Home / Romansa / Godaan Sang Majikan Tampan / Bab 23-Sebuah Penawaran dari Alfian

Share

Bab 23-Sebuah Penawaran dari Alfian

Author: Wahyu Hakimah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bunga mengenali suara itu. Suara judes bin julid itu. Sontak perempuan itu mengangkat wajahnya. Benar dugaannya, itu suara Mak Lampir. Dan, Gina berada di kursi roda.

Sakit, kah?

Jadi, pagi tadi Alfian membatalkan pertemuan dengannya gara-gara laki-laki itu harus ke rumah sakit untuk menemani Gina? Oh, sungguh sweet sekali, batin Bunga.

"Oh, sudah boleh pulang?" tanya Alfian.

"Gue, kan, bilang one day service. Lo aja yang kagak dengar," omel Gina. "Lo, mau ngantar siapa itu?"

Gina melarikan pandangannya melewati mobil Alfian. Di seberang sana dia melihat sosok yang berdiri mematung tengah memegang pintu penumpang bagian depan mobil Alfian.

"Oh, Raihana. Lo kenal, kan, ART, gue. Nggak sengaja jumpa di sini. Dia antar adiknya yang tangannya juga cedera."

"Nggak sengaja?" Suara Gina jelas terdengar menyangsikan apa yang diucapkan Alfian.

Emang nggak sengaja, batin Bunga. Apa, lo Mak Lampir!

"Elo nolak untuk ngantar gue pulang, bahkan pergi saat gue masih dibawah pengaruh anestesi,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 24-Kebohongan yang Menjerat Bunga

    Bunga memandang handuk yang menempel di dahinya lewat pantulan cermin. Air menetes dari sela-sela jarinya sedari tadi. Alfian sudah pulang setengah jam yang lalu, tetapi Bunga masih dalam bayang-bayang laki-laki itu. Walaupun mereka berdua sama-sama mengenakan masker, tetapi melihat dari tampilan Alfian yang begitu rapi, Bunga tahu ucapan Danik tentang laki-laki itu benar. Apalagi suara laki-laki itu yang terdengar berat, suara yang membuatnya 'laki banget' menurut Bunga. Beda dengan suara Ismail tentu saja atau suara Nasir kakaknya. Bunga menggelengkan kepalanya, mengusir pikirannya yang sudah melayang-layang entah ke mana. Harusnya saat ini dia mengurus Azkia. Karena Bu Irma tadi baru saja mengirimkan pesan sedang on the way dan Bunga disuruh menunggui Azkia sampai perempuan itu datang. Akhirnya Bunga membuang es batu ke kamar mandi, dan memerah handuk yang tadi digunakan untuk mengompres. Dia lantas bergegas menuju rumah Bu Irma untuk mencari Azkia. Ternyata anak itu sedang bera

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 25-Alfian, Dia yang Bersamaku di Hari Itu

    Alfian malas membaca pesan Gina. Dia bahkan sempat marah tadi pagi karena perempuan itu bersikeras ingin ke rumahnya. Gina meminta izin kepada Brian bahwa dia memilih remote pekerjaan dari rumah. Hal yang sebenarnya, perempuan itu ingin memastikan apakah Alfian positif atau negatif omicron. Gina: Gue nggak bisa nelpon. Laki gue marah saat tau sebab kaki ini harus operasi gini.Alfian tidak berupaya menjawab. Dia tentu saja tidak suka dengan kenekatan Gina. Dia sudah meminta perempuan itu untuk tinggal di rumah saja, atau ke kantor seperti biasa. Gina: Al? Lo nggak niat nengok gue?Gina: Al? Alfian Salim!Alfian: Gue juga masih recovery, Gi. Lo, juga. Beneran gue nggak enak, gara-gara mau nengok gue, lo malahan celaka. Ojol yang bawa, lo, lebih ngenes lagi nggak bisa narik beberapa hari. Mungkin minggu bahkan bulan. Jadi, gunakan waktu terbaik ini buat istirahat. Gue mau istirahat, baru pulang dari rumah Ojol itu juga. Klik!"Perempuan memang aneh," gumam Alfian. Perempuan aneh itu

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 26-Kontrak Baru

    Menemani makan? Itu artinya ….Menjadi tukang bersih-bersih, merangkap menjadi koki untuk Alfian, tentu saja tawaran yang menggiurkan. Bunga bisa mendapat tambahan gaji, juga bisa mengobati kerinduannya pada suasana memasak. Namun kenapa harus jadi partner makan, sih? Artinya dia akan pulang lebih lama nanti. Apa Bunga sanggup makan di depan Alfian? Kalau duduk berhadapan seperti ini saja jantungnya dag-dig-dug tak keruan.Alfian adalah orang yang sama dengan orang yang menabrak motornya dahulu. Mbuh lah …."Satu lagi," imbuh Alfian. "Ada syarat tambahan lagi. Huh, dasar! Kek, kompeni aja, Bos! Belum juga saya bagi jawaban." Sikap antipati Bunga mulai kambuh. Dia bahkan mendelik ke arah Alfian."Saya tahu, kamu kos di Jakarta ini. Saya tahu indekos di Jakarta nggak murah. Jadi, bagaimana kalau tinggal saja di rumah saya. Ada banyak kamar nganggur, tuh."Menemani makan masih bisa ditolerir. Tinggal di rumah Alfian? Alfian tampan seperti yang diceritakan Danik, bukan tampan khas mas-ma

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 27-Panggilan Baru yang Lebih Mesra

    Bunga dadah-dadah saat Alfian naik tangga. Dia buru-buru lari menuju ke belakang dapur sambil membuka maskernya. Hampir saja dia tersandung kakinya sendiri. Kenapa dia sampai lupa hal sepenting ini?Dasar, Bunga lemot! Gadis itu mengetuk-ngetuk pelipisnya sambil mengetikkan sesuatu pada mesin pencarian di ponselnya. Hukum satu rumah dengan laki-laki yang bukan mahram?Itu mudah saja, Raihana Bunga. Buat doi jadi mahram, dong! Bisik satu sisi hatinya yang liar. Ini adalah kesempatan baik untuk melepas kutukan itu. Kutukan menjadi perawan tua seumur hidup. Hust! Hust! Aku, kan, baru 18 tahun!"Kamu ngapain di situ, kok ngomong sendiri, Na?" Suara garau itu sangat dekat di belakang Bunga."Eh, Pak Bos. Saya lagi baca ayat 1000 Dinar," ucap Bunga sambil membalikkan badannya. Dia bahkan menahan napas sesudah berhadapan-hadapan dengan Alfian. Satu, dua, telu …."Kok, melongo, Bos?""Bocah!" Alfian hampir menepuk kepala Bunga tetapi, tangan itu hanya mengambang di udara. "Jadi, sudah siap

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 28-Satu Peluang Menggoda Alfian

    Bunga mendekap mulutnya erat-erat, seakan masker yang dia pakai tidak cukup untuk menyamakan suaranya. Meskipun semua itu sudah terlambat. Alfian sepertinya mendengar apa yang dia ucapkan barusan. Dia yang bersepeda dari kampung halamannya menuju Jakarta. "Astagfirullah, kenapa mudah sekali mulutku bocor," batinnya."Apa aku nggak salah dengar? Kamu, motoran dari Jawa ke Jakarta." Alfian tak percaya. Dia sanksi, gadis imut seperti Raihana bisa melakukan perjalanan sejauh itu. "Iya. Hmmm, biar irit.""Dengan siapa? Berani sekali kamu." Alfian masih meragukan cerita Bunga. Dia memegangi troli di bagian depan, sedangkan Bunga pada bagian pegangan. Terjadi aksi dorong mendorong. "Aku tahu kamu, minggat karena persoalan keluarga. Gak boleh kuliah, malah disuruh kawin, kan?""Jadi, Ndoro sudah tahu?" "Tahu apa? Soal kamu dipaksa nikah sama orang tuamu?"Mata Bunga pura-pura membelalak. Ternyata Alfian sudah tahu. Apakah karena itu laki-laki itu baik padanya? Merasa kasihan padanya, si bo

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 29-Ajakan Menginap

    Ngapain, sih, Mamak Lampir eh eh eh, ke sini?!Bunga mengumpat dalam hati ketika melihat siapa yang berjalan bersama Alfian menuju dapur. Bunga yakin sekali adanya perempuan ini pasti pertanda buruk. Setidaknya mood-nya yang sedang bahagia ini bisa terjun bebas. Ndlosor seperti ular yang terkena taburan garam.Terus, ngapain dia ngeliatin aku dari atas ke bawah! Apa dia pikir aku ini nggak pakai kutang, ya? Aneh, matamu minta dijolok pakai cabe, Mbak e!"Ngapain kamu masih di sini?" tanya Gina pada Bunga, lengkap dengan sikap badan yang sok seperti menantu Sultan Dubai. Membusungkan dadanya yang besar itu. Tidak sebesar melon, sih. Hanya sebesar es kepal miow. Bunga jarang sekali membenci orang karena dia termasuk orang yang masa bodoh. Di sekolah pun dia hampir tak pernah berkonflik dengan teman-temannya. Di setiap sekolah pasti ada geng cantik, geng natural, geng agne (berisi gadis cantik tapi berjerawat). Bunga jarang ikut nimbrung ketiga geng tersebut, karena menurutnya nir faed

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 30-Gina Resmi Menjadi Janda

    Tidak ada yang lebih indah selain berjumpa dengan sosok yang kita cari selama ini. Tidak heran apabila pertemuan pertama dengan seseorang begitu berkesan dan membekas di hati. Bunga ingat semuanya, pertemuan pertamanya dengan Alfian. Lelaki itu terlihat sengak, bahkan melihatnya seperti kuman. Dia selalu kegeeran dan mengatakan bahwa Bunga yang sengaja menabraknya hanya karena ingin berkenalan. Bunga bukan cewek narsis, tetapi reaksi berlebihan Alfian membuat pertahanan sebagai perempuan muncul dengan sendirinya. Ogah, dikatakan naksir pria tua seperti mas jutek. Seperti saat Alfian mengatakan Bunga ingin mengambil kesempatan dengan memeluk pinggang Alfian saat mereka mengantar motor ke bengkel. Tentu saja Bunga menyangkalnya. Bahkan dengan ketus, dia mengatakan bahwa Alfian akan naksir dirinya jika melihat profilnya beberapa bulan yang lalu—dua bulan sebelum acara minggat yang berujung tabrakan itu. Siapa yang menyangka, hari ini, tujuh bulan kemudian pijar aneh itu mulai muncul

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 31-Sekali Babu Tetap Babu

    "Ndoro ngantuk? Gitu amat matanya …." Bunga mengulangi pertanyaannya."Boleh nyender?"Huh, itu pertanyaan apa permintaan? Belum juga dijawab, kepala Alfian sudah diletakkan di atas bahu Bunga. Terdengar helaan napas panjang. Namun, lambat laun suara helaan itu menjadi teratur. Sepertinya, Alfian tidur. "Kamu tahu, Na?"Oh, belum tidur rupanya. "Nggak tahulah. Ndoro nggak kasih tau.""Kepalaku serabut. Pusing banget." "Aku nggak punya anti mabok, lho.""Aku bukan bocah kemarin sore yang mabok saat piknik ke puncak," helah Alfian. Lumayan lama laki-laki itu tak lagi bersuara. Mungkin benar-benar tidur. "Kira-kira kita sampainya berapa lama, Pak?" tanya Bunga pada sang sopir travel. "Dua jam sampai rumah Pak Alfian. Kalau kantornya, satu jam setengah."Bunga mengatur duduknya agar lebih nyaman. Memangnya gundulmu nggak berat, Ndoro? Bunga memaki dalam hati. "Percayalah, Ndoro, selama satu setengah jam ini, malaikat asyik nyatet kelancangan Anda yang nyender-nyender ….""Apa?" sahut

Latest chapter

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 66-Bapak Akhirnya Menyerah

    Bapak terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Sudah sejak tadi beliau meminta ke kamar mandi. Tidak cukup sekali. Berulang kali juga Mas Rohman—suami Mbak Hanik meminta Pak Khosim menggunakan fasilitas pitspot, tetapi pria tua itu justru menolaknya mentah-mentah.“Aku masih sanggup ke kamar mandi sendiri kalau awakmu nggak mau nuntun,” ujarnya ketus. “Kamu nggak mau juga nggak apa-apa.” Kalimat terakhirnya ditujukan kepada Mbak Hanik. Itu sore tadi. Dari Ashar sampai selepas Isya. Selepas Isya, Bapak akhirnya menyerah karena bagian bawah tubuhnya sudah basah. Bapak tak lagi mampu mengontrol pipisnya. Bahkan Bapak seperti orang linglung. “Bapak kenapa nggak ngomong?” ujar Ibuk.Bapak diam saja. Memandang kosong ke depan. Mbak Hanik mengambil diaper dari tangan Bunga yang tadi diutusnya ke minimarket. “Basah semua, bau. Kulit Bapak juga bisa merah-merah,” ujar Mbak Hanik menambahkan. Sedikit geram. “Uwis, Han. Ojo mbok marahi terus bapakmu. Iku lagi ingat anak lanang. Si Nasir

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 65-Kesalahan Paling Konyol

    Bab 65-Kesalahan Paling Konyol Kesalahan apa yang dianggap paling konyol? Di saat jalan hidupnya seakan menyerupai telur di ujung tanduk setan, Alfian justru ingat satu hal. Satu hal konyol. Tentang orang pintar yang mendadak bodoh. Kebodohannya karena disebabkan lidah dan perut murahan yang tak bisa berkompromi. Namanya Anthony Gignac, pria yang akan tercatat sebagai orang yang membuat kesalahan paling bodoh sepanjang sejarah.Hampir separuh hidupnya dihabiskan dengan berpura-pura menjadi pangeran jutawan dari Dubai. Dia menamai dirinya "Pangeran Khalid Bin Al Saud". Nama Bani atau wangsa paling berpengaruh di jazirah Arab bahkan berhasil menegakkan sebuah empayar selama 4 abad lebih. Jadi, makhluk bernama Gignac memang terlampau percaya diri. Dia melakukan semua ini dengan satu tujuan, yaitu menipu para investor. Aksinya sudah cukup lama, dan mirisnya banyak pula investor yang percaya padanya. Bahkan diperkirakan dia menipu dan memanipulasi ratusan orang, dengan total kerugian

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 64-Sandiwara Sang Ipar

    Saat pintu dibuka, semua berebut untuk masuk ke dalam kamar. Satu yang sangat mencengangkan semua orang, kar itu dalam keadaan berantakan. Suasana sungguh berbeda dengan saat Alfian meninggalkan kamar itu beberapa waktu lalu. Sekitar setengah jam lalu yang kemudian dia tertahan di depan pintu, kemudian bergeser sedikit menjauh dari pintu karena aksi dorong dan jegal oleh Nasir. Kamar pengantin itu terlihat seperti habis dilanda tornado. Dengan bantal dan guling tercampak ke lantai. Sebagian sprei berwarna kuning gading itu terburai ke lantai seperti usus ayam keluar dari rongga perut. Kelopak mawar berhamburan ke seluruh sudut ruang.. Benar-benar dahsyat tornado yang berputar hanya di ruangan ini. “Di ma—na Zum-ra-tul?” Suara Bapak tersendat, terdengar cemas. Mereka semua mencari di setiap sudut ruangan kamar yang tak seberapa luas itu. 3x4 meter. Biasanya Zum duduk mencangkung di pojok ruangan atau di bawah jendela karena lelah mengamati lalu lalang orang-orang yang melintas. Zum

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 63-Noda di Hari Persandingan

    “Si—siapa kamu?”Alfian hampir mati berdiri saat melihat ada sosok yang berbaring di ranjang pengantin di kamar milik Bunga. Meskipun mengenakan brokat dengan warna sangat mirip dengan milik Bunga, dia tahu itu bukan baju pengantin yang tadi dikenakan istrinya. Sudah pasti sosok itu bukan Bunga. Istri kecilnya masih berada di luar. Sosok yang menguasai ranjang pengantinnya tampak meringkuk seperti bayi koala itu tertidur dengan mulut terbuka. Ada tetes liur yang mengalir deras dari sela bibirnya yang terbuka itu. Air liur itu menyirami tumpukan kelopak mawar di atas ranjang. “Ya Tuhan,” gumam Alfian. Sosok itu bergerak, dari tangannya yang terjulur tampak berjatuhan benda berbentuk bulat-bulat seukuran duku. Sosok itu ternyata menggenggam buah-buahan. Anggur dan pisang. “Hai,” sapanya lagi, kali ini Alfian bersuara sedikit keras. Sosok itu bangun mengucek matanya. Matanya sipit, dagu kecil, wajah bulat, dan batang hidung datar, bahkan dahinya seakan lebih menonjol dari hidupnya y

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 62-Pelaminan

    Kekhawatiran Bunga akan ada kekacauan tidak terbukti. Bahkan, kelebat Mas Hamzah pun tidak ada. Jadi, ketika acara hampir selesai digelar jelang Dzuhur, ada buncah kelegaan di sana. Seorang fotografer memberi arahan untuk sesi foto. Setelah selesai dengan sesi foto keluarga, kini giliran foto berdua khusus pengantin. “Jangan kaku begitu, Mbak Bunga.” Photografer memberi pengarahan. “Letak kedua tangannya di dada Mas e, dada nempel lagi. Iya, gitu. Lagi, dikit, terus wajah memandang ke arah angka tujuh, ya. Oke, siap! Satu, dua, ti ….”“Kamu deg-degan, ya?” tanya Alfian tersenyum lebar setelah sang fotografer berhasil membidikkan kameranya dan menghasilkan beberapa gambar. “Ngapain deg-degan. Malu aja, kan, dilihat orang banyak.”“Nggak usah malu-malu. Udah resmi ini.” Rupanya fotografer yang disewa itu mendengar celetukan Bunga. “Atau mau foto dengan latar khusus. Di candi misalnya. Saya bisa merekomendasikan tempatnya. Ayo, kapan.” Dasar tukang photo, gumam Bunga. “Ini udahan, ka

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 61-Sah!

    Bunga tertawa terbahak-bahak saat membaca pesan dari Alfian. Pesan yang berisi curhatan pria itu sehabis makan siang. Namun, sebelum acara makan, Alfian malah ditest soal bacaan sholat, doa, bagaimana taharoh yang benar, bagaimana mandi junub yang benar. Karena terus dibombardir pesan yang isinya keluh kesah, akhirnya Bunga memencet tombol hijau pada aplikasi pesan. Aplikasi berkirim pesan dan panggilan yang sederhana, aman, dan reliabel“Assalamualaikum, Mas Al …,” sapa Bunga masih dengan tawa berderai. “Wah, terus saja tertawa, Na.”“Iya, deh. Ana nggak tertawa lagi.” Bunga berusaha mendekat mulutnya. Namun, Bunga masih saja kesulitan menahan tawanya. Setiap dia ingat apa yang menjadi curhatan Alfian, Bunga sontak tertawa. “Mas maaf, aduh.”“Kamu, sih, hanya kasih bocoran tentang sholat. Ternyata semua ditanyakan sama bapakmu.”“Justeru syukur, Mas. Jadi Mas Al nambah ilmunya,” bisik Bunga sambil sesekali melemparkan candaan. Alfian menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Memang b

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 60-Test Sholat dan Doa Oleh Calon Mertua

    Pak Kosim tercengang ketika melihat calon suami Bunga. Pria dihadapannya terlihat santun meskipun konon katanya berasal dari ibukota Jakarta. Dia Lantas membayangkan mantan suami Bunga, Hamzah. Meskipun usia Hamzah jauh di bawahnya akan tetapi selama ini sikapnya seakan-akan seorang penggede kerajaan selalu minta disanjung. Bahkan, Khosim sering kali harus tergopoh-gopoh untuk sekedar berbicara. Dengan dengan gestur tubuh sedikit membungkuk dan tidak lupa diawali salam dengan cara mencium tangan terlebih dahulu. Seakan-akan bersalaman dengan Hamzah akan mendatangkan keberkahan bagi orang yang berinteraksi dengannya. Sebenarnya bukan hanya Kosim yang melakukan hal itu, kebanyakan orang-orang memang melakukannya baik kepada Kyai Hasyim maupun Hamzah. “Bapak, mari kita ngobrol di restoran.” Alfian memulai bicara saat melihat Pak Khosim masih terlihat takjub saat mengamati dirinya.“Restoran? Bukan di kamar?” Pak Khosim tidak ingin berlama-lama. Dia harus langsung pada inti permasalaha

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 59-Lelaki Tua Bangka

    Seminggu kemudian di kampung halaman Bunga ….Bunga kembali menjadi buah bibir. Kabar bahwa Bunga akan menikah lagi setelah peristiwa yang menghebohkan delapan bulan yang lalu kembali menjadi perbincangan hangat. Ada yang berpendapat, Bunga asal menggaet pria manapun untuk mematahkan kutukan Hamzah. Memang sangat mengerikan sekali kutukan Mas Hamzah. Pria itu melontarkan bala bahwa Bunga tidak akan laku kawin sampai seumur hidupnya. Jadi, begitu ada yang mau, tak peduli siapapun asalkan berjenis kelamin laki-laki akan disambar Bunga. Konon calon suami Bunga itu sama tuanya dengan Hamzah, bahkan lebih tua lagi. Itulah yang beredar di kampung. Dari mulut ke mulut. “Kasihan, anaknya si Khosim. Demi menghilangkan kutukan dari mantan suaminya dia rela menikah dengan lelaki tua bangka.” Perempuan dengan cumplung putih berenda, atasan kaos partai bergambar matahari, dengan bawahan sarung batik memulai obrolan. “Ya, belum tua. Wong katanya baru 32 tahun. Seumuran, lah, sama Mas Hamzah.” P

  • Godaan Sang Majikan Tampan   Bab 58-Kitab Nikah

    "Kitab Nikah. Nikah secara bahasa memiliki makna; berkumpul atau bersetubuh. Dan secara syara' berarti akad. Akad yang menyimpan makna diperbolehkannya bersetubuh dengan menggunakan lafadz nikah atau sejenisnya".Bunga tertegun membaca rentetan kalimat yang ia temukan di beranda sosial media miliknya. Tulisan di seorang motivator dan syiar Islam. Sedangkan pernikahan antara dirinya dan Alfian, adalah pernikahan kontrak. Agar Alfian tidak diganggu Gina. Pria itu mengatakan belum siap untuk berkomitmen. Namun, menurut Nyonya Amy memang Alfian tidak sayang membelanjakan uangnya untuk perempuan yang menjadi kekasihnya. Jadi, Bunga tidak perlu merasa bersalah dengan sejumlah uang yang diminta orang tuanya. 300 juta. Itu artinya dia adalah istri Alfian sesungguhnya. Bagaimana kalau nanti Alfian meminta haknya. Hak berhubungan badan. Bunga menggembungkan pipinya. Pipinya pun tiba-tiba memanas hanya dengan membayangkan itu. Di mana mereka akan tidur. Kamar ini? Yang benar saja. Kamar sem

DMCA.com Protection Status