Masa sih bukan Noah? 🤔
“Ke mana saja kau langsung pergi begitu saja?” tegur Laura tatkala Asher pulang. “Mencari ayahmu.” Asher masih melihat layar ponsel, menanti balasan pesan Theo yang sedang melacak lokasi terakhir keberadaan Simon Hartley. Dengan menghilangnya Simon, Asher jadi semakin mencurigai ayah Laura itu. Balasan dari Theo sesaat kemudian, mengatakan bahwa lokasi terakhir ponsel Simon ada di kediaman Hartley. Namun, ketika Theo menghubungi kediaman Hartley, Gilda mengatakan bahwa Simon sedang melakukan perjalanan bisnis di luar negeri. Asher tak begitu saja percaya. Sebab, sekretaris maupun asisten pribadi Simon bahkan tak mengetahui keberadaannya. Atau mungkin mereka sengaja menyembunyikan Simon dari siapa pun. Setelah Asher mencabut kamera pengawas di boneka itu, sang pemilik pasti tahu bahwa dirinya telah ketahuan. Jika orang itu waras, dia pasti tak ingin berurusan dengan Asher Smith.Entah itu Noah, Simon, atau siapa pun sebenarnya ....Asher mengira jika Simon sedang merencanakan sesua
“Jake … ada … yang salah … dengan tubuhku.” Simon susah payah mengiba pada Jake. Pria itu tak mendengarkan permintaan Simon. Bahkan, dia tak iba sedikit pun padanya. Kondisi Simon sekarang mirip dengan Callista. Jake tahu ada sesuatu yang salah dari dugaannya selama ini, mungkin Simon tak pernah tahu kebusukan Gilda.Melihat Simon, Jake yakin satu hal … Gilda dulu pasti melakukan sesuatu pada Callista. Sama seperti yang dilakukan wanita itu pada Simon sekarang. “Rasakan sendiri gigitan ular berbisa yang kau pelihara,” ujar Jake seraya mencari sesuatu di setiap lemari, laci, dan semua tempat yang ada di kamar itu. “A-apa … yang kau … cari?” “Bukan urusanmu.” Bagaimana bisa itu bukan urusannya selagi Jake menggeledah kamarnya tanpa izin? Simon ingin berteriak memaki Jake, tetapi dia tak berdaya. Dan … di mana semua orang yang ada di rumahnya? Kenapa tak ada satu pun yang menyadari Jake menusup ke dalam? Simon hanya bisa mengamati perbuatan Jake. Matanya terbuka lebar tatkala adik
Nora menggeleng-gelengkan kepala sambil menatap Theo. Berharap jika pria itu mau membantunya keluar dari masalah ini. Tak mungkin Nora akan menceritakan tentang Gilda dan ayah kandungnya, juga kondisi Simon, di saat ada ibunya di antara mereka. “Saya akan mengantar Nona Nora keluar. Silakan tunggu di lantai atas. Tuan Asher masih ada di ruangan rapat.” “Baiklah. Perlakukan putriku dengan baik.” Nora mendesah lega tatkala Theo mau membantunya. Dia segera mengatakan semua yang terjadi di kediaman Hartley secara rinci dan cepat. Biarpun Nora melewatkan bagian penyebab Simon sakit karena dia sendiri tak tahu penyebabnya. Theo bisa menebak sebagian besar apa yang sedang terjadi. Meskipun terkejut, Theo tetap tak menunjukkan ekspresi apa pun. Bahkan, pria itu seperti orang yang tidak mendengarkan ketika Nora bicara. Membuat Nora sesekali memaki Theo karena sikapnya yang menyebalkan. “Aku akan melakukan apa pun, asalkan kau mau membantuku dan Papa keluar dari masalah ini. Aku tidak mau
“Tidak! Jangan sakiti Noah!” Nora memeluk Noah ketika ayah kandungnya hampir saja melayangkan pukulan di wajah Noah. Noah masih bingung dengan apa yang sedang terjadi. Kenapa pria itu mengatakan bahwa Nora adalah anaknya? Apa dia baru saja salah mendengarkan? “Apa kau gila? Bagaimana jika pukulanku mengenai kepalamu? Menyingkir darinya, Nora! Aku akan memberi pelajaran bocah ingusan yang sudah menyia-nyiakan anak gadisku!” bentak Shane, ayah kandung Nora. Nora langsung menatap Noah sambil menggelengkan kepala dengan mulut sedikit terbuka. Noah terperangah oleh pernyataan pria itu. Kalau pria itu benar-benar ayah Nora, lalu di mana Simon sekarang? Tak mungkin Simon membiarkan orang asing bertindak sesuka hati di rumahnya. Mendadak, Noah memikirkan sesuatu yang buruk terjadi pada Simon. “Ada apa ini? Di mana Paman Simon?!” geram Noah. “Tidak, Noah. Dia bukan siapa-siapaku,” ucap Nora lirih, lalu berbalik menatap Shane dan meninggikan suara, “Jangan ikut campur urusanku!” “Minggir,
“Aku tidak tahu lebih jelasnya karena hanya mendengar dari pelayan. Karena itu, aku berusaha masuk ke dalam untuk membuktikan ucapan pelayan itu. Sebagai gantinya, aku malah kena pukul orang yang mengaku ayah kandung Nora.” Tak seperti ketika bicara dengan Asher, Noah sangat lancar menjelaskan situasi yang dialaminya. Kebetulan yang hebat Laura mendengarkan pembicaraan itu. Noah merasa bangga karena dia masih memperhatikan keluarga Laura tanpa diminta, apalagi dengan wajahnya yang babak belur. Dia seakan baru saja menerobos kediaman Hartley demi menyelamatkan ayah Laura. ‘Hanya aku yang peduli dengan orang-orang yang kau sayangi, Lau. Paman Asher bahkan tidak pernah mau tahu tentang ayahmu,’ batin Noah. Asher benar-benar membenci ekspresi yang ditunjukkan Noah sekarang. Dia sudah bisa menebak apa yang sedang dipikirkan keponakannya. “Rajinlah berolahraga jika tidak mau dipukuli. Aku akan mengurus sisanya.” Asher tersenyum miring, mencemooh kekalahan Noah. “Karena itu, aku minta to
Ariana yang sebelumnya agak canggung bercerita itu, menumpahkan segala isi hatinya selama ini tentang suaminya. Karena menenggak alkohol tanpa jeda, mulutnya pun mulai lancar bicara.Jake sebenarnya tak perlu tahu urusan rumah tangga mereka. Dari awal, dia tahu jika Vincent tak pernah sungguh-sungguh mencintai Ariana.Ada rasa iba tatkala melihat Ariana yang frustasi karena ketidaktahuannya. Jake ingin sekali membeberkan keburukan Vincent, tetapi dia tak akan melakukannya.Biarlah Ariana yang mengetahui fakta yang sesungguhnya, langsung dari mulut Vincent. Dan Ariana harus segera pulang di kediaman Myers untuk mengetahuinya. Jake sudah menyiapkan sesuatu untuk Vincent nanti, ketika Ariana kembali. Vincent-lah yang akan membongkar aibnya sendiri.“Oh … minumannya sudah habis ….” Ariana membalik gelas untuk membuktikan tak ada tetes alkohol yang tersisa. “Haruskah kita mengambil satu botol lagi?” Telunjuknya menggeliat di depan wajah Jake. Jake meraih tangan Ariana, lalu mengecup telun
“Sayang … Kak Vincent terlihat sangat marah. Lekas bantu Paman Jake! Kak Vincent bisa salah paham karena Paman Jake menggendong kakak ipar.” Laura menganggukkan kepala ke arah Hanna, memberi isyarat padanya untuk mengambil Claus dari gendongan Asher. Akan tetapi, Asher tak mau memberikan Claus pada Hanna. Dia hanya mengangkat bahu singkat sambil menyeringai. Dalam hati, Asher begitu penasaran dengan hubungan mereka karena dia belum sedikit pun mengetahui masa lalu Callista. Seakan-akan ada seseorang yang telah melenyapkan kebenaran atas kematian Callista dari dunia. “Sayang,” desak Laura. “Aku yang akan ke sana,” ujar Regina. Baru tiga kali Regina melangkah, Vincent telah melayangkan pukulan ke wajah tampan Jake. Paman Laura itu hanya memalingkan muka untuk sedikit menghindar dari pukulan Vincent meski masih tetap terkena hantaman. “Vin!” seru Regina sambil menangkup mulutnya. “Astaga, apa yang kau lakukan?!” “Jake, turunkan aku!” pekik Ariana hampir bersamaan dengan Regina. “Vi
Ariana menggigit kukunya sambil menatap sendu Vincent yang terlelap setelah pergulatan panas di ranjang. Jelas sekali Ariana mendengar nama Callista terucap dari bibir Vincent sebelum tiba-tiba menyerangnya dengan buas. Pandangan Ariana beralih ke arah kotak yang ada di seberang ruangan. Vincent tak merasa harus menyembunyikan barang pribadinya karena Ariana tak akan berani membuka tanpa minta izin lebih dulu darinya. Namun, Ariana terlanjur penasaran, kenapa Vincent bergumam nama Callista dengan sorot mata penuh kerinduan? Vincent bahkan tak pernah menatap Ariana seperti itu. ‘Aku harus melihatnya … rahasia apa yang kau sembunyikan dariku, Vin?’ Wanita itu berjalan pelan ke arah kotak tersebut. Tangannya gemetaran karena mendadak perasaannya tak nyaman. Baru kali ini Ariana melanggar ucapan Vincent. Dia biasanya selalu menurut karena ingin menjadi istri terbaik bagi sang suami. ‘Bagaimana kalau Vincent tahu aku membuka barang pribadinya? Tidak … sudah cukup, Ariana! Kau adalah i