Arland dan Kay saling menatap, Arland menggeleng kepala seolah itu isyarat supaya Kay tidak boleh terlalu banyak bertanya. Kay mengangguk, ia tidak lagi bertanya pada nenek itu, nenek itu baik tapi terlihat menakutkan apalagi saat ia menatap mata mereka. Kay berjalan mengikuti nenek itu, ia menyuruh Kay mandi lebih cepat, Kay menuruti nenek itu, ia takut jika sewaktu-waktu ada yang menggangu. Kay menatap sekeliling tidak ada siapapun, lalu ia berpikir, bagaimana mungil mereka melihat dari lembah banyak orang yang datang menyuruh mereka untuk turun lalu naik ke atas tapi di jalan yang berbeda. "Ah, mungkin itu orang di kampung sebelah," ia tetap berpikir positif supaya tidak merasa takut. Kay pun segera selesai mandi, ia hanya menyiram tubuhnya dua kali dengan kendi, ia tidak melihat ada sabun di situ. Kay masuk ke dalam, ia segera menemui Arland yang masih duduk di ranjang kayu. "Segar sekali, badanku terasa lebih baik," ucapnya, lalu ia mengambil jaketnya untuk membersihkan w
Arland dan Kay keluar setelah selesai makan, mereka berdua sangat terkejut melihat pemandangan yang terlihat berbeda dari dari dalam kamar. Kay hanya melihat Arland tanpa berani bicara, sedangkan Arland terus fokus menatap sekelilingnya. "Kita harus segera pergi dari sini, aku merasa yang berbeda dari teman ini," ucap Arland, ia memegang kakinya yang masih sakit, ia harus segera sembuh supaya bisa berjalan mendaki gunung. "Kau benar, kita harus pergi dari sini," jawab Kay. Kay segera mandi, ia tidak menggunakan sabun hanya membasuh seluruh badannya dengan air. Saat di dalam kamar mandi iya menatap langit-langit, bulu kuduknya tiba-tiba merinding, entah apa yang terjadi padanya hanya segera kabur dari tempat pemandian itu. "Arland ayo masuk ke dalam," ia menarik tangan Arland supaya Arland segera masuk ke dalam bersamanya. Setelah berada di dalam Arland bingung melihat Kay tiba-tiba saja ketakutan. "Ada apa dengan mu? mengapa kau lari terbirit-birit?" "Tidak ada, ya
"Basah kuyup?" Kay langsung memeriksa keluar, ia tidak melihat hujan ataupun gerimis, tapi kenapa nenek tua ini basah kuyup? apa yang dia lakukan?. Sejuta pertanyaan timbul di pikiran Kay, sedangkan Arland membantu nenek itu menurunkan kayu bakar dan juga buah yang dibawanya. "Nenek dari mana? kenapa basah kuyup sedangkan disini tidak turun hujan," tanya Arland saat ia membantu nenek itu. "Di tengah jalan ketika mau pulang hujan turun deras, nenek belum bisa membawa semua buah yang nenek ambil, karena tidak mungkin membawanya dalam keadaan hujan begini." Nenek masuk ke kamarnya, mengganti baju lalu duduk di dekat api yang di nyalakan Arland. Sedangkan Kay duduk di kamar, ia sudah tidak tahan lagi dengan semua ini, tidak ada yang bisa di ajak bicara untuk membantu mereka supaya bisa segera pulang. "Apa kalian sudah makan?" tanya nenek saat ia menghangatkan tubuhnya. "Su... sudah," jawab Kay dari dalam kamar, ia sangat marah, tapi tidak bisa melampiaskannya. "Kay, kau?" Ar
Kay melahap makanan itu karena sudah lama tidak makan nasi. Setelah makan mereka langsung tidur. Waktu pun berlalu, tak terasa sudah satu tahun Arland dan Kay tidak kembali sejak mereka pergi. Tidak ada yang bisa di hubungi, bahkan sehari setelah mereka meninggalkan rumah hingga setahun berlalu. Bella berkerja di perusahaan Mars Group supaya bisa membantu memulihkan keuangan keluarga Alexander dan juga perusahaan. Banyak sekali tender yang tidak jadi di kerjakan karena perusahaan lain memutuskan perjanjian perusahaan sepihak. Bella mati-matian berkerja siang dan malam hingga tidak kenal lelah, Novia sering kali sakit saat merindukan papanya yang tidak kunjung pulang. "Bella, istirahat dulu nak, mommy bawa makan siang," Murni selalu membawakan makan siang untuk Bella yang selalu sibuk di kantor. Murni tidak pernah lagi marah atau membenci Bella saat Arland tidak pernah kembali. "Iya mom, nanti saja aku makan, ini tinggal sedikit lagi tanggung kalau tidak diselesaikan."
Murni menangis, ia sangat berterima kasih pada Bi Ijah."Jadi bibi belanja pakai uang gaji yang selama ini bibi simpan?" tanya Murni, ia menangis karena kebaikan Bi Ijah."Iya nyonya, aku tidak bisa meninggalkan kalian dalam keadaan sulit seperti ini, aku sudah puluhan tahun tinggal di sini, tidak ada yang salah kalau aku sedikit membantu," jawab Bi Ijah.Murni langsung memeluknya, lalu berterima kasih karena Bi Ijah menemani mereka bahkan saat tidak memiliki apa-apa.Bella pulang ke rumah, ia segera masuk ke dalam kamar Novia, ia melihat Novia berbaring di suapi Bi Ijah. Novia sangat lahap makan ayam goreng dan juga sayur bening."Bi.." Bella memeluk Bi Ijah karena sangat berterima kasih sudah menolong mereka, Bi Ijah mengeluarkan uangnya untuk membeli makanan supaya mereka tidak kelaparan di dalam rumah.Bi Ijah pun memeluk Bella sambil tersenyum, dia mengatakan sudah sepantasnya membantu mereka, karena selama belasan tahun Bella menyayangi Bi Ijah seperti ini kandungnya."Tidak apa
Tak terasa air mata menetes saat mengingat mimpi itu, pelukan yang selama ini ia rindukan sangat terasa dalam mimpinya. Bella berharap Arland segera pulang. Bella mencoba memejamkan matanya supaya bisa tidur lagi, karena hari-hari yang ia jalani terasa sulit sejak Arland dan Kay pergi tak pulang. Bella pun tidur saat menjelang subuh, ia tidur 45 menit lalu bangun lalu, bersiap pergi ke kantor untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Bella mempercayakan Novia di urus oleh Murni dan juga Bi Ijah, hanya Bi Ijah satu-satunya yang selalu setia pada mereka, mengurus mereka sekeluarga dengan ikhlas, bahkan rela mengeluarkan tabungannya untuk membiayai kebutuhan mereka di rumah. Bella sarapan makan mie instan yang di disiapkan oleh Bi Ijah, tidak ada makanan lain di kulkas yang tersisa karena Bi Ijah belum ke pasar. Bella menghabiskan sarapannya lalu pamit pada mertuanya, ia juga tak lupa memeluk Novia sebelum berangkat. Novia menjadi alasannya untuk kuat setiap hari, Novia masih di
"Tidak apa-apa Nyonya, saya tidak tega melihat Novia sedih, Novia anak yang baik, ia masih sangat kecil, belum tahu jika orang tuanya tidak punya uang, itu hal yang biasa terjadi pada anak-anak," jawab Bi Ijah, Murni semakin berhutang Budi padanya. Arland dan Kay sudah sangat bosan tinggal di pondok tanpa melakukan apapun, mereka seperti terkekang, tidak ada kehidupan yang normal, mereka hanya menunggu matahari terbit lalu terbenam. Sudah berapa lama mereka seperti itu, mereka pun tidak tahu waktu. Kay mendekatinya, ia duduk di samping Arland, ia tidak tahan lagi hidup tersiksa tanpa tahu apa yang akan terjadi. "Kita harus menelusuri jalan itu, man tahu kita menemukan kampung sebelah saat nenek itu bilang dulu, aku tidak tahan seperti ini, kita tidak tahu sampai kapan berada disini, sekarang matahari hampir tenggelam, apa kau masih ingin duduk disini menunggu kematian?". "Itu hanya pikiran mu saja, aku pun sudah tidak tahan lagi." Kay segera berjalan tanpa bicara, Arland m
Nenek itu tidak berbelas kasihan saat mereka terus di hantam bertubi-tubi. Kay tidak punya kesempatan untuk menolong mereka, Kay masih terkurung di dalam, seorang dari mereka ternyata memiliki ilmu supranatural, ia duduk lalu sambil berdoa, Kay merasa kepanasan di dalam, ia meminta tolong supaya di keluarkan. Orang itu berkelahi dengan nenek, tapi nenek itu punya tenaga yang hingga orang yang menolong Arland terlempar jauh hingga ia tidak bisa berdiri. Nenek tertawa, ia menatap Arland, kebencian itu terlihat di matanya, nenek itu tidak suka jika ada orang yang melawannya. "Aku memberi mu kesenangan, tidak ada yang kalian lakukan selain makan dan menunggu matahari terbenam, kalian tidak perlu melakukan apapun, cukup dengarkan saja perintahku," ucap nenek itu marah. "Aku punya keluarga yang menunggu di rumah, aku punya anak, ibu dan ayah, kau membohongi kami berdua, selama ini kau tidak ingin aku dan Kay pergi dari sini, apa yang kau ingin?" Arland tidak tinggal diam, ia melaw
Bella dan Sunny duduk berdampingan saat menunggu Arland di rumah sakit, Sunny merasa khawatir jika seandainya keluarga Arland atau Kay tidak menerima dirinya, sebab ia memiliki keterikatan dengan Anthony. Sunny duduk diam lesu, ia tidak mengatakan apapun pada Bella, ia masih memikirkan kehidupannya nanti jika Kay tidak lagi melindunginya, saat ini hanya Kay yang ia percaya, apalagi Anthony sudah tahu keberadaannya, pasti ia akan selalu mengincarnya "Kenapa kau diam saja?" tanya Bella padanya, sebab sejak tadi ia hanya diam saja lalu merenung. "Bella, aku tidak tahu harus melakukan apa jika aku seorang diri saja, aku tidak tahu Bella, mungkin aku akan terjerumus lagi ke dalam kejahatan itu, aku sangat bodoh sampai aku harus mengharapkan orang lain untuk melindungi ku," ucapnya, ia merasa sedih, ia juga takut. "Jangan memikirkan itu, aku ada di sini, percayalah padaku!" Bella berusaha membuat Sunny tenang, meskipun ia juga khawatir jika mertuanya tidak mengizinkan Sunny tinggal
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"