"Akhh!"
Belinda memekik kaget mendengar suara lecutan sabuk Daniel."Mengapa kau berteriak, Sayang? Aku bahkan belum melakukan apa-apa," seru Daniel yang kembali melecutkan sabuknya ke udara sambil melangkah mendekati Belinda.Belinda mulai bergerak mundur dan mundur, tapi Daniel yang tidak mau melepaskan istrinya pun langsung melangkah lebih cepat lalu menarik rambut Belinda sampai wajah Belinda mendongak menatap pria itu."Akhh, Daniel!""Tidak seharusnya kau menjauh dari suamimu, Belinda.""Lepaskan aku, Daniel! Aku tidak mengatakan apa pun pada Luca, aku tidak pernah mengatakan apa pun pada siapa pun, Daniel!""Lalu apa yang kau lakukan berduaan dengan Luca, hmm? Menggodanya? Mencari perhatiannya?" seru Daniel lagi di depan wajah Belinda.Sungguh, sapuan napas Daniel, alih-alih membuat Belinda meremang, malah membuat Belinda memucat ketakutan."Aku tidak pernah menggoda Luca, Daniel. Seharusnya ucapan itu lebih cocok untukmu dan Lorena yang entah melakukan apa tadi," balas Belinda penuh perlawanan.Namun, sikap Belinda malah melecut kemarahan Daniel. "Kau benar-benar suka membantah, Belinda, padahal kau tahu apa yang akan terjadi kalau kau membantahku kan?"Tanpa aba-aba, Daniel langsung menarik lepas sabuk jubah mandi Belinda dan dalam sekejap, tubuh polos wanita itu terpampang di sana. Daniel mendorong kasar tubuh Belinda sampai menungging dengan setengah tubuhnya di atas ranjang tapi kakinya masih menapak lantai. Daniel pun langsung melecutkan sabuknya ke punggung indah itu. Plak!"Akhh!" pekik Belinda sambil menahan napasnya sejenak saking perihnya.Daniel yang mendengar pekikan itu hanya tersenyum miring dan malah makin bersemangat membuat maha karyanya di tubuh Belinda, sampai Belinda harus menggigit bantalnya sekuat tenaga menahan rasa sakit dan agar suaranya tidak terdengar sampai keluar.Entah berapa lama Daniel melakukan kekejaman itu, Belinda tidak ingat lagi, karena rasa lelah dan sakit yang luar biasa akhirnya membuat Belinda tertidur dengan begitu cepat.*Sebuah buket bunga dengan mawar merah yang begitu cantik terpampang di hadapan Belinda begitu ia membuka matanya pagi itu. Dan si pembawa bunga adalah Daniel, suaminya yang pagi ini mendadak sembuh."Selamat pagi, Sayang! Kuharap kau mau memaafkan aku untuk semalam, aku khilaf, Sayang, apa masih sakit, Belinda Sayang? Boleh aku lihat?"Daniel sudah menyentuh lengan Belinda, tapi Belinda menyingkirkan tangan Daniel karena disentuh saja sudah terasa begitu sakit baginya. Seluruh tubuhnya luka hingga Belinda tidak bisa menjelaskan bagian mana yang lebih sakit."Aku tidak apa," jawab Belinda ketus."Ah, kau pasti masih marah padaku, tapi ayolah, Sayang, tersenyumlah, jangan tunjukkan wajah itu pada orang lain. Maafkan aku ya, Sayang."Tanpa rasa bersalah, Daniel pun mencium kening Belinda dan tersenyum padanya seolah Daniel di hadapannya adalah orang yang berbeda saat ini.Ya, ini sudah menjadi kebiasaan yang tidak akan mungkin bisa hilang. Daniel melampiaskan emosinya lalu minta maaf dengan banyak bunga dan hadiah, lalu mengulang lagi dengan lebih parah dan minta maaf lagi.Bagi semua orang yang melihatnya, ini terasa sangat romantis, padahal kenyataannya sangat mengiris hati."Ah, baiklah, Sayang, ayo bersiap karena sebentar lagi kita akan sarapan bersama, tapi ingat, tutupi lebammu!" pesan Daniel.Sama seperti pesan jaga sikapmu, pesan tutupi lebammu adalah pesan yang sangat sering Daniel katakan sampai Belinda muak sendiri. Menjadi bagian dari keluarga terhormat sungguh melelahkan bagi Belinda yang harus selalu memakai topeng baik-baik saja, padahal ia tidak baik-baik saja.Belinda pun mengembuskan napas panjangnya sebelum ia langsung bersiap dengan cepat karena Daniel tidak suka wanita yang lambat. Belinda pun memakai setelan formalnya yang sangat tertutup dari leher sampai ke kaki, tapi tetap elegan di tubuh Belinda. Tidak lupa make up yang cukup tebal untuk menutupi sisa lebam yang masih berbekas di wajahnya.Dan setelah semuanya sempurna, Daniel pun dengan bangga menggandeng istrinya yang sangat cantik itu ke ruang makan untuk sarapan bersama.Semua orang sudah menunggu di ruang makan pagi itu, termasuk Luca yang semalam tidak bisa tidur memikirkan Belinda. Walaupun tahu tidak seharusnya Luca memikirkannya, nyatanya Luca kesulitan mengenyahkan wanita itu dari otaknya."Selamat pagi semua," sapa Daniel yang membuat tatapan semua orang langsung mengarah padanya.Seperti biasa, Belinda terlihat sangat cantik dan elegan, walaupun pakaiannya menurut Luca terlalu tertutup secara berlebihan.Dengan sigap, Daniel menarik kursi untuk Belinda dan Belinda pun duduk di sana sampai Lorena tidak berhenti menatap kagum pada Daniel yang gentle itu."Wah, Kak Daniel memang paling romantis, membangunkan Kak Belinda dengan sebuket bunga mawar, lalu melayani Kak Belinda begitu lembut. Aku juga mau mendapat suami sepertimu, Kak," ucap Lorena dengan tatapan mengerling penuh harap.Daniel tersenyum bangga mendengarnya. "Istriku yang cantik ini memang harus diperlakukan dengan spesial, Lorena."Daniel meraih tangan Belinda dan mencium punggung tangannya dengan mesra. Namun, ekspresi Belinda hanya tetap datar tanpa senyuman dan terlihat tidak menikmati apa yang dilakukan oleh suaminya itu.Luca sampai memicingkan mata melihatnya. Kemarin ditampar, pagi ini berbaikan dan makin mesra, mungkin itulah yang membuat Belinda tergila-gila pada suaminya itu."Aku tidak tahu kalau ternyata kau begitu romantis, Daniel," seru Luca juga."Kau kan lama tinggal di luar negeri dan tidak pernah menghabiskan waktu bersama kami, Luca. Tanyakan saja pada Belinda, aku memang romantis kan, Sayang?" Daniel menatap Belinda lekat-lekat sampai Belinda pun memaksakan senyumnya."Tentu saja! Suamiku yang terbaik," sahut Belinda singkat.Lorena yang mendengarnya makin menyanjung Daniel setinggi langit, sedangkan Luca makin memicingkan matanya melihat ekspresi yang alih-alih bangga pada suaminya, Belinda malah terlihat tertekan.Entah apa yang terjadi sebenarnya, tapi Luca tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Belinda sepanjang sarapan.*Mobil yang dikendarai Luca akhirnya tiba di Alfredo Group pagi itu, sebuah perusahaan konstruksi besar yang banyak menangani proyek pemerintah. Tentu saja dengan jabatan mentereng keluarga itu di pemerintahan, sebagian besar proyek pemerintah pasti jatuh ke Alfredo Group.Untungnya, Luca sendiri memiliki cukup pengalaman di bidang yang sama, walaupun tetap butuh waktu baginya untuk menyesuaikan dirinya di perusahaan ini."Selamat pagi, Bos!" sapa Jedy yang dengan sigap membukakan pintu untuk Luca."Hmm! Kau sudah berkeliling pagi ini?" sahut Luca sambil melangkah masuk ke perusahaan dan menuju ke lift.Beberapa karyawan yang sudah mengenalinya pun langsung menunduk sopan."Sudah, Bos! Aku sengaja datang pagi-pagi sampai aku melewatkan sarapanku.""Kau pikir aku percaya itu, hah? Sejak kau melakukan kesalahan saat memesan wanita malam itu, aku jadi ragu padamu, Jedy.""Ah, padahal sungguh itu bukan sepenuhnya salahku, Bos. Bukan aku yang membuat Bu Belinda masuk ke kamarmu dan berakhir tidur denganmu kan?"Luca langsung membelalak mendengarnya. "Sial, Jedy. Suaramu keras sekali!""Ya ampun, maafkan aku, Bos!" seru Jedy yang langsung menutup mulutnya. "Hmm, tapi pintu liftnya sudah terbuka, ayo, Bos!" imbuh Jedy cepat.Di saat yang bersamaan, Belinda sendiri sudah melangkah masuk ke perusahaan dan ia buru-buru pagi itu karena ada pekerjaan penting yang harus ia selesaikan. Belinda melangkah dengan cepat dan saat pintu lift terlihat akan menutup, Belinda pun buru-buru menahannya."Maaf! Permisi!" seru Belinda sambil melangkah masuk ke lift.Namun, Belinda sempat terdiam saat tatapannya bertemu dengan tatapan Luca di sana."Selamat pagi, Belinda!" sapa Luca berusaha bersikap biasa saja. "Kau terlambat!"Belinda mengembuskan napas panjangnya. "Aku bukan karyawan yang harus tepat waktu kan?" sahut Belinda yang langsung masuk dan memilih berdiri di depan Luca dan Jedy.Jedy hanya diam saja di sana, sedangkan Luca masih terus menatap penampilan Belinda."Kau tahu sejak melihatmu tadi pagi, aku sudah penasaran. Kau mau pergi bekerja atau pergi ke pemakaman, Belinda?"Belinda langsung mengernyit mendengar pertanyaan Luca. "Apa maksudmu, Luca?""Lihatlah, blouse lengan panjang hitam, celana panjang coklat, rambut diurai, dan ... semua tertutup, kau lebih mirip orang yang sedang berduka," sahut Luca lagi sambil mengamati penampilan Belinda."Hmm, lalu kau mau aku memakai bikini, hah? Tidak ada yang salah dengan penampilanku karena memang seperti inilah gayaku. Yang salah adalah otakmu yang hanya diisi dengan para wanita seksi, tapi maaf, aku bukan salah satu dari mereka, jadi jangan berfantasi tentangku! Permisi! Aku sudah tiba!"Belinda langsung melangkah keluar begitu pintu lift terbuka dan Luca yang ditinggalkan, lagi-lagi hanya bisa tertawa kesal. Sungguh, Belinda adalah makhluk paling menyebalkan yang pernah Luca kenal. Sikapnya sangat apatis dan anti sosial, seolah ia tidak butuh orang lain dan selalu ketus pada semua orang.Namun, sialnya, makin wanita itu ketus, Luca malah makin penasaran, walaupun Luca tahu Belinda bukanlah wanita yang bisa ia kejar.**"Apa ini, Luca? Baru hari pertama bekerja, tapi kau sudah mau mengambil alih semuanya?"Belinda dan Luca tidak saling bertemu lagi sepanjang hari itu karena mereka sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Namun, malam itu, Belinda mencari Luca ke ruang kerjanya setelah mendengar keputusan Luca yang semena-mena. Luca sendiri masih berkutat dengan pekerjaannya saat mendadak Belinda masuk ke ruang kerjanya tanpa permisi. Ekspresi wanita itu nampak begitu emosi sampai Luca ikut menanggapinya dengan emosi karena ia sendiri juga sudah lelah seharian. "Tidak bisakah kau mengetuk pintu dulu, Belinda? Dan juga, ini sudah malam, mengapa kau masih di sini dan tidak pulang saja untuk mengurus suamimu, hah?" "Bisakah kau menjawab pertanyaanku saja tanpa balik bertanya, Luca? Sejak Daniel mulai fokus pada politik, semua kebijakan tentang proyek harus melalui persetujuanku. Tapi seenaknya saja kau mengambil kewenanganku dan meminta semuanya harus melalui persetujuanmu? Kau anggap apa aku ini?"
Belinda langsung membelalak mendengar ucapan Luca. "Jangan gila kau, Luca! Kau tidak sopan sekali. Malam itu adalah kesalahan dan tidak seharusnya kau mengungkitnya lagi atau mengatakan hal seperti ini. Lepaskan aku!" geram Belinda yang kembali bergerak melepaskan diri dari pelukan Luca dan bermaksud bangkit dari atas pria itu. Namun, sialnya, gerakan Belinda kembali menimbulkan gesekan pada bagian tubuh Luca yang sudah sangat tegang dan rasanya seperti terkena sengatan listrik sampai Luca pun menggeram tertahan. "Belinda, berhenti bergerak kubilang!" "Berhenti bergerak bagaimana maksudmu? Aku mau bangun!" "Berhenti menggesekkan tubuhmu padaku, Belinda!" "Aku tidak melakukannya, Luca!" bantah Belinda dengan jantung yang sudah memacu tidak terkendali. Tatapan Luca sendiri nampak marah sekaligus berhasrat sampai tubuh Belinda mendadak meremang dan memanas. Sungguh, bahkan bersama Daniel saja rasanya tidak pernah seperti ini. Selama dua tahun menikah, Belinda tidak pernah merasak
"Apa, Ayah? Luca tidak perlu ikut. Aku bisa pergi sendiri ke sana bersama sekretarisku seperti biasanya."Belinda buru-buru menolak perintah Hector. Berada satu kantor dengan Luca saja rasanya sudah menyiksa, bagaimana kalau pergi ke luar kota berdua? "Luca itu sudah mengambil alih perusahaan, Belinda, jadi sudah sewajarnya dia ikut ke sana. Ini proyek penting bersama orang penting, jadi kalian memang harus turun langsung. Hanya saja, karena Luca masih baru, jadi kau yang akan membantunya nanti, Belinda." "Tapi Ayah ...." "Cukup, Belinda! Aku tidak pernah mengajarimu untuk melawan ayahku kan?" sela Daniel tiba-tiba. Sontak Belinda melirik Daniel singkat tanpa menyahutinya lagi, sedangkan Luca sendiri masih menanggapi dengan santai. "Kalau memang Belinda keberatan pergi denganku, aku bisa pergi sendiri saja. Aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan." "Tidak, Luca! Tidak! Belinda akan pergi bersamamu seperti rencana awal," sahut Daniel lagi menenangkan. "Ini menyangkut nama baik k
Belinda pasti sudah terlalu "jablai" sampai ingatan tentang malam panas itu terus berputar di otaknya. Sungguh, mendadak Belinda merasa murahan setiap kali memikirkannya.Luca sendiri masih terdiam di tempatnya karena menatap Belinda dari jarak dekat selalu membiusnya. Mereka pun masih bertatapan dengan begitu intens saat tiba-tiba suara seseorang terdengar mengagetkan mereka. "Bos!" Sontak Belinda menoleh ke arah suara itu dan Belinda langsung melihat Jedy yang baru keluar dari mobilnya. Jedy memang menyusul Luca dengan membawa mobilnya sendiri. "Ah, Bu Belinda! Maaf, aku terlambat," seru Jedy yang langsung melangkah mendekat dengan tatapan penuh tanya melihat Belinda dan Luca yang sedang begitu dekat. "Ah, tidak apa, Jedy. Kami juga baru tiba. Hmm, aku ... masuk duluan," sahut Belinda yang langsung salah tingkah dan memilih pergi meninggalkan Luca dan Jedy berdua. "Hmm, itu ... apa yang barusan kalian lakukan, Bos? Mengapa akhir-akhir ini aku melihat kau dan Bu Belinda lebih ser
Belinda masih menggenggam erat ponselnya dengan perasaan hati yang tidak karuan. "Sial! Apa dia benar-benar tidur satu kamar dengan Lorena? Lalu dia anggap apa aku ini? Ban serep? Atau samsaknya? Sial! Aku sudah tidak tahan lagi!" geram Belinda dengan tatapan yang sudah berkaca-kaca. Hati Belinda terasa begitu berat, tapi ingatan akan keluarganya pun terus membuat Belinda bertahan dan bertahan walau ia sudah muak dengan kondisinya. "Kau itu hanya anak pungut, Belinda. Sudah bagus kami mengadopsimu dari panti asuhan dan memberimu kehidupan yang terhormat. Kau bisa mendapatkan perawatan tubuh, kau bisa tinggal di rumah mewah, makan enak, memakai baju bagus, dan dihormati oleh banyak orang. Kurang baik apa kami ini?" seru ibu Belinda waktu memaksa Belinda menikah dengan Daniel dua tahun lalu. "Kini saatnya kau membalas jasa kami dan menikah dengan Daniel Alfredo, dia pria tampan kaya raya yang sangat terhormat! Kau tidak akan bisa mendapatkan pria yang lebih sempurna lagi daripada Da
Luca masih melangkah keluar dari hutan sambil mengobrol dengan Grace. Luca pun sempat melirik rombongan Belinda juga sudah keluar, walaupun Luca belum melihat Belinda. Namun, Luca tidak berpikiran macam-macam. Sampai saat mereka sudah berkumpul untuk makan malam, Luca pun baru sadar bahwa ia belum melihat Belinda. "Apa kau melihat Belinda, Jedy? Apa dia mandi dulu baru ke sini?""Eh, aku tidak melihat Bu Belinda sejak tadi, tapi semua orang makan malam dulu baru mandi, Bos. Apa perlu kucari ke villa?" "Tidak usah, coba kutelepon saja." Luca pun menelepon Belinda, tapi ponselnya tidak aktif. Luca yang penasaran pun mencari sendiri sampai ke villa, tapi Belinda juga tetap tidak ditemukan. Bahkan aroma parfum yang tertinggal atau tanda-tanda ada orang yang masuk ke villa pun tidak ada. "Ponselnya tidak aktif dan dia tidak ada di mana-mana. Coba tanyakan pada anak buah Pak Yonan, Jedy. Mereka yang terakhir bersama Belinda kan?" titah Luca yang mulai cemas. Luca pun tidak berhenti me
Luca sudah melangkah dengan cepat menyusuri hutan tanpa rasa takut. Bahkan Luca menyingkirkan semua ranting pohon yang mengganggu jalannya hanya dengan tangannya yang kuat. "Sial, di mana kau, Belinda? Hawanya dingin sekali!" geram Luca yang masih merasakan dingin walau ia sudah memakai jaket tebalnya. Luca pun terus mengarahkan senternya ke sekeliling namun ia tidak melihat apa pun. Luca sempat melihat para regu penyelamat yang berpencar ke arah yang berbeda dengannya. Namun, Luca tidak mengikutinya dan tetap mengikuti hati nuraninya. Luca mencoba menyusuri jalan yang mereka lewati tadi dan ke mana kemungkinan Belinda melangkah sendirian. Dan saat Luca mendengar teriakan bersahutan dari para regu penyelamat yang memutuskan untuk kembali saja tanpa hasil, Luca pun mengumpat keras. "Dasar pria-pria tidak berguna! Aku akan mencarinya sendiri! Sial, di mana kau, Belinda?" Tanpa mempedulikan regu penyelamat, Luca pun melangkah sendirian untuk menemukan Belinda dan Luca bersumpah tida
Belinda sontak menyilangkan kedua lengan di dadanya saat akhirnya Luca memaksa membuka bajunya. Luca pun membuang begitu saja baju Belinda dan langsung menatap tubuh atas wanita itu yang masih tertutup penutup dadanya. Belinda sampai memalingkan wajah saking malu dan gugup, tapi Belinda tidak punya kekuatan lagi untuk melindungi dirinya. Bahkan otak Belinda sudah membayangkan banyak hal absurd. Bagaimana kalau mendadak Luca bernafsu dan melakukan hal buruk padanya? Belinda tidak akan mampu memberontak lagi. Namun, sungguh pikiran seperti itu sama sekali tidak ada di otak Luca saat ini, karena tubuh Belinda sendiri sudah begitu pucat. "Buka pakaian dalammu juga, Belinda, dan celanamu juga. Semuanya basah, Belinda. Tutupi dengan jaket ini. Ayo cepat!" Luca bergerak cepat menyentuh tubuh Belinda, tapi Belinda terus menarik dirinya sampai Luca kembali kesal. "Belinda, kemari! Kulitmu pucat sekali seperti tidak berdarah!" Luca yang tidak sabar pun menyambar kasar tubuh Belinda dan mem
Sembilan bulan kehamilan Belinda yang kedua adalah sembilan bulan yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak luar biasa kalau ternyata Belinda hamil anak kembar. Luca sampai tidak berhenti memekik senang saat melihat hasil USG, sedangkan Belinda kaget sendiri sampai tidak bisa berkata-kata dibuatnya. Luca pun menjadi makin protektif pada Belinda, bahkan Belinda tidak boleh mengangkat barang yang berat sama sekali, termasuk menggendong Jonathan. Luca yang selalu menggendong Jonathan dan menggantikan Belinda mengurus anak mereka itu, bahkan Luca membawanya ke kantor sampai para karyawan gemas sendiri dan bergantian menjaga Jonathan. Kadang Jonathan akan berlarian kesana kemari sambil berteriak kegirangan. Kadang Jonathan akan duduk di meja sekretaris sambil membuyarkan berkas. Kadang Jonathan juga duduk di divisi besar dan bernyanyi dengan gembira. Jonathan adalah anak yang sangat bahagia dan dicintai banyak orang. Dan kini, Jonathan akan menjadi kakak dari dua bayi kembar yang lucu ya
"Kami membawakan oleh-oleh dan vitamin untuk Ayah." Luca dan Belinda menjenguk Hector di penjara hari itu. Tinggal di penjara dan beraktivitas santai tanpa memikirkan urusan politik dan bisnis lagi membuat Hector nampak lebih segar dan tanpa beban. Hector benar-benar sudah melepaskan semuanya dan berniat pensiun setelah keluar dari penjara. Hector pun berniat tinggal di rumah saja dan menghabiskan masa tuanya bersama anak cucunya. "Ah, terima kasih, Luca, Belinda. Tapi biarkan Ayah melihat cucu Ayah dulu." Luca dan Belinda membawa Jonathan ke penjara dan Hector pun tidak berhenti tertawa gemas melihat tingkah cucunya itu. "Haha, dia makin lucu dan makin tampan, tapi cepatlah pulang, tidak baik terlalu lama membawa bayi di sini. Tapi beberapa bulan lagi, dia berulang tahun kan? Maaf ya, Grandpa tidak bisa membelikan hadiah apa-apa, tapi Luca, belikan mainan sepeda motor yang plastik itu untuknya. Katakan itu dari Grandpanya."Luca tertawa sambil mengangguk. "Tentu, aku akan melaku
"Eiffel, I'm in love!" teriak Jedy di bawah menara Eiffel malam itu. Dua minggu setelah menikah, Luca dan Belinda langsung pergi berbulan madu. Mereka tidak pergi berdua saja, tapi mereka membawa Jonathan bersamanya. Ameena sendiri sekarang menjadi pengasuh Jonathan dan Ameena selalu diajak ke mana pun Jonathan pergi. Bukan hanya Ameena, tapi karena mereka akan berlibur kali ini, mereka pun mengajak serta Jedy, Nando, dan Lorena. Tentu saja perjalanan itu menjadi perjalanan yang tidak terlupakan bagi mereka karena Jedy dan Nando yang masih jomblo ingin mendapatkan pasangan di kota paling romantis di dunia itu. Jedy yang antusias pun terus berteriak di bawah menara Eiffel itu sampai Luca mendadak malu sendiri mendengarnya. "Haruskah kau berteriak seperti itu? Seperti kau tidak pernah ke Eiffel saja. Aku kan pernah mengajakmu ke sini waktu itu." "Tapi ini pertama kalinya aku pergi dengan wanita, Bos. Tapi wanitanya tidak peka, karena itu, aku harus berteriak keras-keras," sahut Je
"Sekali lagi selamat, Kak Belinda dan Kak Luca." Lorena kembali memeluk Belinda dan Luca setelah acara pernikahan yang sakral itu akhirnya selesai. Hanya keluarga yang hadir dan mereka pun melanjutkan acara itu dengan makan siang bersama. Suasananya pun begitu kekeluargaan dan Belinda juga terlihat begitu santai dengan gaun pengantin sederhananya.Hector dan Diana sendiri sudah dibawa kembali ke penjara, tapi mereka pergi dengan tawa yang terus merekah di wajah mereka. Bahkan, sebelum pergi, mereka menciumi Jonathan dengan gemas. "Terima kasih, Lorena. Tapi aku mau memberikan hadiah kecil untukmu," seru Belinda yang langsung meraih buket pengantinnya. Awalnya Lorena sempat mengernyit sebelum ia melihat buket pengantin Belinda dan mendadak membelalak. "Apa itu? Buket pengantin untukku?" "Ya, ini untukmu agar kau segera menyusulku dan menikah lagi, Lorena." "Yang benar saja, Kak Belinda. Akhirnya aku akan kembali melanjutkan sekolahku dan aku belum memikirkan pernikahan lagi." "
Sebuah taman di sebuah hotel mewah menjadi tempat dilangsungkannya sebuah acara sakral hari itu, yaitu pernikahan dari Luca dan Belinda. Dihadiri oleh hanya keluarga dekat mereka, akhirnya hari pernikahan yang ditunggu pun tiba. Hector dan Diana pun diijinkan untuk menghadiri acara sakral itu hanya beberapa jam saja dan atmosfer di venue acara membuat mereka merinding saking bahagianya. Luca, anak mereka terlihat begitu gagah dengan setelan formalnya. Luca berdiri di panggung untuk menunggu pengantinnya tiba dan Luca sudah tidak sabar lagi untuk menjadikan Belinda sebagai istrinya yang sah. Belinda sendiri sudah begitu tegang di dalam ruang VIP hotel itu dan Belinda memakai gaun pengantinnya lagi. "Aku masih tetap tegang sekalipun ini pernikahanku yang kedua," seru Belinda pada Amelia yang sedang menggendong Jonathan. Bayi mungil itu sama sekali sudah tidak mungil sekarang. Jonathan yang sudah berumur lima bulan itu terlihat sangat montok, terasa berat, dan sangat aktif. Seperti
"Welcome home, Jonathan Alfredo." Semua orang memekik bahagia menyambut kepulangan Belinda dan bayi kecilnya dari rumah sakit. Bayi kecil itu diberi nama Jonathan Alfredo. Jonathan artinya pemberian Tuhan. Jonathan memang pemberian Tuhan yang paling indah dalam hidup Luca dan Belinda. Jonathan juga adalah pejuang kecil yang bahkan sejak dalam kandungan sudah menghadapi ketegangan yang begitu besar bersama Belinda saat harus menghadapi Daniel waktu itu. Sungguh, Jonathan sudah terlatih menjadi kuat sejak dalam kandungan. Lorena adalah orang yang paling heboh hari itu karena Lorena menghias rumah keluarga Alfredo dengan balon-balon berwarna biru dan hiasan lainnya yang membuat rumah itu menjadi meriah. Dibantu oleh Jedy dan Ameena, Lorena pun menyiapkan hidangan spesial untuk merayakan kepulangan Belinda ini. "Ya ampun, Lorena! Ini kejutan sekali! Terima kasih sudah menyiapkan semua ini untuk Jonathan," seru Belinda yang langsung memeluk Lorena. Jonathan sendiri masih digendong ol
Dua minggu setelah sidang Hector dan Diana selesai, akhirnya hari yang dinantikan pun tiba, yaitu kelahiran anak pertama Luca dan Belinda. Belinda sudah mengalami mulas sejak sore hari dan rasa itu makin tidak jelas saat makan malam hari itu. Belinda sendiri sudah tinggal lagi di rumah besar keluarga Alfredo bersama Luca dan Ameena. Nenek Ameena pun ikut tinggal bersama di sana. Beberapa pelayan lama yang masih setia pun dipanggil kembali, kecuali beberapa pelayan yang merupakan kaki tangan Baron tidak dipekerjakan kembali. Lorena sendiri kembali tinggal bersama Pak Landon dan Bu Landon, walaupun Lorena sering sekali berkunjung dan menginap. Beberapa hari ini, Amelia juga ikut menginap di rumah keluarga Alfredo untuk menemani Belinda yang akan segera melahirkan itu. "Hmm, perutku makin tidak enak dan rasanya agak basah, aku akan ke kamar mandi dulu," seru Belinda yang langsung melesat ke kamar mandi. Luca dan Amelia sampai ikut tegang sendiri. "Luca, siapkan semua barang Belind
Dua bulan berlalu dan proses hukum atas Hector dan Diana pun berjalan sangat lancar dan kooperatif. Persidangan dilakukan berkali-kali dengan cukup melelahkan, sebelum akhirnya Hector dan Diana beserta beberapa pejabat lain terbukti bersalah. Hector dan Diana tidak pernah absen dalam sidangnya. Diana pun begitu setia mendorong kursi roda Hector. Ya, Hector akhirnya harus memakai kursi roda karena ada bagian syaraf geraknya yang mengalami kerusakan permanen. Mungkin, selamanya Hector tidak akan bisa berjalan lagi, tapi Hector pun sudah menerimanya. Tanpa mengelak apa pun lagi, Hector pun mengakui semua perbuatannya dengan gentle dan tidak meminta pengampunan lagi. Dengan suaranya yang tegas seperti saat ia berbicara di depan banyak orang, Hector pun meminta maaf dengan tulus pada semua orang yang mengenalnya dan orang yang pernah ia rugikan secara langsung maupun tidak langsung. "Aku Hector Alfredo, mengakui bersalah dan melakukan semua yang dituduhkan. Aku melakukan korupsi itu d
Tidak ada perpisahan yang indah.Sekalipun berpisah dengan psikopat jahat seperti Daniel, nyatanya air mata semua orang tetap terburai saat harus mengantarkan Daniel ke tempat peristirahatan terakhirnya. Luca tidak berhenti memeluk Diana yang begitu lemas. Wajah cantik wanita itu terlihat lesu dan pucat selama beberapa hari sejak Daniel meninggal. Diana tidak berhenti menangis dan kehilangan yang dirasakan Diana seolah menular pada semua orang. Amelia juga hadir pada acara Daniel dan Amelia juga tidak berhenti meneteskan air matanya. Begitu juga dengan keluarga Pak Landon dan pejabat penting lain yang hadir di sana. Kematian Daniel tidak benar-benar dipublikasikan secara jujur. Daniel yang sempat diketahui menjadi buron pun hanya dikabarkan mengalami kecelakaan dan meninggal. Itu adalah bentuk penghormatan terakhir pada Daniel. Cukup keluarga mereka dan beberapa orang yang terlibat yang mengetahui kejadian yang sebenarnya. "Selamat jalan, Daniel! Selamat jalan, Anak Ibu! Ibu berha