Arland memberikan buah itu pada Kay, ia tidak tahu buah apa itu. Kay melihat tangan dan kaki Arland banyak goresan. Kay berusaha untuk tidak berbaring, ia melakukan seperti yang di lakukan Arland, ia menggerak tubuhnya, lalu perlahan ia pun berusaha berdiri. Arland dan Kay duduk tanpa bicara, mereka makan buah itu, ternyata timun, mereka berdua kenyang, untung saja buah itu dapat 10 biji. "Kita harus bisa naik ke atas, sesakit apapun yang kita alami, kita berdua tidak boleh menyerah," ucap Arland. "Tapi air hanya ada di sini, jika kita sampai di atas, kita akan turun lagi mengambil air ke sini." "Tidak, isi botol ini semua, bawa jaket dan buah yang tersisa ini, sepenjang jalan saat kita makan timun ini, kita tidak akan merasa haus. Kay setuju, Arland pun turun mengisi 2 botol itu hingga penuh, Kay mengambil jaket dan juga plastik roti di isi timun. Setelah semuanya selesai, mereka berdua mulai naik ke atas dengan sisa tenang yang ada. Arland mengambil timun yang bisa
Kay terus berjalan tetapi semak belukar yang ia temukan, ia sama sekali tidak melihat Arland ataupun jalan yang ia lalui tadi. Ia mulai panik, bagaimana mungkin ia tersesat sejauh itu, sedangkan saat ini Arland sangat membutuhkan bantuannya. Ia takut untuk berteriak, kemungkinan hal buruk akan terjadi, karena sudah beberapa hari mereka ada di bawah jurang itu tidak ada satu manusia pun yang terlihat, ia mulai bertekad untuk jalan mengikuti bebatuan, dia merasa tadi saat melewati jalan itu hanya bebatuan yang dilewati, Kay tetap fokus walaupun ia merasa khawatir akan tersesat lebih jauh dan tidak akan bertemu dengan Arland. Setelah berjalan ia mulai lelah, jalanan semakin tidak karuan yang terlihat hanya semak belukar dan juga bebatuan, ia pun duduk putus asa sambil memegang pisang dan juga semangka di tangannya, tiba-tiba saja ia teringat pada pohon yang besar ketika Arland jatuh dan tersangkut di pohon itu, ia pun berdiri lalu mencari pohon itu, ia melihat pohon itu ada di atas
Kay dan Arland sudah tiba di bawah, tapi orang-orang itu sudah pergi, matahari juga sudah terbenam. Saat di bawah Kay teriak sekali lagi, tidak ada jawaban dari siapapun, tidak terlihat manusia di atas, Kay turun untuk mengisi botolnya. "Di mana mereka?" tanya Arland saat ia berbaring di batu. "Tidak tahu, mungkin mereka sudah pulang karena matahari sudah terbenam, di sini tidak ada cahaya yang menerangi, kemungkinan mereka takut saat malam hari." Arland mencoba menggerakkan kakinya supaya tidak terlalu kaku. Kali ini Kay sangat putus asa, entah jalan apa yang akan mereka tempuh supaya bisa segera naik ke atas. "Kita hanya menunggu kepastian saja," Kay tersenyum meratapi nasibnya seburuk ini, kali ini mereka benar-benar membutuhkan pertolongan.Tidak ada tenaga yang tersisa saat menuruni jurang itu, tapi tidak ada yang menunggu mereka saat tiba di bawah.Arland dan Kay tertidur karena lelah, apalagi kondisi tubuh mereka tidak sehat, Arland benar-benar membutuhkan pertolongan.
Arland dan Kay saling menatap, Arland menggeleng kepala seolah itu isyarat supaya Kay tidak boleh terlalu banyak bertanya. Kay mengangguk, ia tidak lagi bertanya pada nenek itu, nenek itu baik tapi terlihat menakutkan apalagi saat ia menatap mata mereka. Kay berjalan mengikuti nenek itu, ia menyuruh Kay mandi lebih cepat, Kay menuruti nenek itu, ia takut jika sewaktu-waktu ada yang menggangu. Kay menatap sekeliling tidak ada siapapun, lalu ia berpikir, bagaimana mungil mereka melihat dari lembah banyak orang yang datang menyuruh mereka untuk turun lalu naik ke atas tapi di jalan yang berbeda. "Ah, mungkin itu orang di kampung sebelah," ia tetap berpikir positif supaya tidak merasa takut. Kay pun segera selesai mandi, ia hanya menyiram tubuhnya dua kali dengan kendi, ia tidak melihat ada sabun di situ. Kay masuk ke dalam, ia segera menemui Arland yang masih duduk di ranjang kayu. "Segar sekali, badanku terasa lebih baik," ucapnya, lalu ia mengambil jaketnya untuk membersihkan w
Arland dan Kay keluar setelah selesai makan, mereka berdua sangat terkejut melihat pemandangan yang terlihat berbeda dari dari dalam kamar. Kay hanya melihat Arland tanpa berani bicara, sedangkan Arland terus fokus menatap sekelilingnya. "Kita harus segera pergi dari sini, aku merasa yang berbeda dari teman ini," ucap Arland, ia memegang kakinya yang masih sakit, ia harus segera sembuh supaya bisa berjalan mendaki gunung. "Kau benar, kita harus pergi dari sini," jawab Kay. Kay segera mandi, ia tidak menggunakan sabun hanya membasuh seluruh badannya dengan air. Saat di dalam kamar mandi iya menatap langit-langit, bulu kuduknya tiba-tiba merinding, entah apa yang terjadi padanya hanya segera kabur dari tempat pemandian itu. "Arland ayo masuk ke dalam," ia menarik tangan Arland supaya Arland segera masuk ke dalam bersamanya. Setelah berada di dalam Arland bingung melihat Kay tiba-tiba saja ketakutan. "Ada apa dengan mu? mengapa kau lari terbirit-birit?" "Tidak ada, ya
"Basah kuyup?" Kay langsung memeriksa keluar, ia tidak melihat hujan ataupun gerimis, tapi kenapa nenek tua ini basah kuyup? apa yang dia lakukan?. Sejuta pertanyaan timbul di pikiran Kay, sedangkan Arland membantu nenek itu menurunkan kayu bakar dan juga buah yang dibawanya. "Nenek dari mana? kenapa basah kuyup sedangkan disini tidak turun hujan," tanya Arland saat ia membantu nenek itu. "Di tengah jalan ketika mau pulang hujan turun deras, nenek belum bisa membawa semua buah yang nenek ambil, karena tidak mungkin membawanya dalam keadaan hujan begini." Nenek masuk ke kamarnya, mengganti baju lalu duduk di dekat api yang di nyalakan Arland. Sedangkan Kay duduk di kamar, ia sudah tidak tahan lagi dengan semua ini, tidak ada yang bisa di ajak bicara untuk membantu mereka supaya bisa segera pulang. "Apa kalian sudah makan?" tanya nenek saat ia menghangatkan tubuhnya. "Su... sudah," jawab Kay dari dalam kamar, ia sangat marah, tapi tidak bisa melampiaskannya. "Kay, kau?" Ar
Kay melahap makanan itu karena sudah lama tidak makan nasi. Setelah makan mereka langsung tidur. Waktu pun berlalu, tak terasa sudah satu tahun Arland dan Kay tidak kembali sejak mereka pergi. Tidak ada yang bisa di hubungi, bahkan sehari setelah mereka meninggalkan rumah hingga setahun berlalu. Bella berkerja di perusahaan Mars Group supaya bisa membantu memulihkan keuangan keluarga Alexander dan juga perusahaan. Banyak sekali tender yang tidak jadi di kerjakan karena perusahaan lain memutuskan perjanjian perusahaan sepihak. Bella mati-matian berkerja siang dan malam hingga tidak kenal lelah, Novia sering kali sakit saat merindukan papanya yang tidak kunjung pulang. "Bella, istirahat dulu nak, mommy bawa makan siang," Murni selalu membawakan makan siang untuk Bella yang selalu sibuk di kantor. Murni tidak pernah lagi marah atau membenci Bella saat Arland tidak pernah kembali. "Iya mom, nanti saja aku makan, ini tinggal sedikit lagi tanggung kalau tidak diselesaikan."
Murni menangis, ia sangat berterima kasih pada Bi Ijah."Jadi bibi belanja pakai uang gaji yang selama ini bibi simpan?" tanya Murni, ia menangis karena kebaikan Bi Ijah."Iya nyonya, aku tidak bisa meninggalkan kalian dalam keadaan sulit seperti ini, aku sudah puluhan tahun tinggal di sini, tidak ada yang salah kalau aku sedikit membantu," jawab Bi Ijah.Murni langsung memeluknya, lalu berterima kasih karena Bi Ijah menemani mereka bahkan saat tidak memiliki apa-apa.Bella pulang ke rumah, ia segera masuk ke dalam kamar Novia, ia melihat Novia berbaring di suapi Bi Ijah. Novia sangat lahap makan ayam goreng dan juga sayur bening."Bi.." Bella memeluk Bi Ijah karena sangat berterima kasih sudah menolong mereka, Bi Ijah mengeluarkan uangnya untuk membeli makanan supaya mereka tidak kelaparan di dalam rumah.Bi Ijah pun memeluk Bella sambil tersenyum, dia mengatakan sudah sepantasnya membantu mereka, karena selama belasan tahun Bella menyayangi Bi Ijah seperti ini kandungnya."Tidak apa
Ia melihat sosok pria yang berdiri di depannya, ia melihat dengan matanya tanpa berkedip, ia segera menangis lalu memeluk Arland dengan penuh haru, sedangkan Kay segera masuk ke dalam. Saat Bella tidak kunjung masuk ke dalam rumah, Novia segera melihat keluar, ia kaget, ia segera memeluk papanya, air mata di pipinya jatuh saat ia berada di pelukan papanya. "Papa kemana saja? kenapa tidak pernah pulang?" tanya Novia. "Maafkan papa ya nak, papa sangat sibuk, tapi papa tidak pernah melupakan Novia dan juga mama, doa kalian lah yang membuat papa pulang ke rumah dengan selamat." Novia sangat terharu mendengarnya, ia pun segera membawa papanya masuk, Bella segera membuatkan makanan untuk Arland, Arland segera mandi saat ia tiba di rumah, ia menikmati setiap sentuhan air yang membasahi tubuhnya. Kay memberi kejutan pada Sunny, ia berdiri di depan pintu kamar saat Sunny menggendong Kayra Maharani, Sunny segera berlari memeluk Kay, ia juga menangis terharu saat memeluk Kay, ia merasa
Kay menikahi Sunny secara mendadak, sedangkan Maudy depresi karena tidak bisa mendapatkan apapun yang ia rencanakan selama ia tinggal di rumah Alexander. Arland dan Kay secara brutal terus mengejar keberadaan Anthony dan Nilesh, meskipun sangat lama ia baru menemukan tempat persembunyian Anthony, mereka mencari hingga ke pelosok kampung, banyak rintangan yang dilalui untuk menemukan persembunyian Anthony yang saat ini menjadi buronan karena banyak permasalahan yang mereka hadapi. Bella berbulan-bulan menunggu kepulangan suaminya, ia khawatir dengan keselamatan suaminya, ia merasa seperti seorang istri militer yang menunggu suaminya antara hidup dan mati. Bella menunggu dengan sabar, meskipun kadang Novia masih selalu bertanya di mana keberadaan papanya. Yang lebih sedihnya lagi, saat hari pernikahan Sunny harus rela melepaskan kepergian suaminya untuk mencari keberadaan Anthony, dengan hati yang penuh rasa khawatir dan air mata yang terus mengalir ia terus berdoa dan berharap
"Wanita ular itu pernah menjadi kekasih mu," ucap Bella dalam hatinya, tapi ia juga mengikuti Arland ke halaman belakang, meskipun wajahnya cemberut dan terus ngedumel di dalam hatinya. Arland menyuruhnya menutup mata, setelah 2 menit Bella membuka matanya karena di suruh oleh Arland, Arland berlutut di hadapannya lalu memberikan cincin yang indah di jarinya. "Cincin?" ucap Bella kaget sambil tersenyum. Arland segera memeluknya lalu mengelus rambutnya, ia tahu Bella sangat lelah beberapa hari terakhir. "Jangan salah paham padaku, aku selalu memikirkan kebaikanmu dan juga kebahagiaan mu, aku selalu memikirkan mu." Bella tersenyum lalu memeluk suaminya, ia pun bahagia kegirangan, akhirnya setelah beberapa hari ia akhirnya di perhatikan lagi oleh suaminya. Bella dan Arland bermesraan di halaman belakang, dan pemandangan itu dilihat oleh Maudy, ia rupanya sangat terluka melihat itu, seperti di tusuk duri di jantungnya. "Kurang ajar, beraninya kau bermesraan di depanku Bella, lihat s
"Untuk apa kau menangis? pergi dari sini!" ucap Arland. "Kenapa kau mengusir ku Arland? Bella dan Sunny juga mengusirku, kenapa tidak ada belas kasih mu padaku?" "Aku tahu apa yang terjadi di sini saat aku tidak ada di rumah, kau mengusir Sunny karena kau sama sekali tidak suka padanya, kehadiran Sunny jadi ancaman bagimu, apakah aku benar?" tanya Arland. Maudy terdiam, semua orang menatapnya sehingga ia sangat membenci Bella. "Aku tidak mengatakan apapun padanya, justru ketika aku baru turun dari kamar mereka berdua berusaha membuatku jatuh, mereka gagal lalu mereka mengusirku, harusnya kau paham apa yang terjadi di sini Arland, aku tidak pernah berubah padamu!" "Apa aku perlu menunjukkan video saat kau mengusir Sunny? kau sangat kasar padanya, jika Kay tahu kau mengusir Sunny maka habislah kau!" ucap Arland. Maudy sama sekali tidak berkutik, ia terdiam, tidak tahu harus mengatakan apa supaya Arland berpihak padanya. "Aku minta maaf Arland, aku tidak bermaksud membuat mu
Zian hanya bisa menggeleng saat sudah tahu yang terjadi pada Arland, Arland memang melakukan kesalahan tapi itu sama sekali tidak di sengaja ataupun dia sadari, ia melakukan itu saat mabuk. "Lalu apa hubunganya dengan Anthony? kenapa ia selalu mengganggu anak dan istrimu?" tanya Zian sekali lagi. "Dia sebenarnya salah paham, aku tidak tahu apa yang dikatakan ayahnya padanya sehingga ia sangat membenci keluargaku, tapi yang pasti papa tidak pernah melakukannya kesalahan pada keluarganya," ucap Arland. Zian mengerti, sebenarnya ini hanya masalah pribadi yang belum selesai. Zian pun tahu cara memecahkan masalah ini, tapi pastinya dari salah satu pihak pasti ada yang tidak setuju. "Sebenarnya memecahkan masalah ini sangat mudah, tapi tergantung kedua belah pihak, jika salah satunya tidak setuju maka masalah ini akan tetap berlanjut hingga anak cucu kalian." Arland diam, ia sebenarnya tidak ingin memiliki masalah dengan siapapun, karena saat ini ia hanya memikirkan keluarganya saja.
Kay dan Arland bicara berdua di luar rumah, ia sebenarnya tahu Maudy drop karena takut ketahuan ikut melakukan kesalahan. "Apa kau yakin dia benar-benar sakit?" tanya Arland. "Iya, dia sakit karena memikirkan papanya, jelas dia takut di penjara!" "Lihat saja nanti apa yang akan dikatakan oleh dokter, aku sebenarnya tidak penasaran kenapa dia tiba-tiba sakit!" ucap Arland sekali lagi. Dokter mulai memeriksa Maudy, Murni dan Bella masih ada di dalam kamar itu, dokter itu dengan cepat memberikan infus di tangannya lalu menyuruh Maudy minum obat. Setelah selesai menanganinya, dokter itu bicara dengan Murni dan Bella. "Jangan biarkan dia memikirkan hal yang tidak baik, itu bisa membuat calon bayinya dalam bahaya, Maudy tipe orang yang sangat mudah drop apalagi saat ini dia sedang hamil." "Apakah ada sesuatu yang membuatnya tiba-tiba sakit?" tanya Murni karena ia sangat penasaran. "Tidak, dia hanya tidak boleh memikirkan sesuatu yang berlebihan!" Dokter itu memberikan rese
Tiba-tiba Maudy merasa deg-degan, ia tahu arah pembicaraan Kay, lalu ia menghela nafas, ia tidak mau buru-buru berfikir negatif. Sunny duduk di samping Bella, ia menunggu kejutan apa yang akan di katakan Kay pada mereka semua. "Jangan terlalu lama membuat orang menunggu, katakan saja apa kejutannya!" ucap Murni, lalu Kay tersenyum, ia mengambil ponselnya lalu menelepon seseorang. "Halo, semuanya berjalan lancar?" tanya Kay, Arland hanya diam mendengar pembicaraan Kay. Ia mematikan ponselnya lalu menatap Arland, ia diam cukup lama. "Mereka sudah di tangkap, kali ini mereka tidak bisa membayar siapapun untuk di bebaskan, ada seseorang yang mendukung mereka melakukan itu, yang pastinya kita tak akan percaya jika dia ikut campur dalam segala hal." Maudy semakin penasaran, tapi ia tidak mau bertanya sama sekali, ia tidak mau membuat orang di rumah itu curiga. "Siapa yang kau maksud? mommy penasaran siapa saja orang yang ingin mengganggu keluarga kita" ucap Murni. "Banyak mom, salah
Arland masuk ke dalam ruangan setelah selesai menelepon Bella, ia melihat Kay duduk di tempat tidur, wajahnya masih terlihat sedikit pucat. "Sebenarnya kejutan apa yang ingin kau tunjukkan pada semua orang?" tanya Arland padanya. "Jangan tanya padaku, lihat saja nanti!" jawab Kay. Arland pun membantu Kay keluar dari ruangan itu setelah Tuan Alexander menelpon bahwa ia sudah berada di parkiran. Dengan pelan Kay berjalan karena kepalanya masih belum sembuh total, tapi ia berusaha untuk terlihat kuat. "Aku akan mengambil kursi roda kalau kau tidak kuat berjalan, aku takut kau pingsan lalu kembali ke ruangan itu lagi!" ucap Arland sambil terus memegangi pundak Kay. "Aku baik-baik saja, kau tidak perlu memejamkan ku seperti itu," jawabnya sambil bercanda. Mereka pun tiba di parkiran, Kay dengan pelan-pelan masuk ke dalam mobil, ia duduk di samping Tuan Alexander sedangkan Arland duduk di belakang. "Bagaimana keadaan mu Kay?" tanya Tuan Alexander sebelum ia memacu mobilnya, tapi tiba
"Oh, jadi kau sudah menampakan topeng aslimu padaku, ternyata selama ini kau tinggal di sini hanya untuk mencari tahu semua informasi tentang keluarga Alexander, tapi sayangnya kau tidak mendapatkan apapun, semua yang kau harapkan sia-sia, ku tidak akan memberimu sebesar pun, dan rencanamu untuk menghancurkan keluargaku tidak akan pernah terjadi, karena kau tahu saat ini Kay dan Arland juga sudah tahu apa yang kau rencanakan bersama dengan Anthony, tunggu saja giliran mau mendapatkan balasan dari mereka berdua!" ucap Bella padanya, Maudy terdiam mendengar apa yang di katakan Bella padanya, ia bahkan gemetar saat tahu Kay dan Arland sudah mengetahui apa yang ia rencanakan. "Apa yang kau katakan? bukanlah selama ini kau yang ingin menghancurkan kehidupan Alexander? kau mengambil semua yang mereka miliki, lalu kau menuduhku supaya mereka tidak curiga padamu, luar biasa, kau memang sangat pandai bersandiwara," Maudy menuduh Bella bersandiwara, ia juga mengatakan bahwa Bella lah yang ingin