan semua ini dengan satu tujuan, yaitu menipu para investor. Aksinya sudah cukup lama, dan mirisnya banyak pula investor yang percaya padanya. Bahkan diperkirakan dia menipu dan memanipulasi ratusan orang, dengan total kerugian

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 64-Sandiwara Sang Ipar

    Saat pintu dibuka, semua berebut untuk masuk ke dalam kamar. Satu yang sangat mencengangkan semua orang, kar itu dalam keadaan berantakan. Suasana sungguh berbeda dengan saat Alfian meninggalkan kamar itu beberapa waktu lalu. Sekitar setengah jam lalu yang kemudian dia tertahan di depan pintu, kemudian bergeser sedikit menjauh dari pintu karena aksi dorong dan jegal oleh Nasir. Kamar pengantin itu terlihat seperti habis dilanda tornado. Dengan bantal dan guling tercampak ke lantai. Sebagian sprei berwarna kuning gading itu terburai ke lantai seperti usus ayam keluar dari rongga perut. Kelopak mawar berhamburan ke seluruh sudut ruang.. Benar-benar dahsyat tornado yang berputar hanya di ruangan ini. “Di ma—na Zum-ra-tul?” Suara Bapak tersendat, terdengar cemas. Mereka semua mencari di setiap sudut ruangan kamar yang tak seberapa luas itu. 3x4 meter. Biasanya Zum duduk mencangkung di pojok ruangan atau di bawah jendela karena lelah mengamati lalu lalang orang-orang yang melintas. Zum

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 63-Noda di Hari Persandingan

    “Si—siapa kamu?”Alfian hampir mati berdiri saat melihat ada sosok yang berbaring di ranjang pengantin di kamar milik Bunga. Meskipun mengenakan brokat dengan warna sangat mirip dengan milik Bunga, dia tahu itu bukan baju pengantin yang tadi dikenakan istrinya. Sudah pasti sosok itu bukan Bunga. Istri kecilnya masih berada di luar. Sosok yang menguasai ranjang pengantinnya tampak meringkuk seperti bayi koala itu tertidur dengan mulut terbuka. Ada tetes liur yang mengalir deras dari sela bibirnya yang terbuka itu. Air liur itu menyirami tumpukan kelopak mawar di atas ranjang. “Ya Tuhan,” gumam Alfian. Sosok itu bergerak, dari tangannya yang terjulur tampak berjatuhan benda berbentuk bulat-bulat seukuran duku. Sosok itu ternyata menggenggam buah-buahan. Anggur dan pisang. “Hai,” sapanya lagi, kali ini Alfian bersuara sedikit keras. Sosok itu bangun mengucek matanya. Matanya sipit, dagu kecil, wajah bulat, dan batang hidung datar, bahkan dahinya seakan lebih menonjol dari hidupnya y

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 62-Pelaminan

    Kekhawatiran Bunga akan ada kekacauan tidak terbukti. Bahkan, kelebat Mas Hamzah pun tidak ada. Jadi, ketika acara hampir selesai digelar jelang Dzuhur, ada buncah kelegaan di sana. Seorang fotografer memberi arahan untuk sesi foto. Setelah selesai dengan sesi foto keluarga, kini giliran foto berdua khusus pengantin. “Jangan kaku begitu, Mbak Bunga.” Photografer memberi pengarahan. “Letak kedua tangannya di dada Mas e, dada nempel lagi. Iya, gitu. Lagi, dikit, terus wajah memandang ke arah angka tujuh, ya. Oke, siap! Satu, dua, ti ….”“Kamu deg-degan, ya?” tanya Alfian tersenyum lebar setelah sang fotografer berhasil membidikkan kameranya dan menghasilkan beberapa gambar. “Ngapain deg-degan. Malu aja, kan, dilihat orang banyak.”“Nggak usah malu-malu. Udah resmi ini.” Rupanya fotografer yang disewa itu mendengar celetukan Bunga. “Atau mau foto dengan latar khusus. Di candi misalnya. Saya bisa merekomendasikan tempatnya. Ayo, kapan.” Dasar tukang photo, gumam Bunga. “Ini udahan, ka

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 61-Sah!

    Bunga tertawa terbahak-bahak saat membaca pesan dari Alfian. Pesan yang berisi curhatan pria itu sehabis makan siang. Namun, sebelum acara makan, Alfian malah ditest soal bacaan sholat, doa, bagaimana taharoh yang benar, bagaimana mandi junub yang benar. Karena terus dibombardir pesan yang isinya keluh kesah, akhirnya Bunga memencet tombol hijau pada aplikasi pesan. Aplikasi berkirim pesan dan panggilan yang sederhana, aman, dan reliabel“Assalamualaikum, Mas Al …,” sapa Bunga masih dengan tawa berderai. “Wah, terus saja tertawa, Na.”“Iya, deh. Ana nggak tertawa lagi.” Bunga berusaha mendekat mulutnya. Namun, Bunga masih saja kesulitan menahan tawanya. Setiap dia ingat apa yang menjadi curhatan Alfian, Bunga sontak tertawa. “Mas maaf, aduh.”“Kamu, sih, hanya kasih bocoran tentang sholat. Ternyata semua ditanyakan sama bapakmu.”“Justeru syukur, Mas. Jadi Mas Al nambah ilmunya,” bisik Bunga sambil sesekali melemparkan candaan. Alfian menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Memang b

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 60-Test Sholat dan Doa Oleh Calon Mertua

    Pak Kosim tercengang ketika melihat calon suami Bunga. Pria dihadapannya terlihat santun meskipun konon katanya berasal dari ibukota Jakarta. Dia Lantas membayangkan mantan suami Bunga, Hamzah. Meskipun usia Hamzah jauh di bawahnya akan tetapi selama ini sikapnya seakan-akan seorang penggede kerajaan selalu minta disanjung. Bahkan, Khosim sering kali harus tergopoh-gopoh untuk sekedar berbicara. Dengan dengan gestur tubuh sedikit membungkuk dan tidak lupa diawali salam dengan cara mencium tangan terlebih dahulu. Seakan-akan bersalaman dengan Hamzah akan mendatangkan keberkahan bagi orang yang berinteraksi dengannya. Sebenarnya bukan hanya Kosim yang melakukan hal itu, kebanyakan orang-orang memang melakukannya baik kepada Kyai Hasyim maupun Hamzah. “Bapak, mari kita ngobrol di restoran.” Alfian memulai bicara saat melihat Pak Khosim masih terlihat takjub saat mengamati dirinya.“Restoran? Bukan di kamar?” Pak Khosim tidak ingin berlama-lama. Dia harus langsung pada inti permasalaha

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 59-Lelaki Tua Bangka

    Seminggu kemudian di kampung halaman Bunga ….Bunga kembali menjadi buah bibir. Kabar bahwa Bunga akan menikah lagi setelah peristiwa yang menghebohkan delapan bulan yang lalu kembali menjadi perbincangan hangat. Ada yang berpendapat, Bunga asal menggaet pria manapun untuk mematahkan kutukan Hamzah. Memang sangat mengerikan sekali kutukan Mas Hamzah. Pria itu melontarkan bala bahwa Bunga tidak akan laku kawin sampai seumur hidupnya. Jadi, begitu ada yang mau, tak peduli siapapun asalkan berjenis kelamin laki-laki akan disambar Bunga. Konon calon suami Bunga itu sama tuanya dengan Hamzah, bahkan lebih tua lagi. Itulah yang beredar di kampung. Dari mulut ke mulut. “Kasihan, anaknya si Khosim. Demi menghilangkan kutukan dari mantan suaminya dia rela menikah dengan lelaki tua bangka.” Perempuan dengan cumplung putih berenda, atasan kaos partai bergambar matahari, dengan bawahan sarung batik memulai obrolan. “Ya, belum tua. Wong katanya baru 32 tahun. Seumuran, lah, sama Mas Hamzah.” P

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 58-Kitab Nikah

    "Kitab Nikah. Nikah secara bahasa memiliki makna; berkumpul atau bersetubuh. Dan secara syara' berarti akad. Akad yang menyimpan makna diperbolehkannya bersetubuh dengan menggunakan lafadz nikah atau sejenisnya".Bunga tertegun membaca rentetan kalimat yang ia temukan di beranda sosial media miliknya. Tulisan di seorang motivator dan syiar Islam. Sedangkan pernikahan antara dirinya dan Alfian, adalah pernikahan kontrak. Agar Alfian tidak diganggu Gina. Pria itu mengatakan belum siap untuk berkomitmen. Namun, menurut Nyonya Amy memang Alfian tidak sayang membelanjakan uangnya untuk perempuan yang menjadi kekasihnya. Jadi, Bunga tidak perlu merasa bersalah dengan sejumlah uang yang diminta orang tuanya. 300 juta. Itu artinya dia adalah istri Alfian sesungguhnya. Bagaimana kalau nanti Alfian meminta haknya. Hak berhubungan badan. Bunga menggembungkan pipinya. Pipinya pun tiba-tiba memanas hanya dengan membayangkan itu. Di mana mereka akan tidur. Kamar ini? Yang benar saja. Kamar sem

DMCA.com Protection Status