Share

Gelora berbahaya Kakak
Gelora berbahaya Kakak
Penulis: ZuniaZuny

01. Jebakan batman

Di sudut ruangan, seorang gadis duduk di bangku bar, merasa tidak nyaman dengan suasana yang penuh kegaduhan dan suasana hiruk-pikuk di dalam bar.

"Dimana kamu, Alex?" Gadis itu terus berbicara sendiri, mencari-cari kehadiran Alex, kekasihnya. "Aku sudah menunggu dari satu jam tadi, apakah Alex mempermainkanku?!"

Dia adalah Lily Charoline, gadis cantik dan lekuk tubuh indah, apalagi matanya berwarna coklat hazel. Kekesalan itu semakin nampak ketika seseorang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Dia reflek berdiri, ingin memukul orang itu karena telah lancang. Tapi begitu melihat wajahnya, dia langsung tersenyum.

"Lila sayang, kenapa kau menghindariku?" Alex membalas senyum Lila. “Aku bukan orang asing. Aku Alex, kekasihmu. Kenapa kau ingin memukulku?”

"Ma-maaf, aku hanya terkejut.” Lila dan Alex berdiri berhadapan. “Aku sudah menunggu satu jam lebih, apa ini caramu minta maaf?” 

"Ciuman kerinduan," ucap Alex setelah mencium kening Lila sambil menatap intens wajah Lila. “Apa ini cukup untuk membayar penantianmu?”

Aroma alkohol, parfum, dan asap rokok bercampur menjadi satu, menciptakan udara yang pekat dan sulit untuk bernapas.

Dentuman musik keras terasa menggema di dinding, menciptakan getaran yang bisa dirasakan di setiap inci tubuh. Para pengunjung tampak menikmati diri mereka, menari dengan semangat, tertawa dan menikmati minuman beralkohol yang menghiasi meja-meja di sekeliling mereka.

Lily melotot tak percaya, seolah- olah jantungnya hampir berhenti berdetak. Wajahnya memerah, penuh dengan rasa bingung dan gugup. Matanya bahkan tak berkedip karena keterkejutan yang ia rasakan. Tak ada kata yang bisa diucapkan, hanya bisa diam terpaku menatap Alex dengan perasaan campur aduk. 

"Em, aku ingin ke toilet sebentar."

"Oh begitu. Apa perlu diantar, Sayang?"

“Tidak usah, aku bisa pergi sendiri,” ketus Lily. Dia sebenarnya merasa risih karena baru kali ini dia berada di bar dengan pakaian terbuka. Lily segera pergi ke toilet sedangkan Alex tersenyum layaknya hewan buas yang siap menerkam mangsa.

Sesuai dugaan Alex, Lily pasti syok setelah mendapat ciuman pertama. Momen ini dimanfaatkan untuk memasukkan serbuk sialan ke minuman Lily sebelum dia kembali dari toilet.

Lily masih menggerutu di kamar mandi. Dia tidak menyangka Alex senekat itu menciumnya di khalayak umum, apalagi malam ini, bar sesak dengan orang-orang yang sedang berpesta.

Brengsek laki-laki itu! Harusnya dia menemui adikku, bukan menemuiku! Sialan, aku tidak bisa membiarkan adikku tau dia telah mengambil ciuman pertamaku!” Lily menggosok bibir dan memukul tembok, melampiaskan amarahnya.

Kejadian ini bermula ketika Lila, kembaran Lily, sudah tidak nyaman dengan hubungannya dengan Alex. Mereka punya wajah kembar identik, hanya saja, ada perbedaan di bagian daun telinga dan gaya rambut.

Beberapa bulan menunggu sampai Lily punya rambut panjang sebahu, sama seperti Lila, hingga rencana itu baru bisa berjalan hari ini.

Lila yang sudah muak dengan Alex, minta tolong kakaknya agar datang menemui Alex di bar dan menyatakan kalau hubungan mereka telah berakhir. Awalnya, Lily menolak karena dia belum pernah pergi ke bar sebelumnya.

"Come on Lily, kamu pasti bisa menggantikan Lila demi permintaan saudara kembarmu."

"Aku hanya perlu menolak secara halus dan pergi meninggalkan Alex. Itu saja." Desakan Lila membuat Lily luluh, apalagi Lila ada urusan penting yang tidak bisa dia tinggalkan.

Semua rencana telah disusun, bahkan kata-kata untuk mengakhiri hubungan Lila dengan Alex juga sudah siap. Tapi, keadaan benar-benar terbalik, kejadian malam di bar adalah neraka bagi Lily, tak ada satupun yang tahu akan hal itu.

Hampir sepuluh menit Lily terpaku di hadapan cermin. Setelah menarik nafas dalam, dia kembali menemui Alex, duduk dan menyunggingkan senyum manis. “Perutku sedikit bermasalah.”

"Hmm, tidak usah dipikir. Satu jam pun tidak terasa bagiku karena aku tau, kamu pasti kembali ke sini.”

Reflek lily tersenyum kikuk, semakin tak nyaman dengan bualan lelaki satu ini. Dia sadar, Alex memiliki rahasia yang tidak diberitahu Lila padanya. Pun ketika Alex menyerahkan minuman kepada Lily, gadis itu sedikit ragu, tapi Alex tetap memaksa.

“Jarang-jarang bar ini penuh sesak dengan orang berpesta. Pasti malam ini kamu merasa gerah. Minumlah, Sayang! Aku yang bayar, kok.”

Ragu-ragu Lily menerima minuman itu. Dia makin merasa tidak nyaman karena mata Alex terus memandangi lekuk tubuhnya. Ini pertama kalinya dalam hidup Lily memakai pakaian terbuka dan seketat ini.

Usai menghabiskan cocktail lemon pemberian Alex, Lily langsung menatap laki-laki itu sangat tajam. “Aku tidak mau basa-basi, ada yang harus kubicarakan, saat ini juga!”

"Mmm...” Alex menatap Lily, dia hanya tinggal menunggu efek serbuk sialan itu. “Ada apa, Sayang?”

"Alex, hubungan kita sampai...” Ucapan Lily terhenti karena kepalanya tiba-tiba pusing dan sekujur tubuhnya terasa panas.

"Hubungan kita apa? Sayang, kamu kenapa? Sayang...”

Pyar!

Gelas yang dipegang Lily terjatuh dan berserakan di lantai. Semua pasang mata melihat Lily, tapi Alex segera menenangkan mereka, terutama pelayan yang merasa jengkel karena ada pelanggan yang sengaja memecahkan gelas. “Dia kekasihku, biar aku yang urus. Oh iya, gelas yang pecah, aku bayar juga, nanti berikan saja bill-nya.”

Dengan pandangan yang semakin redup, samar-samar Lily melihat Alex membayar tagihan di bar itu, lalu duduk di sampingnya. “Sayang, kamu sakit?”

Lily menggeleng pelan, merasakan kepalanya sakit sekali dan pandangannya menjadi kabur. Pandangan matanya semakin kabur dan seketika dia pingsan. Gelap.

"Sayang, bangunlah!”

"Hei!" Alex menggoyang goyangkan tubuh Lily, tapi tidak ada respon. Dia bisa memastikan, serbuk itu bekerja semestinya.

Bar itu memiliki tiga lantai. Lantai satu dan dua untuk pelanggan yang ingin berpesta, sedangkan lantai tiga adalah penginapan yang didesain setara hotel untuk pengunjung yang ingin menikmati malam bersama kekasihnya.

Alex merebahkan tubuh Lily ke atas kasur. “Sekarang, kamu tidak bisa lagi menolak!”

Baju Lily dibuka Alex, sangat pelan, hingga semua kancingnya terlepas. Alex menarik nafas dalam, lalu menyingkirkan semua pakaian Lily. Tapi, begitu Lily tidak menggunakan sehelai kain apapun, pria itu terkejut bukan main.

"Kenapa terasa aneh? Di-dia bukan Lila, kekasihku?” Alex terus memperhatikan sekujur tubuh Lily, dari atas ke bawah. Nafsu bejat kalah dengan rasa penasarannya.

“Lila sialan! Aku tidak peduli itu dirimu atau bukan. Aku harus melakukannya, aku sudah tidak tahan lagi!” Alex menanggalkan pakaiannya dan siap merenggut kehormatan Lily. Tiba tiba…

Brak!

Pintu dibuka paksa oleh seorang lelaki kekar nan tinggi.

“Brengsek, berani-beraninya kau sentuh dia!”

Alex tersentak, dia langsung berdiri. Tatapan mereka bertemu. “Kau siapa? Berani-beraninya kau masuk tanpa izin?”

“Cepat tinggalkan kamar ini atau aku menghajarmu!”

“Apa katamu?!” Alex lari mendekati laki-laki itu, meloncat tinggi, lalu mengayunkan tangannya yang sedari tadi tergenggam.

Namun, secepat kilat, kaki kanan pria tinggi itu menerjang tubuh Alex, membuatnya terhempas hingga kepalanya terbentur pinggiran laci.

“Sialan, apa maumu?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status