Home / Romansa / Gelar Mandul dari Gundik Suamiku / Bab 21 Ibu Yang Tidak Punya Etika

Share

Bab 21 Ibu Yang Tidak Punya Etika

last update Last Updated: 2022-07-30 10:43:36

Ting... Tong.....!

Bel rumahku berbunyi. Bi Yah, asisten rumah datang menemuiku yang sedang sibuk mengurus berkas yang harus ku periksa dengan hati-hati.

"Nyonya ada tamu perempuan yang datang."

"Baik, suruh dia masuk saja, Bik. Nanti ku temui dia di ruang tamu.!"

"Baik, Nyonya."

Aku melangkah menuju ke ruang tamu. Siapa gerangan yang datang kerumahku di sore hari seperti ini.

Uuph... Ketika kulihat dari daun pintu, ternyata yang datang bertamu adalah Bu Naura. Ibu tiriku sekaligus ibunya Bilna. Ada apa gerangan dia datang kemari.

Aku harus awas. Soalnya dia bukan orang yang berhati baik. Harus hati-hati. Kembali ku melangkah ke ruang kerja, ku ambil sebuah alat perekam suara. Kunyalakan dan kuselip di saku atasan tunik yang tengah ku pakai saat ini.

"Ternyata Ibu yang datang."

Aku duduk di sofa tepat di depan Bu Naura. Bu Naura teesenyum. Tapi senyum itu, bukanlah menggambarkan senyuman yang tulus. Entah ada maksud apa yang terselip di a
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 22 Nyaris Kena Jebakan

    Siang ini aku memutuskan untuk makan di luar. Sepulangnya dari kantor ku arahkan mobil langsung menuju ke restoran langganan. Aku memesan seafood kesukaanku bersama jus melon. Tidak harus lama menunggu, pesananku datang. "Sendirian saja mbak?" Tanya seorang perempuan yang baru saja datang, lalu duduk di bagian belakang mejaku. Sebentar kemudian dia membuka maskernya sekilas, mungkin gerah kali ya. Eh serasa saya pernah lihat ini perempuan. Tapi sayang sebelum aku berhasilengingatnya, dengan cepat dia memakainya kembali. Aneh... maklum, aku bukan tipe orang yang mudah dalam mengenali seseorang dengan baik. walaupun cuma sekilas saja, aku masih bisa sefikit mengingat wajah wanita itu. Tapi.. aduuuh perutku melilit. Belum sempat berpikir lebih jauh. Nih panggilan toilet merusak suasana makan siang. Pesanan baru saja datang, eh tahunya malah kebelet. Buru-buru aku melangkah kearah toilet wanita di bagian belakang. Lumayan lama juga harus mendekam di

    Last Updated : 2022-07-30
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 23 Terbebani Dengan Ulah Sendiri

    Sementara itu sebuah mobil berhenti di sebuah jalanan yang sepi. seorang perempuan yang memegang kendali mobil mengerem mobil secara mendadak. Sehingga semakin membuat perempuan di sampingnya tersentak. "Kenapa kok bisa begitu sih. Kamu kurang hati-hati. Hampir saja semuanya berantakan untung kamu tidak ketahuan. Kalau kamu ketahuan aku juga kena imbasnya." Wanita yang duduk di sampingnya cuma bisa menunduk. "Maafkan Aku, Tuan Nyonya. Sungguh aku minta maaf. Semua ini memang kesalahanku. Aku kurang berhati-hati. Untung saja Nyonya cepat menghampiriku. Kalau tidak aku bisa dapat dikejar oleh mereka. Terima kasih banyak sudah menyelamatkan aku. Karena aku juga tidak mau sampai masuk penjara." Wanita dengan perut membuncit itu cuma menghela nafas panjang. Sambil sesekali tangannya mengelus perut. "Kalau sudah begini kecurigaan mereka semakin meningkat. Apalagi kulihat seperti nya Aliyah mulai mengetahui apa yang telah aku sembunyikan." wanita disampi

    Last Updated : 2022-07-30
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 24 Datangnya Sang Mantan Suami 

    Seperti biasa jika hari libur, di jam seperti ini aku menghabiskan waktu untuk berolahraga. Pagi ini sengaja kumemilih untuk sekedar lari di sekeliling kompleks. Ketika pulang, dari kejuhan kulihat ada sebuah mobil terparkir di depan rumah. Seperti mata ini tidak asing dengan mobil tersebut. Setelah dekat, ternyata dugaanku benar, ini mobil Habib. Lelaki itu duduk di kursi teras rumah. Ada apa gerangan yang membawa pria itu datang kesini. Melihat kedatanganku, Habib dengan cepat berdiri. Aku heran dengan warna mukanya yang sedikit kusut. "Syukurlah kalau kamu sudah pulang.." Memangnya kenapa kalau aku pulang?. Heran saja melihat pria ini datang kemari. Masih pagi juga. "Ada apa kamu kesini?" Langsung saja aku bertanya tanpa basa-basi. Sudah bosan soalnya melihat mukanya yang suka berkhianat dulu. Sudah banyak juga kata-kata yang keluar dari mulutnya yang membuat hatiku terluka. "Kamu jangan judes gitu dong Aliyah!" "Tidak usah bany

    Last Updated : 2022-07-30
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Part 25  Serba Salah

    "Darimana, Mas? Kok pergi tidak bilang-bilang. Mana lama lagi." Belum juga kaki ini melangkah masuk, pertanyaan Bilna sudah menyerbu. Ingin rasanya segera ku tendang wanita ini dari rumah ibuku. Tapi sayangnya ibu sudah terlanjur menyayangi Bilna dan bayimya. Tidak tega rasanya menyakiti perasaan ibu. "Dari kantor." Jawabku singkat "Kan hari libur." Banyak tanya amat Bilna. Suami baru pulang sudah di siram sama pertanyaan-pertanyaan. Dalam hati sudah begitu muak melihat mukanya, namun aku masih perlu untuk mengendalikan emosi. Aku belum tahu sepenuhnya rahasia wanita ini. "Banyak yang perlu di urus." Aku menjawab singkat saja. Dari pada menjawab panjang lebar pertanyaannya, lebih baik aku pergi ke lapangan golf langgananku. "Mau kemana, Mas" Lagi-lagi Bilna mencegatku. "Mau ngegolf." "Kalau begitu mana jatah buat shoping hari ini. Ini kan hari libur." Ini perempuan tahunya cuma uang, uang dan uang. Masa setiap minggu mau s

    Last Updated : 2022-07-30
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 26 Kelakuan Bilna Di Belakangku

    "Maassss... Tolong bukain sepatu Bilna Mass...!" Aku yang tengah sibuk di ruang kerja di kejutkan dengan suara Bilna yang memecah keheningan. Kebiasaan lama sih. Bedanya kalau dulu aku sangat senang dengan teriakannya seperti ini. Tapi sekarang teriakan-teriakan seperti ini justru membuatku gregetan. "Habib, kamu tidak dengar istrimu manggil?" Ibu datang menghampiri. Sebenarnya ada rasa kasihan melihat gurat wajahnya. Sabar dulu Bu. Anakmu ini sedang berusaha membuka kedok Bilna. Ada dua wanita yang sangat bertolak belakang dengan hatiku di rumah ini. Satu wanita yang sangat ku hormati, satu lagi wanita yang mulai ku benci.. "Apa dia tidak bisa membuka sepatunya sendiri?" "Kamu tidak boleh bertingkah seperti ini nak. Kamu tidak tahu bagaimana rasanya sedang hamil. Penuhi saja permintaannya!" tidak mau membuat Ibu kecewa aku segera meninggalkan berkas-berkas yang sejak tadi kugeluti. Menuju ke arah sumber suara teriakan Bilna tadi. "Ko

    Last Updated : 2022-08-01
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 27 Bertengkar Dengan Mantan Ibu Mertua

    Ibu Eri heran, mengapa dari tadi Habib di panggil tidak kunjung menyahut. Karena penasaran, Ibu Eri masuk diam-diam ke ruang kerjanya. Habib yang duduk membelakangi pintu, tidak menyadari kedatangan sang Ibu. Rupanya Habib sedang menatap sebuah foto seorang wanita yang sangat dia kenal. Aliyah? "Buat apa dia memandang potret wanita mandul tesebut." Ibu Eri membatin. Apa si istimewanya? Ouuh mungkin ini sebabnya sikap Habib berbeda dalam beberapa hari ini. Perempuan itu sudah pasti telah berusaha menggoda anakku. Keterlaluan. Wanita itu perlu di peringatkan. *** "Aliyah. Apa yang kamu lakukan pada anakku? Kamu jangan coba-coba mengalihkan perhatiannya dari Bilna." Aku menoleh kearah sumber suara dengan voluma keras tersebut. Mantan lbu mertua?? Membuat detak jantungku berdetak lebih cepat. Soalnya kaget dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Salahku tadi tidak menutup gerbang. Rupanya wanita itu main nyerocos saja masuk. Aku yang sedang mencuci mobil, sege

    Last Updated : 2022-08-01
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 28 Rahasia Bilna

    Ibu tampak turun dari mobil dengan tertatih-tatih, sambil memegang dadanya. Tentu saja membuatku khawatir luar biasa melihat keadaan sang Ibu tercinta. "Kenapa Bu? Ada apa ini? Apa yang terjadi?; katakan, Bu." Kudekati dan menggandeng tangannya. Namun Ibu tidak segera menjawab. Wajahnya terlihat masih menggambarkan ketidaknyamanan. Melihat itu, Bilna bukannya membantu, malah dia beringsut dari tempat duduknya, masuk ke kamar dan mengunci pintu. "Bilnaaa, sini bantu jagain ibu. Aku mau mengambil air putih." "Kenapa nggak di tidurin ajah di kamarnya sendiri? Bik Naii.... Bi Naiiii... Tolong ambilkan minum buat Ibu...!" Bilna memekik sambil menongolkan kepalamya lewat pintu kamar yang sedikit terbuka. Tidak perlu waktu lama, Bik Nai datang bersama Bik Sutiroh. 2 pelayan tersebut membantu membopong tuannya ke sofa. Keadaan lbu tampak semakin lemah. Nafasnya mulai tersendat-sendat. Aku yang melihatnya semakin anik. "Kita harus

    Last Updated : 2022-08-01
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 29 Belang Bilna Semakin Jelas

    Aku berjalan beriringan dengan Rama menyusuri jalanan menuju keluar area rumah sakit. Baru saja kami di buat terkejut oleh hasil analisis dokter terhadap dzat apa yang terkandung didalam minumanku kemarin. Menurut dokter, jus tersebut mengandung racun yang di sebut Strychnine. Dimana dzat ini merupakan racun yang bertindak cepat, belum ada pengobatan yang efektif untuk menyelamatkan korban dari gangguan racun ini. "Terimakasih banyak, Rama. Saya tidak tahu kalau kemaren tidak ada kamu, mungkin sekarang aku sudah mati." "Jangan bicara seperti itu. Itu artinya Tuhan masih menyayangi kamu. Bersyukurlah." "Kamu benar. Tuhan masih melindungiku melalui kamu." Setelah mengetahui kenyataan bahwa Mila menaruh racun kedalam minumanku, berarti ancaman Bilna sungguh bukan main-main. Ini pasti ada kaitannya dengan Bilna. Wanita itu memang nekat. "Sudah, jangan di bawa murung. Yuk hari ini kita refreshing menenangkan pikiran. jan hari ini kita cuti. Di bawa h

    Last Updated : 2022-08-01

Latest chapter

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 72

    Bab 72Dugh!Honor pensiun?Haduh, mati aku! Kenapa Pak Tohir malah bicara soal honor pensiun sih? "Hmm ... Honor pensiun selalu kukirimkan pada mantan istriku, Pak. Menurutku anakku jauh lebih membutuhkan uang itu daripada saya." jawabku cepat.Untung aku cepat berpikir ke arah sana. Jadi tidak ketahuan kalo sebenarnya setiap bulan tidak ada yang namanya uang pensiun untukku. Lagipula aku tidak punya anak kan, he ... he ...!"Oooh, pemikiran seorang ayah yang baik." Pak Tohir menganggukkan kepalanya.Aku menghela nafas panjang, setidaknya aku bisa membuat Pak tohir percaya kalau aku memang benar-benar mendapatka uang pensiun setiap bulan. Berbohong memang tidak di larang demi bisa menjaga nama baik diri kita sendiri bukan? Memangnya siapa lagi yang akan menjaga nama baik kita selain dari diri kita sendiri?*** Pagi ini aku kembali menyetirkan sepeda motor bututku menuju ke kompleks mewah dimana kemarin aku bekerja. Huuh, untuk sementara tidak apa-apa lah aku bekerja seperti ini

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 71

    Bab 71"Itu, tetangga sebelah, Bib.""Ooh ..!" Aku ber oh ria."Katanya dia mau minta tolong juga sama kamu buat bersihin paritnya juga. Soalnya tukang kebunnya lagi cuti. Kamu mau kan?" lanjut Pak Tohir."Boleh kok.. mau banget malah. Kebetulan aku lagi butuh banyak uang nih." celetukku.Tentu saja aku sedang membutuhkan uang sekarang. Soalnya mulai besok aku ingin mencoba untuk melamar pekerjaan baru dan itu aku butuh bensin tentunya. Beli bensin sekalian rokok itu sudah cukup untuk membuatku susah mencari uangnya. Tidak seperti dulu. Kalau dulu mah dua barang itu adalah dua hal yang sangat mudah untuk aku dapatkan. Ah beginilah nasib yang diberikan tuhan. Kadang terasa tidak adil memang.Setelah beberapa saat lamanya, aku memutuskan untuk memulai pekerjaan.Dengan semangat aku menggeluti pekerjaan ini. Aku mulai menebak, berapa kira-kira uang yang akan diberikan oleh anaknya Pak Tohir nanti. Siapa tahu lima ratus ribu. atau bisa-bisa lebih mengingat anaknya ini adalah seorang dok

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 70

    Bab 70Aku fokuskan kembali pendengaranku agar lebih baik. Entahlah karena rasa benci ku padanya juga membuat aku penasaran dengan apa sebenarnya yang mereka obrolkan. Orang-orang biasa menyebut sifatku ini kepo. Tapi aku peduli amat.Ternyata tidak meleset pendengaranku sebelumnya, bahwa laki-laki itu benar-benar menolak ajakan temannya untuk berlibur hanya karena ayah dan anak mereka.Busyet sekali. Mungkin saja dengan cara itu ia sudah merasa menjadi pahlawan untuk Aliyah. Aku yakin sekali anggapanmu itu pasti salah, Rama. Andaikan saja kau sadar pada kenyataannya akulah yang lebih lama hidup bersama aliyah dibanding kamu yang baru beberapa tahun saja menikahinya. Jadi, aku belum merasa kalah dibanding kamu. Memang itu kenyataan kok.Beberapa saat kemudian aku lihat laki-laki itu pergi meninggalkan teman yang tadi berusaha merayunya untuk pergi berlibur bersama tanpa keikutsertaan Aliyah. Kulihat ada raut kesal pada wajah temannya yang ia tinggalkan.Ingin rasanya aku merebut A

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 69

    Siang ini serasa aku tidak berselera untuk menyelesaikan semrawut agenda pekerjaan di perusahaan. Batinku masih terbayang-bayang dengan sikap Aliyah yang sedang menaruh curiga padaku. Aku memilih untuk duduk di restoran seorang diri. Biasanya aku sangat bersemangat untuk pulang dan menemui Aliyah dan juga Bian. Tapi kali ini aku merasa pasti akan sia-sia bila aku pulang. Sebab Aliyah pasti akan kembali mengabaikan aku. Sesuatu yang cukup membuatku tersiksa."Hai...!" aku di kejutkan dengan suara yang tidak terlalu asing di telingaku.Aku menoleh."Jhoni? Kamu lagi?" Jhoni terlihat tersenyum menanggapi respon dariku. "Sendirian ajah?" tanyanya."Iya nih." jawabku."Kenapa nggak bareng temen?" tanyanya."Ah sesekali menyendiri, Jhon." jawabku datar."Kenapa malah terlihat sendu, Bro? kamu punya masalah apa? Hayoo ngaku,! Iya, kan? Sini ..! Cerita sama aku ajah!" Jhoni duduk di depanku setelah memesan santap siangnya."Ah enggak, aku nggak punya masalah apa-apa kok." jawabku menyembu

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 68

    Bab 68Hari ini aku berniat menyibukkan diri dengan kegiatan bersama beberapa teman kantor. Kebetulan ada sebuah kegiatan yang diadakan hari ini.Biasanya di hari libur seperti ini, aku akan senantiasa berlibur bersama Rama dan Bian, putraku. Kalaupun ada kegiatan, aku biasa memilih untuk tidak ikut, sebab waktu bersama keluarga lebih penting bagiku.Tapi tidak dengan hari libur kali ini. Aku seperti tidak berselera untuk menghabiskan waktu bersama Rama. Laki-laki yang baru saja membuat hatiku terluka.Sederetan pesan yang sedemikian gamblang menunjukkan siapa si pengirim pesan, membuatku sulit untuk mempercayai kata-kata ramah. Untuk saat ini, aku merasa tak bersimpati sedikitpun dengan segenap alasan yang ia utarakan. Bisa saja itu hanyalah salah satu cara yang Rama tempuh untuk mengambil kepercayaanku kembali. Tidak Rama! Tidak akan semudah itu untuk mengembalikan kepercayaan ini.Memang ini pertama kalinya seumur-umur pernikahan kami aku mendapati ujian seperti ini. Dan ini merup

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 67

    Bab 67"Siapa yang mengirimkan pesan seperti ini? Siapa?"[Rama, aku tunggu kamu di depan Mutiara Hotel ya. Sesuai sama janji kamu kemarin. Masih ingat kan kamu bilang apa. Oke deh ditunggu malam ini. Seperti biasa, jam 08.00 malam jangan lupa. Hmm... Jangan sampe ketahuan Aliyah ya, Sayang.]Degh!Jantungku berdegup, apa maksudnya coba.[Oh ya, Rama, jangan lupa katanya kamu pengen beliin aku cincin buat hadiah ulang tahunku besok? Makanya sebaiknya kamu nginep aja malam ini di Mutiara hotel, biar pagi besok kita langsung ke toko perhiasan buat memenuhi janji kamu. Aku pengen kamu beliin aku liontin yang berwarna biru. Hehee]Aku semakin tidak mengerti dengan pesan itu. Aneh benar-benar aneh.Sementara aku melihat jekas ekspresi marah pada wajah istriku.Aku tidak bisa menyalahkannya. Bagaimanapun aku bisa memposisikan diri sebagai dirinya yang merupakan istriku. Jujur saja jika seandainya aku yang berada pada posisinya saat ini tak urung aku juga pasti akan termakan emosi. Siapa ya

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 66

    Bab 66"Gimana, Mas, apa Rama mau kamu ajak ke puncak?" Intan, wanita penghibur langganan ku bertanya.Aku menghela nafas,"Belum bisa katanya, Tan." jawabku pendek."Lhoo, kenapa? Apa dia nggak tertarik sama fotoku?"Yaaah, aku lagi-lagi menarik nafas panjang. Memang kemarin itu Intan memintaku untuk memperlihatkan potretnya pada Rama, dengan harapan Rama mau kuajak ke puncak. Tentu saja Intan menunggu kami di sana. Rencanaku, aku berharap Rama mau menuruti kemauanku, dan secara tidak langsung dia bakalan kujadikan alat untuk tidur bareng Intan di puncak. Tapi nyatanya laki-laki:takut istri itu menolak."Kenapa malah diam, Mas Jhon? Apa kamu sengaja ya nggak pamerin fotoku sama dia? Kalau begitu mah mana mau dia ke puncak. Coba kalau Mas memperlihatkan potretku itu padanya, dijamin deh dia bakalan mau turut serta."Aduh, kamu salah besar, Intan. Rama tidak semudah itu.Meski tidak kupungkiri aku belum menyodorkan foto Intan padanya. Tapi sebelum aku melakukan itu, aku sudah dikecew

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 65

    Bab 65Rama memang keterlaluan. Terlalu b*doh dia di mataku untuk sok menasehati. Pake menyarankan aku untuk menghargai Nayla segala.Nayla mah tetaplah Nayla, gemuk, pendek, dan nggak menarik sama sekali. Meski di modalin berapa saja, dia tetep ajah gendut dan jelek. Yang ada nanti cuma buang-buang duit ajah. Kan tambah rugi akunya. Bener-bener nggak deh kalo harus modalin Nayla ***"Nayla! Kamu dari mana ajah, ini kok meja makan kosong gini. Kamu tahu nggak kalo suami pulang di jam segini? Kenapa nggak nyiapin makan siang?" aku bicara membentak pada wanita yang telah aku nikahi sejak lima belas tahun yang lalu.Kulihat tubuh bongsornya bergerak-gerak ketika ia berjalan, membuatku bergidik jijik. Uuuh, rasanya aku menyesal telah menikahi wanita segemuk dia. Bener-bener istri yang nggak bisa menjaga dan mengurus tubuhnya agar tetap ideal."Jawab aku Nayla, kenapa kamu nggak nyiapin makan siang buat aku?" dekali lagi aku menekankan pertanyaan padanya karena dia belum juga menjawab p

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 64

    Bab 64 Aku tertegun dengan cara berpikirnya Rama. Cara berpikirnya sungguh berbeda dengan cara berpikirku. Tidak, aku tidak setuju dengan cara pandangnya dia. Aku berpikir bagaimana caranya agar aku bisa menyadarkannya. Aku tak sampai hati jika melihatnya selalu dalam penguasaan istrinya. Istrinya memang cantik sih, tapi sebagai lelaki seharusnya dia tidak boleh hanyut dalam pesona kecantikan perempuan. Akhirnya aku mendapatkan ide bagus."Ram, gimana kalo kita jalan bareng hari ini? Kita ke puncak. Besok kan masih hari libur, jadi kita bisa bermalam di sana. Itung-itung refreshing otak. Gimana? Kamu mau, kan?"Aku harap-harap cemas menanti jawaban dari Rama. "Aduh, aku hari ini udah terly buat janji sama Bian, dia pasti nagih janji sama Papa dan Mamanya." Aku melengos."Bian anakmu?" keningku terasa berkerut."Iya, memang siapa lagi."Rasanya kalau lama-lama berada di dekat Rama Aku bisa gila rasanya. Entahlah aku menilai Rama seperti sudah tidak punya ruang lingkup sendiri, di

DMCA.com Protection Status