"Kak sebaiknya kita pulang saja, ya?" tawar Lily.Nicho menggeleng, dirinya sungguh takut jika dia pulang, Marco segera menyuruhnya bertunangan dengan Cella."Aku tak bisa merawatmu di sini Kak. Bagaimana jika mommy mencari kita?"Nicho memegang erat tangan Lily membuat sang adik merasa bersalah.Lima menit kemudian, terdengar dengkuran halus dari Nicho. Lily merasa bersalah, di saat seperti ini dia tak bisa apa apa, hanya mendampingi Nicho, sesekali menggantikan waslap untuk mengompres kening Nicho.Lily ikut tertidur dengan posisi duduk di lantai. Nicho sendiri merasakan jika tubuhnya sangat lemas dan ingin terpejam meski Nicho sudah berusaha keras tetap sadar namun kuatnya efek obat yang disuntikkan Alexa membuatnya tak mampu menahan lagi, terlelap hingga berjam jam.Sore hari."Kau sudah bangun, Sayang," ucap Alexa melirik Nicho yang bergerak dan membuka mata.Nicho melihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 15.00 sore.Alexa sengaja pulang lebih awal demi membuatkan bubur dan menj
"Catlyn, apa kamu sudah tahu jika Nicho akan bertunangan dengan Cella saat dia pulang nanti?" tanya Alexa berusaha mengorek informasi sebanyak mungkin untuk membantu Nicho."Cella? Ah iya, Marco pernah menyinggungnya. Namun,aku tak tahu jika akan terjadi pertunangan."Alexa mengangguk."Apa kamu tidak bertanya kepada Nicho? Apa kamu tak tahu Lily, jika Nicho pergi ke Kanada sengaja untuk menghindari pertunangan ini?""A- apa maksudmu Alexa?"Alexa tersenyum. "Catlyn, Nicho sudah mempunyai kekasih. Apa kamu tega memisahkan dia dari kekasihnya?""Apa? Kekasih?" Catlyn tak menyangka jika Alexa tahu detail masalah Nicho sejauh ini."He' ems. Dan sepertinya Nicho begitu mencintai kekasihnya."Lily sibuk menyimak dari tadi dan saat Alexa menyinggungnya, Lily tersenyum.'Terima kasih bi,’ batin Lily."Darimana kamu tahu semua ini, Alexa?"Alexa melirik Lily sekilas, "Diego, dialah yang menceritakannya kepadaku. Kita sebagai ibu Catlyn, aku harap kamu bisa membantu anakmu, Nicho. Coba bayangka
"Hampir saja aku menjamahnya," gumam Nicho merasa hampir mendapatkan Lily kembali.Nicho kembali membuka foto Lily dengan tanda kepemilikan di lehernya."Kenapa aku lupa tak mengabadikan moment kebersamaan kemarin," keluh Nicho. Di cium berkali kali poto tersebut.Nicho begitu tergila gila pada adiknya ini.{Lily tunggu aku. Aku akan segera pulang dan menyelesaikan semua ini. Aku mencintaimu Lily. I love you.}Dikirim pesan itu dan Nicho ingin segera terlelap namun bayangan Lily selalu muncul membuatnya ingin menghubungi Lily.Nicho memutuskan untuk menghubungi Lily.Panggilan ke satu, ke dua, ke tiga masih tak dijawab.Nicho putus asa. Dirinya mencari kotak berisi tentang sprei bernoda, membuka dan menjadikannya selimut.Menutup mata dengan memeluk sprei sambil membayangkan Lily ada di sisinya saat ini.Pada akhirnya Nicho pun terlelapPagi hari.Keluarga Marco telah menyelesaikan sarapan bersama."Tuan ada paket masuk, ucap pelayan masuk membawa paket.""Dari siapa?" tanya Marco. "
Lila mengepalkan tangan, merasa marah dengan takdir yang diberikan Tuhan kepadanya."Lila, gugurkan kandunganmu?""Daddy?"Lily sungguh terkejut mendengar perintah sang Ayah."Sweety, jangan suruh Lila melakukan hal yang dibenci Tuhan?" keluh Catlyn tak suka dengan ucapan sang suami.Tiba tiba,..."Bugh.""Bugh.""Lila apa yang kamu lakukan?"Alexa dan Catlyn segera memegang tangan Lila yang dibuat untuk memukul mukul perutnya."Aku benci janin ini. Aku benci.""Lepaskan aku Mommy, Bibi. Biarkan Aku membunuh janin ini, aku tak mau. Aku tak mau hamil anak dari psikopat Alex. Lepaskan, lepaskan aku!?" teriak Lila sekeras mungkin sambil berusaha melepaskan diri dari cekalan Catlyn dan Alexa.Sedangkan Lily hanya diam terpaku, memposisikan jika situasi ini menimpanya sekarang, apa yang akan dia lakukan? Tentu saja dia akan mempertahankan bayinya karena menggugurkan kandungan adalah perbuatan yang dibenci oleh Tuhan dan menjadikanNYA murka.Tiba tiba air mata menetes membasahi pipi Lily."
"Di-di perkosa?"Lila menghela napas panjang."Ceritanya sangat panjang. Setelah memerkosaku, dia selalu mencari cara untuk kembali menjamahku termasuk saat kamu menolongku di Rumah Sakit dan-""Dan saat kamu hendak kontrol waktu itu?" tanya Zico memutus perkataan Lila."Iya.""Brengsek sekali dia," umpat Zico marah. Dirinya merasa kasihan pada Lila.Berfikir secara logis dan memberi masukan kepada Lila."Lila, aku seorang psikiater. Melihat detail masalahmu aku jadi ingin memberimu saran, apakah kamu mau menerimanya?"Lila memandang penuh tanya pada Zico, berharap jika saran yang akan dia berikan adalah saran yang terbaik.Melihat Lila diam, Zico melanjutkan pembicaraan. "Lila, sebaiknya kamu besarkan janin yang kamu kandung. Terlepas kamu benci atau tidaknya kepada si Ayah janin ini, dia makhluk Tuhan yang bernyawa di dirimu. Sangat berdosa jika kamu membunuhnya. Jika dia langsung mati tidak apa apa, namun jika Tuhan menetapkan hidup bersamamu, apakah dia akan mati? Tentu tidak, dan
"Mommy? Kapan Mommy pulang? Kenapa tidak membangunkan aku?" tanya Lily. Dirinya tadi segera bangun karena mencium sesuatu dan mencari sumber bau harum tersebut. Ternyata baunya dari dapur dan ada ibunya di sana."Mommy pulang 30 menit yang lalu dan kamu tidur sangat lelap membuat mommy tak tega membangunkanmu."Lily memeluk ibunya dari belakang."Bagaimana keadaan Lila, Mom? Apakah jadi menggugurkan kandungannya?"Catlyn berbalik dan menangkup pipi anaknya."Syukurlah, Sayang. Lila tidak jadi kuret. Ada dokter Zico yang mampu memberinya saran dan motivasi sehingga Lila memutuskan merawat janin yang dikandung."Lily meneteskan air mata."Benarkah, Mom? Aku sungguh bahagia mendengarnya.""Iya, Sayang. Mommy juga bahagia, tapi entah bagaimana reaksi dari Daddy mu." Catlyn menghela napas berat, membuat Lily mengelus pundak sang ibu."Mommy, Aku percaya jika Mommy bisa merayu dan meyakinkan Daddy agar menyetujui keputusan Lila.""Terima kasih, Sayang," ucap Catlyn tak kuasa membendung rasa
Marco mulai melakukan kewajibannya sebagai seorang suami, memberikan surga dunia pada Catlyn, istri tercinta. Mereka tak pernah melupakan kegiatan yang rutin dilakukan hampir setiap hari ini meski usia mereka tak lagi muda. Hampir tiga jam lamanya, Marco dan Catlyn melakukan hubungan badan dan barulah keduanya menjerit hebat, saling menikmati permainan akhir yang begitu memukau.Marco berbaring di samping sang istri."Marco, apa kamu tertidur?""Belum, Sweety. Ada apa?""Aku ingin memberitahukan jika Lila memilih untuk mempertahankan janinnya.""Apa? Apa maksudmu, Catlyn?""Kami mencari dokter terbaik untuk melakukan kuret. Namun di sana tak ada yang mau menggugurkan kandungan Lila."Marco berpikir keras. "Lalu?'"Kita besarkan bersama, cucu kita. Bukankah kebersamaan itu yang terpenting?"Marco terdiam, dirinya tak bisa menjawab semua ucapan Catlyn karena memang semua itu benar adanya.Pukul 22.00 malam.Zico baru saja ke luar dari rumah sakit tempatnya bekerja. Karena menjadi Dokter
"Dia akan setuju dengan keputusanku jadi kamu tak perlu khawatir sweety."Lily memilin dress yang dipakai dan Lila menyadari sikap seorang Lily.Jika Lily menunduk, gugup dan memilin baju, dia pasti merasa takut sesuatu hal terjadi seolah hatinya memberontak tapi ditahan.Lila tersenyum devil. 'Kita lihat Lily, apakah setelah ini kamu bisa sebahagia tadi? Tentu saja tidak, terlebih tentang cintamu. Aku pastikan jika kamu akan menderita secara perlahan, merasakan sakit yang kurasakan saat ini,' batin Lila. "Aku rasa sudah cukup, tak ada yang perlu kita bahas lagi dan kalian bisa tidur siang," ucap Marco setelah memutuskan semua masa depan masing-masing anaknya dan berharap keputusannya ini adalah yang terbaik.Orang tua mana yang tak ingin anak-anaknya bahagia. Setiap keputusan yang diberikan orang tua pasti demi kebaikan sang anak.Tak ada cerita, orang tua menjerumuskan anaknya ke lubang kesengsaraan dan hukum itu pasti.Lily terlihat sangat sedih. Setelah sampai kamar, dia segera me
Aakh.Lily menjerit keras, tersadar dari mimpinya.Ya, Lily hanya bermimpi jika Nicho datang dan melakukan hubungan badan dengannya. Rasanya begitu nyata, rasa yang sama seperti di malam itu. Memori malam kelam itu sedikit terkuak, bagaimana lelaki itu menjamahnya dan mengungkungnya? Semua adegan erotis itu berputar di kepala Lily.Hanya saja meski mengingat wajah lelaki itu, Lily tak bisa mengingat jelas wajahnya. Hanya samar-samar dan lelaki itu seperti Nicho. Ya, sangat mirip dengan Nicho."Mungkinkah?"Lily mengusap kasar peluh di keningnya."Lily.""Kamu sudah bangun, Sayang?" tanya Catlyn mendekat. Lily mengernyitkan kening memandang ibunya, mengingat hal yang tadi dia lakukan ke Rumah Sakit. "Mommy, tadi aku melihatnya. Lila ...."Catlyn mandang Lila, membuat Lily mengikuti arah pandangan sang ibu. Di ranjang sebelahnya, Lila tertidur akibat suntikan obat penenang. Setelah menjalani pemeriksaan spesifik, Lila mengalami depresi sehingga harus mendapatkan perawatan Intensif di ru
Aakh.Lily menjerit keras, tersadar dari mimpinya.Ya, Lily hanya bermimpi jika Nicho datang dan melakukan hubungan badan dengannya. Rasanya begitu nyata, rasa yang sama seperti di malam itu. Memori malam kelam itu sedikit terkuak, bagaimana lelaki itu menjamahnya dan mengungkungnya? Semua adegan erotis itu berputar di kepala Lily.Hanya saja meski mengingat wajah lelaki itu, Lily tak bisa mengingat jelas wajahnya. Hanya samar-samar dan lelaki itu seperti Nicho. Ya, sangat mirip dengan Nicho."Mungkinkah?"Lily mengusap kasar peluh di keningnya."Lily.""Kamu sudah bangun, Sayang?" tanya Catlyn mendekat. Lily mengernyitkan kening memandang ibunya, mengingat hal yang tadi dia lakukan ke Rumah Sakit. "Mommy, tadi aku melihatnya. Lila ...."Catlyn mandang Lila, membuat Lily mengikuti arah pandangan sang ibu. Di ranjang sebelahnya, Lila tertidur akibat suntikan obat penenang. Setelah menjalani pemeriksaan spesifik, Lila mengalami depresi sehingga harus mendapatkan perawatan Intensif di ru
2 jam sebelumnyaLila berhasil menemui Dokter kandungan seorang wanita."Ada apa ya, Nona Lila?""Saya mau menggugurkan kandungan saya?""Apa kamu bilang, Nona? Maaf hal itu menyalahi aturan rumah sakit," jelas Dokter, lalu pergi meninggalkan Lila.Lila menunduk hampir menangis saat Dokter lelaki datang kepada Lila."Ada apa?""Dokter, bisakah kamu membantuku menggugurkan kandungan ini?" "Apa kamu yakin, Lila?Lila tersenyum dan mengangguk. Dirinya tak mau jika harus menunggu lagi dan lagi."Aku bersedia melakukannya. Namun, ada syaratnya."Lila menatap Dokter lelaki dengan brewok di dagunya. "Namun aku .... " "Baiklah, mungkin kamu butuh waktu untuk berpikir," ucap dokter, berjalan pergi membuat Lila seketika gugup.""Baik Dokter, aku akan melakukan apapun agar janin hasil pemerkosaan ini dapat keluar."Aku mau tubuhmu.""A-apa?""Bagaimana?"Lila sangat bingung. Dia tentu saja tak ingin di jamah orang lain. "Em, bagaimana jika aku memberikannya tidak di sini dan setelah Anda berha
"Benarkah seperti itu, Kak?"Cella mengangguk dan menatap Lily intens. "Kamu tahu Lily, siapakah wanita yang dicintai Nicho?"Lily menggeleng pelan."Aku sungguh penasaran dengannya dan ingin belajar banyak darinya," imbuh Cella."Be-belajar darinya?" tanya Lily mengulangi perkataan Cella."Iya, aku ingin belajar tentang perjuangan cinta wanita itu kepada Nicho. Bagaimana dia bisa meluluhkan hati seorang Nicho dan membuatnya tak mampu berpaling kepada wanita lain."Lily terdiam, berusaha mencerna semua ucapan Cella. Baginya wanita ini sungguh baik hati dan apa yang diucapkan sangat tulus."Baiklah Lily, aku harus kembali bekerja," ucap Cella membuyarkan lamunan Lily."Ah iya, terima kasih atas waktunya."Lily berpikir untuk melakukan video call dengan Nicho.Tut, tut, tut.[Halo sayang]Ucapan serak Nicho menyapa, dirinya baru bangun tidur dengan telanjang dada. Khawatir Lily mengetahui lukanya, Nicho segera menelungkupkan dadanya di atas bantal.[Kak, ya ampun! Kamu baru bangun tidur
Seorang wanita mendekati Nicho dengan anggun, membungkukkan tubunya membuat belahan dadanya terlihat jelas dan tak bisa di hindari.Nicho mendongak, tak menyangka jika wanita di depannya itu sungguh berani mengganggunya."Bisakah Anda menjauh dariku nona Jessy."Jessy kembali berdiri."Ah maaf sekali jika membuatmu terganggu tuan Nicho."Nicho mengalihkan pandangan, menatap keluar jendela pesawat membuat Jessy merasa diacuhkan.'Bagaimana caranya agar aku bisa menggapaimu, Nicho,' batin Jessy mengeluh.Dia berjalan menjauh membuat Nicho meliriknya sekilas, tak peduli dengan perasaan sakit yang di rasakan Jessy.Saat ini di hati Nicho hanya ada Lily seorang, tak ada wanita lain dan tak akan pernah ada.Di sisi lain, Marco kembali ke perusahaan setelah mengantar Catlyn pulang. Dia tak sempat masuk Rumah karena ada meeting penting saat ini."Lily, Lila. Mommy pulang."Lily segera berlari menemui sang ibu sedangkan Lila berjalan si belakang Lily."Mommy, kenapa tak membangunkanku untuk men
"Masturbasi."Lily mengulang ucapan sang ibu. Ya, Catlyn pikir, Lily melakukan masturbasi untuk mencapai kepuasan tanpa adanya pasangan. Catlyn memandang intens Lily, memikirkan suatu cara mengatasi masalah ini."Lily, bagaimana jika aku menikahkanmu saja, seperti Lila dan Alex . Dan kalian menikah bersama, bagaimana?"Lily menunduk, menggigit bibir bawahnya. Dirinya ingin sekali menceritakannya kepada Catlyn, tapi entahlah, Lily tak sanggup mengatakannya.Catlyn menepuk pudak Lily. "Sudahlah Lily, sekarang kamu tidurlah! Mommy juga akan kembali tidur.” Catlyn beranjak sambil berkata, "ingat Lily, jangan diulangi lagi ya?"Lily mengangguk paham membuat Catlyn pergi meninggalkan ruangan tersebut.Di sisi lain Nicho berjalan mondar mandir di kamarnya. Rasa takut ketahuan, takut Lily di interograsi macam-macam oleh ibunya. Duduk lalu berdiri, berjalan kesana kemari tanpa arah yang jelas."Drrt, drrt."Getaran ponsel di atas nakas mengagetkan Nicho. Segera diambil dan dibaca pesan yang ba
Lily berbaring seorang diri di atas ranjang, bergerak ke kanan dan ke kiri, merasa resah atas sikapnya sendiri. Berkali-kali Lily menoleh jam dinding, degup jantungnya tiba tiba cukup cepat, ada rasa gugup di dalam diri.'Sudah pukul 10.00 malam, bagaimana jika kak Nicho benar- benar ke sini?' batin Lily.Dirinya terus menunggu dengan gelisah.1 jam kemudian.2 jam kemudian.Nicho belum juga muncul membuat Lily menyerah dan berpikir jika Nicho tak akan datang padanya.Pukul 01.00 dini hari.Krekh.Seorang lelaki masuk dari pintu jendela yang tak dikunci. Siapa lagi jika bukan Nicho. Dia baru bisa menemui Lily saat ini karena harus menunggu orang tuanya tidur terlebih dahulu. Kebetulan sekali Marco dan Catlyn baru saja beranjak tidur setengah jam yang lalu.Nicho mendekati Lily yang terlelap di ranjangnya. Memandang wajah teduh nan mempesona bak putri di negeri dongeng. Di kecup kening, kedua mata, hidung dan bibirnya membuat si pemilik terusik dan membuka mata."Kakak.""Kamu sudah ti
Siapakah yang datang?Tamu yang sengaja di undang Marco adalah Alex. Ya, lelaki yang paling di benci Lila, bahkan Marco juga tak suka kepadanya. Namun, dia harus menekan rasa tak suka itu."Selamat malam semua," ucap Alex dengan sopan."Daddy, kenapa kamu mengundang dia?" tanya Lila kesal."Mari silahkan duduk," ucap Marco tak menghiraukan ucapan Lila."Terima kasih."Alex memilih duduk di samping Lila namun baru mendekat Lila berdiri."Daddy aku tak mau makan!" ucap Lila ingin pergi."Lila, duduk!"Tatapan dan suara bariton Marco berhasil membuat siapa saja ketakutan."Ayo kita makan malam bersama."Mereka mulai berdoa dan makan dalam keheningan malam, hanya terdengar dentingan sendok, garpu yang beradu.Alex dengan sopan makan, tak seperti Alex si "Bar bar, tak tahu malu dan sesuka hati".Selama ini hidup di lingkungan mewah membuat Alex tak memperdulikan tata krama dan etika bersilaturahmi. Namun jauh di dalam hatinya, dia tahu dan mengerti aturan itu. Hanya butuh penempatan saat me
Marco memandang lekat manik mata Nicho , berharap jika sang anak tak berbohong. "Mengenai anak perempuan Bastian, kenapa kamu menidurinya Nicho?""Apa?"Nicho terkejut bukan main, sontak menggeleng kuat."No dad, No," kilah Nicho ."Aku tak pernah menyentuhnya. Dia ada datang menemuiku dengan keadaan telanjang, tapi aku tak meresponnya dan pergi dari tempat menyeramkan itu. Siapa yang tahu jika dia tidur dengan orang lain?""Jadi kamu tak mengakuinya?’"Tentu saja, tidak."'Aku yakin yang meniduri Zoya adalah kamu Dilon,' batin Nicho merasa kesal. Dirinya tak menyangka jika di jadikan kambing hitam oleh sahabatnya sendiri.Marco mendekat dan menepuk pundak Nicho ."Nicho, lebih baik kamu ke Kanada. Saat ini kehadiranmu dipertanyakan semua orang. Berita Lila akan tersebar dan mereka tak akan membiarkanmu lari. Belum lagi jika Bastian mengirim anak buahnya untuk menghancurkanmu. Aku tak akan rela jika anak anakku tersakiti."Nicho mengangguk paham, saat ini yang terpenting adalah mengiku