"Airish!" panggil Jovan ketika menyambut kepulangan adiknya di Bandara Soekarno-Hatta."Kakaakk—lama banget nggak ketemu, udah mau nikah aja!" sahut Airish dengan suaranya yang ringan ceria.Papi maminya pun tertawa mendengar celoteh puteri mereka lalu bergantian memeluk erat putera sulung mereka. Nyonya Srijita bertanya, "Gimana kabar kamu, Jo? Mami harap baik-baik saja selama Mami tinggal lama di Sydney.""Iya, Jovan baik kok, Mi. Udah ada yang merhatiin buat gantiin Mami ngurus Jovan!" jawab pemuda gagah berparas tampan tersebut.Pak Yudhi pun berkomentar, "Pantes dia buru-buru ngajak Mariana nikah, Mi. Rupanya sudah cocok. Papi berharap rumah tangga kalian langgeng, Jo!" "Pasti dong, Pi. Itu juga harapan Jovan, memang didikan Papi 'kan selalu jadi suami yang setia," jawab Jovan yang sedikit mencubit hati maminya secara tak sengaja.Airish pastinya belum tahu latar belakang dirinya yang bukan saudara seayah Jovan. Keluarga Adira Lukmana sengaja merahasiakan tentang hal tersebut. H
Azalea tak ubahnya bak boneka rusak yang tergolek tak berdaya di atas ranjang seusai dijadikan pelampiasan napsu papa mertuanya. Sementara Bram justru merasa sangat puas, dia sangat menyukai tubuh menantunya yang mulus terawat bak model bule. "Lea, kuharap kamu puas ya dengan keperkasaan, Papa!" ujar Bram sembari membelai sosok telanjang di sisinya yang terdiam dengan wajah basah oleh air mata tak kunjung berhenti mengalir."Jahat! Biarkan aku pergi, aku tak sudi lagi bertemu denganmu apalagi memanggilmu papa. Kau seperti iblis!" ucap Azalea dalam bahasa Inggris yang dimengerti oleh Bram dan membuat pria itu tertawa keras. Setelah mengumpulkan kekuatannya, Azalea mencoba bangkit dari ranjang untuk pergi dari kamar terkutuk itu. Namun, dia melihat pintu tertutup rapat dan kunci ada di tangan papa mertuanya. Dia pun menoleh dengan tatapan tajam. "Aku mau keluar sekarang!" tegasnya."Ohh ... siapa yang butuh anak kunci untuk membuka pintu itu ya? Memohonlah, Lea Cantik!" jawab Bramanty
"Jangan pukul Lea!" Kata-kata bernada tegas itu membuat alis tebal Zayn tertaut di tengah.Dengan dengkusan kesal Zayn mengibaskan tangannya agar terlepas dari cengkeraman kolega istrinya di poli obsgyn. Dia tersenyum sinis menatap tajam ke pria bule berbaju sneli putih di hadapannya seraya berkata, "Apa kau ingin bertingkah seperti pahlawan kesiangan di sini?" "Aku hanya tak ingin melihat temanku disakiti. Jangan melakukan kekerasan pada wanita, dia istrimu bukan, Dokter Zayn?" jawab Dokter Patrick Olsen dengan tenang sekalipun sebenarnya dia emosi mendengar segala cerita Azalea dari ruang praktiknya tadi. "Iya, dia istriku. Jangan ikut campur urusan rumah tangga kami. Ini privasi antara aku dan Lea. Keluar dari ruang praktik istriku!" Zayn menunjuk ke pintu dengan tatapan keras kepada Patrick.Namun, pria bule Perancis itu enggan bergerak dari tempatnya berdiri. Alih-alih ia menoleh mengamati wajah Azalea yang sembab berair mata. Hatinya jatuh iba, pernikahan yang menyedihkan dita
"Pa ... Papa!" panggil Zayn ketika dia sampai di kediaman Pradipta yang pencahayaannya remang-remang. Sudah lama semenjak kondisi finansial keluarganya goyang, rumah yang ditinggali Zayn sejak bayi itu berubah menjadi tak terurus. Pelayan banyak yang sudah resigned sehingga pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh mereka tak lagi terjamah. Pria bertubuh jangkung atletis itu melangkah menuju ke kamar papanya. Dia mencoba membuka gagang pintu yang ternyata tak terkunci. Namun, pemandangan tak senonoh antara papanya dengan wanita muda yang tak dia kenal di atas ranjang membuat Zayn terhenyak lalu buru-buru menutup kembali pintu tersebut."Papa cepet banget move on dari pernikahannya ya! Aku nggak nyangka setelah puluhan tahun berumah tangga sama mama—" ucap Zayn sendirian seraya menghempaskan tubuhnya di atas sofa ruang tengah. Di rumah itu entah masih ada berapa orang yang tinggal, jangan-jangan sudah tak ada lagi pelayan yang tersisa. Sejak dua bulan lalu dia memang berhenti membayar
Kedatangan Azalea di rumah duka siang itu menjadi perhatian khusus dari keluarga Pradipta. Berbagai tanggapan yang bermain di benak masing-masing orang anggota keluarga tersebut terhadap Azalea.Seperti biasa Azalea menitipkan Celine di daycare karena dia masih harus tetap bekerja sebelum ada kepastian dirinya kembali ke Swiss. Papanya memberikan waktu untuk Azalea berpikir matang sebelum benar-benar menceraikan suaminya di Jakarta. Toh pada akhirnya proses perceraiannya dengan Zayn harus dilakukan di Genewa sama seperti tempat pencatatan legal pernikahannya.Di sisinya ada Dokter Patrick Olsen yang menemani Azalea. Pria berdarah Perancis itu sekalipun bukan siapa-siapanya, tetapi peduli dan merasa perlu menjaga Azalea dari kemungkinan buruk yang timbul ketika bertemu kembali dengan keluarga Zayn.Pak Bramantyo menatap menantunya itu dengan kilatan mata berbahaya yang membuat hati Azalea serasa diremas. Jauh di lubuk hatinya, luka akibat trauma pemerkosaan itu seolah sulit untuk dihil
"Airish—tunggu!" seru Bram dari belakang gadis belia bergaun hitam dengan tubuh ramping setinggi 170 cm. Dia bergegas mendekati puteri biologisnya dengan napas terengah-engah lalu berkata, "kalau boleh, aku ingin minta nomor ponsel kamu. Ada beberapa hal yang harus kita bicarakan secara pribadi!"Alis yang melengkung cantik itu berkerut penasaran mengenai tujuan pria yang mengaku teman dekat maminya tersebut untuk 'bicara secara pribadi' dengannya. "Maaf, Om Bram ... benar ya?" tanya Airish memastikan nama pria di hadapannya.Bram menganggukkan kepalanya. "Benar, aku Bramantyo, bisa dipanggil Bram. Jadi berapa nomor ponselmu?" Dia menyiapkan phone book HP miliknya.Namun, Airish enggan menyebutkan nomor ponselnya karena itu privasinya. "Sebentar, apa bisa Om Bram katakan untuk apa kita berbicara berdua? Terus terang aku nggak biasa bicara dengan orang asing—""Mungkin sebelumnya, kamu menganggapku sebagai orang asing. Sayangnya pikiranmu salah, Airish. Aku papa kandungmu, bukan Yudhi
"Waahh ... ketopraknya memang enak bingits deh, Om Zayn! Makasih ya sudah ditraktir," ujar Orion setelah dia menghabiskan sepiring menu pilihannya. Kemudian Zayn pun menjawab sembari bercerita, "Sama-sama, Ori. Dulu waktu masih remaja, Papa selalu bela-belain makan ketoprak di rumah makan ini. Itu menu favoritku juga dibanding gado-gadonya!" Mariana hanya bisa tersenyum lebar melihat putera semata wayangnya yang sudah bertambah besar mampu menghabiskan sepiring ketoprak sendirian. Dia bahkan belum selesai memakan gado-gado di piringnya. "Tungguin Mama ya, Ori. Kamu ngebut iihh makannya!" tukasnya."Tenang, aku pasti tungguin kamu, Sayang!" sahut Zayn yang membuat Mariana sontak memutar bola matanya. 'Bebal banget deh dia nih, masih aja panggil aku sayang. Udah kubilangin panjang lebar tadi di kuburan padahal!' batin Mariana tak menjawab perkataan Zayn dan memilih lekas menghabiskan gado-gadonya saja."Ma, apa sore ini jadi ke kantor Om Jovan? Kalian ada janji penting 'kan?" Orion m
"Halo, Bu Mariana. Apa Anda bisa ke rumah sakit sekarang?" ucap Dokter Emil, direktur pengelola jaringan rumah sakit keluarga Richermond di telepon.Mariana yang baru saja selesai sarapan pagi pun mengerutkan keningnya, tumben sekali Dokter Emil menghubunginya. Namun, dia pun segera menjawab, "Halo, Dok. Iya, saya akan berangkat ke rumah sakit sekarang.""Baik, saya tunggu di ruang meeting lantai 30 ya Bu!" ujar Dokter Emil Firmansyah sebelum mengakhiri teleponnya.Kakek Dylan yang mendengarkan percakapan telepon cucunya pun berpesan, "Hati-hati di jalan, Mariana. Jangan lupa client meeting pukul 14.00 siang nanti ya!""Oke, Kek. Aku pasti datang tepat waktu. Sampai jumpa di kantor ya," pamit Mariana seraya mengecup pipi kakek kesayangannya. Dia juga berpamitan kepada Orion dan berpesan jangan nakal di rumah.Dengan Lamborghini Huracan silver miliknya, wanita cantik yang mengenakan setelan blazer dan celana panjang putih gading itu berangkat ke Rumah Sakit Permata Indah Medika di teng
Dengan pikiran buntu dan hati yang panas Zayn berjalan kaki di trotoar setelah meninggalkan kediaman Richermond. Harapan terakhirnya pupus sudah. Semua gara-gara pria sialan keturunan Adira Lukmana itu! Zayn merutuki Jovan.Ketika sampai di sebuah halte bus, Zayn memilih untuk duduk sendiri bengong meratapi nasibnya yang naas. Dia seharusnya menjadi pewaris tunggal aset kekayaan mendiang papanya. Namun, semua tidak bisa diusut. Pengacara keluarga Pradipta malah tersandung kasus hukum hingga masuk bui. Dia sekarang luntang lantung hanya punya dompet dan HP saja. Entah barangnya di kost sudah dibuang ke mana oleh pengelola tempat tersebut atau pula disimpan kalau orangnya baik hati. Zayn belum sempat pulang ke kost. Sebuah mobil sedan Ferrari merah berhenti tak jauh dari halte bus tempat Zayn duduk bengong sendirian di sana. Seorang wanita dengan penampilan heboh dan riasan tebal mendekati Zayn."Hai, apa Mas lagi butuh pekerjaan? Kenalkan namaku Mami Rosa. Aku suka wajah dan perawaka
"Bebaskan saja dia dari tuntutan hukum, Pak Sondang Sirait. Saya lebih senang kalau Zayn menghidupi dirinya sendiri di luar penjara. Cabut laporan kasus saya dari kepolisian ya!" tutur Dokter Maya Suratih pasca sembuh dari cedera di kepalanya.Kepalanya memang bocor di sisi kiri akibat dipukul oleh mantan suaminya itu menggunakan trofi yang terbuat dari kaca. Sungguh tragis justru dia dilukai dengan trofi favorit kebanggaannya sebagai rumah sakit favorit konsumen 6 tahun yang lalu. Saat itu Rumah Sakit Permata Indah Medika masih dipegang managemen lama belum diakuisisi oleh grup Richermond, jadi rumah sakitnya menjadi pilihan utama pasien ibu kota.Usut punya usut, mantan suaminya pernah punya masa lalu hingga memiliki anak haram dengan komisaris utama rumah sakit tersebut. Namun, Dokter Maya menganggap rahasia kelam itu sebatas cukup tahu saja.Pengacara kepercayaan Dokter Maya pun menjawab disertai peringatan, "Baik kalau itu yang diinginkan oleh Bu Dokter Maya. Saya cabut berkas pe
Dini hari sekitar pukul 03.00 WIB Mariana merasakan bagian paha dalamnya dialiri air hangat. Awalnya dia berpikir sedang bermimpi dan mengompol. Namun, ketika merabanya dan mendapati bahwa itu sepertinya air ketubannya ia segera menggoyang-goyang bahu suaminya."Mas Jovan, aku pecah ketuban!" ucapnya sedikit panik karena hampir melahirkan.Jovan yang tadinya masih mengantuk karena baru tidur beberapa jam setelah beberapa putaran bercinta dengan Mariana semalam segera bangun lalu duduk di ranjang. Dia bertanya, "Kuantar ke rumah sakit sekarang ya?""Iya, Mas. Ganti baju dulu. Panggil Pak Sapto buat anterin kita," jawab Mariana lalu perlahan bangkit dari tempat tidur dengan perutnya yang sangat besar. HPL memang besok sebetulnya, wajar lebih cepat sehari. Berat janin terakhir sudah 3.4 kilogram sudah cukup untuk dilahirkan kata Dokter Royce Adler. Mariana mengganti gaun tidurnya yang basah dengan daster batik berkancing depan agar mudah berganti baju pasien nanti di rumah sakit.Setela
"Permisi, Bu. Saya Zayn Alarik Pradipta, kliennya Om Charles. Apa beliau ada di tempat?" ujar Zayn berusaha menemui pengacaranya yang berjanji akan membantu mengurus masalah hak warisnya yang sulit diproses karena surat-surat habis terlahap api saat kediaman Pradipta kebakaran tempo hari.Wanita yang berjaga di bagian front desk kantor firma pengacara serta notaris Hutapea and Friends menghela napas mengulang kalimat yang sama untuk kesekian kalinya ke klien bosnya. "Maaf ya, Mas. Sepertinya saya nggak bisa memberi tahukan sampai kapan beliau tidak bisa memproses kasus hukum Anda. Pak Charles Hutapea tersandung kasus money laundry pejabat pemerintahan sehingga harus ditahan di Rutan Salemba untuk sementara," terang Bu Dyah Pertiwi, karyawati berusia setengah abad itu kepada Zayn yang mendadak bengong."Ta—tapi, perkara hak waris saya gimana dong, Bu? Mungkin rekan Om Charles bisa bantu?!" kejar Zayn, dia risau uang tabungannya tak mampu mencukupi kebutuhan sehari-harinya. "Bisa, sil
Jorges D'Argentine mengusap sudut matanya yang basah. Di sisinya, puteri kesayangannya mengenakan gaun putih sederhana dengan model sabrina mermaid dress memegang lekuk lengannya berjalan dalam langkah anggunnya menuju ke sebuah gazebo berhias mawar putih.Pagi yang sejuk tanpa tertutup lapisan salju di Danau Biel menjadi hari pernikahan sakral yang dinantikan oleh Patrick Olsen. Setelah perjuangan tanpa henti selama berbulan-bulan bolak-balik Jakarta-Genewa, segalanya terbayar lunas. Pada akhirnya Mariana melepaskan kepergian dokter spesialis obsgyn andalannya kembali ke Swiss untuk seterusnya. Dokter Royce Adler yang terikat kontrak menggantikan dirinya sebagai dokter praktik di poli obsgyn rumah sakit jaringan Richermond.Wanita pujaan hatinya yang mungkin adalah jawaban doanya untuk seorang kekasih yang baik hati itu melangkah di seberangnya bersama Tuan Jorges D'Argentine, papanya. Sama seperti calon papa mertuanya, Patrick pun menitikkan air mata haru yang membuat tamu undangan
Sudah beberapa bulan berlalu semenjak pernikahan resmi antara Zayn dan Dokter Maya. Rumah tangga mereka nampak harmonis tanpa ada pertengkaran yang berarti. Namun, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh jua.Memang Zayn sudah mendapat mobil baru untuk akomodasinya pulang pergi ke rumah sakit dan bepergian sendiri. Dokter Maya berangkat ke tempat kerjanya tanpa suaminya seusai sarapan pagi bersama. Dia tidak menaruh curiga sama sekali seperti apa kelakuan Zayn di balik punggungnya.Kehidupan seksual pasangan pengantin baru itu pun sangat aktif nyaris setiap malam mereka bermesraan. Itu pun Dokter Maya bukan hanya dihajar satu atau dua ronde di atas ranjang. Maka dari itu dia tidak pernah berpikir masih ada hasrat yang tak tersalurkan oleh suaminya. Akan tetapi, sesuatu yang tak pernah ia duga terjadi di bawah atap rumahnya.Pintu kamar tidur Zayn diketok tiga kali sebelum dibuka perlahan dari luar. Seorang perempuan berambut panjang hitam legam tergerai sepunggung masuk
Dokter Patrick Olsen mencoba mensiasati kesulitannya untuk resigned dari rumah sakit tempat bekerjanya saat ini dengan mengumpulkan jatah cutinya selama beberapa bulan terakhir. Memang mencari dokter spesialis yang bagus tidak mudah, biasanya dokter yang sudah berpengalaman terkontrak praktik di rumah sakit lain. Sedangkan, dokter yang baru lulus pendidikan spesialis masih butuh menimba pengalaman di meja praktik. Adik angkatan sealmamaternya yang diterima bekerja di rumah sakit jaringan Richermond masih di bawah pemantauannya dan dokter senior poli obsgyn lainnya. Kini dia harus berpesan dengan serius kepada Dokter Royce Adler selama mengambil cuti seminggu penuh."Dokter Royce, kuharap kau ingat semua tips dan trick praktik obsgyn yang sudah kuajarkan kepadamu. Ingat-ingat itu semua selama aku pergi seminggu ke Swiss, okay?" ujar Dokter Patrick duduk berhadapan di ruangan praktiknya bersama Dokter Royce Adler.Pria berambut model taper fade warna pirang itu menyeringai jenaka. "He
"Untuk apa perjanjian pranikah ini, Pak?!" bentak Zayn setelah membaca judul berkas yang disodorkan oleh notaris Dokter Maya Suratih kepadanya di ruang tunggu kantor dinas kependudukan Jakarta Pusat.Pak Rian Fantoni yang dipercaya oleh Dokter Maya mewakilinya sebagai pihak legal dalam setiap perjanjian hukum yang dia buat menjawab standar saja pertanyaan Zayn, "Ini sudah jadi keputusan klien saya, Pak. Zaman sekarang harus serba hati-hati terutama Bu Maya itu seorang wanita sukses dengan banyak harta. Kalau Anda menolak mungkin pernikahan ini tidak bisa terlaksana. Kami nantikan itikad baiknya untuk menanda tangani perjanjian pranikah tersebut!"Kening Zayn berkerut dalam, dia tak menyangka bahwa dalam dua pernikahan dia harus selalu diatur dengan perjanjian pranikah. Harta terpisah, tak ada gono gini setelah bercerai. Hatinya terasa dongkol, niatnya mendapat cipratan harta kekayaan Dokter Maya pun pupus sudah. Apa gunanya jadi suami kere setelah menikahi janda kaya raya itu? pikir Z
"Mas Zayn, maaf. Bukannya tidak bisa diurus hal warisnya, tapi butuh waktu yang tidak diprediksi lamanya karena semua berkas penting habis dilahap api dalam kebakaran rumah tempo hari," tutur Charles Hutapea, pengacara langganan keluarga Pradipta. Kemudian Zayn membalas, "Apa mendiang papa nggak membuat surat warisan semasa hidup dulu, Om?" Sebuah gelengan dengan raut wajah prihatin itu disertai jawaban, "Beliau tidak ingin berpikir cepat meninggal dunia waktu saya menyarankan dulu, Mas. Sayang sekali ketika jatuh sakit, saya tidak tahu karena memang sibuk dengan pekerjaan dan Pak Bram pun sama sekali tidak menghubungi saya lagi.""Ckkk ... payah sekali, lantas jalan keluar yang bisa saya tempuh apa dong, Om? Eman-eman sekali warisan ratusan milyar itu nilainya!" Zayn berdecak kesal dengan wajah tertekuk bersandar di sofa kantor pengacara kondang tersebut.Charles Hutapea beranjak berdiri lalu mengambil sebuah map berkas di rak dokumennya. Dia pun duduk kembali dan menyodorkan sebua