GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_3
Sabar menunggu Mas Yuda di dalam mobil taksi online yang kusewa. Untungnya sopir taksi sabar. Ia paham dengan keadaanku. Bapak sopir itu bersedia mengantarku ke mana pun tujuanku. Aku sempat merasa berhutang budi kepada sopir tersebut. Masih ada orang baik yang bersedia membantu orang lain yang sedang kesusahan.
"Sabar, ya, Mbak. Semoga suami Mbak segera diberikan hidayah oleh Allah," ucap sopir taksi, ketika ia tahu aku menitikkan air mata karena melihat pemandangan yang tak mengenakkan.
Aku hanya mampu mengaminkan tanpa melihat sopir taksi yang menatapku.
Kurang lebih hampir satu jam menunggu Mas Yuda, akhirnya ia keluar juga dari rumah minimalis itu. Dengan menggandeng seorang perempuan cantik tadi. Aku yakin bahwa perempuan itu bernama Rasti—selingkuhan Mas Yuda.
"Kita ikuti lagi, Mbak?" tanya sopir taksi.
Aku mengangguk menanggapi pertanyaannya. Dengan perasaan yang masih terasa sakit, menahan kecewa, dan amarah, aku berusaha untuk meredam semua rasa itu.
Aku harus kuat. Harus yakin bahwa bisa menghadapi semua ini sendiri. Di tengah pertarungan antara perasaan dan pikiran, aku mencoba berdamai dengan hati.
Setelah beberapa saat membelah jalanan, mobil Mas Yuda berhenti tepat di sebuah ruko tempat fitting pakaian pengantin. Dapat kuketahui dari papan nama yang tergantung di depan ruko tersebut. Mobil taksi yang kutumpangi juga ikut berhenti. Lagi-lagi, aku merepotkan sopir taksi tersebut.
"Pak, boleh, kan, saya menunggu sebentar lagi?" tanyaku memohon. Sopir taksi yang juga mengawasi sekitar butik, mengalihkan tatapannya ke arahku.
"Boleh, kok, Mbak," jawabnya singkat, meski begitu senyum sempat menghias di bibirnya.
Sebenernya aku ingin segera menyusul Mas Yuda masuk ke dalam butik. Tetapi aku tak seceroboh itu. Aku tak ingin apa yang sudah direncanakan akan sia-sia pada akhirnya.
Setelah menunggu cukup lama, Mas Yuda dengan perempuan selingkuhannya itu keluar. Mereka kemudian masuk ke dalam mobilnya dan segera berlalu pergi. Saat itu juga aku memanfaatkan kesempatan.
Usai membayar taksi yang kusewa, aku segera masuk ke dalam butik. Seorang wanita yang kukira pemilik butik, menyambutku ramah.
"Silakan dilihat koleksi kami, Mbak!" sapa ramah wanita yang sedang duduk di meja kasir.
Aku tersenyum menanggapinya.
Aku berkeliling melihat-lihat koleksi gaun yang dimiliki oleh butik tersebut. Sambil mencari sesuatu yang bisa membantu agar aku dapat informasi tentang pernikahan Mas Yuda.
Lantas pandanganku tertuju pada sepasang gaun pengantin yang terpampang di badan patung. Ada sebuah nama yang dapat terbaca olehku. "Yuda Atmaja dan Rasti Indah." Aku yakin bahwa gaun pengantin tersebut milik Mas Yuda dengan perempuannya.
Kuamati lebih dekat gaun pengantin Mas Yuda, kemudian wanita penjaga butik pun mendekati posisiku berdiri.
"Ini gaun pesanan orang, Mbak. Kami mendesainnya sesuai keinginan si pemesan," terangnya tanpa aku bertanya.
"Memerlukan budget berapa untuk mendapatkan gaun pengantin seperti ini, Mbak?" tanyaku menyelidik.
"Kurang lebih lima belas juta."
Jawaban yang kudapat sangat membuatku terkejut. Mataku terbelalak sempurna mengarah kepada wanita di sampingku.
Sungguh aku tak percaya. Dulu, saat aku dan Mas Yuda menikah, jangankan gaun, resepsi pernikahan yang meriah tak kudapat.
Aku menyadari, kala itu keadaan Mas Yuda belum sesukses sekarang. Kami menikah dengan uang pribadi kami. Sangat sederhana, asalkan sah menjadi sepasang suami istri. Kami bahagia.
"Ehm ... bagus sekali desainnya, Mbak," pujiku sambil meraba gaun pengantin yang tak pernah kupakai meski di hari pernikahanku dulu.
"Iya, Mbak. Pernikahannya sudah dekat, loh!" ucap wanita itu dengan senyuman semringah.
Kesempatan bagiku untuk bertanya kapan acara pernikahan Mas Yuda digelar. Ternyata tak sesulit yang kubayangkan untuk mendapatkan informasi tentang itu.
Tanggal pernikahan Mas Yuda dan Rasti sudah kudapat. Tinggal memikirkan langkah selanjutnya untuk mempermalukan perbuatan mereka semua. Suami yang berpura-pura baik, Ipar yang diam-diam menghanyutkan, tak lupa mertua yang kukira menyayangiku tulus tetapi jahat.
💔💔💔
Untuk menenangkan pikiran, aku singgah ke sebuah kafe. Jarak kafe dengan rumah sebenarnya tidak terlalu jauh. Tetapi entah kenapa aku jadi malas pulang.
Baru saja aku duduk di kursi yang terletak di pojokan, aku melihat sosoi lelaki yang kukenal. Ia duduk seorang diri. Ya, lelaki itu Mas Yuda. Padahal tadi ia sedang bersama perempuan. Lantas di mana sekarang perempuan yang bersamanya?
Terbersit ide untuk mengerjai Mas Yuda. Biasanya saat jam kantor, sangat sulit jika harus izin untuk keluar. Kalau tidak ada kepentingan mendesak maka atasan tak akan memberinya izin. Tak lagi mengulur waktu, segera kuhampiri Mas Yuda.
Kutepuk pelan bahu Mas Yuda. Seketika ia menoleh. Mas Yuda tanpa terkejut melihat keberadaanku.
"Mas, ngapain di sini, tumben kamu keluar saat jam kerja?" tanyaku pura-pura tidak tahu.
"Ehm ... eh, itu, a-anu ... aku baru aja selesai rapat ketemu klien."
Tampak sekali kegugupan Mas Yuda. Ia juga salah tingkah. Dapat kupastikan, pasti ia saat itu sedang bersama Rasti. Tetapi, tak kutemukan keberadaan wanita jal*ng itu.
"Kenapa, Mas, kok, sepertinya gugup?" tanyaku, saat aku sudah duduk di kursi berhadapan dengan Mas Yuda.
Wajah Mas Yuda saat itu tidak bisa kugambarkan. Ada sesuatu yang menggelitik, ingin tertawa lepas melihat ketakutannya. Tetapi ada juga rasa kecewa, marah bertarung menjadi satu.
"Eh, nggak papa, kok. Ris, kita pulang, yuk! Kebetulan aku udah selesai."
Mas Yuda bangkit, kemudian menarik tanganku agar mengikutinya. Terpaksa aku manut dengan ajakannya. Padahal ingin sekali aku memergoki wanita bernama Rasti sedang melihatku berduaan dengan Mas Yuda. Bukan bermaksud apa-apa, aku hanya ingin mempermalukan mereka di muka umum.
Di perjalanan kami saling diam. Tak ada percakapan, suasana di dalam mobil sangat sepi. Hanya suara klakson kendaraan yang melintas meramaikan keadaan.
"Oiya, Ris. Minggu depan aku ada kerja di luar kota. Nggak papa, kan, kalau kamu sendirian di rumah?"
Tiba-tiba Mas Yuda bersuara. Ia meminta izin kepadaku untuk menjalankan tugas di luar kota. Padahal aku tahu bahwa sesungguhnya bukanlah tugas yang mengharuskan ia meninggalkanku sendiri. Melainkan ia akan melangsungkan pernikahan.
Aku hanya mengangguk sambil menatap lekat wajah Mas Yuda yang sibuk mengemudi. Mungkin ia sadar jika aku memperhatikannya. Mas Yuda kembali kelihatan salah tingkah. Tak enak dengan tatapanku.
"Kenapa, Ris? Ada yang salah?" tanya Mas Yuda. Matanya tak berani menatapku. Ia mungkin takut kebusukan yang ia tutupi akan terbongkar.
Aku tersenyum sinis, lalu membuang muka. Menatap tajam ke depan. Meskipun tanpa Mas Yuda bertingkah demikian, semua kebohongan yang ia simpan aku sudah mengetahuinya. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mempermalukan Mas Yuda dan keluarganya.
Tunggu saja, Mas. Aku akan jadi tamu di hari pernikahanmu dengan perempuan yang dibanggakan oleh keluargamu. Bukan hanya itu, aku juga akan memberikan kejutan sebagai hadiah di hari bahagiamu.
Next ....
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_4Tiga hari menjelang pernikahan Mas Yuda, ia sering kali terlambat pulang. Alasannya banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Bukan! Bukan seperti itu alasan sebenarnya. Melainkan ia sibuk dengan acara persiapan hari istimewanya.Seperti malam di mana Mas Yuda hendak melangsungkan acara pertemuan kedua belah pihak keluarga. Usai mandi Mas Yuda bersiap. Ia berdandan rapi. Menyemprotkan minyak wangi lebih dari biasanya. Sangat tampan memang wajah suamiku. Tak heran jika banyak perempuan yang menggilanya. Namun, apa kurangnya aku. Wajah, kulit, serta bodiku tak kalah apik dengan perempuan di luar sana. Hanya saja satu kekuranganku. Menginjak usia tiga tahun pernikahan, aku belum memberikan keturunan. Tetapi menurutku tak masuk akal jika Mas Yuda berpaling hanya karena masalah itu. Aku pernah memeriksakan diri, hasilnya positif dan sehat. Tak ada yang perlu dikhawatirkan."Mau ke mana lagi, Mas? tanyak, ketika Mas Yuda bercermin sedang menyisir rambutnya.Ma
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_5"Silakan masuk, Pak!" perintahku pada seorang lelaki. Sedari aku tiba, orang yang kumaksud sudah menunggu di balik pintu rumah Rasti.Mas Yuda terkejut dengan kehadiran sosok lelaki yang sudah menjadi atasannya semenjak ia bekerja. Tak percaya dengan apa yang aku hadiahkan."Marisa, apa-apa kamu?" tanya Mas Yuda setengah berbisik. Ia mendekat ke arahku. Lalu, menarik tanganku, entah mau dibawa ke mana."Hentikan, Yuda!" seru Pak Nuno sebagai atasan Mas Yuda.Dengan terpaksa, Mas Yuda menghentikan langkahnya. Cengkeraman di pergelangan tanganku juga mengendor. Dengan perlahan, Mas Yuda berbalik badan menghadap Pak Nuno."Saya tidak menyangka kamu akan berbuat licik seperti ini dengan istrimu! Sangat saya sayangkan!" sesal Pak Nuno penuh emosi."Maaf, Pak. Tetapi saya akan berusaha adil dengan kedua istri saya, Pak," kilah Mas Yuda membela diri."Apa? Kedua istri? Nggak salah dengar aku, Mas?" tanyaku, terkejut.Enak saja, sudah bermain apa dan merusak keh
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_6Pagi itu aku masak banyak menu makanan. Semua kusajikan hanya untuk menyambut kedatangan kedua orang tuaku. Masalah Mas Yuda, terpaksa aku akan bersandiwara pada Ayah dan Ibu nanti. Semoga mereka semua percaya dengan alasan yang kuucapkan.Dering ponsel mengganggu aktivitas memasakku. Tak langsung kuangkat, karena masih berkutat dengan beraneka macam sayuran. Saat aku hendak menerima telepon, tiba-tiba deringnya terhenti. Maka kuputuskan untuk melanjutkan memasakku.Beberapa menit setelahnya, ponsel kembali berdering. Tak ingin mengecewakan penelepon. Segera kugeser layar ponsel yang lebih dulu kuletakkan di sampingku. Bermaksud agar lebih mudah untuk menjangkau. Tanpa aku melihat lebih dulu nama si penelepon."Halo," sapaku ramah. Setelah mendengar sapaan dari seberang, tak asing bagiku suara tersebut. Ternyata Ibu yang menelepon tadi. Jadi tak enak, karena teleponnya tadi sempat kuabaikan."Risa, satu jam lagi Ibu dan Ayah sampai di rumahmu, Nak. Kamu t
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_7"Marisa, siapa yang datang?" Ibu mengulang pertanyaan yang sama, karena merasa belum mendapatkan jawaban dariku.Aku terlonjak ketika mendapati Ibu sudah berdiri di belakangku. Ibu melongok ke luar rumah, mencari tamu yang datang barusan. Degup jantungku sangat kencang. Lebih kencang daripada habis berlari jauh."I-itu, Bu. Tadi orang tanya alamat. Bukan siapa-siapa, kok!" jawabku asal dan gugup, sambil cepat-cepat menutup pintu. Semoga saja Ibu tidak curiga karena kegugupanku.Ibu melihatku, keningnya tampak berkerut. Aku semakin tak kuasa membalas tatapannya."Oh, orang tanya alamat? Terus udah ketemu alamatnya?" tanya Ibu memastikan.Aku menggeleng, serta mengatakan bahwa aku pun tak paham karena petunjuknya kurang jelas. Rasa bersalahku semakin menjadi. Banyak sudah kebohongan yang aku lakukan terhadap kedua orang tuaku. Maaf, kan, Risa, Bu ... Ayah!Ketika Ibu sudah kembali ke kamarnya, aku pun memilih beristirahat di kamarku. Membuka ponsel yang seb
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_8"Mimpi apa, Bu?" tanyaku, penasaran dengan apa yang Ibu katakan."Ah, sudahlah, kamu nggak perlu tau. Yang jelas apa yang Ibu rasa beberapa hari terakhir ini benar. Rumah tanggamu sedang tidak baik-baik saja."Aku dan Mas Yuda terdiam. Kami menunduk, memainkan jemari masing-masing. Sedangkan pikiran, entah apa yang sedang aku pribadi pikirkan. Aku sendiri bingung harus bagaimana menghadapi Ayah dan Ibu yang terlanjur tahu akan biduk rumah tanggaku dengan Mas Yuda."Yuda, Ayah sangat kecewa denganmu. Ayah pikir kamu lelaki baik-baik, bertanggung jawab. Tapi kamu tak jauh berbeda dengan lelaki hidung belang di luaran sana!" umpat Ayah. Terlihat urat-urat di lehernya menonjol. Pertanda beliau menahan amarahnya. Hingga berumah tangga, belum pernah sekalipun aku melihat Ayah semarah ini."Maaf, Yah. Yuda khilaf. Yuda mengaku salah, daripada Yuda berzina, lebih baik Yuda menikahi Rasti, Yah," ucap Mas Yuda tanpa merasa bersalah.Aku tak menyangka Mas Yuda akan
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_9"Maaf, Yah, kalau boleh tau ... syarat apa yang akan Ayah ajukan?" tanyaku, turut menimpali pertanyaan Mas Yuda.Ayah bungkam, memandang ke arahku dan Mas Yuda. Kemudian, tampak beliau menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya dengan cepat."Kita pulang! Biar Ayah jelaskan di rumah."Setelah menyelesaikan administrasi, aku beserta kedua orang tuaku dan juga Mas Yuda kembali ke rumah. Selama di perjalanan tak ada satu pun percakapan di antara kami. Sungguh bosan!Untungnya jarak antara klinik dan rumah tidaklah jauh. Sesampainya di rumah, aku segera masuk lebih dulu. Memilih merebahkan diri dulu di kamar. Tak lama setelah aku rebahan, Mas Yuda masuk ke kamar yang dulu menjadi kamar tidur kami berdua."Ngapain kamu masuk ke kamar?" tegurku ke arah Mas Yuda.Betapa terkejutnya aku melihat Mas Yuda tiba-tiba masuk ke kamar. Meski kami masih sah sepasang suami istri, tetapi aku tidak suka Mas Yuda masuk ke dalam kamar tidurku.Mas Yuda berhenti tepat di
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_10Hari itu aku dan Mas Yuda pulang ke rumah mertua. Bukan ingin bermalam di sana. Aku dan Mas Yuda hanya ingin mengabarkan berita kehamilanku."Bu, Yuda dan Marisa tidak akan berpisah seperti yang Ibu minta. Yuda akan segera punya anak dari Risa, Bu," ucap Mas Yuda menjelaskan kepada ibunya."Apa? Risa hamil?" tanya Ibu, terkejut, tak percaya dengan berita yang Mas Yuda kabarkan.Aku duduk bersisihan dengan Mas Yuda. Tatapan ibunya Mas Yuda tak lepas dari diriku. Tajam, sini, serta penuh makna. Entah apa maknanya, yang jelas tersirat kebencian. Aku tak terlalu menanggapi hal itu. Aku pun sudah terlanjur benci karena sakit hati dan kecewa oleh keluarga Mas Yuda.Mas Yuda mengangguk menanggapi ketidak percayaan ibunya. Aku hanya diam saja tak bersuara. Bukan karena takut, tetapi malas saja berinteraksi dengan mertua jahat yang pura-pura baik."Kamu yakin itu anakmu?" tanya ibu Mas Yuda curiga.Aku kaget atas pertanyaan. Apa maksudnya Ibu bertanya seperti itu
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_11"Kak, jujur sama aku! Sebenernya ada urusan apa Kakak atau Ibu atau mungkin Mas Yuda dengan Rasti? Sampai kalian tega mengorbankan rumah tanggaku?" desakku pada Kak Winda.Tampak jelas kegugupan di wajah Kak Winda. Sempat Kak Winda mengelak, tetapi aku tidak lepas begitu saja. Aku harus tau, sebenarnya ada masalah apa mereka dengan Rasti."Pokoknya aku nggak setuju kalau Yuda batalin nikah sama Rasti. Titik! Apa pun alasannya, mereka harus menikah!" bantah Kak Winda, tetap pada pendiriannya.Bagiku tak masalah jika memang Mas Yuda menuruti keinginan kakaknya. Kesempatan untukku menjebloskan Mas Yuda ke penjara."Terserah kalau itu keinginan Kakak! Aku nggak peduli. Asal jangan sampai kalian menyesal dan mencariku nanti!" tegasku, sambil menunjuk wajah Kak Winda.Kak Winda melepaskan tawa. Intinya tawa merendahkan."Apa nggak salah dengar aku? Nyesel? Cari kamu? Yang ada, tuh, kamu nyesel nggak ngizinin Yuda nikah lagi!" Lagi, Kak Winda merendahkanku. Aku
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_13"I-i-ibu!" kataku tergagap."Kenapa, kaget liat Ibu ada di sini?" ucapnya sambil berjalan mengitari ruangan tamu.Mau apa lagi perempuan bermuka dua itu hadir ke rumah ini? Bukan aku tidak bisa menghormati orang lain. Hanya saja rasa benci dan kesalku masih melekat. Apalagi jika aku ingat tentang perlakuan ibu mertua sebelumnya kepadaku. Dan melihat sekarang kenyataannya. Semua serasa seperti mimpi buruk, jauh berbanding terbalik. Ibu mertua hanya berpura-pura hanya karena Mas Yuda tampak terlalu mencintaiku."Ibu mau tinggal di sini beberapa hari bersama kita," terang Mas Yuda. Sepertinya ia paham jika aku kebingungan dan butuh penjelasan.Mataku terbelalak ketika mengetahui alasannya. Tidak! Aku tidak setuju kalau Ibu tinggal di rumah ininmeski hanya beberapa hari saja. Dapat kupastikan, tidak akan ada ketenangan selama Ibu di sini."Tap-tapi, Mas ...!" Aku tidak lagi melanjutkan kata-kataku, karena Ibu dan Mas Yuda sudah berlalu meninggalkanku."Sial
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_12Mobil Mas Yuda berhenti di sebuah kafe. Letaknya tak jauh dari tempat kerjanya dulu. Dari kejauhan tampak Mas Yuda turun dari mobilnya. Kemudian terlihat Rasti keluar dari dalam kafe menemui Mas Yuda.Mereka berpelukan di tempat umum. Benar-benar keterlaluan, tidak punya malu! Momen seperti itu yang aku tunggu. Mengambil bukti untuk menjebloskan Mas Yuda ke penjara. Dengan mudah, aku mendapat bukti pertama. Ternyata tak sulit seperti yang kupikirkan.Kini Mas Yuda dan Rasti sudah berjalan masuk ke dalam kafe. Saat itu juga aku turun dari taksi dan mengikuti langkah Mas Yuda dengan selingkuhannya.Di dalam kafe, pengunjung tampak ramai. Sampai aku kewalahan mencari keberadaan dua manusia pengkhianat itu. Lalu, pandanganku menangkap sosok wanita genit. Dirinya sedang bergelayut manja di lengan seorang lelaki. Siapa lagi kalau bukan Rasti dan Mas Yuda.Lagi, kesempatan untukku mengumpulkan bukti. Bahwa Mas Yuda ingkar dengan surat perjanjian yang telah dita
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_11"Kak, jujur sama aku! Sebenernya ada urusan apa Kakak atau Ibu atau mungkin Mas Yuda dengan Rasti? Sampai kalian tega mengorbankan rumah tanggaku?" desakku pada Kak Winda.Tampak jelas kegugupan di wajah Kak Winda. Sempat Kak Winda mengelak, tetapi aku tidak lepas begitu saja. Aku harus tau, sebenarnya ada masalah apa mereka dengan Rasti."Pokoknya aku nggak setuju kalau Yuda batalin nikah sama Rasti. Titik! Apa pun alasannya, mereka harus menikah!" bantah Kak Winda, tetap pada pendiriannya.Bagiku tak masalah jika memang Mas Yuda menuruti keinginan kakaknya. Kesempatan untukku menjebloskan Mas Yuda ke penjara."Terserah kalau itu keinginan Kakak! Aku nggak peduli. Asal jangan sampai kalian menyesal dan mencariku nanti!" tegasku, sambil menunjuk wajah Kak Winda.Kak Winda melepaskan tawa. Intinya tawa merendahkan."Apa nggak salah dengar aku? Nyesel? Cari kamu? Yang ada, tuh, kamu nyesel nggak ngizinin Yuda nikah lagi!" Lagi, Kak Winda merendahkanku. Aku
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_10Hari itu aku dan Mas Yuda pulang ke rumah mertua. Bukan ingin bermalam di sana. Aku dan Mas Yuda hanya ingin mengabarkan berita kehamilanku."Bu, Yuda dan Marisa tidak akan berpisah seperti yang Ibu minta. Yuda akan segera punya anak dari Risa, Bu," ucap Mas Yuda menjelaskan kepada ibunya."Apa? Risa hamil?" tanya Ibu, terkejut, tak percaya dengan berita yang Mas Yuda kabarkan.Aku duduk bersisihan dengan Mas Yuda. Tatapan ibunya Mas Yuda tak lepas dari diriku. Tajam, sini, serta penuh makna. Entah apa maknanya, yang jelas tersirat kebencian. Aku tak terlalu menanggapi hal itu. Aku pun sudah terlanjur benci karena sakit hati dan kecewa oleh keluarga Mas Yuda.Mas Yuda mengangguk menanggapi ketidak percayaan ibunya. Aku hanya diam saja tak bersuara. Bukan karena takut, tetapi malas saja berinteraksi dengan mertua jahat yang pura-pura baik."Kamu yakin itu anakmu?" tanya ibu Mas Yuda curiga.Aku kaget atas pertanyaan. Apa maksudnya Ibu bertanya seperti itu
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_9"Maaf, Yah, kalau boleh tau ... syarat apa yang akan Ayah ajukan?" tanyaku, turut menimpali pertanyaan Mas Yuda.Ayah bungkam, memandang ke arahku dan Mas Yuda. Kemudian, tampak beliau menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya dengan cepat."Kita pulang! Biar Ayah jelaskan di rumah."Setelah menyelesaikan administrasi, aku beserta kedua orang tuaku dan juga Mas Yuda kembali ke rumah. Selama di perjalanan tak ada satu pun percakapan di antara kami. Sungguh bosan!Untungnya jarak antara klinik dan rumah tidaklah jauh. Sesampainya di rumah, aku segera masuk lebih dulu. Memilih merebahkan diri dulu di kamar. Tak lama setelah aku rebahan, Mas Yuda masuk ke kamar yang dulu menjadi kamar tidur kami berdua."Ngapain kamu masuk ke kamar?" tegurku ke arah Mas Yuda.Betapa terkejutnya aku melihat Mas Yuda tiba-tiba masuk ke kamar. Meski kami masih sah sepasang suami istri, tetapi aku tidak suka Mas Yuda masuk ke dalam kamar tidurku.Mas Yuda berhenti tepat di
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_8"Mimpi apa, Bu?" tanyaku, penasaran dengan apa yang Ibu katakan."Ah, sudahlah, kamu nggak perlu tau. Yang jelas apa yang Ibu rasa beberapa hari terakhir ini benar. Rumah tanggamu sedang tidak baik-baik saja."Aku dan Mas Yuda terdiam. Kami menunduk, memainkan jemari masing-masing. Sedangkan pikiran, entah apa yang sedang aku pribadi pikirkan. Aku sendiri bingung harus bagaimana menghadapi Ayah dan Ibu yang terlanjur tahu akan biduk rumah tanggaku dengan Mas Yuda."Yuda, Ayah sangat kecewa denganmu. Ayah pikir kamu lelaki baik-baik, bertanggung jawab. Tapi kamu tak jauh berbeda dengan lelaki hidung belang di luaran sana!" umpat Ayah. Terlihat urat-urat di lehernya menonjol. Pertanda beliau menahan amarahnya. Hingga berumah tangga, belum pernah sekalipun aku melihat Ayah semarah ini."Maaf, Yah. Yuda khilaf. Yuda mengaku salah, daripada Yuda berzina, lebih baik Yuda menikahi Rasti, Yah," ucap Mas Yuda tanpa merasa bersalah.Aku tak menyangka Mas Yuda akan
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_7"Marisa, siapa yang datang?" Ibu mengulang pertanyaan yang sama, karena merasa belum mendapatkan jawaban dariku.Aku terlonjak ketika mendapati Ibu sudah berdiri di belakangku. Ibu melongok ke luar rumah, mencari tamu yang datang barusan. Degup jantungku sangat kencang. Lebih kencang daripada habis berlari jauh."I-itu, Bu. Tadi orang tanya alamat. Bukan siapa-siapa, kok!" jawabku asal dan gugup, sambil cepat-cepat menutup pintu. Semoga saja Ibu tidak curiga karena kegugupanku.Ibu melihatku, keningnya tampak berkerut. Aku semakin tak kuasa membalas tatapannya."Oh, orang tanya alamat? Terus udah ketemu alamatnya?" tanya Ibu memastikan.Aku menggeleng, serta mengatakan bahwa aku pun tak paham karena petunjuknya kurang jelas. Rasa bersalahku semakin menjadi. Banyak sudah kebohongan yang aku lakukan terhadap kedua orang tuaku. Maaf, kan, Risa, Bu ... Ayah!Ketika Ibu sudah kembali ke kamarnya, aku pun memilih beristirahat di kamarku. Membuka ponsel yang seb
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_6Pagi itu aku masak banyak menu makanan. Semua kusajikan hanya untuk menyambut kedatangan kedua orang tuaku. Masalah Mas Yuda, terpaksa aku akan bersandiwara pada Ayah dan Ibu nanti. Semoga mereka semua percaya dengan alasan yang kuucapkan.Dering ponsel mengganggu aktivitas memasakku. Tak langsung kuangkat, karena masih berkutat dengan beraneka macam sayuran. Saat aku hendak menerima telepon, tiba-tiba deringnya terhenti. Maka kuputuskan untuk melanjutkan memasakku.Beberapa menit setelahnya, ponsel kembali berdering. Tak ingin mengecewakan penelepon. Segera kugeser layar ponsel yang lebih dulu kuletakkan di sampingku. Bermaksud agar lebih mudah untuk menjangkau. Tanpa aku melihat lebih dulu nama si penelepon."Halo," sapaku ramah. Setelah mendengar sapaan dari seberang, tak asing bagiku suara tersebut. Ternyata Ibu yang menelepon tadi. Jadi tak enak, karena teleponnya tadi sempat kuabaikan."Risa, satu jam lagi Ibu dan Ayah sampai di rumahmu, Nak. Kamu t
GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_5"Silakan masuk, Pak!" perintahku pada seorang lelaki. Sedari aku tiba, orang yang kumaksud sudah menunggu di balik pintu rumah Rasti.Mas Yuda terkejut dengan kehadiran sosok lelaki yang sudah menjadi atasannya semenjak ia bekerja. Tak percaya dengan apa yang aku hadiahkan."Marisa, apa-apa kamu?" tanya Mas Yuda setengah berbisik. Ia mendekat ke arahku. Lalu, menarik tanganku, entah mau dibawa ke mana."Hentikan, Yuda!" seru Pak Nuno sebagai atasan Mas Yuda.Dengan terpaksa, Mas Yuda menghentikan langkahnya. Cengkeraman di pergelangan tanganku juga mengendor. Dengan perlahan, Mas Yuda berbalik badan menghadap Pak Nuno."Saya tidak menyangka kamu akan berbuat licik seperti ini dengan istrimu! Sangat saya sayangkan!" sesal Pak Nuno penuh emosi."Maaf, Pak. Tetapi saya akan berusaha adil dengan kedua istri saya, Pak," kilah Mas Yuda membela diri."Apa? Kedua istri? Nggak salah dengar aku, Mas?" tanyaku, terkejut.Enak saja, sudah bermain apa dan merusak keh