Asher suka mencari kesempitan dalam kesempatan (nggak kebalik kok) 😆
Sebelum Laura terbangun, Asher menyuruh Theo untuk memperbaiki kesalahan Laura tentang masalah sebelumnya. Kalaupun perusahaannya merugi karena kesalahan istrinya, Asher tak akan memperpanjang masalah itu. Lagi pula, lebih dari dua miliar pun sanggup dia berikan untuk sang istri yang akan melahirkan anaknya. Akan tetapi, Theo justru melaporkan sesuatu yang tak terduga padanya. Menurut Theo, laporan Laura sebelumnya berbeda dari laporan yang sekarang. Laura yang diminta Nora ikut serta dalam proyek tersebut, selalu berkoordinasi dengan Theo sebelum menyerahkan laporan kepada Asher. Theo masih memiliki berkas asli dari Laura sebelumnya. Dia segera mengecek riwayat komputer Sandra setelah Asher menyuruh Theo untuk menyelidiki masalah itu. Dua miliar merupakan jumlah yang besar bagi Asher jika sampai karyawannya berbuat curang. Namun, jumlah yang sedikit jika Laura yang membuat kesalahan. Theo pun akhirnya tahu jika Nora sempat meminjam komputer Sandra. Terlihatlah waktu pada riwayat
“A-apa?” Nora terperangah tak percaya. Dia adalah Nora Myers, keponakan Asher Smith! Bagaimana mungkin Theo dapat bersikap lancang dengan menjawab santai dan tak mau membayar tagihan makanannya? “Anda sendiri yang mau ikut dengan kami. Saya hanya membawa satu kartu untuk membayari Nona Laura.” Theo memang hanya membawa satu kartu milik Asher. Dia pun sudah dipesan oleh sang atasan untuk membelikan semua permintaan Laura, bukan Nora.Theo merupakan bawahan yang patuh dan tak pernah menyimpang dari perintah Keluarga Smith. Jadi, Nora bukanlah urusannya. Melihat wajah kecut adik tirinya karena tak dibayari Theo, Laura menjadi tak enak hati. Namun, dia pun tak dapat membantunya. Laura tak mungkin meminta kepada Theo setelah membelikan dirinya makanan mahal. Dia pun tak memiliki uang yang cukup bahkan hanya untuk membeli segelas minuman di restoran itu. ‘Bukankah Noah memberinya banyak uang saku? Sudahlah … Nora pasti bisa membayarnya sendiri.’ “Mari, Nona Laura.” “Kami akan menungg
Dari kaca jendela mobil, Nora mengamati Asher yang sedang memarahi Laura dan Theo di parkiran. Dari wajah Asher saja, Nora bisa tahu jika pria itu sedang marah besar. Nora sangat lega karena akar dari masalah yang selalu membelenggu hidupnya akan segera tersingkirkan dari kehidupannya. “Maaf karena sudah menuduhmu.” Suara halus Noah membuyarkan lamunan indah Nora. Betapa bahagia dirinya hari ini. Sudah mendapat uang dua miliar tanpa ketahuan, Laura akan segera menghilang, dan Noah baru saja mengucap kata maaf yang telah dinantinya sejak semalam. “Tidak masalah. Kau tidak salah apa pun. Wajar jika kau lebih memercayai Kak Laura dibanding denganku,” jawab Nora dengan wajah sendu. Dia tak ingin terlihat menggebu-gebu. “Jangan bicara seperti itu.”Nora sudah lama mengamati bagaimana sikap Laura kepada Noah. Untuk menarik perhatian Noah, dia akan melakukan hal yang sama seperti sang kakak tiri. Nora rela bersandiwara seumur hidup jika bisa dicintai suaminya. “Tapi, aku masih belum bis
Sampai di kediaman Myers, Noah menjadi tak tenang mengingat pembicaraan dengan Asher sebelumnya. Benar jika Laura bersalah. Namun, ada sedikit rasa iba ketika Noah sempat melihat Laura menghadapi masalah. Akal sehat Noah terus memaksa untuk melupakan wanita yang sudah mengkhianati dirinya. Akan tetapi, semakin berusaha dia melupakan bayangan Laura, semakin kuat pula dia memikirkannya. ‘Berhenti, Noah! Kau sudah menjadi suami wanita lain! Dia pun telah memiliki banyak pria di sekelilingnya! Jangan jadi orang bodoh!’ “Ada masalah apa?” tanya Nora lembut sambil melepaskan jas Noah. Selagi Noah memerhatikan dirinya, Nora ingin mencoba merayunya lagi.Namun, Noah menarik jasnya lagi. “Aku masih ada pekerjaan. Tidak usah menungguku. Aku mungkin akan pulang larut malam.” Awalnya, Noah ingin memaksa diri untuk menemani Nora karena merasa bersalah telah menuduhnya. Akan tetapi, setiap kali Noah melihat Nora, dia justru teringat pada Laura. Noah tak mau berdekatan dengan Nora sebelum dia be
Sekembalinya ke kamar, Asher langsung bertanya tanpa basa-basi, “Apa yang dia katakan sampai membuatmu menangis?” Laura menduga, Asher baru saja mencari tahu alasan dirinya menangis. Pria itu mengatakan akan membawakan buah di tangannya. Akan tetapi, Asher kembali ke kamar hanya membawa sebuah pertanyaan. ‘Asher pasti tahu, Noah baru saja datang ke sini.’Laura tak ingin memperpanjang masalah dengan memberi tahu Asher kata-kata kasar Noah padanya. Namun, jika dia tak memberi tahu apa yang telah dikatakan Noah, Asher tak akan dapat mengantisipasi jika Noah menuduh Asher telah tergoda oleh Laura. Reputasi suaminya akan ternoda karena dianggap membawa dirinya pulang ke rumah. Lagi pula, tak ada gunanya menyembunyikan sesuatu di belakang seorang Asher Smith. “Noah mengira aku datang ke sini karena sedang mencoba merayumu agar tidak dipecat dari Smith Group.” Suara Noah kembali menggema dalam benak Laura, membuat mata wanita itu kembali berembun. “Bukankah masalahnya sudah selesai? Kena
Terlalu lambat! Gerakan pelan sang istri membuat Asher sakit kepala. Dia tak sabar ingin segera mendekap Laura. Namun, Asher tetap diam bersabar ketika merasakan sentuhan canggung istrinya. “Asher … aku … lelah.” Asher mengusap kening Laura yang berkeringat meskipun di dalam kamar yang begitu dingin. Dia kemudian menepuk dadanya sendiri agar Laura bersandar di sana. Laura yang sudah sangat kelelahan itu langsung ambruk di dada Asher. Suara detak jantung suaminya terdengar begitu jelas dan cepat, lebih cepat dibanding gerakan pinggul sang suami. Apakah Asher berdebar kencang karena aktivitas mereka? Ataukah karena memiliki perasaan padanya? Laura tiba-tiba jadi penasaran. Kepala Laura mendongak ke atas untuk melihat ekspresi Asher yang sedang memejamkan mata seraya membuka sedikit mulutnya dengan mengerang lirih. Tangan Laura seolah bergerak dengan sendirinya untuk mengelus rambut halus di wajah suaminya. Asher membuka mata, menatap Laura sambil menyesap telapak tangannya. Mereka
Emma Ruiz, sahabat Laura itu yang pertama kali dipanggil Asher ke kantornya untuk menyelidiki masa lalu Laura dan Nora. Emma adalah orang yang paling dekat dengan Laura dan pasti tahu semua tentang Laura. Asher pun segera menyuruh Emma datang saat jam makan siang agar tak bertemu dengan Laura. Dia tak akan memberi tahu Laura sebelum semuanya jelas.Emma sebenarnya agak kurang suka dengan Asher dan enggan bertemu dengannya tanpa Laura. Namun, beberapa menit sebelumnya, Theo mendatangi kediaman Ruiz dan menjemput Emma setengah memaksa. Siapa yang butuh, seharusnya dialah yang datang, begitu pikir Emma. Asher seharusnya mendatangi dirinya sendiri kalau benar-benar butuh. Tetapi, Emma tak dapat menolak karena Theo tak mau pergi dari rumahnya sebelum membawa dirinya ke kantor Asher.Emma masih marah karena perbuatan Asher kepada Laura. Biarpun Asher telah bertanggung jawab menikahi sahabatnya, fakta bahwa Asher telah merudapaksa Laura tak bisa terhapuskan begitu saja. Laura sampai kehilan
“Aku yakin, kau akan mengurus masalah itu.” Laura lantas keluar dari kamar setelah mengatakannya. Dia sebenarnya sangat penasaran dengan sosok orang yang telah mengambil fotonya secara diam-diam. Orang itu juga, yang pasti membawa dirinya masuk ke dalam kamar hotel. Mustahil jika dirinya sendiri yang berkeliaran ke area hotel yang berjarak beberapa lantai di atas bar tersebut. Laura juga ingin memastikan bahwa ucapan Emma salah, Nora tak mungkin tega menjebaknya dengan perbuatan sekeji itu.Akan tetapi, Laura memilih mengabaikan rasa penasarannya daripada harus malu dan dituduh tergila-gila dengan sang suami terus-menerus. Dia tak mau lagi merayu Asher seperti sebelumnya.Asher bergegas menyusul Laura. “Kau tidak mau tahu? Ini sangat penting untukmu! Kau seharusnya mencari tahu orang yang sudah menjebakmu!” Dia kecewa karena usaha membuat Laura menggoda dirinya tak berhasil. “Laura Smith!” seru Asher seraya berjalan cepat menyusul Laura. “Kau sendiri yang tidak mau memberi tahu. Ke
Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. “Di mana Asher?” gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.“Kenapa malah anak-anak yang datang ke sini?” Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men
Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.“Putri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,” kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami
Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.“Bibirnya bergerak-gerak, Papa,” bisik Collin.“Aduh … aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,” sesal Claus bermuram durja.“Nanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,” tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.“Aku ingin menggendong adikku, Papa,” pinta Claus memelas.“Tidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.”Sejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk
Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.“Sayaaaang!” seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas
“Hanna, apakah aku-”Hanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. “Aku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.”Hanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek
Di atas pantai pasir putih yang indah, Simon sedang tertelap dan ditemani wanita yang merupakan pelayan setia putri semata wayangnya. Hanna menggeser payung besar yang menghalau sinar matahari agar tubuh Simon tak kepanasan.“Tuan Simon sedang mimpi apa? Kenapa bibirnya bergerak-gerak begitu?” gumam Hanna selagi memperhatikan wajah Simon.Simon berdecap-decap sambil tersenyum, kemudian bergumam dalam tidurnya, “Kita akan menikah ….”Hanna terkekeh geli. “Kau sudah menikah dua kali, Tuan. Saat ini, kau pasti sedang memimpikan Nyonya Callista.”“Menikah … Hanna ….” Simon kembali bergumam-gumam, membuat pemilik nama itu terkesiap.Gumaman Simon setelahnya semakin jelas. Wajah Hanna menegang ketika bibir Simon mengucap namanya berulang kali.Hanna segera berlari meninggalkan Simon sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, seakan-akan tak tahan untuk meneriakkan sesuatu. ‘Apa yang baru saja aku dengar?’ batin Hanna.Selama ini, Simon selalu menganggap Hanna sebagai putrinya. Setid
Makan malam semalam menjadi peristiwa memalukan bagi Rachel. Dia tak sadar, Alan ternyata membuat lukisan cinta di sekujur tubuhnya. Hingga dirinya enggan keluar dari kamar. Sayangnya, hari ini Rachel harus menjadi pemandu untuk para tamu istimewa yang datang dari luar negeri. Dia sudah berjanji akan mengajak Laura dan Emma jalan-jalan di tempat-tempat indah di sana. “Rachel, kau tidak perlu ikut dengan kami. Sepertinya, suamimu masih mengantuk ….” Laura menyenggol lengan Rachel dari belakang sambil terkekeh pelan dan melirik ke arah Alan yang menguap lebar. “Kak Alan pasti begadang semalaman.” Emma ikut menggoda kakak iparnya. Wajah Rachel merah padam mendengar para wanita itu menggodanya. “Sebentar lagi kita sampai di pantai. Kalian pasti akan menyukainya.” Rachel buru-buru mengalihkan pembicaraan. Awalnya, Emma masih ingin menggoda Rachel. Namun, setelah melihat pemandangan indah di depannya, dia urung melakukannya. Emma segera menghampiri suami dan putrinya dan mereka berpisah
Melihat peluh di wajah Alan dan tercium bau familier dari tubuhnya, Rangga menjadi sangat sedih. Alan ternyata telah mendapatkan sang putri kesayangan. Rangga tak bisa menatap Alan, bukan karena membencinya, tetapi hatinya terasa aneh. Anak yang dulu selalu melompat ke sana kemari itu, kini telah sepenuhnya menjadi wanita dewasa dan dimiliki pria itu. “Aku akan memanggil Rachel dulu, Ayah. Kami akan segera menyusul!” seru Alan pada Rangga yang tak berbalik atau menjawab dirinya. “Kau seharusnya melakukan itu nanti malam …. Namanya juga malam pertama. Sekarang masih terbilang sore. Aneh kalau disebut sore pertama, bukan?” celetuk Nevan, lalu tertawa pelan. Alan memutar bola mata. “Kami tinggal mengulangi lagi nanti. Lalu, apa yang membawamu kemari?” Tawa Nevan menghilang. Dia sebenarnya hanya ingin mengajak Hillary makan makan bersama keluarga besarnya meski Asher dan Laura juga diundang sebagai tamu kehormatan. Tetapi, dia ingin sedikit menggoda Hillary dengan menuntunnya ke area
Alan dan Rachel sangat antusias dan bahagia menjelang pernikahan mereka. Namun, setelah menjadi pasangan resmi, mereka justru berjauhan di dalam kamar hotel.“Kau tidak jadi mandi?” tanya Alan dengan mata yang tertuju ke arah lain.Alan beberapa kali mengibaskan kerah kemeja seperti orang kepanasan meski ruangan terasa sejuk. Sementara Rachel duduk sambil menekan-nekan asal layar ponselnya. “Sebentar lagi,” balas Rachel datar dan berusaha tenang.Sejak acara pernikahan usai, Rachel ingin segera mandi. Namun, setelah sampai di kamar, dia justru sangat gugup berhadapan dengan sang suami selama hampir setengah jam.Tak tahan lagi, Rachel meletakkan ponsel dan menuju kamar mandi. Alan melirik-lirik sambil bersenandung tak jelas seraya menatap luar jendela.Dia melihat pintu kamar mandi dari pantulan kaca jendela. Rachel menutup pintu setelah melihat dirinya.Alan akhirnya bisa duduk di sofa sambil menghela napas panjang.“Malam pertama kami … akan seperti apa?” gumam Alan sambil membayang