Perang dimulai 😶🌫️
“Sayang sekali, Noah, wanita yang kau cintai sekarang sudah menjadi bibi iparmu. Mulai sekarang, cintailah Laura sebagai bibimu, bukan sebagai wanita yang dulu kau kenal.” Noah mengepalkan tangan tanda menahan kemarahan yang luar biasa. Dia tahu, tak mungkin bisa melawan Asher sekarang. Noah tak boleh gegabah dan harus bersabar menerima apa pun yang dikatakan pamannya. “Aku akan mencobanya.” “Bagus.” Asher mengangguk biarpun dia bisa melihat ketidaktulusan dari raut wajah Noah. “Aku dengar, kau ingin bercerai dengan istrimu?” “Kakek yang memberi tahu Paman? Aku belum tahu pasti, tetapi aku benar-benar sedang memikirkannya. Tidak akan ada bagusnya jika aku harus tetap mempertahankan pernikahan yang hanya dilandasi dengan paksaan. Aku ingin menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.” Noah berniat menyindir Asher yang menurutnya telah memaksa Laura menikah. Akan tetapi, Asher segera membalik ucapannya. “Kau seharusnya memikirkan itu lebih cepat, Noah. Kenapa kau baru sadar ketika semu
Setelah kejadian malam itu, Nora selalu membujuk Noah untuk mengulang lagi malam pertama mereka. Dia masih berpikir jika Noah sudah melakukan hubungan suami-istri dengannya. Akan tetapi, Noah justru semakin menjauh. Nora merasa jika Noah tak puas dengan pelayanannya sehingga Noah enggan melakukan lagi dengannya. Dia sampai mengunjungi beberapa tempat untuk belajar cara memuaskan suami. Sayangnya, Noah mungkin sudah terlanjur kecewa dan enggan menyentuhnya. Sang suami hanya bersikap baik padanya ketika berada di depan orang-orang. Setelah mereka kembali ke apartemen, Noah kembali lagi mendiamkan Nora sepanjang waktu. Dan sekarang, selagi mereka menginap di kediaman Smith, Nora ingin memperbaiki hubungannya dengan Noah. Namun, apa yang didengarnya sekarang? ‘Noah masih mencintai Laura? Jadi … bukan karena dia tidak suka dengan pelayananku?’ Nora mengepalkan kedua tangan penuh amarah. “Lau, kita masih punya kesempatan untuk memperbaiki ini semua. Aku tahu, kau juga mencintaiku. Kita
Wajah Noah kembali bersemangat setelah mendengar usulan Alice. “Kau … pintar sekali. Tidak rugi aku mendaftarkan kau ke sekolah bergengsi.” “Tentu saja! Jangan lupakan aku ketika kau sudah mendapatkan tujuanmu.” Alice mengangkat kedua bahu dengan bangga. Noah menegakkan badan menatap Alice penuh kekaguman. Biarpun Noah telah melakukan hal yang bejat padanya, tetapi Alice tetap membantunya. “Bagaimana dengan ujianmu? Kau bisa langsung mendaftar kuliah setelah lulus, bukan? Atau kau ingin langsung bekerja di perusahaanku saja?” tawar Noah karena sungguh berterima kasih padanya. “Ujian akan dilaksanakan minggu depan. Berkat kau, aku hanya perlu menghadiri beberapa kelas saja. Bagaimana kalau aku bekerja di tempatmu sambil kuliah?” “Itu ide yang bagus.” Tak ada salahnya menjadikan Alice sebagai orang kepercayaannya. Setelah mengenalnya lebih dekat, Noah tahu jika Alice pintar dan memiliki potensi untuk berkembang. “Aku akan menjadikanmu sekretarisku atau asisten pribadi.” “Aku ingin
Langit mulai gelap, Asher belum juga pulang. Padahal, Asher mengatakan hanya sebentar pergi ke kantor. Laura mulai cemas karena ponsel Asher tak dapat dihubungi. “Ada apa, Kakak? Kenapa kau sangat khawatir?” cibir Nora yang tahu di mana Asher sekarang. Kata-katanya seolah memedulikan Laura, tetapi wajah Nora menunjukkan sebaliknya. “Bukan urusanmu!” ketus Laura. “Apa kau sedang menanti kepulangan Paman Asher? Setia sekali kau. Masuklah ke dalam. Paman Asher mungkin sedang sibuk … dengan wanita lain.” ‘Suamimu tidak akan pulang malam ini. Noah pasti sudah berhasil menjebak Asher agar bisa bermalam dengan seorang wanita. Rasakan kehancuranmu sebentar lagi, Laura!’ Nora bersorak penuh kemenangan dalam hati. Semalam, Noah mengatakan akan menjebak pamannya agar seolah-olah menghabiskan malam panas dengan wanita lain. Nora awalnya menolak karena takut jika setelah Laura berpisah dengan Asher, maka Noah akan kembali bersama Laura. Namun, Noah berhasil membujuk dan meyakinkan Nora bahwa
Nora terbelalak kaget melihat pria di depannya. Bagaimana mungkin dia ada di sini? Asher Smith seharusnya sedang tidur bersama wanita lain sekarang! “Sayang ….” Laura gegas melingkarkan tangan di lengan Asher. “Kenapa kau pulang larut malam? Aku dan Mama menunggumu di depan sejak tadi.” Asher tersenyum kecil pada istrinya. “Aku sibuk sekali. Kita bicara nanti …” Asher menoleh ke arah Nora. “… setelah perempuan ini menjawab pertanyaanku.” Nada suara Asher berubah begitu melihat Nora. Nora masih tercengang oleh kedatangan Asher. Apakah Noah gagal melancarkan rencana mereka? Kenapa Asher bisa pulang malam ini? Dan … di mana suaminya sekarang? Segala pertanyaan di benak Nora menghilang begitu mendengar suara tegas Asher. “Apa yang tadi akan kau lakukan?! Kau ingin menampar istriku, ha?!” bentak Asher penuh amarah. “T-tidak, Paman. Aku tidak akan melakukan apa pun. M-mana berani aku berbuat seperti itu,” sanggah Nora dengan wajah pucat pasi. Asher tampak sangat menyeramkan setiap kal
“Ough … aku tidak bisa berhenti. Maafkan aku,” bisik Noah setelah pergulatan panas dengan Alice. “Apa yang terjadi padamu? Kau bilang ingin membantu hidupku, tapi jika kau seperti ini terus, aku bisa benar-benar mengandung anakmu,” isak Alice. Noah sedikit merasa bersalah. Hanya sedikit … karena tubuh Alice benar-benar membuat Noah lepas kendali. “Ini karena obat sialan itu,” kilah Noah. Efek obat tersebut sebenarnya sudah hilang sejak berjam-jam lalu. Tetapi, Noah menggunakan kesempatan tersebut untuk menikmati tubuh gadis yang saat ini dalam pelukannya. “Kau tidak sengaja membuat kesalahan dengan memberiku obat itu, bukan?”Noah menatap nanar dinding kamar hotel. Dia mau tak mau meragukan Alice. Selama ini, semua orang berusaha mengatur hidupnya, mengkhianatinya, dan memanfaatkan dirinya. Alice mendorong Noah menjauh. “Kau gila?! Untuk apa aku merugikan diriku sendiri di saat kau tidak akan pernah mau bertanggung jawab padaku! Aku benar-benar tidak tahu, kenapa jadi kau yang mi
“Bulan madu kita sudah cukup. Apa kau tidak khawatir perusahaanmu bangkrut?” Laura mendorong-dorong wajah Asher yang ingin terus menempel padanya. Dari kaca spion tengah mobil, Laura bisa melihat Carlos sesekali melirik ke belakang. “Pertanyaan apa itu? Kau selalu lupa siapa suamimu ….” “Sekaya apa pun dirimu, kau bisa bangkrut jika kau malas-malasan setiap hari.” Asher tak bohong mengatakan ingin liburan sehari bersama Laura. Lagi pula, tak ada pekerjaan penting hari ini. Dia ingin bulan madu dengan sang istri barang sehari saja karena kemarin dia sudah bekerja. Dengan penuh keterpaksaan, Asher pun akhirnya menurut. Dia menarik badannya dan duduk tegak sambil melihat ke arah luar. Embusan napas panjang selalu terdengar beberapa menit sepanjang perjalanan. Kedatangan Asher bersama Laura di perusahaan menarik perhatian seluruh karyawan. Sebab, baru kali ini Asher jalan berdua dengan Laura yang kini berstatus istri sahnya di depan umum
DEG! Jantung Noah hampir terlepas dari tempatnya. Kegugupan dan ketakutannya langsung kembali begitu mendengar kata-kata Asher. “Kau masih ada di sana ketika aku tidur di sofa.” Asher tak melihat ke arah Noah karena tak mau kehilangan ketenangan dan berakhir dengan pertengkaran yang ingin dihindarinya. “Kau harusnya membawaku pulang, bukan justru membiarkanku dibawa pergi wanita asing.” Debaran kencang dalam dada Noah berangsur normal. Dia lega karena Asher tak tahu bahwa dirinyalah yang membawa pamannya ke kamar itu bersama Alice. “Maaf, Paman … aku agak mabuk karena Tuan Abraham terus menyuruhku minum. Aku sampai tidak bisa pulang dan mampir menginap di apartemen temanku.” “Tidak masalah. Theo menjemputku tepat waktu dan membangunkanku dengan paksa. Wanita itu malah ketiduran selagi menungguiku.” Laura yang telah mengenal Noah dari kecil pun bisa melihat tanda-tanda kelegaan dari air muka pria itu. Kenapa Asher malah berb