"Luca?"
Belinda masih membelalak kaget saat merasakan pelukan kokoh yang ternyata adalah pelukan Luca. Refleks, Belinda mendorong tubuh Luca dan berusaha menegakkan posisi berdirinya."Hati-hati, Belinda! Kau terlihat tidak fokus!"Luca memang sedari tadi memperhatikan Belinda. Karena itu, Luca bisa bergerak begitu cepat menangkap Belinda sebelum wanita itu meluncur bebas."Terima kasih, tapi jangan sok tahu, aku malah sangat fokus sejak tadi. Permisi!"Lagi-lagi Belinda melarikan diri dari Luca dan langsung melangkah cepat mengejar keluarganya. Mereka memasang senyuman ramah sampai saat para wartawan itu pulang dan pintu gerbang kembali ditutup, dan senyuman semua orang dalam keluarga itu pun langsung lenyap tidak bersisa, seolah mereka memang sudah biasa berpura-pura."Wartawan sudah pulang. Kita istirahat sebentar sebelum nanti malam menyambut tamu lagi," seru Hector Alfredo, ayah Luca dan Daniel.Belinda hanya berdecak lelah mendengarnya. Pesta tiada akhir dan pencitraan tanpa henti. Begitulah kehidupan sehari-hari di keluarga Alfredo.*Belinda berdandan begitu cantik malam itu sampai Daniel menghampirinya dan mengecup bahu terbuka Belinda."Sempurna, Sayang! Kalau akan lebih sempurna kalau memakai ini!"Secara mengejutkan, Daniel mengeluarkan sebuah kalung berlian dan memasangkannya di leher Belinda. Sangat cantik. Kalung itu membuat penampilan Belinda makin cantik dan sempurna."Kau makin sempurna, Sayang! Pesta malam ini lebih santai, banyak temanku yang datang, jadi seperti biasa, jaga sikapmu, Sayang!" pesan Daniel sebelum pria itu kembali mengecup bahu Belinda.Belinda sudah bosan mendengar pesan Daniel yang selalu sama, tapi Belinda juga selalu menjawabnya dengan jawaban yang sama."Aku tahu, Daniel!""Baguslah! Ayo!"Belinda mengangguk dan ia langsung turun bersama Daniel ke pesta santai yang diadakan di pinggir kolam renang rumah besar keluarga Alfredo.Tangan Daniel memegang erat tangan Belinda saat mereka berjalan melewati kerumunan. Senyuman tipis di wajahnya pun menunjukkan citra bahagia yang selama ini diperlihatkan pada publik.Mereka pun tiba di tengah kerumunan, dan Daniel memperkenalkan Belinda kepada temannya serta tamu-tamu yang lain. Belinda mencoba tersenyum dan berbicara dengan sopan, tapi sesekali Belinda merasa dirinya hanyalah aksesoris yang menghiasi lengan Daniel.Acara berlanjut dan Belinda pun masih tersenyum saat tiba-tiba Daniel memintanya mengambilkan minum untuk beberapa tamunya, padahal jelas banyak pelayan di sana. "Ambilkan minum untuk para tamu, Belinda!""Bukankah sudah banyak pelayan yang melakukannya? Mengapa harus aku?""Bisakah kau tidak membantahku seperti ini, Belinda? Lakukan saja apa yang kusuruh. Cepat ambil bakinya dan sajikan minumannya!" titah Daniel lagi.Belinda yang tidak mau bertengkar dengan suaminya di depan umum pun langsung melakukan tugasnya, sebelum ia mengantar minuman ke para tamu. Namun sialnya, mendadak ia mendengar suara-suara tawa dan bisikan-bisikan yang tidak pantas dari sekelompok tamu."Bukankah itu istri Daniel? Apa yang dia lakukan dengan membawa baki minuman? Seperti pelayan saja!"Belinda menahan napasnya sejenak dan ia sama sekali tidak nyaman dengan grup teman-teman Daniel kali ini.Sementara itu, Luca sudah berdiri di sudut yang lain di pinggir kolam renang itu sambil memegang gelas minumannya. Luca pun mengobrol dengan beberapa orang, tapi tatapannya sendiri tidak bisa lepas dari Belinda yang super cantik malam ini.Dengan gaun gold berkilau dan elegan, wanita itu melangkah dengan anggun sambil membawa baki minuman. Tentu saja seharusnya Daniel tidak boleh membiarkan istrinya melakukan itu, tapi Luca juga tidak mau ikut campur dalam urusan mereka.Belinda sendiri akhirnya kembali pada Daniel dan menyajikan minumannya."Ah, terima kasih, Sayang! Ayo, silakan minum. Kalau sudah habis, letakkan saja gelasnya lagi di baki, nanti istriku akan membereskannya. Jangan sungkan!" seru Daniel yang membuat Belinda merasa seperti pelayan saat ini.Semua orang pun masih menikmati pesta dan minumannya sampai saat Lorena mendadak muncul dengan gaun merahnya yang begitu mencolok, belahan dadanya rendah, dan belahan pahanya tinggi. Sontak semua mata menatap kagum pada Lorena yang sangat cantik dan seksi malam ini.Lorena memang masih berumur dua puluh dua tahun. Lorena masih muda dan jauh lebih cantik dibanding Belinda yang sudah merasa tua di umurnya yang ke dua puluh tujuh tahun ini.Bahkan Daniel sendiri mendadak melupakan Belinda dan langsung menyambut Lorena ke dalam pelukannya."Perkenalkan, Lorena, adik angkatku yang baru saja lulus kuliah hukum di luar negeri dan akan melanjutkan S2 di awal tahun nanti. Cantik sekali, Lorena Sayang!"Daniel tidak ragu sama sekali mencium punggung tangan Lorena di depan semua orang dan dalam sekejap, topik pembahasan semua orang adalah Lorena.Belinda pun langsung mencari kesibukannya sendiri daripada ia sakit hati melihatnya. Namun, saat pesta masih berlangsung, mendadak Daniel menghilang dari sana sampai Belinda yang penasaran pun berinisiatif mencarinya ke dalam rumah.*Di sisi lain, Daniel dan Lorena ternyata sudah ada di ruang kerja Daniel di dalam rumah. Mereka melarikan diri sejenak dari keramaian agar bisa berduaan.Lorena terlihat sedang berdiri di samping meja kerja Daniel, sedangkan Daniel berdiri di hadapannya sambil membelai paha wanita itu yang mengintip dari belahan pahanya yang tinggi."Kau cantik sekali malam ini, Lorena! Seksi sekali! Kau tidak melihat berapa banyak pasang mata yang terpesona tadi? Mereka seolah bisa memakanmu hidup-hidup, Cantik!"Lorena langsung tersenyum menggoda sambil membusungkan dadanya, sengaja menunjukkan keseksiannya."Apa kau salah satunya, Kak Daniel?"Dengan gerakan menggoda, Lorena membelai lembut jas Daniel di bagian bahu dan dadanya, sebelum Lorena mendorong Daniel sampai terduduk di kursi kerjanya, lalu Lorena duduk di pangkuan pria itu.Daniel sendiri langsung meraih tangan wanita itu dan menciuminya, mulai dari telapak tangan sampai ke lengan wanita itu."Tentu saja aku juga, Lorena. Malahan aku sudah sangat ingin memakanmu sejak tadi. Mengapa kau harus menunjukkan ini pada semua pria, hmm?" bisik Daniel sambil mengarahkan tangannya ke dada penuh milik Lorena dan memainkan jari-jari nakalnya di sana."Mmpphh, bukan ke semua orang, lebih tepatnya menunjukkan padamu saja agar kau segera menculikku pergi dari pesta itu," sahut Lorena sambil mendekatkan bibirnya ke bibir Daniel.Tanpa mereka sadari, Belinda sudah melangkah sampai ke atas dan berniat mencari Daniel ke kamar. Namun, langkahnya terhenti saat melihat pintu ruang kerja Daniel yang tidak tertutup rapat."Apa dia di ruang kerjanya? Mengapa pintunya terbuka?" gumam Belinda yang melangkah ke sana untuk menutup rapat pintunya.Namun, belum sempat Belinda memegang gagang pintunya, mendadak ia sudah melihat pemandangan yang membuat jantungnya berdebar kencang dan amarahnya langsung terlecut.Tanpa pikir panjang, Belinda pun langsung membuka pintu itu dengan kasar. Brak!"Apa yang sedang kalian lakukan di sini?"**Daniel dan Lorena begitu kaget mendengar suara pintu dibuka dan mereka pun sontak menoleh ke arah Belinda yang sudah berdiri di sana. "K-Kak Belinda?" sapa Lorena yang langsung bangkit berdiri dari pangkuan Daniel. Lorena pun terlihat langsung merapikan gaun dan rambutnya, sedangkan ekspresi Daniel malah terlihat biasa saja, malahan Daniel terlihat tidak suka dengan kedatangan Belinda. "Apa yang kau lakukan di sini, Belinda? Ini ruang kerjaku dan kau tidak mengetuk pintunya sebelum masuk?" seru Daniel geram. "Aku yang bertanya duluan, Daniel! Apa yang kalian lakukan dengan duduk berpangkuan seperti itu? Kau juga, Lorena! Kau itu wanita dewasa, Lorena. Sudah tidak pantas lagi kau duduk di pangkuan kakakmu seperti itu!" tegas Belinda sambil menatap Lorena tajam. "Oh, maafkan aku, aku hanya terlalu merindukan kakakku dan sebenarnya tadi aku hanya membantu merapikan kerah kemeja Kak Daniel, jadi jangan salah paham, Kak Belinda!" Lorena mengangkat bahunya santai. "Apa pun yang kau l
"Apa yang kau lakukan, Daniel? Apa begini caramu memperlakukan istrimu?" geram Luca yang langsung mengempaskan tangan Daniel. Daniel nampak begitu kaget, tapi juga begitu kesal, hanya saja ia masih berusaha tersenyum di depan Luca, seolah tidak terjadi apa-apa. "Ah, aku terkejut sekali melihatmu, Luca. Tapi ini adalah masalah rumah tangga kami yang tidak ada hubungannya denganmu," sahut Daniel yang seolah langsung menjadi pribadi yang berbeda dengan Daniel yang baru saja marah-marah beberapa menit yang lalu. "Aku tahu masalah rumah tanggamu tidak ada hubungannya denganku, tapi tetap saja tidak ada alasan untuk menampar seorang wanita, apalagi istrimu sendiri, Daniel." Luca tidak mengerti mengapa dadanya bergemuruh melihat Belinda ditampar. Memang sudah seharusnya Luca membela wanita yang dikasari oleh seorang pria, tapi bukan karena alasan itu Luca menggeram marah, melainkan ada sebuah perasaan lain di hatinya yang tidak terima Belinda disakiti. Luca pun masih menatap tajam pada D
"Akhh!" Belinda memekik kaget mendengar suara lecutan sabuk Daniel. "Mengapa kau berteriak, Sayang? Aku bahkan belum melakukan apa-apa," seru Daniel yang kembali melecutkan sabuknya ke udara sambil melangkah mendekati Belinda. Belinda mulai bergerak mundur dan mundur, tapi Daniel yang tidak mau melepaskan istrinya pun langsung melangkah lebih cepat lalu menarik rambut Belinda sampai wajah Belinda mendongak menatap pria itu. "Akhh, Daniel!" "Tidak seharusnya kau menjauh dari suamimu, Belinda." "Lepaskan aku, Daniel! Aku tidak mengatakan apa pun pada Luca, aku tidak pernah mengatakan apa pun pada siapa pun, Daniel!" "Lalu apa yang kau lakukan berduaan dengan Luca, hmm? Menggodanya? Mencari perhatiannya?" seru Daniel lagi di depan wajah Belinda. Sungguh, sapuan napas Daniel, alih-alih membuat Belinda meremang, malah membuat Belinda memucat ketakutan. "Aku tidak pernah menggoda Luca, Daniel. Seharusnya ucapan itu lebih cocok untukmu dan Lorena yang entah melakukan apa tadi," balas
"Apa ini, Luca? Baru hari pertama bekerja, tapi kau sudah mau mengambil alih semuanya?"Belinda dan Luca tidak saling bertemu lagi sepanjang hari itu karena mereka sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Namun, malam itu, Belinda mencari Luca ke ruang kerjanya setelah mendengar keputusan Luca yang semena-mena. Luca sendiri masih berkutat dengan pekerjaannya saat mendadak Belinda masuk ke ruang kerjanya tanpa permisi. Ekspresi wanita itu nampak begitu emosi sampai Luca ikut menanggapinya dengan emosi karena ia sendiri juga sudah lelah seharian. "Tidak bisakah kau mengetuk pintu dulu, Belinda? Dan juga, ini sudah malam, mengapa kau masih di sini dan tidak pulang saja untuk mengurus suamimu, hah?" "Bisakah kau menjawab pertanyaanku saja tanpa balik bertanya, Luca? Sejak Daniel mulai fokus pada politik, semua kebijakan tentang proyek harus melalui persetujuanku. Tapi seenaknya saja kau mengambil kewenanganku dan meminta semuanya harus melalui persetujuanmu? Kau anggap apa aku ini?"
Belinda langsung membelalak mendengar ucapan Luca. "Jangan gila kau, Luca! Kau tidak sopan sekali. Malam itu adalah kesalahan dan tidak seharusnya kau mengungkitnya lagi atau mengatakan hal seperti ini. Lepaskan aku!" geram Belinda yang kembali bergerak melepaskan diri dari pelukan Luca dan bermaksud bangkit dari atas pria itu. Namun, sialnya, gerakan Belinda kembali menimbulkan gesekan pada bagian tubuh Luca yang sudah sangat tegang dan rasanya seperti terkena sengatan listrik sampai Luca pun menggeram tertahan. "Belinda, berhenti bergerak kubilang!" "Berhenti bergerak bagaimana maksudmu? Aku mau bangun!" "Berhenti menggesekkan tubuhmu padaku, Belinda!" "Aku tidak melakukannya, Luca!" bantah Belinda dengan jantung yang sudah memacu tidak terkendali. Tatapan Luca sendiri nampak marah sekaligus berhasrat sampai tubuh Belinda mendadak meremang dan memanas. Sungguh, bahkan bersama Daniel saja rasanya tidak pernah seperti ini. Selama dua tahun menikah, Belinda tidak pernah merasak
"Apa, Ayah? Luca tidak perlu ikut. Aku bisa pergi sendiri ke sana bersama sekretarisku seperti biasanya."Belinda buru-buru menolak perintah Hector. Berada satu kantor dengan Luca saja rasanya sudah menyiksa, bagaimana kalau pergi ke luar kota berdua? "Luca itu sudah mengambil alih perusahaan, Belinda, jadi sudah sewajarnya dia ikut ke sana. Ini proyek penting bersama orang penting, jadi kalian memang harus turun langsung. Hanya saja, karena Luca masih baru, jadi kau yang akan membantunya nanti, Belinda." "Tapi Ayah ...." "Cukup, Belinda! Aku tidak pernah mengajarimu untuk melawan ayahku kan?" sela Daniel tiba-tiba. Sontak Belinda melirik Daniel singkat tanpa menyahutinya lagi, sedangkan Luca sendiri masih menanggapi dengan santai. "Kalau memang Belinda keberatan pergi denganku, aku bisa pergi sendiri saja. Aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan." "Tidak, Luca! Tidak! Belinda akan pergi bersamamu seperti rencana awal," sahut Daniel lagi menenangkan. "Ini menyangkut nama baik k
Belinda pasti sudah terlalu "jablai" sampai ingatan tentang malam panas itu terus berputar di otaknya. Sungguh, mendadak Belinda merasa murahan setiap kali memikirkannya.Luca sendiri masih terdiam di tempatnya karena menatap Belinda dari jarak dekat selalu membiusnya. Mereka pun masih bertatapan dengan begitu intens saat tiba-tiba suara seseorang terdengar mengagetkan mereka. "Bos!" Sontak Belinda menoleh ke arah suara itu dan Belinda langsung melihat Jedy yang baru keluar dari mobilnya. Jedy memang menyusul Luca dengan membawa mobilnya sendiri. "Ah, Bu Belinda! Maaf, aku terlambat," seru Jedy yang langsung melangkah mendekat dengan tatapan penuh tanya melihat Belinda dan Luca yang sedang begitu dekat. "Ah, tidak apa, Jedy. Kami juga baru tiba. Hmm, aku ... masuk duluan," sahut Belinda yang langsung salah tingkah dan memilih pergi meninggalkan Luca dan Jedy berdua. "Hmm, itu ... apa yang barusan kalian lakukan, Bos? Mengapa akhir-akhir ini aku melihat kau dan Bu Belinda lebih ser
Belinda masih menggenggam erat ponselnya dengan perasaan hati yang tidak karuan. "Sial! Apa dia benar-benar tidur satu kamar dengan Lorena? Lalu dia anggap apa aku ini? Ban serep? Atau samsaknya? Sial! Aku sudah tidak tahan lagi!" geram Belinda dengan tatapan yang sudah berkaca-kaca. Hati Belinda terasa begitu berat, tapi ingatan akan keluarganya pun terus membuat Belinda bertahan dan bertahan walau ia sudah muak dengan kondisinya. "Kau itu hanya anak pungut, Belinda. Sudah bagus kami mengadopsimu dari panti asuhan dan memberimu kehidupan yang terhormat. Kau bisa mendapatkan perawatan tubuh, kau bisa tinggal di rumah mewah, makan enak, memakai baju bagus, dan dihormati oleh banyak orang. Kurang baik apa kami ini?" seru ibu Belinda waktu memaksa Belinda menikah dengan Daniel dua tahun lalu. "Kini saatnya kau membalas jasa kami dan menikah dengan Daniel Alfredo, dia pria tampan kaya raya yang sangat terhormat! Kau tidak akan bisa mendapatkan pria yang lebih sempurna lagi daripada Da
Sembilan bulan kehamilan Belinda yang kedua adalah sembilan bulan yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak luar biasa kalau ternyata Belinda hamil anak kembar. Luca sampai tidak berhenti memekik senang saat melihat hasil USG, sedangkan Belinda kaget sendiri sampai tidak bisa berkata-kata dibuatnya. Luca pun menjadi makin protektif pada Belinda, bahkan Belinda tidak boleh mengangkat barang yang berat sama sekali, termasuk menggendong Jonathan. Luca yang selalu menggendong Jonathan dan menggantikan Belinda mengurus anak mereka itu, bahkan Luca membawanya ke kantor sampai para karyawan gemas sendiri dan bergantian menjaga Jonathan. Kadang Jonathan akan berlarian kesana kemari sambil berteriak kegirangan. Kadang Jonathan akan duduk di meja sekretaris sambil membuyarkan berkas. Kadang Jonathan juga duduk di divisi besar dan bernyanyi dengan gembira. Jonathan adalah anak yang sangat bahagia dan dicintai banyak orang. Dan kini, Jonathan akan menjadi kakak dari dua bayi kembar yang lucu ya
"Kami membawakan oleh-oleh dan vitamin untuk Ayah." Luca dan Belinda menjenguk Hector di penjara hari itu. Tinggal di penjara dan beraktivitas santai tanpa memikirkan urusan politik dan bisnis lagi membuat Hector nampak lebih segar dan tanpa beban. Hector benar-benar sudah melepaskan semuanya dan berniat pensiun setelah keluar dari penjara. Hector pun berniat tinggal di rumah saja dan menghabiskan masa tuanya bersama anak cucunya. "Ah, terima kasih, Luca, Belinda. Tapi biarkan Ayah melihat cucu Ayah dulu." Luca dan Belinda membawa Jonathan ke penjara dan Hector pun tidak berhenti tertawa gemas melihat tingkah cucunya itu. "Haha, dia makin lucu dan makin tampan, tapi cepatlah pulang, tidak baik terlalu lama membawa bayi di sini. Tapi beberapa bulan lagi, dia berulang tahun kan? Maaf ya, Grandpa tidak bisa membelikan hadiah apa-apa, tapi Luca, belikan mainan sepeda motor yang plastik itu untuknya. Katakan itu dari Grandpanya."Luca tertawa sambil mengangguk. "Tentu, aku akan melaku
"Eiffel, I'm in love!" teriak Jedy di bawah menara Eiffel malam itu. Dua minggu setelah menikah, Luca dan Belinda langsung pergi berbulan madu. Mereka tidak pergi berdua saja, tapi mereka membawa Jonathan bersamanya. Ameena sendiri sekarang menjadi pengasuh Jonathan dan Ameena selalu diajak ke mana pun Jonathan pergi. Bukan hanya Ameena, tapi karena mereka akan berlibur kali ini, mereka pun mengajak serta Jedy, Nando, dan Lorena. Tentu saja perjalanan itu menjadi perjalanan yang tidak terlupakan bagi mereka karena Jedy dan Nando yang masih jomblo ingin mendapatkan pasangan di kota paling romantis di dunia itu. Jedy yang antusias pun terus berteriak di bawah menara Eiffel itu sampai Luca mendadak malu sendiri mendengarnya. "Haruskah kau berteriak seperti itu? Seperti kau tidak pernah ke Eiffel saja. Aku kan pernah mengajakmu ke sini waktu itu." "Tapi ini pertama kalinya aku pergi dengan wanita, Bos. Tapi wanitanya tidak peka, karena itu, aku harus berteriak keras-keras," sahut Je
"Sekali lagi selamat, Kak Belinda dan Kak Luca." Lorena kembali memeluk Belinda dan Luca setelah acara pernikahan yang sakral itu akhirnya selesai. Hanya keluarga yang hadir dan mereka pun melanjutkan acara itu dengan makan siang bersama. Suasananya pun begitu kekeluargaan dan Belinda juga terlihat begitu santai dengan gaun pengantin sederhananya.Hector dan Diana sendiri sudah dibawa kembali ke penjara, tapi mereka pergi dengan tawa yang terus merekah di wajah mereka. Bahkan, sebelum pergi, mereka menciumi Jonathan dengan gemas. "Terima kasih, Lorena. Tapi aku mau memberikan hadiah kecil untukmu," seru Belinda yang langsung meraih buket pengantinnya. Awalnya Lorena sempat mengernyit sebelum ia melihat buket pengantin Belinda dan mendadak membelalak. "Apa itu? Buket pengantin untukku?" "Ya, ini untukmu agar kau segera menyusulku dan menikah lagi, Lorena." "Yang benar saja, Kak Belinda. Akhirnya aku akan kembali melanjutkan sekolahku dan aku belum memikirkan pernikahan lagi." "
Sebuah taman di sebuah hotel mewah menjadi tempat dilangsungkannya sebuah acara sakral hari itu, yaitu pernikahan dari Luca dan Belinda. Dihadiri oleh hanya keluarga dekat mereka, akhirnya hari pernikahan yang ditunggu pun tiba. Hector dan Diana pun diijinkan untuk menghadiri acara sakral itu hanya beberapa jam saja dan atmosfer di venue acara membuat mereka merinding saking bahagianya. Luca, anak mereka terlihat begitu gagah dengan setelan formalnya. Luca berdiri di panggung untuk menunggu pengantinnya tiba dan Luca sudah tidak sabar lagi untuk menjadikan Belinda sebagai istrinya yang sah. Belinda sendiri sudah begitu tegang di dalam ruang VIP hotel itu dan Belinda memakai gaun pengantinnya lagi. "Aku masih tetap tegang sekalipun ini pernikahanku yang kedua," seru Belinda pada Amelia yang sedang menggendong Jonathan. Bayi mungil itu sama sekali sudah tidak mungil sekarang. Jonathan yang sudah berumur lima bulan itu terlihat sangat montok, terasa berat, dan sangat aktif. Seperti
"Welcome home, Jonathan Alfredo." Semua orang memekik bahagia menyambut kepulangan Belinda dan bayi kecilnya dari rumah sakit. Bayi kecil itu diberi nama Jonathan Alfredo. Jonathan artinya pemberian Tuhan. Jonathan memang pemberian Tuhan yang paling indah dalam hidup Luca dan Belinda. Jonathan juga adalah pejuang kecil yang bahkan sejak dalam kandungan sudah menghadapi ketegangan yang begitu besar bersama Belinda saat harus menghadapi Daniel waktu itu. Sungguh, Jonathan sudah terlatih menjadi kuat sejak dalam kandungan. Lorena adalah orang yang paling heboh hari itu karena Lorena menghias rumah keluarga Alfredo dengan balon-balon berwarna biru dan hiasan lainnya yang membuat rumah itu menjadi meriah. Dibantu oleh Jedy dan Ameena, Lorena pun menyiapkan hidangan spesial untuk merayakan kepulangan Belinda ini. "Ya ampun, Lorena! Ini kejutan sekali! Terima kasih sudah menyiapkan semua ini untuk Jonathan," seru Belinda yang langsung memeluk Lorena. Jonathan sendiri masih digendong ol
Dua minggu setelah sidang Hector dan Diana selesai, akhirnya hari yang dinantikan pun tiba, yaitu kelahiran anak pertama Luca dan Belinda. Belinda sudah mengalami mulas sejak sore hari dan rasa itu makin tidak jelas saat makan malam hari itu. Belinda sendiri sudah tinggal lagi di rumah besar keluarga Alfredo bersama Luca dan Ameena. Nenek Ameena pun ikut tinggal bersama di sana. Beberapa pelayan lama yang masih setia pun dipanggil kembali, kecuali beberapa pelayan yang merupakan kaki tangan Baron tidak dipekerjakan kembali. Lorena sendiri kembali tinggal bersama Pak Landon dan Bu Landon, walaupun Lorena sering sekali berkunjung dan menginap. Beberapa hari ini, Amelia juga ikut menginap di rumah keluarga Alfredo untuk menemani Belinda yang akan segera melahirkan itu. "Hmm, perutku makin tidak enak dan rasanya agak basah, aku akan ke kamar mandi dulu," seru Belinda yang langsung melesat ke kamar mandi. Luca dan Amelia sampai ikut tegang sendiri. "Luca, siapkan semua barang Belind
Dua bulan berlalu dan proses hukum atas Hector dan Diana pun berjalan sangat lancar dan kooperatif. Persidangan dilakukan berkali-kali dengan cukup melelahkan, sebelum akhirnya Hector dan Diana beserta beberapa pejabat lain terbukti bersalah. Hector dan Diana tidak pernah absen dalam sidangnya. Diana pun begitu setia mendorong kursi roda Hector. Ya, Hector akhirnya harus memakai kursi roda karena ada bagian syaraf geraknya yang mengalami kerusakan permanen. Mungkin, selamanya Hector tidak akan bisa berjalan lagi, tapi Hector pun sudah menerimanya. Tanpa mengelak apa pun lagi, Hector pun mengakui semua perbuatannya dengan gentle dan tidak meminta pengampunan lagi. Dengan suaranya yang tegas seperti saat ia berbicara di depan banyak orang, Hector pun meminta maaf dengan tulus pada semua orang yang mengenalnya dan orang yang pernah ia rugikan secara langsung maupun tidak langsung. "Aku Hector Alfredo, mengakui bersalah dan melakukan semua yang dituduhkan. Aku melakukan korupsi itu d
Tidak ada perpisahan yang indah.Sekalipun berpisah dengan psikopat jahat seperti Daniel, nyatanya air mata semua orang tetap terburai saat harus mengantarkan Daniel ke tempat peristirahatan terakhirnya. Luca tidak berhenti memeluk Diana yang begitu lemas. Wajah cantik wanita itu terlihat lesu dan pucat selama beberapa hari sejak Daniel meninggal. Diana tidak berhenti menangis dan kehilangan yang dirasakan Diana seolah menular pada semua orang. Amelia juga hadir pada acara Daniel dan Amelia juga tidak berhenti meneteskan air matanya. Begitu juga dengan keluarga Pak Landon dan pejabat penting lain yang hadir di sana. Kematian Daniel tidak benar-benar dipublikasikan secara jujur. Daniel yang sempat diketahui menjadi buron pun hanya dikabarkan mengalami kecelakaan dan meninggal. Itu adalah bentuk penghormatan terakhir pada Daniel. Cukup keluarga mereka dan beberapa orang yang terlibat yang mengetahui kejadian yang sebenarnya. "Selamat jalan, Daniel! Selamat jalan, Anak Ibu! Ibu berha