Beranda / Rumah Tangga / Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya / Bab 1. Nayyara Naizha Qotrunnada

Share

Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya
Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya
Penulis: Penasaya

Bab 1. Nayyara Naizha Qotrunnada

Penulis: Penasaya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-14 16:32:49

Langit malam yang hitam pekat menggelayut, tiada cahaya yang menyinari. Bahkan, bintang-bintang pun seakan tidak sudi menampakkan keindahannya. Warna yang suram bagaikan kehidupan seorang gadis yang sedang duduk di pinggir jendela dengan menatap kosong ke depan. Hari ini, dia lalui seorang diri, begitu juga hari kemarin, dan hari-hari yang sudah berlalu. Bagi Nayyara, sendiri adalah kehidupannya yang sesungguhnya.

Nayyara Naizha Qotrunnada, gadis yang biasa dipanggil Nayyara itu berulang kali menghela napas panjang, mencoba untuk menghirup udara dan mengisi rongga dadanya yang terasa sangat sesak. Kehidupannya benar-benar berubah drastis, saat kedua orang tuanya yang sudah mengadopsinya sewaktu kecil tidak lagi menyayanginya. Hanya dengan alasan, hadirnya buah hati yang sudah dinanti-nanti selama ini.

Gadis bertubuh tinggi dengan rambut panjang yang dia ikat asal itu masih setia memandangi langit malam dengan tersenyum miris. Dia menertawakan dirinya yang terlihat sangat menyedihkan sekarang ini. Bahkan, dia seperti seorang anak yang mengemis kasih sayang pada kedua orang tuanya.

Mengapa orang tua yang teramat sangat dia sayangi itu tidak bisa adil dalam membagi kasih sayang? Apa salahnya jika dia tetap dianggap ada dan tetap disayangi meski pun kini sudah tak lagi menjadi putri satu-satunya? Mungkin ini terlihat hanya sebuah masalah kecil, tetapi bagi Nayyara, dia benar-benar kehilangan sesuatu yang besar dalam hidupnya.

Sejak kehadiran Rania Ishani—putri kandung dari kedua orang tuanya. Nayyara menjadi orang asing di rumah, tidak adalagi perhatian yang biasanya selalu dia dapatkan dulu saat dia masih sendiri. Kini, semua perhatian itu berpindah kepada Rania dan Nayyara hanya bisa menonton saja.

Seakan tidak cukup dengan rasa sakit yang sudah Nayyara terima dari keluarganya. Hari ini ia kembali melihat kenyataan bahwa dirinya telah dikhianati oleh laki-laki yang selama ini dia percaya selalu ada dan mengerti semua tentangnya. Semesta seakan mempermainkan kehidupanya. Seluruh mentalnya dihajar habis-habisan dari sisi manapun. Nayyara selalu bertanya akankah kebahagiaan itu bisa kembali menghampirinya seperti saat dulu di mana ia begitu dipuja? Rasanya akan sangat sulit untuk mengembalikan situasi seperti dulu lagi.

Nayyara kembali menghela napas panjang. Setelah dia menghapus air mata yang membasahi pipinya. Dia beranjak dari duduknya dan menutup tirai jendela kamar. Daripada mengingat segala sakit yang dirasakannya hari ini, lebih baik baginya untuk tidur dan melupakan sejenak rasa sakitnya. Berharap, esok harinya disambut dengan kenyataan yang lebih baik meskipun hatinya tidak sepenuhnya yakin.

***

Pagi-pagi sekali, Nayyara sudah berpakaian rapi. Setelah selesai menyelesaikan pekerjaan rumah dan membuatkan sarapan untuk kedua orang tuanya dan juga Rania adiknya. Dia segera bersiap untuk berangkat bekerja. Nayyara memiliki usaha kecil-kecilan yang mana dia mendirikan sebuah Toko Kue dari hasil tabungannya sendiri dan juga hasil kerjanya saat menjadi seorang asisten dosen saat ia kuliah dulu. Nayyara sangat suka memasak meskipun Bundanya tidak setuju dengan pilihannya yang menolak untuk bekerja di bawah naungan Ayahnya.

“Bunda, Nayya berangkat kerja dulu, ya,” pamit Nayyara pada Bundanya yang masih sibuk merapikan kamar tidur Rania. Ya ... Rania memiliki kebiasaan buruk, yaitu saat bangun dia tidak membereskan tempat tidurnya sendiri. Walaupun begitu Bunda tidak akan pernah memarahi putri kesayangannya itu, sangat berbeda jika itu terjadi pada Nayyara sudah pasti Bunda akan memarahi Nayyara jika Nayya melakukan hal yang sama seperti yang Rania lakukan.

“Kalau mau pergi, ya, pergi saja. Kamu tidak lihat Bunda lagi ngapain? Kamu tidak punya mata?” ketus Bunda Fania seraya kembali melanjutkan pekerjaannya tanpa melirik sedikit pun keberadaan Nayyara.

Nayyara terdiam mendapati jawaban ketus dari Bundanya itu, rasanya sedih sekali jika diingat-ingat bahwa dulu Bunda sangat memperhatikan dirinya sama seperti Bunda yang memperhatikan Rania, tetapi sekarang Nayya mendapati kenyataan bahwa kedua orang tuanya itu seakan sudah tidak menyayanginya lagi.

“Bun, kopi Ayah mana?” teriak Yacob Ayah Nayyara dan juga Rania yang sedang buru-buru dikarenakan hari ini ada jadwal dadakan di perusahaan miliknya.

“Iya, bentar!” Bunda Fania berlalu begitu saja dari hadapan Nayyara tanpa memperdulikan keberadaan Nayyara di sana, padahal Nayya hanya ingin berpamitan karena akan berangkat bekerja.

Nayyara pun memutuskan untuk langsung pergi saja, lagi pula tadi Bundanya itu sudah tahu bahwa Nayyara akan pergi untuk bekerja, alhasil Nayyara pun berlalu keluar rumah untuk segera berangkat.

Nayyara pergi mengendarai sepeda motor Matic kesayangannya, yang mana dia dapatkan sebagai hadiah ulang tahun yang Nayyara terima dari sang Nenek beberapa tahun lalu. Bahkan, sekarang benda itu menjadi sebuah kenangan baginya saat ia merindukan sang Nenek yang baru saja meninggal beberapa bulan yang lalu.

Nayyara tiba di depan toko dengan disambut ketiga orang pekerjanya. Meskipun Tokonya terlihat kecil namun Nayyara memiliki banyak pelanggan tetap yang selalu setia membeli dan memesan untuk acara-acara tertentu. Nayyara tidak hanya menyediakan berbagai kue untuk dijual, namun ia juga menerima segala bentuk pesanan yang datang ke tokonya.

“Nayy, hari ini banyak pesanan yang berdatangan untuk dibagi-bagikan ke panti asuhan dan juga kepada anak-anak yang hidup di jalanan. Pemesan ingin bersedekah untuk menyambut putri pertama mereka setelah sekian lama menunggu,” ucap Salwa menjelaskan dan member tahu bahwa ada pesanan yang baru masuk, Salwa adalah salah satu pekerja Nayyara yang bekerja di toko milik Nayyara.

Nayyara tidak ingin di panggil dengan sebutan lain selain namanya sendiri, karena baginya. Mereka semua ini sama, sama-sama saling membutuhkan dan juga sama-sama mencari uang jadilah para karyawan hanya memanggilnya dengan nama Nayyara walaupun Nayyara termasuk atasan mereka.

“Apa kalian sanggup mengerjakannya? Kalau kalian bilang iya, maka aku akan mengikut saja,” ujar Nayyara tersenyum dengan ramah, Nayya tidak mau membebani mereka dengan nekat mengambil banyak pesanan, jika mereka tidak sanggup maka Nayyara pun tidak mau memaksa.

“Iya, kami sanggup.” Mereka menjawab dengan bersemangat membuat Nayyara pun jadi ikut bersemangat.

“Baiklah, mari kita kerjakan,” ucap Nayyara sambil merangkul bahu Salwa menuju dapur, sedangkan Zahira dan juga Keisha menjaga di depan untuk melayani pembeli yang datang.

Di tempat lain, seorang laki-laki sedang bermesraan dengan wanita yang tak lain adalah Rania. Keseharian Rania sepulang kuliah adalah keluyuran bersama teman-temannya dan juga pacar barunya. Ya seperti yang terlihat sekarang ini, Rania selalu merasa iri dengan kehidupan Nayyara, ia merasa insecure setiap bersampingan dengan Nayyara yang terlihat lebih cantik, pintar dan juga disukai oleh banyak orang. Bahkan Rania tidak segan-segan untuk mengambil segala milik Nayyara termasuk Zio kekasih dari kakaknya sendiri dan pastinya hal itu diketahui oleh Bundanya, biarpun begitu Bunda selalu berpikir bahwa kebahagiaan Rania adalah nomor satu.

“Sayang, setelah ini kita akan pergi ke mana?” tanya Zio pada Rania yang masih sibuk menyeruput minuman miliknya hingga tandas tak tersisa.

“Ada satu tempat yang ingin aku kunjungi,” jawab Rania dengan senyum yang sulit diartikan.

“Baiklah princess, aku akan menemani kemana pun kamu pergi,” ujar Zio dengan mengelus lembut punggung tangan Rania membuat Rania tersenyum.

Nayyara sedang beristirahat dan juga mencoba untuk merenggangkan otot-ototnya, ia merasa sangat kelelahan dengan pesanan yang sedang mereka kerjakan sekarang ini. Namun meski begitu Nayyara merasa bahagia, dengan begitu ia akan dengan mudah mengumpulkan uang untuk merenovasi Toko Kue miliknya dan mengubahnya sesuai dengan kesanggupannya.

Saat sedang sibuk menikmati makan siangnya, Nayyara kedatangan tamu yang membuatnya kehilangan selera makan. Ia menatap kedua orang itu dengan wajah datarnya, mereka adalah Rania dan Zio mantan pacarnya itu, sepertinya Rania sengaja datang ke toko bersama Zio hanya untuk memanas-manasi Nayyara saja.

“Mau apa ke mari?” tanya Nayyara ketus.

“Aku hanya ingin melihat keseharian Kakakku di tempat yang tak layak ini,” ucap Rania meremehkan sambil menatap sekitar, sedangkan Zio masih terdiam menatap wajah lelah Nayyara gadis yang dulu pernah mengisi hatinya itu sebelum Rania.

“Kalau tidak ada keperluan, lebih baik sekarang kamu pulang dan bawa pacar kamu ini. Aku sedang tidak menerima tamu,” ucap Nayyara mengusir mereka dari hadapannya.

“Ck! Sombong sekali, aku juga tidak sudi berlama-lama di tempat kumuh ini, aku hanya ingin memberitahu bahwa sekarang aku sudah resmi pacaran sama Zio,” ujar Rania bergelayut manja di lengan Zio sengaja ingin membuat Nayyara cemburu.

“Oh, selamat ya, semoga kamu tidak mengalami hal yang sama sepertiku. Ditinggalkan saat mendapatkan pengganti yang lebih menguntungkan,” ucap Nayyara berlalu meninggalkan kedua orang itu dan melanjutkan pekerjaannya.

Sedangkan Rania merasa sangat kesal pada Nayyara, awas saja ia akan mengadukan sifat Nayyara pada Bundanya. Dia yakin saat tiba di rumah nanti Nayyara akan mendapatkan hadiah yang spesial darinya.

Bab terkait

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 2. Bukan milik bersama

    Nayyara tiba di rumah pukul tujuh malam, biasanya dia akan pulang sebelum matahari terbenam. Namun, akhir ini, kesibukannya di toko yang harus mengerjakan pesanan yang banyak, membuatnya telat sampai ke rumah hingga pulang malam.“Bagus, ya. Apa kau pikir aku pembantu di rumah ini. Hah?” bentak Fania pada Nayyara yang baru saja masuk ke dalam rumah, membuat Nayyara terkejut.“Maaf, Bun. Tadi banyak pesanan di toko, itu sebabnya Nayyara pulang terlambat,” ucap Nayyara mencoba menjelaskan.“Apa kau pikir aku peduli dengan itu? Cepat buatkan makan malam. Rania sudah sangat kelaparan sedari tadi,” ujar Fania yang hanya memperdulikan Rania, padahal Nayyara baru saja pulang dan tubuhnya terasa pegal-pegal semua karena seharian bekerja di toko dengan pesanan yang begitu banyak yang harus dikerjakan secepat mungkin.“Tapi, Bun. Aku baru saja sampai dan aku masih harus bersih-bersih dulu. Rania kan juga sudah besar, sudah pasti dia bisa memasak untuk dirinya sendiri,” ucap Nayyara mencoba untu

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 3. Serba salah

    Nayyara duduk termenung di ruangan kecil miliknya. Sebuah foto dengan menampilkan senyum manis ketiga orang di dalamnya membuat Nayyara menatap sendu. Bagaimana tidak, kebahagiaan yang dirasakannya saat itu seakan tidak mau jauh darinya. Nayyara kecil sangat dicintai saat itu, bahkan tidak sekalipun ia mendengar suara bentakan yang ditujukan padanya. Nayyara mengingat semua kenangan manisnya kala itu yang kini hanya tinggal tangis berselimutkan tawa yang perih.Pernah sekali Nayyara berdoa minta waktu untuk di kembalikan ke belakang, dia meminta supaya adiknya Rania tidak pernah ada di antara mereka. Namun, sesaat kemudian Nayyara menarik kembali doanya, biar bagaimanapun dirinya juga sangat menyayangi Rania, walaupun Rania selalu berbuat masalah kepadanya.“Ada masalah lagi di rumah?” tanya Salwa yang sudah mengerti dengan permasalahan hidup Nayyara.“Seperti biasa,” jawab Nayyara pelan seraya menyimpan kembali foto yang dia pegang itu kedalam dompet miliknya.Nayyara dan juga Salwa

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 4. Ajakan makan malam

    Isak tangis masih terdengar di sudut kamar Nayyara, sesekali ia meringis mengobati luka dari Fania Bundanya. Nayyara tidak tahu bahwa membuat mood Rania buruk juga akan menjadi kesalahannya. Nayyara bukan lagi anak kecil yang tidak bisa membela diri. Akan tetapi, percuma saja jika kenyataannya pembelaannya tidak berarti apa-apa.“Terlepas dari apapun yang sudah terjadi dan melukaiku, Nayya akan tetap sayang, Bunda,” ucap Nayyara lirih sambil menahan rasa perih pada lukanya.Setelah puas menangis dan juga mengobati lukanya, Nayyara turun ke bawah menuju dapur untuk mengambil air minum yang selalu ia sediakan di dalam kamarnya. Saat melewati ruang tamu, Nayyara melihat pemandangan yang lagi-lagi menyesakkan dadanya. Kedua orang tuanya sedang bersenda gurau bersama adiknya dengan Fania mengelus lembut rambut Rania yang berada di pangkuannya seketika air mata Nayyara kembali menetes dari mata indahnya padahal dirinya sudah terbiasa dengan pemandangan itu. Namun, tetap saja hatinya kembali

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 5. pelampiasan

    Mobil Faris berhenti di depan pagar rumah mewah yang menjulang tinggi, membuat siapapun yang melihatnya akan terpukau dengan kemewahannya. Nayyara memperhatikan dengan seksama seakan-akan dia baru melihat rumah sebegitu mewahnya.“Ini rumah Kak Faris?” tanya Nayyara dengan wajah polosnya.“Iya ini rumah aku, tidak lucu dong aku mengundang kamu makan malam dengan menumpang di rumah orang lain,” jawab Faris tersenyum geli melihat wajah lucu Nayyara."Yaudah, yuk, masuk." Nayyara mengikuti Faris memasuki rumah mewah tersebut, di dalam sana Nayyara disambut oleh Delia dan juga Frans yang sudah menunggu di meja makan dengan tersenyum ramah ke arah Nayyara.“Malam, Om, Tante,” sapa Nayyara ramah sembari mencium punggung tangan sepasang suami istri itu dengan sopan.“Malam, Sayang. Ayo silahkan duduk Tante tidak tahu makanan kesukaan kamu apa. Jadi, Tante persiapkan saja segala jenis makanan yang mungkin salah satunya ada yang kamu sukai,” ujar Delia mempersilahkan Nayyara untuk duduk."Teri

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 6. Kembalikan barang yang bukan milikmu

    Hujan kembali menyirami kota Jakarta. Nayyara mengeluarkan sepeda motor nya untuk memulai aktivitas nya seperti biasa, tak lupa ia memakai helm dan juga pelindung hujan untuk melindungi dirinya. Hujan itu tipis, namun bisa membuat pakaian basah bagi yang berjalan di bawahnyaBelum sempat Nayyara menaiki sepeda motor nya, seseorang menarik tangannya dari belakang menampilkan sosok Rania dengan wajah yang terlihat merah menahan amarahnya"Apa yang kau lakukan?" tanya Nayyara berusaha melepas cekalan tangannya"Sudah berulangkali aku katakan jangan pernah sekali-kali mencari kesempatan untuk mendekati kak Faris, perempuan murahan!" bentak Rania geram kala mengingat Nayyara pulang bersama Faris "Apa hubungannya denganmu? Apa kamu punya hubungan spesial sama kak Faris? Tidak, kan?" jawab Nayyara setenang mungkin walaupun sebenarnya ia merasa kesal Rania menyebutnya sebagai wanita murahanKemarahan Rania semakin memuncak melihat Nayyara yang sudah mulai berani padanya, dengan cepat ia meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-31
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    bab 7. Mari bertempur

    Ada apa ribut malam-malam begini?" suara berat itu menghentikan aksi tarik menarik di antara mereka berdua. Keduanya menoleh kearah suara dengan dua tatapan yang berbedaTak kunjung mendapat jawaban dari Rania ataupun Nayyara membuat Yacob semakin murka, bukan apa-apa. Ia baru saja mengistirahatkan diri seusai satu harian menghabiskan waktu di perusahaan dengan pekerjaan yang kian menumpuk, niat hati ingin mencari kedamaian di rumah. Namun nyatanya ada saja yang mengganggu acara tidurnya"Nayya! Apa kau tidak mempunyai mulut untuk menjelaskan apa yang terjadi?" kali ini suara Fania yang menginterupsi, wanita berusia senja itu keluar setelah mendengar suara ribut-ribut di luar kamarnya"Ini bukan kesalahan Nayya bunda, Rania! Dia memasuki kamar aku dan membuatnya sangat berantakan, bahkan barang milik-ku juga di ambil olehnya" jelas Nayyara berharap bundanya mau membujuk putri kesayangannya itu untuk mengembalikan apa yang bukan menjadi miliknya"Bukannya bunda yang bilang, bahwa apapu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 8. Merebut perhatian Faris

    Nayyara memasuki gedung mewah yang menjulang tinggi di depannya, ia melangkahkan kakinya menuju meja resepsionis yang terletak tidak jauh dari tempat dimana ia berdiri. "Assalamualaikum, Mbak," sapa Nayyara ramah melihat petugas resepsionis nya memakai hijab, sudah pasti wanita itu beragama Islam. Pikir Nayyara."Waalaikumsalam, ada yang bisa saya bantu?" balas wanita berhijab itu tak kalah ramah."Saya ingin mengantarkan pesanan dari Umi Syafanah. Apa beliau ada?""Oh, iya, mari mbak saya antar."Nayyara mengikuti langkah wanita yang berjalan mendahuluinya itu dengan sesekali menatap kagum interior bangunan itu. Banyak orang yang berlalu lalang, sepertinya sedang sibuk dengan urusan masing-masing."Silahkan masuk, Mbak," ujarnya mempersilahkan."Terima kasih, Mbak," balas Nayyara."Sama-sama." Resepsionis itu pun berlalu meninggalkan Nayyara seorang diri.Nayyara mengetuk pintu bercorak abstrak tersebut dengan hati-hati, takut membuat orang yang didalamnya merasa terganggu. Dengan g

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 9. tatapan penuh permusuhan

    Nayyara telah selesai mengerjakan segala pekerjaannya dengan sempurna tanpa tertinggal apapun. Ia merasa perutnya sangat perih karena belum di isi makanan sama sekali, Nayyara berjalan menuju meja makan dan mendapati pemandangan yang kembali membuat kesedihan itu terpancar di mata indahnyaEntah kapan terakhir kali ia duduk dan makan bersama keluarganya, yang pasti Nayyara sangat merindukan saat-saat itu. Dimana ia masih diperlukan selayaknya seorang anak yang begitu di cintaiNayyara berniat ingin melewati ruang makan itu dengan hati-hati dan tanpa mengeluarkan suara. Namun, belum sempat melangkah menuju kamarnya Faris menghentikannya, membuat Nayyara seketika menoleh ke arah suara itu"Nay, kamu sudah makan? Sini gabung sama kita, masa kami makan kamu malah sibuk dengan pekerjaan kamu sih,?" ujar Faris tanpa tahu kalau sebenarnya hadirnya Nayyara akan membuat kedua orangtuanya dan juga Rania kehilangan selera makan jika ia turut andil bersama mereka"Aku sudah lebih dulu sarapan ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05

Bab terbaru

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 54. Rindu yang tidak kalah besarnya

    Sebulan telah berlalu, selama itu juga Nayyara dan juga Yazdan tidak pernah bertukar kabar, Yazdan selalu mempertanyakan keadaan istrinya pada Alzena adiknya. Begitu pula dengan Nayyara, ia tahu alasan Yazdan tidak menghubunginya itu sebabnya ia juga melakukan hal yang sama seperti Yazdan. Mereka berdua bertukar kabar melalui Alzena, meskipun sesekali gadis itu mendengus kesal pada keduanya.Namun mengingat Yazdan yang berjanji akan menambahkan uang jajannya selama membantu dirinya. Maka, meskipun di landa sedikit kesal, ia tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh kedua manusia yang di sayangi nya itu.Bagi Yazdan waktu satu bulan yang ia habiskan di negeri orang sangat menguras tenaga serta rindunya. Ia merindukan istri beserta keluarganya, Yazdan dengan semangat menyusun segala barang-barang miliknya tanpa tertinggal.Akhirnya setelah berjuang selama satu bulan ini, ia berhasil merampungkan bisnisnya dengan nyaris sempurna. Dan tentunya semua itu berkat kerja keras, usaha serta

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 53. khawatir

    Yazdan masih terduduk di salah satu meja yang berada di sana, entah dimana Fahira pergi. Namun laki-laki itu tidak terlalu memperdulikan nya sebab ia tahu jika Fahira pasti bisa menjaga dirinya.Sesaat kemudian, Yazdan merasakan hawa aneh di tubuhnya. Tiba-tiba saja hawa panas menggerayangi tubuhnya, ia meraih gelas yang berisi air putih tersebut untuk ia minum kembali, seraya mencoba untuk menghilangkan dahaga yang membuat ia merasakan sesuatu sensasi yang aneh."Jangan di minum, nih, aku bawakan yang baru," ucap Arga menghentikan pergerakan Yazdan yang berniat kembali menyeruput air putih yang berisikan obat tersebut. Yazdan merasa terkejut sekaligus bingung, melihat Arga yang sudah di depan matanya, padahal ia pergi sendiri tanpa memberitahu asisten sekaligus sahabat tersebut."Kenapa kamu sangat ceroboh Yazdan? Andai saja aku tidak mengikuti kemana kamu pergi, mungkin saat ini kamu sudah melakukan sesuatu yang akan menghancurkan keluarga yang baru akan kamu bina bersama Nayyara. B

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 52. Bukan pesta

    Yazdan tampak bersiap-siap. Ia merapikan setelan jas dan dasinya seorang diri. Dia memang memiliki asisten. Namun, kali ini ia tidak ingin merepotkan orang lain. Terlebih, Yazdan hanya suka jika dirinya dibantu oleh sang istri tercinta. Tadi, dia sudah melihat gambar sang istri yang tengah membuat sarapan. Sangat cantik. Sampai sekarang, Yazdan belum menghubungi Nayyara secara langsung. Ia mengetahui keadaan Nayyara dari sang adik tercinta. Adiknya kali benar-benar sangat membantu. Meski yang dilakukan Alzena tidak gratis, hal itu tidak menjadi masalah."Masya Allah, ternyata aku semakin tampan saja. Tidak malu-maluin bersanding dengan istriku yang cantik," ujar Yazdan mematut dirinya di depan cermin. Tak lama, Yazdan terkekeh geli. Sejak kapan dirinya menjadi sedikit narsis begini? Ah iya, semenjak menikah dengan seorang Nayyara lebih tepatnya. Sebenarnya, sifat narsis itu sudah ada. Namun, semakin terasah saja saat ini.Yazdan berpikir kalau lama-lama sifatnya mulai mirip dengan Alz

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 51. Rindu

    Baru lagi sehari tepatnya, Yazdan meninggalkan Nayyara seorang diri, namun gadis cantik tersebut sudah merasa rindu dengan keberadaan sang suami. Lihatlah, niat awal tidur setelah melaksanakan sholat isya, nyatanya tak begitu. Seorang Nayyara sama sekali tidak merasakan kantuk. Nayyara hanya duduk bersandar di tepi ranjang sambil memperhatikan isi kamarnya. Tepatnya, kamar baru dirinya. Kamar dimana dirinya tidak akan pernah lagi kesepian karena ada sosok Yazdan, suaminya.Suaminya yang insyaAllah akan menuntun ke jalan surga-Nya. Sayang, karena ada urusan pekerjaan yang memang mengharuskan sang suami pergi cukup jauh, membuat Nayyara ditinggal seorang diri.Lebih tepatnya, Nayyara sendirilah yang menolak untuk ikut. Padahal, Yazdan sudah membujuknya berulang kali. Sebenarnya, Nayyara ingin ikut. Namun, takut kalau dirinya akan menganggu."Sedang apa Abang Yazdan di sana ya?" lirih Nayyara. Netranya menatap lurus ke depan. Tepatnya ke sebuah foto pernikahan yang terpampang jelas. Sont

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 50. banyak pertanyaan.

    "Hmmm, dari subuh sampai matahari terbit Abang masih aja peluk aku kayak gini. Aku juga mau bangun, Bang. Mau nyuci," ucap Nayyara sedikit kesal."Memangnya kamu lebih mentingin cucian daripada Abang?" Yazdan justru mempererat pelukannya pada pinggang Nayya."Bukannya gitu, Bang. Kalau aku di kamar terus pasti Abang nggak berangkat-berangkat ke kantor," timpal sang istri."Tapi Abang pilih di kamar saja sama kamu, daripada harus ke kantor. Capek," balas Yazdan sesuai isi hati.Nayyara jadi tertawa kecil mendengarnya. Walaupun di luar matahari sudah mulai merangkak naik, tapi di dalam kamar mereka berdua masih terasa nyaman seperti malam hati, mengingat gorden jendela yang tebal sehingga tidak tembus cahaya. Akan tetapi—sedikit cahaya matahari bisa menembus celah-celah kamar.Umi dan Alzena bahkan sudah selesai menyiapkan sarapan dan beres-beres rumah. Namun, mereka berdua paham mengapa sampai pukul 07:15 pagi ini sepasang pengantin itu belum juga keluar kamar."Mau sarapan dulu aja, N

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 49. Lima menit yang ketujuh

    Mata Fahira terasa panas menahan bendungan air bening dan sesaknya dada melihat keromantisan Yazdan terhadap Nayyara. Jika saja sudah tidak memiliki kewarasan, wanita itu pasti akan menghabisi Nayyara sekarang. Akan tetapi Fahira tidak ingin membuat Yazdan membencinya karena lagi-lagi berulah.Sementara, sepasang pengantin baru di seberang sana masih saja mengumbar kemesraan. Yazdan terus merangkul sang istri di mana keduanya—sambil menikmati jagung bakar yang masih hangat.Fahira pun menelan kasar salivanya tatkala Yazdan menyuapi jagung bakar miliknya pada Nayyara. "Aaarrg! Aku tidak tahan melihatnya! Kenapa mereka tidak pulang saja?" gumam Fahira seraya menghentakkan kaki.Namun, bagaimanapun Fahira kesal, tidak akan berpengaruh terhadap mereka berdua. Kini Yazdan justru berdiri dan meninggalkan istrinya di bangku panjang itu. Kening Fahira mengernyit, pun kedua alisnya yang saling bertaut."Mau ke mana Yazdan?" tanyanya dalam hati.Seketika bola mata wanita itu membulat sempurna.

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 48. Rindu

    Sebulan telah berlalu, selama itu juga Nayyara dan juga Yazdan tidak pernah bertukar kabar, Yazdan selalu mempertanyakan keadaan istrinya pada Alzena adiknya. Begitu pula dengan Nayyara, ia tahu alasan Yazdan tidak menghubunginya itu sebabnya ia juga melakukan hal yang sama seperti Yazdan. Mereka berdua bertukar kabar melalui Alzena, meskipun sesekali gadis itu mendengus kesal pada keduanya.Namun mengingat Yazdan yang berjanji akan menambahkan uang jajannya selama membantu dirinya. Maka, meskipun di landa sedikit kesal, ia tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh kedua manusia yang di sayanginya itu.Bagi Yazdan waktu satu bulan yang ia habiskan di negeri orang sangat menguras tenaga serta rindunya. Ia merindukan istri beserta keluarganya, Yazdan dengan semangat menyusun segala barang-barang miliknya tanpa tertinggal.Akhirnya setelah berjuang selama satu bulan ini, ia berhasil merampungkan bisnisnya dengan nyaris sempurna. Dan tentunya semua itu berkat kerja keras, usaha serta

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 47. Penuh kebencian

    Suara adzan terdengar sayup-sayup di kamar yang malam itu di penuhi bahagia cinta. Yazdan terbangun lebih dulu, sebelum beranjak ia lebih dulu memandangi wajah Nayyara, istrinya, kekasih halalnya, cintanya serta bidadari surganya, Yazdan memandang lekat wajah cantik alami istrinya itu, ia membangunkan Nayyara dengan cara yang paling lembutYazdan mencium kedua kelopak mata Nayyara dengan cinta, ia ingin melaksanakan shalat subuh pertama berjamaah dengan istri cantiknya itu. Melihat Nayyara yang masih terlelap dengan wajah cantiknya membuat Yazdan ingin berlama-lama menikmatinya"Assalamualaikum sayangku," bisik Yazdan tepat di telinga NayyaraWanita itu menggeliat sebelum benar-benar membuka matanya, ia mengerjapkan mata mencoba mengumpulkan nyawa yang masih di awang-awang. Merasakan ada hembusan nafas yang begitu dekat mengenai pipinya, Nayyara menoleh, segera menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia malu Yazdan sudah lebih dulu bangun di bandingkan dirinya"Kenapa di tutupi waja

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 46. Wanita yang tidak pantas

    Mendung menggelayut, gerimis perlahan turun, titik-titik hujan membasahi petala bumi. Gerimis itu terus saja turun seiring suara lantang laki-laki menyebut namanya, pagi ini akad nikah di adakan secara sederhana di rumah Yazdan. Bahkan semuanya di adakan dengan begitu tiba-tiba, Nayyara sendiri juga tidak tahu apa penyebabnya, Alzena hanya mengatakan padanya bahwa alasan Abang laki-lakinya itu mempercepat karena ingin menghindari sesuatu yang mungkin bisa saja terjadi.Nayyara menghela nafas dalam-dalam, seharusnya ia merasa senang dan juga bahagia. Tapi entah kenapa ia merasa seperti ada kesedihan yang menyesak di dadanya, sehingga rasa bahagia tidak bisa ia rasakan seutuhnya."Sah!""Sah!" Mendengar suara sah yang menggema di lantai bawah, mampu di dengar oleh Nayyara yang berada di lantai atas. Detik itu juga air matanya mengalir begitu saja, ada bahagia, sedih yang menggelayut di hatinya, Nayyara mengangkat kedua tangannya mengamini setiap doa yang di panjatkan oleh penghulu sert

DMCA.com Protection Status