"Tambah cantik aja Mak," ledek Mbak Narti, tetangga depan rumah.
"Bisa aja kamu Ti."
"Baru ya gelangnya? Waahh diem - diem Emak banyak uang ya, bisa beli gelang bagus gitu," puji Narti sambil menarik tangan Emak, melihat dengan teliti gelang dipergelangan tangan Emak. Urung melanjutkan kerjaannya, menyapu halaman.
"Walah ini dibelikan sama si Farhan, tabungannya selama kerja di proyek sama nguli dipasar. Diam - diam aku dibelikan ini. Ya tak terima aja, biar seneng atinya," terang Emak.
"Ya nggak apa - apa to Mak, buat apa juga uangnya kalo bukan buat Emak. Mumpung belum punya istri, uangnya buat Emaknya. Kalo sudah menikah ya beda lagi."
"Iya juga sih. Eh kamu mau kemana pagi - pagi gini?"
"Beli telur Mak, buat sarapan anak - anak di rumah."
"Yowes ati -ati," jawab Emak sambil melanjutkan pekerjaannya.
Dibalik jendela Farhan tersenyum melihat mereka berdua. Sepeninggal Bapak, hidupnya pas - pasan. Boro - boro buat beli gelang, buat makan aja susah. Kini roda sedang berputar, dan akan mencapai titik tertingginya. Sabar. Butuh waktu dan usaha. Farhan takkan menyerah, batinnya.
"Kenapa senyum - senyum sendiri gitu Le?"
"Hehehe enggak Mak, Emak tambah cantik," ledek Farhan.
"Gelangnya ya? Makasih ya?" sahut Emak.
"Orangnya lah. Pake gelang makin cantik," ucap Farhan sambil menjawil dagu Emak.
"Opo to Le Tole," sahut Emak malu - malu.
"Wes ndang berangkat sana, sudah siang ini!"
"Baik Ibunda Ratu," ledek Farhan seraya meraih tangan Emak. Dicium takdzim tangan yang mulai keriput itu. Berlalu dari hadapan Emak, menaiki motor kesayangannya. Garis melengkung terbit dibibir Emak. Sukses ya Nak, lirih Emak.
***
"Sini Bu, biar saya yang bawa belanjaannya. Ini berat, nanti tangan Ibu sakit." Pintanya seraya meraih kantong plastik besar dari tangan Ibu. Sang Ibu tersenyum, membiarkan wanita disebelahnya meraih kantong dari genggamannya. Berlalu dari toko tempat Farhan mengais rejeki, menaiki kendaraan roda empat yang terparkir di ujung jalan.
Dari jauh Farhan melihat dua wanita tadi. Anak perempuan sedang menemani ibunya belanja ke pasar, tebak Farhan. Bagaimana dengan Emak dirumah? Apa - apa harus dikerjakannya sendiri, ia sibuk kerja. Tak ada yang menemani kalau Emak sedang membutuhkan sesuatu. Ah Emak. Wanita tangguh, tanpa pernah mengeluh kepada Farhan.
"Hei ngelamun aja!" teriakan Mas Arif menyadarkan Farhan dari lamunannya.
"Nggak ngelamun Mas, cuma lihatin orang lewat aja," sahut Farhan, bohong. Meninggalkan Arif yang baru saja duduk, kembali bekerja.
Jam tepat di angka lima. Saatnya juragan memberikan hak mereka setelah seharian bekerja. Ya, gajinya diberikan harian. Farhan membawa pulang selembar lima puluh ribuan. Terbersit dalam pikirannya untuk mengajak Emak jalan - jalan ke alun - alun kota. Tidak perlu mewah, yang penting bisa mengajak Emak keluar berdua. Makan di warung misalnya.
Farhan memasukkan gajinya ke dalam dompet, menutup kembali lalu dimasukkan kesaku celananya. Bersiap untuk pulang.
"Waalaikumsalam." Emak menjawab salam yang Farhan ucapkan.
Diciumnya tangan Emak takdzim. Kebiasaan ketika ia akan berangkat atau pulang kerja.
"Wes ndang cuci kaki, terus makan. Itu sudah Emak siapkan diatas meja," ucap Emak seraya menunjuk ke arah meja makan. Meja usang yang kakinya sudah dimakan rayap, namun masih kokoh berdiri karena tangan kreatif Farhan. Ia sambung kaki meja itu dengan kayu yang kokoh.
"Jangan makan dulu Mak! Farhan mau ajak Emak jalan - jalan. Tunggu sebentar ya Mak, Farhan mau mandi dulu," potong Farhan.
"Kamu punya uang apa Le? Lah kalau makan diluar ini yang makan masakan Emak siapa? Mubadzir dong kalau enggak dimakan!"
"Kasih Mbak Narti aja Mak!" jawab Farhan. Segera berlalu pergi. Membersihkan diri lalu bersiap.
***
Sepanjang perjalanan Emak tak henti berkisah. Kisahnya bersama suaminya dulu. Mengenang masa setelah menikah. Emak dan Bapak menikah karena dijodohkan. Tidak kenal sama sekali. Hanya tahu wajah masing - masing melalui foto. Sama - sama belum pernah pacaran membuat Emak dan Bapak saling melengkapi kekurangan masing - masing.
Bukan tanpa kekurangan, hanya pandai menutupi kekurangan diri dengan kelebihan pasangannya membuat rumah tangganya terlihat adem ayem. Karena hidup itu sawang sinawang. Apa yang mereka lihat belum tentu sesuai dengan kenyataannya. Usia Bapak yang lebih matang membuatnya pandai mengendalikan ego. Membuat Emak nyaman berada didekatnya.
"Emak mau makan apa? Ini ada mie ayam, ada nasi goreng sama soto ayam," tawar Farhan setelah memarkirkan motornya. Mereka berada dipusat jajan di tengah kota.
"Terserah kamu aja Le, Emak ngikut aja," jawab Emak.
"Soto ayam aja ya Mak? Hawanya dingin, makan soto panas pasti cocok." Terang Farhan. Menarik kursi untuk duduk Emak. Lalu beralih ke Abang penjual, memesan dua mangkuk soto dan dua gelas teh manis hangat.
Pesanan datang. Diberikannya seporsi untuk Emak, lalu menggeser seporsi lagi untuknya. Ditambahkannya jeruk nipis dan kecap membuat aroma soto menguar tajam dihidungnya. Tak lupa menambahkan sesendok sambel membuat lidahnya semakin tak sabar untuk menikmati soto ayam dihadapannya.
Sesekali bolehlah mengapresiasi pencapaian diri. Gelang emas untuk Emak sudah terbeli, Farhan berhasil meraih satu impiannya. Farhan masih harus meraih impian lainnya. Sukses di dunia dan juga sukses diakhirat.
Melihat banyak pedagang disekeliling membuat Farhan berandai - andai. Bagaimana jika ia beralih profesi, menjadi pedagang. Pedagang gorengan misalnya? Pedagang apapun itu membutuhkan modal, yang jelas tidak sedikit, dan Farhan masih harus bersabar mengumpulkan rupiah kembali. Ia tidak mau membuka usaha dengan modal hutang.
"Mak lihat deh mereka! Kayaknya enak ya Mak kalau jadi pedagang?" ucap Farhan sambil menunjuk sekeliling.
"Kamu kepengen jadi pedagang?"
"Iya Mak. Apa iya harus kerja ikut orang terus? Bosen Mak! Kayaknya enak kalau punya usaha sendiri," tutur Farhan.
"Boleh boleh, mau jualan apa Le?" tanya Emak setelah mengambil tisu, mengelap sisa makanan dibibirnya.
"Belum tahu Mak, belum kepikiran. Masih kepengen aja. Modal juga belum ada Mak! Tunggu sebulan lagi biar terkumpul dulu uangnya."
"Bagus Le, nabung dulu aja toh kamu juga nggak nganggur kan sekarang?" jawab Emak.
Setelah selesai berbincang, Farhan segera membayar pesanannya. Mengajak Emak untuk meneruskan perjalanan. Akan kemana lagi setelah ini. Namun Emak menolak, mengajak pulang saja. Farhan menurut.
***
Matanya menatap langit - langit kamar. Teringat beberapa kejadian lalu, gadis cantik itu. Dengan siapapun ia menikah nanti, Farhan bertekad harus sukses lebih dulu. Bukan memiliki rumah megah dan mobil mewah, sukses menurutnya adalah ketika ia bisa berdiri diatas kaki sendiri. Tidak menggantungkan hidup pada orang lain. Artinya ia harus memiliki usaha sendiri.
Saat ini memang belum waktunya, saat ini waktunya ia belajar, belajar mengambil ilmu dari setiap kejadian apapun dihadapannya. Termasuk ilmu dagang. Strategi pemasaran dan bagaimana melayani pelanggan agar besok kembali lagi. Ia memang tidak sekolah khusus ilmu perdagangan, tapi ia terjun langsung melayani pelanggan. Dan disitu terdapat banyak ilmu bagi mereka yang mau berfikir.
Mulai besok, diam - diam ia harus memperhatikan dan mengambil pelajaran ketika juragannya melayani pelanggan. Usaha bisa ditiru tapi rejeki datang dari Allah. Ia yakin dengan bekerja keras ia pasti bisa sukses. Mata itu akhirnya terpejam. Terlelap dikeheningan malam. Mengawali kesuksesan melalui mimpi.
Bersambung🌷🌷🌷
Tok..tok..tok... "Assalamualaikum.." sapa sesorang di luar rumah. "Waalaikumsalam.." jawab Emak seraya membuka pintu. "Maaf cari siapa ya Mbak?" tanya mak. Membukakan pintu lebar - lebar lalu mempersilahkan tamunya duduk di ruang tamu. "Maaf Bu mengganggu waktunya, Saya Airin. Saya hanya ingin menyampaikan pesan almarhum Bapak saya untuk menyerahkan uang ini. Sebelum meninggal Bapak berpesan bahwa dulu punya hutang ke suami ibu. Uang ini sudah disiapkan jauh hari, namun Bapak keburu sakit jadi belum sempat menyerahkannya. Saya hanya dibekali alamat ini." Terang Airin sambil menyerahkan amplop cokelat berisi uang tersebut. Ragu - ragu tangan Emak menerima amplop itu. Sekelebat ingatan muncul dikepalanya. Pernah suatu hari ia dan suaminya bertengkar hebat. Membahas soal tabungan yang sudah dikumpulkannya tiba - tiba hilang, namun ternyata uang itu dipinjamkan ke seorang teman oleh sang suami tanpa seizinnya. Mungkin inilah ora
Gelang Emas Untuk Emak part 7"Selamat pagi sayang ... yuk bangun, mandi dulu trus sholat subuh bareng," ucap seorang wanita di sebelah Farhan. Mengelus pipi Farhan lembut penuh kasih sayang.Perlahan matanya terbuka, bibirnya tersenyum melihat seseorang di sebelahnya. Dipandanginya dengan tatapan penuh cinta wajah wanita itu. Setelah puas membingkai wajah itu, ia bergegas bangun, duduk sejajar dengannya. Kemudian ia usap lembut jemari lentik itu sebelum ia berlalu menuju kamar mandi. Sang wanita tetap duduk di sisi ranjang, menunggu Farhan selesai melakukan aktifitasnya.Pintu kamar mandi hampir terbuka kala sang wanita selesai mengenakan mukenanya. Tersenyum menyambut Farhan dengan kopyah dan sarung ditangannya. Diulurkannya sarung tersebut tanpa menyentuh tangan Farhan, sudah memiliki wudhu. Sambil berdiri dipandanginya wajah Farhan, ia tersenyum bahagia.Farhan berdiri di depan, diikuti dengan sang wanita disisi kanannya, sedikit agak kebe
Gelang Emas Untuk Emak part 8Farhan mengendarai motornya pelan, berhenti di toko dekat rumahnya. Membeli beberapa kebutuhan pribadinya. Sambil menunggu si penjual mengambilkan pesanannya, matanya melihat sekeliling. Tampak dua ibu - ibu sedang berbincang di teras rumah. Duduk berjajar, asyik bicara berdua.Kantong plastik belanjaannya sudah ada di tangan. Berhenti didekat motornya untuk menghitung jumlah kembalian. Kebiasaan bagi Farhan untuk menghitung uang kembalian di tempat, berjaga - jaga jika si penjual salah hitung."Katanya tadi ga ada uang buat bayar cicilan, tuh sekarang pegang uang," sungut Bu Siti, tetangga Farhan."Hehehe iya tadinya emang ga punya uang, aku cari pinjaman ke Mak Jum, malah dikasih ini." paparnya seraya menunjukkan uang digenggamannya."Lumayan dong, ga jadi hutang,hihi," sahutnya lagi."Ah dasar kamunya aja
"Ga bawa motor Mas?""Enggak Far, lagi eror, tadi pagi sebelum berangkat tak bawa ke bengkel sekalian,""Yawes bareng aku aja, dari pada nyari ojek," tawar Farhan kepada Arif."Oke,"Farhan mengambil motornya di parkiran. Segera Farhan menyalakan mesin dan mempersilahkan Arif untuk naik. Sejak bekerja di Bu Entis Farhan dan Arif semakin dekat, sudah seperti saudara. Bahkan mereka saling mengenal keluarga masing - masing."Bengkelnya sebelah mana Mas?""Itu yang di Jalan Brawijaya, bengkel motor paling besar sendiri. Aku udah langganan disitu. Pelayanannya bagus, agak mahal sih tapi sesuai dengan hasilnya, motormu kalau rusak bawa kesitu aja,""Walah Mas, motor butut gini masak iya dibawa ke bengkel besar, yang dideket rumah aja. Lagian jarang masuk bengkel. Lebih suka tak benerin sendiri, hemat biaya Mas,""Ya nggak apa - apa, sekali sekali boleh lah motornya dimanjakan," gurau Arif."Manjainnya nanti aja Mas kalau uda p
Gelang Emas Untuk Emak part 10"Sebelum meninggal Mas Arif berpesan pada Farhan," ucapnya lagi,Tanpa melanjutkan ucapannya, Farhan meraih tubuh sang Emak, memeluknya erat. Diusapnya punggung Farhan memberi kekuatan. Tanpa suara, tanpa balasan, Emak tetap menunggu Farhan melanjutkan ceritanya.Selang beberapa menit barulah Farhan tenang. Dilepasnya tangan Emak, duduk tegak bersandar, lantas menghirup udara dalam - dalam."Sebelum meninggal, Mas Arif berpesan agar Farhan menjaga istrinya. Bukan sekedar menjaga sebagai saudara, Mas Arif meminta Farhan untuk menjaga Mbak Ayu sebagai kekasih halal. Waktu itu Farhan hanya bisa mengiyakan Mak, agar Mas Arif tenang," "Barulah setelah proses pemakaman selesai Farhan sadar bahwa permintaan Mas Arif tadi terlalu berat untuk Farhan," lanjutnya.Diusapnya wajah dengan kasar, semacam sedang frustasi. Lantas menoleh kepada Emak yang ternyata sedang tersenyum manis."Emak kok malah seny
Gelang Emas Untuk Emak part 11 "Astagfirullah ... " teriak Ayu. "Kamu itu kalau bawa hati - hati, yang kenceng makanya!Disenggol anak kecil aja udah tumpah! Bisa kerja nggak sih?!" teriak seseibu. Anak kecil itu menoleh sekilas, lalu berlarian kembali. "Maaf Bu," ucap Ayu memelas, lalu menunduk membersihkan tumpahan makanan di lantai. Membersihkan makanan yang tumpah itu sampai bersih, lalu mengambil kain pel. Mengeringkannya dengan kain kering lainnya agar yang melewatinya tidak terpeleset. Wajah Ayu nampak kuyu. Kelihatan sekali raut kesedihan dan juga rasa lelah bercampur jadi satu. Hari ini tepat tujuh hari meninggalnya Arif. Setelah hari itu Farhan tak pernah absen mengikuti pengajian di rumah Arif. Selain untuk mendoakan Arif, Farhan juga banyak mengamati bagaimana sikap keluarga Arif terhadap Ayu. Sengaja Farhan datang lebih awal dan pulang paling akhir untuk membantu menyiapkan keperluan. Baik itu makanan ataupun yang lainnya. Beberapa kali terbukti didepan matanya, selalu
Gelang Emas Untuk Emak part 12Terdengar suara pintu diketuk, setelah menjawab salam, Farhan dan Emak mempersilahkan Ayu masuk. Tampak wajah Ayu sembab, habis menangis."Kamu kenapa Nak? " tanya Emak."Saya diusir Bu. Ibu Mas Arif tidak mau saya menempati rumah itu lagi. Saya ga tau harus kemana lagi," jawab Ayu terisak."Saya juga tidak bisa menerima kamu disini, bagaimanapun Farhan belum muhrim dengan kamu. Kamu juga masih dalam masa iddah,""Kalau begitu antar saya cari kontrakan Bu, sekitar sini pasti ada kan?" pinta Ayu memelas."Kos ada, kalau kontrakan kayaknya belum ada. Oh iya Le tolong bikinin minum untuk Ayu ya?""Iya Mak." Jawab Farhan seraya berdiri dari tempatnya duduk."Sebenarnya ada apa dengan keluarga Arif Nduk? Kenapa perlakuan mereka begitu sama kamu?" ta
Gelang Emas Untuk Emak part 13Didepan gundukan tanah merah Farhan duduk bersimpuh, membawa buku yaasin kecil ditangannya. Dengan khusyu' ia lantunkan surah yaasin, menyedekahkan pahala setiap huruf yang dibacanya untuk saudara didalam sana. Lalu ditutup dengan doa, memohonkan ampunan dan meminta tempat terindah untuk Arif. Meminta dilapangkan kuburnya dan diringankan siksanya. Hanya itu yang bisa Farhan lakukan untuk Arif.Setelah puas berdoa, Farhan kembali ke rumahnya. Melanjutkan pekerjaan yang menanti. Membuat rak dari kayu yang dibelinya kemarin. Ia parkir motornya di halaman rumah, lalu mencuci muka, kaki dan tangannya. Kebiasaan kala ia selesai mengunjungi makam sang bapak. Kini tambah satu lagi daftar yang harus ia kunjungi setiap kamis sore.Farhan menyiapkan semua kebutuhannya, termasuk alat dan kayu. Tak lupa juga ia ambil meteran untuk mengukur seberapa panjang dan tinggi ra
Gelang Emas Untuk Emak 40 Truk melaju kencang, tak peduli dengan kejadian yang ditimbulkannya. Farhan tergeletak tak berdaya. Darah mengalir deras dari kepalanya. Bahagia yang dinanti berujung malapetaka. Siapa yang mau? Apalah daya bila Tuhan sudah berkehendak. Duduk bersanding dipelaminan hanya sebatas angan. Bayangan memilih cincin di toko emas dengan yang terkasih berkelebatan dikepalanya. Suara teriakan saling bersahutan sebelum rungunya senyap. Sunyi sepi. Dirinya bagai jiwa yang terlepas dari raganya. Terbang melayang melihat kondisi keluarga tercintanya. Para warga berdatangan melihat apa yang terjadi. Darah begitu banyak mengalir dari tubuh laki-laki tampan tersebut. Namun, tak ada seorang pun yang berani menolong hingga polisi datang menghampiri. Suara sirine ambulan begitu memekakkan telinga. Kondisi pasien yang sudah banyak kehilangan darah membuat sang sopir dengan kencang melajukan stirnya. Hanya butuh beberapa saat, ambulan sudah
Gelang Emas Untuk Emak part 39"Semoga bermanfaat ya Pak," ucap Farhan pada takmir masjid."Terima kasih Mas, semoga kebaikan dan keberkahan mengalir untuk Mas nya,""Sama-sama Pak, saya permisi. Assalamualaikum,""Waalaikum salam," ucapan salam takmir masjid mengiringi kepergian Farhan dari dalam kantor pengurus.Berjalan santai kembali menuju rumah peninggalan bapaknya. Rumah yang ia bangun kembali dengan susah payah atas bantuan para dermawan.'Oh Emak, sungguh baik hatimu, namun sayang, Farhan bukan tak mau menerima. Hanya saja, Farhan merasa masih ada yang jauh lebih berhak menerima bantuanmu,' gumam Farhan dalam hati. Tak berniat mengembalikan pada emak, toh pasti emak tak akan mau menerimanya kembali. Biarlah uang itu ia sedekahkan, agar menjadi jariyah untuk emak kelak.Sesampainya di rumah, segera ia mencuci kaki dan muka. Merebahkan diri di petiduran. Lega terasa hatinya telah memberikan sesuatu k
Gelang Emas Untuk Emak part 38Hari itu menjadi awal yang indah bagi Farhan dan Nisa. Pasalnya, hari itu mereka mulai berkomitmen. Berjanji untuk saling menyayangi dan mengasihi, untuk menjadi pasangan sehidup semati. Bersiap bersama mengarungi kapal bernama rumah tangga."Mengapa memilihku Mas?" tanya Nisa, penasaran."Karena kamu cantik. Tidak hanya cantik wajah, hati kamu juga cantik. Aku tak ingin memberatkan hati dengan banyak pilihan. Bagiku, jalan pertemuan kita adalah suatu jalan takdir, sudah direncanakan oleh Allah. Aku yakin, kamu jodohku. Semoga ibu memberi restu," jelas Farhan. Nisa yang duduk di jok belakang, tampak tersenyum malu. Farhan melirik sekilas melalui kaca spion, seulas senyum juga turut terbit dari bibirnya."Lantas kapan segera melamar?" jawab Nisa memastikan."Insya Allah secepatnya. Saya masih harus berembuk dengan emak dahulu," jelas Farhan."Baiklah, terserah Mas saja,"Tak terasa mot
Gelang Emas Untuk Emak part 37Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tak terasa esok akan digelar acara akad nikah Ayu dan Risky secara resmi. Ayu ingin mengadakan acara secara sederhana, namun ditolak oleh bapak. Alasannya karena selama ini, Ayu sudah hidup sebatang kara, maka bapak meminta izin untuk mengadakan resepsi secara besar-besaran untuk menebus kesalahan orang tuanya."Sederhana saja Pak, yang penting sah," ucap Ayu."Tidak Nak, izinkan Bapak mengadakan resepsi. Kamu anak Bapak satu-satunya, izinkan Bapak untuk terakhir kalinya membahagiakan kamu karena setelah ini tanggung jawab atasmu sudah berpindah ke tangan suamimu," jawabnya memohon. Dengan berat hati, akhirnya Ayu mengiyakan permintaan orang tuanya.Betapa kebahagian kini menyelimuti hidup Ayu. Setelah menemukan calon pendamping hidup, kini ia temukan pula orang tua kandungnya."Nak kenapa belum tidur?" tanya emak meme
Gelang Emas Untuk Emak part 36Sore itu, Farhan mengendarai motornya dengan pelan. Kondisi badannya yang capek membuatnya tak berani mengendarai motornya dengan kencang. Karena biasanya kondisi tubuh yang lelah dan mata ngantuk menjadi penyebab utama kecelakaan lalu lintas terjadi.Mata ngantuk Farhan tak bisa diajak kompromi. Jadilah ia memutuskan untuk beristirahat sejenak di teras minimarket, searah dengan jalannya pulang. Tak lupa ia membeli minuman sebagai pelepas dahaga, juga untuk membuat tubuhnya kembali segar.Farhan sedang menikmati waktu santainya untuk menenggak minuman yang sudah dibelinya. Tampak oleh matanya, seorang gadis berpakaian seragam khas karyawan pabrik melintas dengan menuntun motornya. Dengan wajah penuh peluh gadis itu masuk ke dalam area parkir minimarket. Lalu masuk ke dalam, membeli sebotol minuman dingin. Gadis itu lantas duduk di bangku sebelah Farhan.Setelah melepas masker, gadis itu
Gelang Emas Untuk Emak part 35Tampak kecemasan tersirat pada wajah tua bapak. Lelaki yang baru saja mengecap kebahagiaan lantaran menemukan seseorang yang telah lama ia sebut dalam doanya. Kini sedang bersedih melihat sang kekasih hati terbaring di ranjang igd.Terlampau bahagia, kaget bercampur haru membuat kondisi emak melemah. Tekanan darahnya terbilang rendah, meskipun tidak terlalu menghawatirkan. Ayu terduduk di sampingnya dengan wajah penuh air mata, memegang tangan sang ibu. Ibu kandung yang tak pernah ia sangka akan hadir dalam kehidupan nyata.Ya, hasil tes menunjukkan bahwa Ayu memang anak kandung emak dan bapak. Tak henti-henti kalimat syukur terucap dari bibirnya, sebelum dirinya jatuh pingsan. Bapak lantas membopongnya menuju ruang igd untuk mendapat perawatan."Ibu sudah bisa pulang hari ini, ini obatnya, dan besok jika masih ada keluhan bisa dilanjutkan periksa ke poli. Jangan lupa makan yang banyak agar kondisinya ter
Gelang Emas Untuk Emak part 34Dua minggu sudah berlalu. Hari dimana setelah Ayu dan pak Hari menyelesaikam tes DNA nya. Hari ini tibalah waktunya untuk mengambil hasil tes tersebut. Rasa takut bercampur harapan berputar-putar dalam hati emak. Debar jantungnya seakan ingin melepaskan diri dari tempatnya. Tak sabar menunggu siang untuk segera mendapatkan jawaban atas doa-doanya."Semoga harapan kita jadi kenyataan ya Pak? Semoga benar Ayu anak kandung kita. Lengkap sudah kebahagiaan kita bila hasilnya positif." Harapan terlontar dari mulut emak. Bibirnya menyesap teh hangat yang sengaja ia buat untuk menemani sang suami membuat laporan perusahaannya. Tak lupa juga ia bawakan secangkir kopi madu untuk suami tercinta.Betapa sekarang hidupnya berbalik 360 derajat. Jika dulu emak harus berusaha banting tulang untuk menyambung hidup, kini ia hanya harus dud
Gelang Emas Untuk Emak part 33Pagi sekali Farhan sudah rapi. Siap bekerja ditempat yang baru setelah berjuang membangun kembali surga dunianya. Ia ikhlaskan egonya untuk membiarkan pelaku yang membakar rumahnya bebas berkeliaran. Setelah banyak merenung bahwa setelah musibah yang menimpanya, begitu banyak kebahagiaan yang Allah beri. Dulu rumah yang sudah lapuk itu, kini sudah berdiri kokoh. Meskipun masih beralaskan ubin semen, Farhan sudah bersyukur. Keadaan ini jauh lebih baik dari rumahnya yang dulu.Emak yang dulu harus hidup susah dengannya, kini sudah hidup bahagia bersama suaminya. Sebenarnya Farhan diajak emak untuk tinggal bersamanya, namun Farhan menolak. Biarkan emak dan suami barunya menikmati masa-masa indah mereka yang seharusnya ia habiskan sejak dulu. Beruntung Farhan sudah memberi yang terbaik untuk emak, sehingga tidak ada penyesalan saat harus hidup terpisah jarak. Tak bisa ia bayangkan betapa menyesalnya ia jika dulu terp
Gelang Emas Untuk Emak part 32Ayu dengan sigap membantu Emak berdiri dari tempatnya jatuh. Farhan yang emosinya sudah diatas kepala, segera menghampiri laki-laki itu, dengan cepat ia tarik kerah bajunya."Kalau jalan lihat-lihat!!" teriak Farhan."Sudah Nak, Emak ga apa-apa! Jangan bertengkar!" teriak Emak tak mau anaknya terlibat pertengkaran. Tangan Emak membersihkan debu yang menempel dibaju bagian belakangnya, sesekali dibantu ileh Ayu."Terima kasih kamu sudah membuat saya mendapatkan hukuman! Dan kamu mendapatkan hukuman pula atas perbuatanmu! Rumahmu hangus!" seringai licik terbit dari bibir hitamnya. Wajahnya penuh kelegaan karena sudah berhasil membuat rumah Farhan terbakar. Ia biarkan genggaman tangan Farhan tetap menempel pada kerah bajunya."Maksud kamu?" tanya Farhan tak mengerti."Siapa kamu sebenarnya?" tanya Farhan lagi. Sepertinya Farhan lupa dengan laki-laki ini. Tangannya akan bergerak na