29. Perang IVBanyu Aji menarik nafas panjang, dia kembali berdiri dengan pedang di genggaman tangannya.Banyu Aji mengalirkan tenaga dalam sehingga membuat pedangnya di aliri energi api berwarna merah kehitaman.Suhu udara naik seketika, Datra yang melihatnya berdecak kagum dan ngeri. Tentu, Datra tidak pernah menduga sebelumnya jika Banyu Aji akan memiliki kemampuan sebesar ini.Namun, Datra yang percaya diri dengan kemampuannya tidak merasa gentar sedikitpun. Dia malah bersemangat, karena sudah lama sekali dia tidak bertemu lawan yang sepadan dengannya."Kau membuatku bersemangat, nak. Keluarkan kemampuan penuhnmu, jangan buataku kecewa... " Ucap Datra yang di iringi gelak tawa yang mengerikan.Banyu Aji menarik nafas panjang, dia sadar betul jika situasi saat ini genting. "Baik, jika memang pusaka ini yang jadi rebutan dunia persilatan, maka tunjukkan kekuatanmu padaku!!!"Sekejap kemudian, dua gelombang kekuatan besar saling beradu hingga menciptakan dentuman keras. Dentingan ped
30. Perang VDi sisi lain, pertarungan yang mempertemukan Bonggel dengan Surya Atlas. Tongkat pusaka milik Surya Atlas benar-benar menjadi senjata mematikan yang memojokkan Bonggel.Di tambah lagi, kedatangan Banyu Aji membuat perhatian dari Surya Atlas tidak terpecah dan berkonsentrasi penuh untuk menghadapi Bonggel.Sementara itu, Bonggel berdiri dengan raut wajah tidak percaya saat menyadari Surya Atlas memiliki kemampuan yang begitu tinggi, bahkan mungkin jauh lebih kuat darinya saat ini."Apa yang sebenarnya telah dia lalui sehingga membuatnya menjadi begitu kuat," ucap Bonggel dengan pelan.Bonggel jelas ingat betul beberapa tahun silam Surya Atlas tidak memiliki kemampuan yang tinggi. Bahkan saat itu, Bonggel hanya membutuhkan beberapa jurus saja untuk menghabisi Surya Atlas."Apa kau terkejut? Ada beberapa hal yang dapat berubah, entah dalam waktu singkat ataupun rentan waktu yang lama. Dendam dan ambisiku menjadi lecutan semangat untuk menjadi kuat," seru Surya Atlas dengan t
31. Perang VI"Bergabung bersama kalian? Haha, aku tidak sudi bergabung dengan kumpulan iblis seperti kalian!!!" Banyu Aji menyeringai dengan lantang, "Dan, kau pula harus sadar jika posisimu saat ini tidak dalam posisi yang bisa mengancam!!!"Datra meneguk ludahnya dan tersenyum tipis, dia sudah kehabisan cara untuk menyelesaikan pertarungan ini tanpa mempertaruhkan nyawanya."Anak muda, apa kau pikir aku takut untuk melanjutkan pertarungan ini? Tidak sama sekali, aku akan dengan senang hati melanjutkan kembali pertarungan ini," ucap Datra yang masih berusaha memberikan penekanan kepada Banyu Aji, sehingga akan menciptakan keraguan dan ketakutan di dalam hati sanubarinya.Tanpa menanggapi ucapan Datra, Banyu Aji berpindah tempat dan melayangkan satu tendangan yang mengincar bagian batok kepala Datra. Datra bereaksi dengan menundukkan kepalanya, sebelum melompat menjaga jarak.Datra yang sudah dalam posisi siaga, tanpa kendala membangun serangan balik menggunakan pedangnya. Sabetan pe
32. Akhir Perang Perang besar yang mempertemukan dua pasukan dari dua wilayah kerajaan berbeda itu berlangsung hampir seharian lebih.Banyak pendekar gugur menjadi korban dari peperangan panjang itu. Tidak sedikit yang kehilangan bagian tubuhnya. Pasukan yang di bawah pimpinan dua perwira Kerajaan Dataran Langit juga menderita parah. Banyak dari mereka mati dengan kehilangan bagian tubuhnya, akibat tajamnya pedang naga iblis milik Banyu Aji yang menjadi momok menakutkan bagi prajurit Dataran Langit, bahkan sosok Banyu Aji juga di takuti oleh dua perwira itu, Bonggel dan Datra yang sama-sama menderita luka yang serius.Perang itu berakhir ketika dua perwira dari Dataran Langit itu melesat melarikan diri dari perperangan. Sementara mereka yang bertahan di lokasi, memilih mengibarkan bendera putih dan menjatuhkan senjatanya pertanda menyerah.Dengan menyerahnya pasukan yang tersisa, maka kemenangan sudah di pastikan di dapat pihak Kadipaten Seluma. Namun, tidak ada raut wajah kegembira
33. Perjalanan Baru Setelah perperangan besar itu selesai, serta penguburan masal prajurit yang gugur usai, Banyu Aji memilih langsung berpamitan."Pintu Kadipaten Seluma akan terbuka lebar untuk kau kembali, tuan pendekar," ucap Adipati Sancaka yang mengantarkan langsung Banyu Aji ke depan pintu gerbang kediamannya itu."Aku akan mengingatnya dengan baik, Gusti Adipati. Aku pamit," setelah itu, sosok Banyu Aji melesat menghilang di telan keramaian kadipaten itu.Tempat pertama yang di datanginya tentu, penginapan yang telah di sewa beberapa hari yang lalu. Di tempat itu, terlihat Nadira sedang menantikan kehadirannya."Tuan, kau akhirnya kembali," Nadira langsung memeluk sosok itu. Dia jelas sangat khawatir atas keselamatan Banyu Aji, apalagi setelah mendengar perperangan besar di wilayah luar Kadipaten Seluma."Aku tidak apa-apa, kau sepertinya begitu mengkhawatirkanku, nona," ucap Banyu Aji.Nadira melepaskan pelukannya seketika, dia jelas melalukan itu tanpa sadar. Wajah Nadira s
34. Biksu MudaBOMMM!!!Ledakan keras menghantam gubuk itu dan membakarnya, hingga menciptakan api yang membumbung tinggi ke langit. Seketika membuat suasana menjadi terang benderang.Arya Geni yang sudah mempersiapkan diri melompat menjauh dari kebakaran itu. Dia menajamkan penglihatannya mencari keberuntungan sosok yang sudah menyerangnya itu."Kau mencariku? Tuan biksu mulia," ucap lelaki tua berjubah hitam pekat itu, lengkap dengan intonasi kata yang mengejek.Arya Geni tersenyum tipis, dia jelas sudah dapat mengenali siapa gerangan yang berdiri di hadapannya ini."Pergilah, sebelum aku membunuhmu!!!" Ancam dukun itu."Amittaba, tidak baik saling membunuh, kisanak. Aku datang kemari hanya ingin membantu menghentikan kejahatan yang telah kau lakukan dan membawmu kembali pada kebenaran. Tidaklah pantas rasanya kita membuat banyak orang menjadi sengsara," ucap Arya Geni sambil terus memainkan tasbih di tangannya itu, serta mulutnya tidak pernah berhenti komat-kamit.Dukun itu tertawa
35. Membantu Biksu MudaBanyu Aji menyandarkan badannya ke pohon, dia membolak-balikkan ayam hutan yang baru di panggang nya itu. Banyu Aji terpaksa menunda perjalanannya karena hari sudah gelap, dia sebenarnya bisa saja melanjutkan perjalanan dan beristirahat di desa yang berada di kaki gunung kidul. Namun, Banyu Aji lebih memilih beristirahat di dalam hutan, karena tidak ingin terlalu menarik perhatian. Dia yakin, namanya sudah tersebar ke seluruh dunia persilatan setelah perang yang terjadi di Kadipaten Seluma."Aku harus sesegera mungkin menjadi kuat dan di segani, sehingga memudahkanku menghimpun kekuatan nantinya," ucap Banyu Aji sambil terus membolak-balikkan ayam panggangnya itu.Kriukkk!!!Suara menggema terdengar dari perut Banyu Aji, menandakan para organ perutnya sudah berdemo untuk sesegera mungkin untuk di isi."Akhirnya bisa juga ngisi perut," Banyu Aji langsung menyantap ayam panggang itu, seolah panasnya tidak lagi di rasa.Dalam waktu singkat, ayam panggang itu suda
36. Meminjam Kekuatan IblisSuhu seketika turun drastis, udara terasa begitu dingin menusuk ke dalam tulang. Suara desiran angin menambah kesan kengerian di malam itu.Aura iblis merembes keluar dari dalam tubuh seorang lelaki paruh baya yang menatap dua manusia, membuat suasana menjadi lebih mencekam."Sial, kekuatannya sangat besar... Lelaki tua ini sudah memberikan jiwanya pada iblis yang di pujanya," Dalam sekali lihat, Banyu Aji dapat dengan cepat mengenali aura yang menyelimuti tubuh dukun itu. "Aku sangat tersanjung kau dapat dengan cepat menyadarinya, akan tetapi itu tidak akan merubah semuanya," suara dukun itu menjadi lebih berat. Dukun itu berpindah tempat dalam hitungan detik, sebelum melesatkan serangan yang mengincar titik vital Banyu Aji. Banyu Aji merespon dengan melalukan gerakan meliuk-liuk dan salto ke belakang, guna menghilangkan serangan itu.Namun, nyatanya semua itu belum cukup karena dukun itu kembali melakukan serangkaian serangan lanjutan yang menyudutkan
81. Janayo Yang Tangguh Jurenggo menarik nafas panjang, dia jelas paling menyadari jika pertarungan dengan Janayo akan berjalan alot. Tidak ada jaminan untuk dirinya akan memenangkan pertarungan kali ini.Di tambah lagi, Jurenggo tidak mengetahui sekuat apa kemampuan yang di miliki Janayo saat ini."Sial, aku tidak memiliki gambaran seberapa kuat kemampuan yang di miliki oleh Janayo saat ini," umpat Jurenggo.Janayo tersenyum tipis, dia yang sudah lama menghilang dari dunia persilatan jelas akan membuat lawan tidak mengetahui batasan kekuatan yang di milikinya. Hal ini jelas menjadi suatu keuntungan untuknya di dalam pertarungan hidup mati seperti saat ini.Janayo mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, dalam satu tarikan nafas dia sudah berpindah tempat dan melesatkan serangan pembuka kepala Jurenggo.Jurenggo dengan cekatan menyilangkan pedangnya menangkis setiap serangan yang di buat oleh Janayo. Kecepatan hujan serangan yang di buat oleh Janayo masih mampu untuk di imbangi dan di
80. Jurenggo Vs Yudha Wardhana Banyu Aji langsung bergerak cepat menuju gerbang masuk desa Suba. Dia melompat ke bangunan paling tinggi, berusaha untuk melihat apa yang sebenernya terjadi, sehingga perseteruan antar para pendekar berhenti seketika.Banyu Aji dengan cepat dapat menyimpulkan jika perseteruan itu terhenti karena kedatangan sekelompok pendekar yang menggunakan jubah yang sama."Jubah itu milik Tengkorak Iblis, jadi mereka benar-benar ingin menghapus Harimau Putih dengan menggerakkan para pendekar yang mereka miliki sebanyak ini," gumam Banyu Aji.Banyu Aji memilih untuk menjadi penonton, dia tidak ingin terlibat terlalu dalam pada konflik yang sedang terjadi di bawah sana, tentu karena dia tidak tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya pertempuran besar itu.***Yudha Wardhana tersenyum tipis, dia tidak ingin meladeni basa-basi Jurenggo lebih jauh, Yudha Wardhana mengalirkan tenaga dalam ke pedangnya, sebelum berpindah tempat ke hadapan Jurenggo.Tebasan dan tusukan ped
79. Tengkorak Iblis Vs Dunia Persilatan Yudha Wardhana dengan cepat dapat melihat kedatangan kelompok Tengkorak Iblis. Dia tersenyum tipis, sejauh ini rencana mereka berjalan dengan baik. Kedatangan pendekat Tengkorak Iblis sesuai dengan perkiraan, tepat ketika suasana desa Suba sedang sangat kacau.Bersama dengan itu pula, Yudha Wardhana memberikan kode kepada rekannya untuk segera memberitahu anggota yang lain, guna melakukan rencana selajutnya. Yaitu, menyebarkan kepada dunia persilatan jika Tengkorak Iblis menggerakkan banyak pendekar untuk menjarah semua hasil lelang yang di adakan Perguruan Harimau Putih."Gusma, jika semua rencanamu berjalan lancar, maka bersiaplah Tengkorak Iblis akan mengalami masalah besar dan dunia persilatan akan melihat Harimau Putih sebagai perguruan besar," gumam Yudha Wardhana.Sementara itu, di desa Suba pertarungan sudah benar-benar pecah. Jurenggo yang baru tiba di buat naik pitam saat salah satu anggotanya membawa berita jika Gelato yang menjadi u
78. Pertempuran di Desa Suba IV"Mundurlah sedikit, tapi jangan terlalu jauh. Karena akan ada bahaya lain yang mengincar dirimu nanti," ucap Banyu Aji sambil bersiap dengan kuda-kuda tarungnya Banyu Aji menarik pedangnya, bergegas menangkis setiap serangan yang di lakukan oleh Lapan. Banyu Aji bukan hanya bertahan, dia juga berbalik menyerang Lapan, bahkan dalam waktu singkat Banyu Aji mendominasi serangan.Lapan tentu tidak terlalu terkejut, mengingat latar belakang Banyu Aji yang merupakan pendekar Perguruan Tirta Kencana tidak mungkin memiliki kemampuan rendahan.Lapan sejak awal pertarungan di mulai langsung menggunakan kemampuan terbaiknya dan berusaha mengakhiri pertarungan dengan singkat. Namun tampaknya hal itu sulit terjadi, karena Banyu Aji bukanlah lawan yang mudah."Kau membuatku kagum, tidak banyak pendekar muda yang memiliki kemampuan seperti dirimu. Tapi sayang, aku harus menghabisimu hari ini... " Kata Lapan.Banyu Aji tertawa dengan pelan, dia tidak ingin terlalu lam
77. Pertempuran Di Desa Suba IIITubuh Rana Jelina berkeringat dingin dan bergetar dengan hebat. Perkataan dari Lapan terngiang-ngiang di kepalanya. Dia jelas tidak pernah rela jika harus mati, akan tetapi lebih tidak rela lagi harus menyerahkan kehormatannya kepada lelaki jelek seperti Lapan.Rana Jelina menarik pedangnya, sekalipun tangannya gemetar dengan hebatnya."Haha, kau ingin memberikan perlawanan? Percuma saja, karena semua itu akan sia-sia... " Ejek Lapan dengan menjilati bibirnya bersiap menerkam Rana Jelina. Di kepalanya jelas sudah tergambar apa yang akan di lewati bersama Rana Jelina.Tubuh Rana Jelina semakin berkeringat dingin. Rasa takut jelas menyelimuti tubuhnya dan hatinya. Tidak pernah terbayangkan jika dia akan mengalami nasib sesial ini, jika saja dia tahu akan berada di posisi seperti saat ini, mungkin dia tidak akan berpikir untuk datang ke desa Suba atau mungkin pula dia akan meminta beberapa orang tetua yang memiliki kekuatan tinggi untuk menjadi pengawalny
76. Pertempuran di Desa Suba IIIRana Jelina yang baru saja keluar dari penginapan tentu merasa sangat terkejut dengan kejadian di desa Suba. Sungguh dia tidak pernah menduga jika sedang terjadi kericuhan hampir di seluruh desa ini."Tetua, apa yang sedang terjadi di desa ini? Di mana para pendekar Harimau Putih? Kenapa tidak ada yang berusaha melerai pertarungan ini?" Tanya Rana Jelina dengan cemas.Tetua itu sama halnya seperti Rana Jelina. Dia pun merasa cukup terkejut melihat situasi di desa Suba. Bahkan dia menemukan beberapa prajuritnya sedang meregang nyawa dengan mengenaskan. Kondisi desa Suba sudah tidak ubahnya seperti area pertempuran. Bangun-bangunan rumah penduduk sudah jebol dan beberapa pula sudah ambruk. "Pendekar Perguruan Cakra Dewa, sepertinya kalian memiliki barang-barang berharga," kata salah seorang dari pendekar yang menggunakan jubah berwarna hitam itu bercorak kepala gagak itu."Lapan, Tetua tertinggi Perguruan Gagak Hitam. Apa maksud perkataanmu itu!!!" Cer
75.Pertempuran Di Desa Suba IISuasana di seluruh penjuru desa benar-benar kacau. Bau anyir darah dengan cepat memenuhi di seluruh penjuru desa. Hampir di setiap tempat terdengar bunyi dua pedang beradu dan teriakan atau jeritan kesakitan dan kematian yang menyayat hati.Desa Suba yang sebelumnya sangat nyaman, sekarang tidak ubahnya lautan mayat manusia yang terus-menerus melakukan pertarungan, sampai mereka mendapatkan apa yang menjadi incarannya itu."Jurang Neraka akan selalu mengingat apa yang sudah kau lakukan Prayogo. Perguruan Bukit Bintang akan merasakan akibat dari kesombonganmu ini," kata Jenata yang murka, karena setengah murid yang di bawahnya meregang nyawa. Yups, mereka semua tewas dalam pertarungan dengan kelompok Prayogo. Satu yang menjadi kesalahan dari Jenata, dia terlalu percaya diri dengan pasukan yang di bawahnya dan nama besar Jurang Neraka sudah lebih dari cukup untuk membungkam banyak lawannya."Aku tidak terlalu peduli, Jenata. Apa kau pikir Jurang Neraka aka
74. Pertempuran Di Desa Suba "Gusma, jika rencana yang kau susun ini berhasil maka Perguruan Tengkorak Iblis akan mendapatkan banyak tamu penting yang mengetuk perguruan mereka setelah ini bukan?" Kata Jaya Wardhana bernada tanya kepada pemuda itu."Benar, Ketua. Para pendekar Tengkorak Iblis sangat terkenal serakah dan arogan, mereka yang berada di bawah lindungan keraton jelas merasa tinggi. Sampai lupa jika keraton bukan ancaman bagi perguruan-perguruan besar persilatan ini," jawab Gusma, tanpa melepas senyum di wajahnya.Gusma Wardhana adalah salah seorang tetua termuda yang di miliki oleh Perguruan Harimau Putih. Namanya mungkin tidak seterkenal Yudha Wardhana di dunia persilatan, karena memang kemampuan utamanya bukan terletak pada ilmu kanuragan dan silatnya, akan tetapi pada kemampuannya dalam meramu siasat, taktik dan strategi untuk menaklukkan lawannya, tanpa harus menguras stamina dan tenaga dalam yang besar.Berkembangnya Perguruan Harimau Putih tentu berkat andil dari Gu
73. Rencana Perguruan Harimau Putih Banyu Aji yang masih berada di desa suba tentu melihat pertarungan antara Ki Ciung Alam dengan Gelato.Dari percakapan keduanya, Banyu Aji dapat menarik kesimpulannya jika Ki Ciung Alam dan Perguruan Pedang Tunggal menaruh rasa benci kepada pemerintahan keraton saat ini. Akan tetapi, dia tentu tidak ingin terlalu cepat menarik kesimpulan karena jika melakukan kesalahan fatal maka semua rencana yang di susunnya akan menjadi sia-sia."Perguruan Pedang Tunggal, sepertinya aku harus berkunjung ke sana. Barulah bisa ku putuskan apakah mereka bisa menjadi sekutu atau tidak nantinya," guman Banyu Aji.Banyu Aji turut menyaksikan pertarungan antara Gelato dan Ki Ciung Alam, dalam beberapa kali pertukaran jurus saja Banyu Aji sudah dapat menebak jika Ki Ciung Alam menang dalam segala hal, akan tetapi lebih kepada menahan diri agar tidak terlalu menarik perhatian para pendekar lainnya.Benar saja, pertarungan di antara mereka di menangkan dengan mudah oleh K