Cinta pertama.
Caac tidak percaya Levan ingat bahwa dia memiliki cinta pertama.
Caca berpikir bahwa Levan sudah melupakan semua tentang dia.
“Hei Levan mengundangmu untuk minum segelas anggur, jika kau tidak ingin menemani Levan minum, aku akan melaporkanmu pada bosmu, karena Levan dan bosmu berteman. Kau masih menginginkan pekerjaan ini bukan?!”
Christian membentak di Caca.
Caca awalnya ingin pergi, tetapi pekerjaan itu bukan miliknya.
Putri mempercayai dirinya sendiri, dan Si Yutian tahu bahwa dia kekurangan uang, itu sebabnya dia me
Melihat Bram tidak bergerak, John Lewis segera berkata, “Bram aku selalu menganggapmu saudaraku kan? Levan selalu ingin berteman denganmu, aku sudah menolaknya beberapa kali, sekarang aku benar-benar tidak mungkin untuk menolaknya, belum lagi, kamu tahu temperamen orang tuaku kan? Anggap saja itu sebagai bantuan, oke?” Bram menghela nafas dalam diam, karena statusnya, dia tidak memiliki banyak teman, dan John Lewis dianggap salah satu yang terbaik, dan memahami kesulitan Bram. Keluarga Lewis juga berasal dari keluarga terhormat, industri keluarganya juga mencakup sejumlah bidang, Jhon Lewis merupakan anak kedua. "Baik." “Aku tahu kau adalah orang baik.” John segera memasukkan kartu meja ke dalam saku celan
Bram dengan marah melempar handphonenya ke sembarang tempat, dan tidak menghiraukan panggilan masuk dari Jhon. Dia menatap lurus ke arah wanitanya yang terbaring di tempat tidur. mata hazelnya menatap marah ke arahnya. Mengapa wanita yang Levan kirim kepadanya ternyata Caca. dan kenapa Caca bisa mengenakan pakaian pelayan Julyflower? apa dia terus melakukan ini hanya karena dia ingin segera hamil? Dia berjalan menghampiri ranjang dimana Caca tak sadarkan diri. Bram terus memandangi wajah kecil Caca yang nampak sangat tenang. kemarahan Bram perlahan surut. Caca mengerjapkan matanya, bulu matanya yang pa
Bram melangkah mendekati Caca, bahkan sangat dekat, sampai keduanya bisa merasakan helaan nafas masing masing. Bram memandang Caca dengan tatapan yang sulit diartikan. Caca bisa melihat mata hazel milik bram, hidung yang mancung, lentik bulu matanya, hingga Caca tidak mengalihkan pandangannya untuk bibir Bram yang nampak sangat menggoda. Bram mengecup sekilas Caca. Caca hanya bisa menahan erangan akibat kecupan sensual yang Bram berikan. Bram bisa mengetahui kondisi Caca hanya dengan melihat gesture Caca serta tatapan Caca yang berubah "keluarkan, keluarkan suara desahanmu, tidak perlu ditahan, ini bukan yang pertama kita lakukan." Seketip pipi Caca semakin memerah, mendengar perkataan Bram, Caca merasa ia sangat m
Ketika dia melihat Caca di kamar mandi, dia segera berhenti dan tercengang. Caca menyandarkan kepalanya ke bak mandi dan benar-benar tertidur. Tubuhnya masih terendam air dingin, tubuhnya bergerak bersamaan dengan nafasnya. Caca benar-benar lelah, syuting di siang hari dan kemudian pergi ke July Flower di malam hari, dan pekerjaan July Flower menghasilkan banyak uang, tetapi juga sangat melelahkan. Sekarang, bahkan jika tubuhnya terendam air, dia bisa tidur. Bram sebenarnya merasakan sedikit kesusahan Caca. Dia baru saja akan menarik Caca keluar dari air ketika Caca bangun. “Yah kenapa aku tertidur”
Wajah Yezline tiba-tiba berubah dan langsung berdiri, “Bagaimana bisa?” “Saya melihat kotak perhiasan dan tidak menemukannya” MIra tampak cemas. Yezline dan MIra kembali ke kamar tidur bersama-sama, dan mereka berdua menggeledah lemari di dalam dan di luar, tetapi hasilnya masih belum ada tanda-tanda kalung itu. Kerumunan tidak punya keinginan untuk makan dan berkumpul di kamar tidur bersama. “Yezline, cari lagi, apa kamu meletakkannya di suatu tempat dan melupakannya.” Fanny memperingatkan dengan hati-hati. MIra segera menggelengkan kepalanya, “Tidak, kalung itu adalah pemberian tuan muda Levan kepada nona yezline. nona yezline sangat menyukainya, dan dia takut kehilangan kalung itu, maka dari itu ia mene
Tentu saja Caca tidak akan pergi. Jika dia pergi ke polisi, dia tidak akan bisa mengembalikkan nama baiknya. Dalam pekerjaan mereka, reputasi sangat penting. Caca ingat seorang aktris baru bernama bunga, dia populer karena memerankan sebuah film. Dia membuat filmnya hits, dan dibayar seperti bintang top, tetapi terungkap bahwa dia telah mencuri sesuatu ketika dia masih kuliah, dan reputasinya tiba-tiba hancur, tidak pernah terlihat lagi. "Aku bilang itu bukan aku," Caca meronta. Bagaimanapun, dia tidak bisa mengakuinya, karena memang Caca benar benar tidak mencuri kalung itu. Tapi di dalam hati Caca, dia tau bahwa kalung itu sengaja di curi dan di masukkan pada kopernya, secara tidak langsung Caca sengaja di jebak, entah
Dia melihat sekeliling, "apa kamu baru saja berbicara denganku?" "Saiapa lagi? apa ada orang lain di ruangan ini? “Caca mengembalikan koper itu ke lemari. "Apa yang kamu bicarakan, aku dapat apa? " Susan menatap ponselnya gusar. “Jangan berpura-pura, hanya kita berdua di ruangan ini dan hanya kamu yang memiliki kesempatan untuk memasukkan kalung itu ke dalam koperku, aku hanya ingin tahu, apa yang diberikan Yezline untuk menjebakku, uang? Jabatan? Ketenaran?" Caca sangat tenang. Susan kehilangan kata-kata, "Itu hanya pemikiranmu, sudahlah aku mau tidur." Setelah mengatakan itu, dia hanya berbaring di tempat tidur memunggungi Caca.
Gaun pengantin. Di dalam ruangan itu ada sebuah manekin dengan sebuah gaun pengantin yang nampak belum rampung. Itu adalah bagian setengah jadi, tidak cukup dikerjakan di banyak tempat, dengan peniti sederhana, perlengkapan menjahit di sebelahnya, dan gambar desain. Jendelanya terbuka sedikit, dan angin sepoi-sepoi bertiup melaluinya, dan kain tile tipis yang dijadikan gorden diterbangkan seperti mimpi seorang gadis, ringan dan tanpa beban. Mata Caca berkaca kaca melihat itu. Tidak tahu apa yang terjadi Bram menoleh untuk melihat Caca, "Sepertinya adikmu memiliki gadis pujaan…" Dia tidak menyelesaikan kalimatnya karena dia melihat mata Caca berkaca kaca.
Sebelum masuk ke dalam kamar, bahkan Bram sudah menyambar bibir Caca dengan ganas. Caca hanya diam mematung, dia tak tahu harus berbuat apa. Ini pertama kalinya, dia melakukan ini dengan suaminya tanpa kegelapan. “Buka bibirmu, Sayang!” Seru parau Bram sambil membuka pintu kamarnya dengan siku dan Caca yang masih dalam gendongannya. Caca semakin membeku, tapi perlahan bagai terhipnotis dengan wajah Bram yang semakin terlihat sensual, dia membuka bibirnya mengikuti arahan Bram dalam setiap gerakan lidahnya. Bram semakin memperdalam lumatannya hingga tak memberi Caca jeda untuk bernapas. Kini Bram sudah menurunkan Caca di tempat tidur mereka, tangan Bram tak tinggal diam, meremas salah satu dada Caca dan memilin ujung dada itu dari luar pakaian Caca. Bram semakin lihai memberi rangsangan ke tubuh Caca. Caca terus melenguh akibat ulah Bram yang memberinya rangsangan bertubi-tubi, membuat Caca tak kuasa menahannya dan ingin segera mengakhiri sesi kegiatan tersebut. “Sssh…” Bram men
Bram membawa Caca kembali ke Rainbow City dan Lina sudah terlelap dikamarnya. Sepasan suami istri tersebut duduk berhadapan di ruang tamu dengan berjarak meja kopi di depan mereka. Yang satu bersandar di sofa, satunya lagi hanya duduk diam dengan kaki erlangnya. “Ada yang ingin kau katakan?” Bram bertanya lebih dulu. “Cerai.” Caca dengan tegas bicara. Bram mencibir, “jadi kau ingin menceraikan suamimu untuk menikah lagi dengannya?” Caca mencengkram baju di lututnya, “Bukankah aku sudah mengatakan alasan kenapa aku ingin menceraikan suamiku pada Asta? Semua karena suamiku hanya menganggapku sebagai boneka s*ks nya.” Pupil mata Bram mengecil. “Aku melakukan itu agar kamu tidak selingkuh!” Ucap Bram dengan tenangnya. “Apa aku akan melakukan perselingkuhan kalau sejak awal kau memperlakukanku selayaknya bagaimana seorang suami memperlakukan seorang istrinya?” Caca berkata lagi, “Tidak usah sibuk mencari kesalahanku, lebih baik sekarang jelaskan padaku kenapa kau membohongiku, mem
Di salah satu bar. Saat Bram menyesap satu sloki minumannya, John datang terlambat. Tadi waktu Bram menelponnya, dia sudah bersiap akan tidur dan ketika menerima panggilan dari Bram, John segera menanggalkan pakaian tidurnya. John pikir, Bram mengajaknya bertemu di bar untuk mengajaknya bersenang-senang dengan seorang wanita. Tapi begitu John masuk, pemandangan yang dilihatnya adalah Bram yang sedang menenggak minumannya dengan wajah yang sangat tidak enak untuk dipandang. “Yah, katakan padaku, siapa orang disini yang berani membuat mood mu jadi hancur seperti itu!” John menjatuhkan pantatnya di sebelah tempat duduk Bram. Bram kemudian menceritakan duduk masalahnya. Setelah mendengar keseluruhan cerita, ekspresi John jadi agak rumit. “Errrr, mari kita selesaikan ini, jadi, kamu menyamar sebagai orang lain untuk mendekati wanita itu, dan akhirnya pendekatan itu berhasil, kan?” Bram menatap John penuh arti dan tidk berkata apa-apa. John segera bertepuk tangan. “Kalau begitu kamu
Bram kembali ke kamarnya. Ashar dan beberapa pengawal saling berpandangan, wajah mereka yang tadinya berseri-seri saat Bram baru keluar, tapi sekarang seperti kanebo kering. “Tuan, anda baik-baik saja?” Bram mengangkat kepalanya dengan sepasang mata yang tajam. “Batalkan rencana hari ini!” Ashar terkejut, “Tuan, tapi kenapa?” “Lakukan saja apa yang kusuruh,” geram Bram. “Baik, saya akan membatalkan semuanya.” Ashar tidak berani lagi bertanya lebih banyak dan segera berjalan keluar ruangan. Bram mengepalkan tangannya, sorot matanya memancarkan cahaya dingin yang menusuk. Di sisi lain, Caca sudah berganti pakaian, dia sudah merias dirinya dan memakai gaunnya. Gaun organza biru laut, benang yang tersulam lembut membungkus tubuhnya, tidak terlalu luar biasa, tapi jika dilihat lebih teliti, gaun itu membuat Caca seperti peri, sangat cocok. Caca tidak berhenti mengagumi gaun itu, kalau dia tidak tahu bahwa gaun itu adalah gaun KW dari Asta, dia pasti akan menyangka gaun itu adalah
Caca mencengkram ponselnya dengan erat. Kenapa harus seperti itu, kenapa suaminya harus pura-pura menjadi orang lain di hadapannya? Kepala Caca dipenuhi dengan pertanyaan tak terhitung jumlahnya. Siapa dia sebenarnya? Caca melihat ke arah kerumunan lagi dan menemukan kalau orang-orang itu sudah masuk ke dalam salah satu kamar, menyisakan dua orang untuk berjaga di depan pintu. Caca mengumpulkan keberaniannya dan mendekat. Kedua penjaga di depan pintu tidak mengenal Caca dan terlihat tidak perduli saat Caca berjalan mendekat. “Permisi, boleh saya tahu siapa yang ada di ruangan ini?” Kedua penjaga itu saling memandang. “Ada perlu apa, Nona?” Salah satunya bertanya. “Tidak apa-apa, saya hanya melihat seorang pria tampan disini tadi dan ingin tanya saja.” Caca tersenyum kecil. “Asal anda tahu, di dalam adalah orang penting. Bramasta Moses. Cari tahu sendiri saja siapa dia di internet!” Pengawal itu juga tampak sombong. Sebagai pengawal seorang Bramasta Moses, tentu saja suatu
Bagaimana ini, Susi pasti sudah menghabiskan banyak uang untuk memesan gaun ini. Caca sendiri tidak tahu apakah noda merah dari minuman berkarbonasi bisa dihilangkan dalam semalam. Dia hanya berjalan menyusuri lorong hotel, memikirkan kemana harus mencari bantuan, atau setidaknya pinjaman untuk gaun yang akan dipakainya besok. Tiba-tiba, sosok pria muncul di benaknya, Asta. “Hei, Asta, apa kamu sudah tidur?” “Belum, kenapa?” Bagi Bram tidak ada hari tanpa bekerja, dia sudah terbiasa masih bekerja hingga dini hari, jadi dia pasti belum tidur. “Begini, aku ingin minta bantuanmu.” “Bantuan apa? Katakan!” “Gaun KW super yang kamu berikan padaku di acara pertunangan Yezline dulu itu. Bisa tidak, kamu carikan untukku dengan model berbeda? Aku dalam keadaan darurat.” Padahal gaun yang Bram dulu berikan pada Caca adalah asli, bukan KW. “Untuk apa memangnya?” Tanya Bram. “Ceritanya panjang. Jadi besok aku harus menghadiri acara Golden Award, tapi barusan gaunku rusak. Aku bingung dim
“Ashar, cari tahu siapa saja yang masuk dalam nominasi Aktris Pendukung Terbaik tahun ini!” Dari sebelum Bram memerintahkan untuk itu, rupanya Ashar sudah mengantongi semua data yang Bram minta. “Saya sudah memiliki rincian datanya, Tuan. Dan kandidat terkuat untuk nominasi itu adalah Yezline Hendarmo. ESSE Internasional sudah membuat pelobian. Jadi besar kemungkinan, kalau pemenang nominasi itu adalah Yezline.” Mendengar itu alis Bram merajut. “Tapi jangan khawatir, Tuan. Jika anda mau, kita bisa dengan mudah mengambil posisi itu. Bukan hal yang sulit untuk menjadikan nona muda pemenang. Hanya saja…” “Hanya saja apa?” “Susi, manajer nona muda, berpikir kalau tidak akan baik bagi nona muda untuk memenangkan penghargaan apapun di tahun ini.” “Kenapa?” “Karena, di film nona yang pertama, nona hanya berperan sebagai tokoh wanita ketiga. Jika nona memenangkan nominasi itu tahun ini, maka media pasti akan dibuat heboh dan lebih mudah bagi mereka untuk menggoreng berita tersebut. Sem
Ruangan Presdir Mcoal Indonesia. Bram sedang sibuk berbahagia di mejanya, suasana hatinya sedang sangat baik hari ini, ditambah lagi setoples kue kering di mejanya yang selalu ia pandangi dari waktu ke waktu sambil tersenyum sendirian. Dikejutkan dengan bunyi telepon di mejanya yang tiba-tiba berbunyi, suara Ashar datang dari ujung ponsel Bram. “Pak Bram, Pak John ada disini.” “Suruh dia masuk.” “Baik.” Setelah beberapa saat, si John dengan angkuhnya masuk ke ruangan Bram, sambil berkata, “Tuan Bramasta Moses, satu pertanyaan penting untuk anda. Kenapa anda sulit sekali ditemui sudah seperti artis papan atas.” John menatap ke arah Bram dan dengan segera menemukan setoples kue di meja Bram, dengan cepat John melangkahkan kakinya mendekat. Tepat ketika John ingin meraih kue itu, Bram segera dengan cepat menggeser toplesnya dan tangan John langsung hampa. “Oh, jadi begitu, sekarang kue saja tidak boleh kusentuh?” Pekik John “Kamu tidak boleh makan kue ini!” “Kenapa tidak boleh
Gerak cepat Ashar tidak perlu diragukan lagi, dalam sekejap dia sudah mengantongi nomor kamar Caca dan membawa Bram malam itu juga pada Caca. Hingga malam syuting masih berlangsung, tapi scene untuk Caca sudah berakhir. Hotel tempat dimana Caca menginap sekarang benar-benar sepi. “Tunggu aku di mobil.” Bram memberi perintah, turun dari mobil dengan kaki panjangnya dan langsung menuju lantai enam hotel. Lantai enam adalah tempat suite terbaik di hotel ini, semua pemain penting tinggal di lantai ini. Sekarang sudah sangat malam, sebagian besar orang pasti sudah beristirahat setelah seharian disibukkan dengan sepanjang hari. Bram menaiki lift dan pintu perlahan terbuka. Ini adalah pertama kalinya Bram datang ke hotel ini, jelas dia tidak tahu struktur pasti hotel ini, tapi menurut penyelidikan Ashar, Caca tinggal di kamar nomor 621. Setelah Bram keluar dari lift, dia hanya berdiri di depan lift. Masih mencari pintu kamar dengan nomor 621. Sampai akhirnya dia menyadari kalau kamar