Ratu Mayadwipa mengertakkan rahang nya karena murka setelah Shupala kembali dalam wujud burung gagak. Meski manusia iblis itu bisa merubah kembali wujudnya menjadi manusia, kemampuannya sudah sangat menurun dibanding sebelumnya yang berada di Ranah Alam Dewa. Sekarang dia seperti halnya manusia biasa yang berada di Ranah Pembentukan Tulang."Kau benar-benar tidak berguna! Kau bilang akan memata-matai mereka. Tapi kau malah pulang dalam keadaan mengenaskan seperti ini!" hardik Ratu Mayadwipa.Shupala hanya bisa berlutut dengan wajah tertunduk. Pragawana dan Bunisrawa menatap rekannya tersebut dengan senyum tipis. Menjadi penjaga Ratu adalah sebuah kehormatan bagi setiap manusia dan binatang iblis. Dan di antara empat penjaga itu ada persaingan yang tidak terlihat. Mereka berusaha menjadi yang terbaik demi kepentingan masing-masing. Semakin baik di mata Ratu Mayadwipa, itu akan semakin menguntungkan mereka. Entah dari segi posisi maupun pandangan dari Ratu terhadap mereka.Di mata Ratu
Bara dan Gandi melanjutkan perjalanan mereka menuju ke tempat yang sesuai dengan peta. Berkat Pragasena, mereka bisa menghindari beberapa rintangan tanpa harus mengeluarkan tenaga. Setelah cukup lama berjalan, tiga orang itu berhenti di sebuah tebing curam yang sangat dalam. Mereka tak tahu seberapa dalam jurang tersebut karena di bawah sana nampak diselimuti kabut tebal."Tempat ini dinamakan Jurang Kesedihan." kata Pragasena setelah mereka duduk untuk melepas lelah ditepi jurang tersebut. Mereka sengaja tidak terbang karena untuk menghindari pasukan Mayadwipa yang kini telah mengerahkan pasukan besar-besaran di sekitar reruntuhan kuno. Dengan kekuatan Bara dan Gandi saat ini, Pragasena yakin mereka tidak akan bisa menang melawan pasukan Mayadwipa yang di pimpin oleh Bunisrawa. Sehingga mereka pun sepakat untuk berjalan kaki atau napak tilas bagi Pragasena. Karena saat dia melangkah di setiap tempat, dia teringat semua kenangan masa lalu saat berjalan kaki di jalan terjal menuju ke
Setelah melewati Jurang Kesedihan, akhirnya mereka tiba di sebuah Lembah yang besar. Pragasena menunjuk kearah depan."Di Lembah itu ada satu Kuil Kuno yang didirikan oleh Mayadwipa. Kuil tersebut memiliki formasi yang sulit untuk di tembus." ucap Pragasena. Bara segera mengeluarkan peta yang dimilikinya dan mencocokkan dengan tempat tersebut."Benar, ini adalah tempat yang aku cari." ujar pemuda itu sambil menunjuk ke arah gambar bunga merah yang terkurung oleh lingkaran hitam. Dan sekelilingnya ada mantra aneh yang tak dia mengerti."Mantra itu, adalah segel yang ditanam oleh Mayadwipa agar tidak ada orang yang bisa memasuki kuil. Selain itu, sesuatu yang ada di dalam sana juga tidak bisa keluar dengan mudah." kata Pragasena,"Masalah segel itu, aku harus melihatnya secara langsung karena mungkin saja aku bisa menghancurkan segel tersebut. Jika benar di dalam kuil itu ada Bunga Neraka, ini akan menjadi bantuan yang tidak kecil untuk kita dalam melawan Ratu Mayadwipa ke depannya." ka
Gandi menatap kearah Barat dimana dia merasakan adanya aura kuat melesat ke tempat dia berada. Nampak cahaya biru yang kecil dari jarak ribuan tombak. Pemuda itu mengalihkan pandangan ke bawah dimana hutan kering itu sudah tak lagi terlihat."Mayat-mayat itu sudah tak berkutik dibawah tekanan air milikku. Aku penasaran siapa yang akan datang menemuiku dengan kekuatan yang berasal dari Naga Air." batin Gandi.Lautan yang Gandi ciptakan hingga menciptakan danau besar di area Kuil itu bergelombang saat satu sosok datang dengan kecepaatan tinggi dan tahu-tahu berdiri sepuluh langkah di depan Gandi. Sosok yang membuat Raja Naga Air itu terkejut."Siapa kau?" tanya Gandi yang tak berhenti menatap sosok di depannya. Sosok yang memiliki tubuh dengan sisik biru dan sepasang Tanduk yang juga berwarna biru. Sosok itu menyeringai menunjukkan gigi-giginya yang tajam. Lidahnya menjulur panjang mengerikan. Meski wujudnya menjadi seram dan aneh di mata Gandi, Raja Naga Air itu tidak asing dengan waja
Wuut!Tubuh Gandi menukik dengan sangat cepat hingga tak terlihat oleh mata orang biasa. Shupala kertakkan rahang lalu dia pun mengangkat kedua tangannya ke atas. Air yang ada di bawah kakinya meluncur kearah Gandi dalam wujud dua ekor naga. Namun sepertinya itu tidak membuat Gandi surut atau berhenti melakukan serangan. Dia terus meluncur dan menabrak sepasang naga yang tercipta dari air tersebut.Drsss!Dua Naga yang tercipta dari air hancur seketika setelah tubuh Gandi menerjang. Shupala pun terkejut dibuatnya dan mau tak mau dia harus berhadapan langsung dengan Gandi dalam pertarungan jarak dekat. Dia pun mengerahkan seluruh kekuatannya pada tinju kanan hingga membuat lengannya menjadi besar."Hiaaaaaat!" teriaknya keras sebelum tinjunya saling beradu dengan tinju sang Raja Naga Air.Dub!BLAAARRRRRR!!!Ledakan sangat keras terjadi setelah tinju keduanya saling beradu. Tubuh Shupala terhempas ke air dengan deras hingga ke dasar dan menciptakan dentuman. Gandi menatap apa yang terj
Tiga elemen yang berbeda bersatu menjadi satu kekuatan di tangan Gandi Wiratama. Hal tersebut menciptakan fenomena alam yang luar biasa. Langit menjadi gelap. Udara mendadak terasa panas mendidih. Dan angin bertiup sangat kencang, Tak hanya itu, dari langit sesekali muncul sambaran kilat.Keringat membasahi tubuh Raja Naga Air tersebut setelah dia berhasil menyatukan tiga kekuatan menjadi satu. Terciptalah satu kekuatan dengan bentuk yang aneh. Bentuknya bulat namun terlihat banyak kekuatan petir yang membuatnya seperti rambut. Di dalam bola kekuatan itu, terlihat dua warna berbeda yang berputar cepat. "Aku tak bisa menahan kekuatan ini lebih lama lagi. Sekarang waktunya menghancurkan lawan!" batin Gandi lalu dia pun mengangkat kedua tangannya dan kemudian mengayunkan nya ke bawah. Pukulan Tiga Penghancur Langit miliknya pun menderu dengan cepat kearah bawah sana dimana tubuh Shupala masih terbenam di dalam tanah.Air yang masih terbelah seketika merebak seperti terkena dorongan angi
Tubuh Bara Sena menyala merah setelah Iblis Sasaka memutuskan untuk membantunya dalam menghancurkan segel Tiga lapis yang mengurung Kuil Kuno tersebut. Aura di tubuhnya membuat udara di sekitar seketika memanas. Pragasena yang semula berada di dekat Bara pun segera menyingkir setelah dia merasa tak tahan dengan hawa panas menyengat tersebut."Dia tengah menggunakan kekuatan iblis!?" batin Pragasena setelah dia merasa cukup jauh dari tempat Bara berada.Tubuh Pendekar Golok Iblis itu perlahan berubah menjadi sosok yang menyeramkan. Yakni sosok Iblis Neraka Sasaka. "Hmh! Menggunakan Belenggu Sutra agar aku tak bisa menembusnya? Siapa lagi kalau bukan wanita bejat itu yang melakukannya. Hahaha!" ucap Sasaka lalu dia pun menempelkan telapak tangannya pada pusat segel yang ada di pintu masuk kuil. Nampak mulut iblis tersebut komat-kamit membaca mantra. Wsss!Gelombang merah muncul dari dalam telapak tangan sang Iblis yang kemudian menyebar ke seluruh segel yang mengurung bangunan dengan
Gandi menatap sosok roh tersebut dengan mata memicing."Kau memberitahu hal sebanyak ini tidak mungkin secara cuma-cuma bukan?" tanya pemuda itu.Shupala tersenyum."Tentu saja. Tidak ada hal yang cuma-cuma di dunia ini. Sebagai ganti dari berita yang aku sampaikan, aku ingin meminta sesuatu darimu. Anggap saja ini adalah permohonan dariku," kata Shupala."Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Gandi."Mudah saja jika kau mau. Aku hanya ingin kau menyelamatkan kami para manusia iblis dan Binatang Iblis dari cengkraman Mayadwipa. Aku tahu ini akan sulit bagimu. Tapi aku melihat tekat di hatimu itu bahkan mengalahkan benteng baja sekalipun. Tak ada yang bisa kami lakukan kecuali menuruti kemauan Mayadwipa. Sebenarnya kami pun tak ingin menjadi budak..." kata Shupala dengan suara yang serak. Gandi terdiam namun masih menatap sosok yang hampir tembus pandang tersebut."Jika permintaan hanya itu, tanpa kau minta aku pun akan membunuh wanita itu dengan tanganku karena kemauanku sendiri. Karen
Tubuh Sasaka yang berada dalam lilitan rantai merah terlihat menunduk lesu setelah terkena jurus Kutukan Mata milik Sasaka yang ada di tubuh Bara Sena. Jurus yang memiliki kekuatan mengerikan dalam menekan mental lawan itu akhirnya membuat pecahan jiwa itu takluk dengan mudah."Sekarang kau bisa menyerapnya dengan mudah bocah. Aku sudah banyak bekerja, giliranmu menyelesaikan semuanya," kata Sasaka lalu dia pun kembali ke dalam alam jiwa milik Pendekar Golok Iblis tersebut.Bara yang baru saja kembali ke dunia nyata segera membuka matanya. Dia menatap Iblis Sasaka yang berada di depannya. Kedua mata Iblis itu terlihat terbuka lebar dengan tatapan kosong. Jurus Kutukan Mata milik Sasaka masih mempengaruhinya."Jurus yang mengerikan...Bahkan dia gunakan kepada jiwanya sendiri..." batin Bara lalu dia pun bersiap untuk menusuk tubu Iblis itu menggunakan Pedang Es Abadi yang ada di tangannya. Dengan membunuh Iblis itu, Bunga Neraka akan tertidur dan Bara bisa menyerapnya dengan mudah.Jleb
Gandi dan Pragasena sama-sama terpana dengan pertarungan yang terjadi di depan sana. Mereka seperti disuguhkan pertunjukan yang luar biasa menghibur."Bukankah ini waktu yang tepat minum teh sambil menonton? Tak kusangka akan menyenangkan seperti ini melihat pertarungan mereka." ujar Gandi sambil duduk bersila di udara. Entah dari mana datangnya, di tangan kanannya telah tergenggam secawan minuman dan dia pun terlihat sangat santai.Pragasena menoleh lalu geleng-geleng kepalanya."Masih sempat-sempatnya dia bersantai di tempat seperti ini. Dua orang ini sepertinya sama-sama sinting..." batin Pragasena sambil kembali menatap kearah depan sana.Bara Sena meluncur dengan sangat cepat kemudian membuat tebasan mematikan kearah Sasaka yang menanti dengan Pedang merah di tangannya. Aura pedang berhawa dingin itu menyeruak dan membentuk garis lurus memanjang seolah hendak membelah bumi. Dengan cepat Sasaka meniup pedang di tangannya dengan napas api hingga pedang itu berkobar hebat.Lalu samb
Bara Sena menyeringai sinis dengan tampilan Iblis Es Cakara yang membuat Sasaka terkejut bukan main."Aku sudah katakan, kau hanya akan menyia-nyiakan kekuatan jika bertarung melawanku. Karena kau hanya satu pecahan jiwa dan di dalam tubuhku ada beberapa pecahan jiwa darimu dan Cakara!" ucap Bara lalu tubuhnya melesat dengan cepat kearah Sasaka.Iblis Neraka itu mengertakkan rahang nya karena marah. Lalu dari dalam tubuhnya keluar aura merah yang merebak sehingga membuat hancur kekuatan es milik Bara Sena. Gelombang kekuatan itu pun menderu bak topan yang menerpa. Bara segera menciptakan pelindung es yang menutupi tubuhnya saat badai merah panas membara itu menerpa.Wosshhh!Melihat Bara yang nampak baik-baik saja setelah terkena gelombang panas miliknya membuat Sasaka semakin geram dibuatnya."Kekuatan es itu...seandainya aku memiliki semua jiwa yang terpisah, pasti es milikmu tidak akan bisa menahan gelombang kekuatan milikku. Tapi aku akui, kau hebat bisa memiliki pecahan jiwa adik
Gandi membuka kedua matanya yang sempat terpejam selama beberapa saat setelah Iblis Sasaka memasuki alam jiwa miliknya. Senyuman tipis mengembang di bibirnya. Dia melihat semua yang terjadi di dalam alam jiwa tersebut. Bagaimana Ki Ageng Samudra Biru membuat Sasaka tak berdaya. Kini Iblis itu telah kembali ke dalam bunga Neraka dalam keadaan terluka karena jurus aneh yang Ki Ageng Samudra Biru lancarkan padanya."Apa yang kau lakukan padanya Ki?" tanya Gandi sambil menatap bunga Neraka yang nampak meredup nyala apinya setelah sebelumnya dipaksa kembali oleh Naga Kuno tersebut."Aku menggunakan Mantra Perajam Iblis yang sudah lama sekali tak pernah aku gunakan. Dan dia merasakan jurus itu saat ini. Benar-benar Iblis yang malang." kata Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa Gandi."Mantra Perajam Iblis? Ada jurus seperti itu? Apakah dampaknya berbahaya bagi para iblis?" tanya Gandi."Namanya juga Perajam Iblis. Tentu saja itu berbahaya untuk mereka. Terutama tubuh Jiwa mereka yang te
Gandi Wiratama terkejut saat melihat bunga Neraka mengeluarkan aura merah yang sangat kuat hingga membuat tubuhnya tertekan. Apalagi hawa panas yang merebak seketika meningkat hingga membuat Raja Naga Air itu merasa tubuhnya bagaikan terpanggang hidup-hidup meski dia masih bisa bertahan dengan kekuatan miliknya."Ini benar-benar gila! Panas yang dia miliki sungguh diluar nalar! Apa jadinya jika sampai Bara memiliki pecahan jiwa ini? Bukankah dia akan menjadi lebih sulit untuk dikalahkan?" batin Gandi.Matanya menatap waspada karena meskipun bunga itu terikat oleh rantai dari empat sudut, nyatanya bunga tersebut masih mampu menyerang dirinya dengan jurus ilusi dan gelombang panas. Selain itu, keadaan di dunia itu yang kering kerontang serta tanah yang terlihat membara sudah pasti dikarenakan bunga Neraka tersebut. Itu artinya, bunga itu sangatlah kuat dan berbahaya.Tak lama kemudian dari dalam bunga Neraka itu muncul aura merah yang melayang di udara. Aura tersebut dengan perlahan mem
Azkat Moil terkejut saat cahaya kuning keemasan merasuki tubuhnya. Perasaan nyaman dan aura hangat itu membuatnya merasa begitu tenang. Seketika kulitnya yang semula berwarna merah pun berubah menjadi warna coklat muda seperti manusia biasa. Semua yang melihat itu terkejut dibuatnya. Mereka menjadi sangat penasaran, siapa sebenarnya pemuda bernama Bara Sena tersebut."Aku menghapus tanda Iblis yang ada di tubuh kalian semua. Anggap saja ini sebagai hadiah karena kalian telah menyambutku disini sebagai tamu dengan baik. Tak hanya itu, aku juga akan membebaskan kalian dari para roh jahat yang ada di dunia ini. Dengan begitu, kalian akan hidup aman tanpa gangguan." ucap Bara lalu dia pun mengangkat tangan kirinya dan mengerahkan kekuatan cahaya hingga merebak ke segala arah.Wusss!Bahkan kekuatan cahaya itu membuat pagar kayu yang tertanam segel pelindung hancur seketika. Orang-orang Suku Moil menjerit ketakutan. Namun hawa hangat dan menenangkan dari c
Gandi terkejut saat dia memasuki pintu Kuil Kuno tersebut. Karena begitu masuk dirinya langsung disambut oleh hawa panas yang luar biasa menyengat sehingga Raja Air tersebut segera mengerahkan perisai air miliknya untuk melindungi diri dari hawa panas tersebut."Gila! Tempat macam apa ini? Apakah ini Neraka?" batin Gandi sambil terbang dengan perlahan.Sejauh mata memandang dia tak melihat keindahan seperti yang Bara dan Pragasena saksikan. Yang ada justru sebaliknya, tanah yang merah tandus dan seperti membara terbakar api. Bahkan ada pohon namun daunnya adalah Api yang berkobar-kobar. Dari dalam lubang raksasa yang ada didekatnya pun beberapa waktu sekali akan terdengar suara gemuruh dahsyat yang diiringi asap putih tebal membubung tinggi ke udara. Benar-benar terlihat seperti di Neraka.Gandi penasaran tempat apa yang dia kunjungi itu. Sembari terbang, dia pun melacak keberadaan Bara dan Pragasena. Dia bisa merasakan hawa kehadiran dua orang terseb
Gedebuk Gedebuk gedebuk! Terdengar suara keras dari arah depan sana. Bara dan Pragasena cukup tegang menanti siapa yang akan datang dengan suara yang heboh seperti itu. Mirip suara langkah kaki kuda, namun itu lebih berat.Setelah menanti cukup lama, akhirnya muncul beberapa sosok binatang berukuran raksasa yang berlari dengan cepat kearah gerbang kayu. Di atas binatang aneh mirip kadal itu duduk empat orang berkulit merah dan berambut putih. Telinga mereka lancip dan hidungnya sedikit panjang. "Makhluk apa itu?" batin Bara yang masih bersembunyi di dekat gerbang kayu."Cepat masuk dan bawa hasil buruan! Kita akan berpesta hahaha!" teriak pria berjenggot panjang yang Bara duga adalah pemimpin kelompok tersebut. Ada tiga kadal raksasa yang membawa beberapa orang berkulit merah. Kadal tersebut berlari tak kalah cepat dari kuda. Saat sampai di depan gerbang, kadal yang berada di barisan paling depan berhenti seketika lalu menoleh kearah Bara Sena.Hal itu tentu saja membuat pemuda ter
Gandi menatap sosok roh tersebut dengan mata memicing."Kau memberitahu hal sebanyak ini tidak mungkin secara cuma-cuma bukan?" tanya pemuda itu.Shupala tersenyum."Tentu saja. Tidak ada hal yang cuma-cuma di dunia ini. Sebagai ganti dari berita yang aku sampaikan, aku ingin meminta sesuatu darimu. Anggap saja ini adalah permohonan dariku," kata Shupala."Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Gandi."Mudah saja jika kau mau. Aku hanya ingin kau menyelamatkan kami para manusia iblis dan Binatang Iblis dari cengkraman Mayadwipa. Aku tahu ini akan sulit bagimu. Tapi aku melihat tekat di hatimu itu bahkan mengalahkan benteng baja sekalipun. Tak ada yang bisa kami lakukan kecuali menuruti kemauan Mayadwipa. Sebenarnya kami pun tak ingin menjadi budak..." kata Shupala dengan suara yang serak. Gandi terdiam namun masih menatap sosok yang hampir tembus pandang tersebut."Jika permintaan hanya itu, tanpa kau minta aku pun akan membunuh wanita itu dengan tanganku karena kemauanku sendiri. Karen