Mala yang semalaman menangis, pagi harinya terkejut saat menerima sebuah email yang memintanya untuk segera pergi ke Kanada.Mala terdiam, haruskah dia pergi, sedangkan masalahnya dengan Bramono belum selesai, tapi email ini sangat penting, karena menyangkut usaha keluarga yang ada di sana, Mala tidak bisa mengabaikan nya begitu saja.Setelah mempertimbangkan dengan matang, Mala akhirnya hari itu juga, memutuskan untuk pergi juga ke Kanada. Mala terkejut ketika sampai di sana, ternyata situasi tidak semudah yang dia bayangkan, begitu banyak yang harus dia selesaikan.Masalah perusahaan di Kanada benar-benar menyita waktu nya, Hingga tanpa terasa sudah tiga hari dia berada di Kanada, dan belum bisa pulang kembali ke Indonesia.***Sedangkan Bramono malam itu setelah makan malam bersama Ratna, pulang ke rumah, namun sampai di rumah Mala tidak ada.Bramono berniat untuk menghubungi Mala, dia mulai mencari handphonenya, Bramono baru sadar jika handphone nya hilang, mungkin karena pikirann
Bramono berada di luar kota selama dua hari bersama Ratna. Walau pikirannya selalu memikirkan Mala, namun Bramono tetap harus mengawasi Ratna, dia harus bisa mengumpulkan bukti kuat, tentang penyelewengan dana yang Ratna lakukan di dalam Bramonos'grup.Bramono dan Ratna, akhirnya kembali. Bramono yang baru saja tiba di kantor, siang itu langsung pulang, karena dia ingin sekali bertemu dengan Mala saat ini."Kamu di mana?" Sebuah pesan di kirim oleh Bramono kepada Mala.Mala membacanya, namun tidak membalasnya, Mala merasa sudah tidak ada keinginan untuk bertemu dengan Bramono lagi."Aku tunggu kamu di rumah, ada yang harus kita bicarakan," sebuah pesan kembali di kirim Bramono pada Mala, ketika Mala tidak juga membalas pesan sebelum nya.Mala kembali membaca pesan itu, namun tetap tidak di balas. Bramono akhirnya memilih untuk menemui Mala di kantor, namun sial bukan Mala yang dia temui di sana tapi Markus.Markus menghadang langkah Bramono tepat di saat dia hendak membuka pintu ruang
Markus begitu melihat Bramono keluar dari ruangan Mala, segera masuk untuk melihat keadaan Mala.Markus terkejut saat masuk dan melihat Mala sedang terduduk lemas di lantai, dia segera berlari menolong Mala bangun dan memapah Mala ke arah sofa, lalu membantu Mala duduk secara perlahan.Markus amat khawatir melihat keadaan Mala yang terdiam seperti patung, Mala seperti orang yang trauma karena baru saja mendapat berita buruk."Apa yang di lakukan bajingan itu padamu?" Tanya Markus marah.Markus sangat marah, melihat kondisi Mala yang terlihat pucat dan lemas, apa yang telah di lakukan Bramono barusan pada Mala, batin Markus.Markus merasa kembali menyesal, karena telah kembali membiarkan Bramono dekat, dengan mala lagi."Seharusnya kamu tidak sudah percaya lagi padanya, jadi begini kan kamu!" Omel Markus lagi pada Mala.Markus bangun dan segera mengambil segelas air untuk Mala."Minumlah!" Ucap Markus sambil menyerahkan segelas air putih pada Mala.Mala menatap Markus sebentar, lalu se
Mala melepaskan ciumannya pada Bramono, lalu menatap Bramono dengan lekat."Ratna mengancam kamu apa?" Tanya Mala.Bramono membalas tatapan Mala, lalu membelai rambut Mala lembut.Bramono lalu menceritakan apa yang telah Ratna lakukan padanya, saat itu.Mala mendengus kesal, "itu salah kamu sendiri, bekerja dengan Ratna tidak cerita sama aku," keluh Mala."Maafkan aku, karena aku belum yakin akan melakukan apa, jadi aku menahan diri untuk tidak cerita padamu, sampai akhirnya peristiwa itu terjadi," jelas Bramono."Lalu sekarang kamu mau apa?""Mau tes senjataku, padamu!" Seru Bramono, sambil mendorong Mala hingga tertidur di sofa, lalu menindihnya."Aaaa! Aku tidak mau!" Teriak Mala."Kenapa?" "Kita bukan suami dan istri lagi,""Kata siapa?" Tanya Bramono."Kita sudah bercerai," "Kata siapa?" Tanya Bramono lagi."Kamu pura-pura lupa atau bagaimana? Kita sudah menandatangani surat cerai itu," jelas Mala."Tapi aku telah membatalkannya, saat kamu pergi keluar, aku kembali lagi ke temp
Begitu sampai di kantor, Mala langsung bersiap diri untuk menghadiri rapat pagi ini."Semalam kemana? Kenapa tidak pulang?" Tanya Markus, ketika mereka bertemu."Nanti aku ceritakan!" Jawab Mala, sambil terus melangkah masuk ke dalam ruang rapat, meninggalkan Markus.Markus menghela nafas kecewa saat ini, namun dia mencoba mengerti karena saat ini mereka memang harus segera memulai rapat.Markus terus menatap ke arah Mala, Markus mengerutkan keningnya, melihat begitu cerahnya wajah Mala saat ini. Senyum terus terlihat dari wajah Mala yang berseri-seri. Entah apa yang terjadi pada Mala semalam, semalam Mala tidak tidur di rumah, apa dia bersama Bramono, batin Markus.Markus mengepalkan kedua tangannya, menahan marah membayangkan Mala, benar-benar bersama Bramono tadi malam."Bagaimana bisa wanita secantik dan sepintar dia, bisa menjadi bodoh di hadapan seorang pria," ucap Markus dalam hatinya."Padahal baru saja, dia di sakiti oleh pria itu, tapi dengan mudahnya dia kembali lagi pad
Bramono tersenyum sangat lebar begitu keluar dari ruangan rapat, meninggalkan Ratna dalam kebingungan.Bramono masuk ke dalam ruangannya, lalu segera mengirim pesan pada Mala."Bagaimana jika libur nanti, kita jalan-jalan bersama Brama, aku rindu padanya," "Baiklah," Balas Mala tanpa menunggu waktu yang lamaBramono tersenyum, merasa hidupnya mulai saat ini akan terus membaik dan membaik.Hidupnya nanti akan bahagia bersama Mala dan Brama di sisinya."Aku harus mengadakan sebuah pesta pernikahan yang meriah," sebuah ide muncul di kepala Bramono.Mala yang siang ini harus pergi ke kantor Bramonos'grup, untuk menemui Ratna. Merasa jadi bersemangat karena di sana dia pasti akan bertemu dengan Bramono.Apa yang di pikirkan oleh Mala memang terjadi, dia berpapasan dengan Bramono saat berjalan menuju ruangan Ratna.Keduanya terdiam, saling menatap lalu tersenyum."Kamu di sini?" Tanya Bramono basa basi, jika saja mereka bukan sedang berada di kantor sudah di peluk nya Mala saat ini."Aku
Bramono langsung menggendong Brama, begitu mereka bertemu, tidak pernah dia bayangkan, dia akan mempunyai seorang putra seperti Brama."Bagaimana sekolah kamu?" Tanya Bramono."Baik ayah," Jawab Brama."Bagus, ayah kesini untuk mengajak kamu berjalan-jalan, apa kamu mau?""Tentu saja,""Bagus bersiaplah!" Begitu Brama pergi bersiap, Bramono menghampiri Mala, yang terlihat kebingungan."Ada apa?" Tanya Bramono langsung"Aku mencari Markus, ada sesuatu yang harus aku bicarakan padanya, namun dia tidak ada, katanya dia pergi ke Kanada,""Kapan, mendadak sekali!" "Kemarin sore katanya,"Mala menghela nafas nya, sebenarnya dia ingin mempertemukan Bramono dengan Markus, Mala ingin mereka bicara, biar tidak ada lagi salah paham di antara mereka."Ayah aku sudah siap!" Teriak Brama sambil berlari ke arah Bramono."Keren sekali!" puji Bramono melihat penampilan putranya."Ayok kita pergi!" Ajak Bramono pada Mala, Mala pun mengangguk.Hari itu seharian mereka terlihat seperti keluarga kecil
Markus menatap Bramono tajam, berani sekali Bramono memukulnya."Itu hukuman buat mereka, karena lebih memilih mempermalukan keluarganya demi kamu!" Mendengar itu, Bramono makin meradang, bagaimana mungkin Markus berpikiran seperti itu."Dia istriku bodoh! Tentu saja dia memilihku!" Bentak Bramono lagi."Dengar jika terjadi sesuatu pada mereka, kamu tidak akan pernah membayangkan apa yang akan aku lakukan padamu!" Ancam Bramono, lalu segera pergi dari tempat itu.Markus terduduk lemas di kursinya, dia menatap dirinya ke cermin yang ada di depan matanya, melihat bekas pukulan yang Bramono layangkan tadi, Markus melihat wajahnya yang sedikit membengkak."Dia memang brengsek!" Maki Markus.Markus terkejut saat menerima panggilan telepon, dari rumah sakit."Nenek!" Batin Markus, dia langsung menerima telepon itu."Baiklah aku akan segera, kesana!" Jawab Markus.Markus mendapat kabar jika neneknya sadar, dan ingin bicara dengannya.Sampai di rumah sakit Markus langsung berlari ke arah kam
Bramono menatap tidak percaya pada Markus, Markus mengedipkan matanya, melihat keterkejutan Bramono itu.Mendapat kedipan mata dari Markus, Bramono malah makin terkejut, bagaimana bisa Markus yang terkenal dingin, mengedipkan matanya bahkan senyum-senyum seperti sekarang."Dia berubah!" Batin Bramono."Apa kamu ingin menjadi, seperti aku dulu?" Tanya Bramono."Tentu tidak! Aku tidak akan melakukan hal bodoh itu, aku dan kamu berbeda, aku tidak akan pernah membuat seorang wanita dendam padaku,""Bahkan aku tidak mau membuat senjataku marah, hingga tidak bisa berdiri," lanjut Markus.Bramono menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil tersenyum malu."Semoga apapun usaha kamu, kamu segera mendapatkan hasilnya," ucap Bramono kemudian."Terimakasih! Aku titip Mala dan Brama jaga mereka, jangan buat mereka terluka, karena jika itu terjadi, bisa aku pastikan kamu akan menyesal!" Ancam Markus dengan wajah dinginnya."Siap-siaplah kehilangan segalanya, jika sampai itu benar-benar terjadi!" L
"Aku tadi," Bramono mencoba membuka mulutnya, untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Mala, namun dengan cepat Mala memotongnya."Seharusnya kamu, tadi cepat masuk ke sini, begitu Markus keluar dari ruangan ini!" Omel Mala."Aku berharap melihat kamu di balik pintu itu, mengintip aku dan Markus dalam ruangan ini!" Omel Mala lagi."Tapi ternyata kamu bahkan, tidak langsung masuk menemui ku, ketika Markus keluar!" Lanjut Mala.Bramono menatap Mala yang terlihat sedih mengatakan semua itu, padanya.Bramono bahkan kini melihat kedua mata Mala sudah berkaca-kaca."Tidak seperti itu! Saat melihat kamu berada dalam satu ruangan bersama Markus! Sebenarnya aku juga ingin ikut masuk! Tapi, aku takut kamu marah!" Ucap Bramono."Aku berpikir mungkin memang kalian berdua, butuh untuk bicara," lanjut Bramono."Aku juga gelisah, saat kalian berdua di dalam ruangan ini, begitu lama!""Apalagi saat melihat Markus keluar dengan wajah marah dan kesal,""Lalu kenapa kamu tidak langsung masuk,
Markus menatap Mala, dengan tajam, dia ingat bagaimana Mala mempermalukan dirinya di pesta ulang tahunnya.Pesta ulang tahun, yang seharusnya menjadi hari yang paling bahagia, berubah menjadi hari yang buruk karena penolakan yang di lakukan Mala pada lamarannya, didepan orang banyak.Bahkan, Mala menambah drama penolakan nya, dengan aksi membuang cincin nya, tanpa rasa bersalah.Flash back on.Markus menjemput Mala dan Brama ke bandara siang itu."Aku akan mengajak kalian jalan-jalan dulu sekarang, apa kalian mau?" Tanya Markus pada Mala dan Brama."Mau!" Jawab Brama dengan semangat.Mendengar hal itu, Markus tersenyum bahagia. Siang itu Mala dan Brama benar-benar di manjakan oleh Markus.Mereka berjalan-jalan mengitari sebuah taman yang sangat indah di tengah kota. Hingga tanpa terasa siang pun sudah berubah menjadi malam.Saat malam datang, Markus tidak membawa Mala dan Brama pulang ke rumah, tapi mengajak Mala dan Brama masuk ke sebuah restoran, untuk makan.Tanpa di ketahui oleh M
Pulang menjenguk Ratna, Mala dan Bramono langsung pulang, mereka pun kini sedang berbaring berdua di atas tempat tidur, sambil menatap langit-langit kamar.Setelah puas menatap langit-langit kamar, Bramono mengubah posisi tidurnya menghadap ke arah Mala.Menatap wajah cantik Mala, merupakan hal yang senang dia lakukan akhir-akhir ini.Mala makin di lihat makin cantik, dia memang untung besar mendapatkan Mala.Bahkan dia sering merasa tidak percaya diri berjalan bersama Mala, kecantikan Mala membuat semua hampir menoleh kearah, Bramono takut suatu ketika Mala menghilang darinya."Kenapa?" Tanya Mala, melihat Bramono menatapnya sambil melamun."Kenapa, apanya?" Tanya Bramono balik."Apa yang sedang kamu, pikirkan?""Aku sedang memikirkan bagaimana seandainya kamu pergi dariku, pasti aku akan mati!" Jawab Bramono."Kenapa bisa begitu?" "Tanpa kamu apalah arti diriku!" "Gombal!" ucap Mala sambil tersenyum."Itu benar, aku sekarang sangat tergantung padamu!""Kalau begitu buatlah, aku be
Ciuman yang sangat panjang dan lama, hingga membuat kedua merasakan sesuatu dorongan yang kuat dalam hati mereka untuk berbuat lebih dari itu.Mendorong Bramono untuk membawa Mala, ke atas tempat tidur dengan lembut, dan mulai merangkak di atas tubuh Mala."Tok, tok, tok!" Tiba-tiba suara pintu di ketuk dari luar, membuat gerakan Bramono terhenti.Bramono dan Mala saling pandang."Siapa?" Tanya Bramono."Ini aku ayah, aku ingin tidur bersama ayah!" Jawab Brama.Bramono kembali menatap Mala, Mala tersenyum. Bramono mau tidak mau segera turun untuk membukakan pintu untuk Brama."Kamu mau tidur sama ayah?" "Iya,""Baiklah!" Jawab Bramono. Bramono langsung menggendong Brama lalu masuk ke dalam kamar nya Brama."Baiklah, malam ini kita akan tidur berdua di kamar ini," ucap Bramono.Brama tersenyum senang mendengar itu, dia pun langsung tidur sambil memeluk Bramono erat, seakan-akan tidak akan dia lepaskan lagi.Bramono jadi senyum sendiri, menyadari hal yang tidak jadi dia lakukan bersam
Bramono menatap Mala yang muntah mengenai seluruh tubuhnya, Mala menutup mulutnya, menahan rasa mual yang kembali menyerangnya.Mala tanpa ragu mendorong tubuh Bramono, lalu turun dari tempat tidur, dan kelur dari kamar menuju kamar mandi.Sedangkan Bramono menatap tubuhnya, yang penuh dengan muntah."Oh, Tuhan!" Ucap Bramono, dia pun langsung berlari ke arah kamar mandi menyusul Mala.Mala menatap sedih ke arah Bramono."Maaf!" Lirih Mala "Sudahlah, mungkin bayinya belum mau di tengok," ucap Bramono sedih.***Bramono dengan berat hati harus meninggalkan Mala dan Brama di kampung, hari ini. Bramono harus kembali, ke Jakarta karena Bramonos'grup membutuhkannya.Sampai di Jakarta, Bramono benar-benar langsung pergi menuju kantor, hari itu juga.Dia mencoba berbuat sesuatu yang dia bisa dia lakukan untuk menyelamatkan Bramonos'grup dari kebangkrutan.Siang dan Malam, Bramono berkutat hanya di seputar pekerjaan, tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain.Hingga tanpa terasa, waktu pu
"Tolong!" Ucap Ratna lagi.Rima mengacak-acak rambutnya dengan kesal, bagaimana ini? Bagaimana dia menolong Ratna, jika dia sendiri, dia tidak akan kuat mengangkat Ratna ke atas."Tolong!" Teriak Rima akhirnya, karena tidak tahu harus berbuat apa."Tolong!" Teriak Rima lagi.Para polisi yang belum jauh pergi, seketika menghentikan langkahnya, mereka berbalik ke arah suara Rima yang berteriak minta tolong."Ada apa ini?" Tanya para polisi itu.Ratna bukannya langsung menjawab, dia malah terpaku melihat para polisi tadi yang datang."Maaf ada apa ini?" Tanya polisi yang lainnya.Rima tanpa menjawab, mengangkat tangannya lalu menunjuk ke arah lubang di mana Ratna berada."Dia di sana!" Ucap Rima akhirnya.Para polisi pun segera berlari ke arah yang di tunjuk Rima, mereka tersenyum melihat siapa yang ada di sana."Tolonglah aku!" Ucap Ratna, yang sudah merasa tidak kuat lagi menahan berat tubuhnya sendiri.Para polisi itu langsung bergerak, dan akhirnya mereka bisa mengangkat Ratna ke ata
Mendengar suara itu, Mala pun langsung berbalik badan, untuk melihat siapa pria itu. Mata Mala langsung membesar saat melihat siapa pria itu."Markus!" Ucap Mala.Para warga pun langsung mengalihkan perhatiannya pada Markus, yang berjalan ke arah mereka."Kalian semua pasti mengenal saya bukan? Saya bukan hanya akan meratakan kampung ini dengan tanah, tapi juga mengusir kalian dari kampung ini," ucap Markus.Para warga kembali terdiam, mereka saling pandang satu sama lain."Dengar! Yang kalian usir sekarang, adalah pemilik asli semua tanah yang kalian tempati!" Teriak Markus lagi.Rima dan para warga saling pandang mendengar hal itu. Lalu menatap ke arah Markus lagi."Kalian pasti tahu keluarga Kusuma, dan Mala adalah cicit mereka!" Jelas Markus lagi."Jadi menurut kalian, yang seharusnya pergi dari desa ini, dia apa kalian?" Tanya Markus dengan marah.Markus tadi terkejut saat melihat Mala ada di kampung ini, apalagi melihat Mala yang sedang di usir para warga. Kampung ini adalah
Mala menatap apa yang baru saja dia keluarkan dari dalam perutnya, kenapa bisa seperti ini, kemarin dia merasa baik-baik saja."Kenapa aku tiba-tiba, seperti ini?" Tanya Mala dalam hatinya."Kamu kenapa?" Tanya Bu Minah yang terbangun mendengar Mala muntah-muntah barusan."Entahlah, aku tiba-tiba mual-mual!" Jawab Mala.Bu Minah menatap Mala sesaat, dia jadi ingat saat pertama kali Mala pulang ke rumah ini, Mala pun mengalami hal yang sama."Apa kamu hamil lagi?" Tanya Bu Minah.Mala terkejut mendengar pertanyaan itu, Mala menatap Bu Minah, lalu mengerutkan keningnya."Aku sudah telat dua Minggu Bu!" Jawab Mala."Apa mungkin aku hamil lagi?" Tanya Mala."Apakah ini anak Bramono lagi?" Tanya Bu Minah lagi."Tentu saja, dia suamiku! Ternyata kami tidak bercerai, dia membatalkan proses perceraian kami," jelas Mala.Bu Minah menghela nafas lega, mendengar hal itu."Apa kamu belum berhasil menghubunginya?" Tanya Bu Minah lagi."Handphone ku hilang, aku bingung harus menelepon Bramono bagai