Alf meraih ponsel dan mengetikkan pesan wa ke kontak Karlinda. Alf sudah terlihat necis dengan kemeja kotak-kotak merah berpadu hitam, berukuran big size-punyanya Willy, dan dalaman kaos putih yang disisip dalam celana jeans hitamnya. Tak lupa sepatu Sneakers, hasil mengutang di tante Ismi. Rambut comma style-nya juga sudah tampak rapi. Tak ketinggalan, kacamata dengan lensa bundar, biar gak ambyar-kalau gak dipakai.
Alf : Udah di KeEfCe, mbak?
Alf kembali mengamati dirinya di cermin. Sesekali dia terlihat merapikan alis tebalnya, juga ujung poninya. Emak yang baru selesai mandi sore, dan nyelonong ke kamar, mengamati tingkah anaknya dengan penuh curiga.
"Mau ke mana kamu udah dandan... macam anak milenial," Emak membuang pandangan dari ujung rambut hingga ujung sepatu Alf.
Alf membalikkan tubuhnya dengan gaya boyband kalau dance putar badan. Tsah!
"Mau ketemu... S
Terima kasih selalu aku ucapkan buat semua yang masih mengikuti cerita ini, hingga saat ini. Jangan lupa untuk selalu memberikan komentar terbaik kalian, demi perkembangan tulisanku yang “masih polos” ini. Terima kasih! 🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹 Alf pulang ke kosan dalam keadaan hati yang berkecamuk. Maksud hati ingin membuat Inn terpesona dengan gaya barunya, yang ada malah dicuekin sama Inn. Ditambah lagi, gandengan Inn membuat Alf insecure. Pengennya sembunyi di kolong mobil aja! Emak dan Willy yang sedang ngobrol, menatap Alf dengan beribu tanya. Keduanya berpandangan dengan alis saling terangkat. Wajah Alf benar-benar tidak membawa damai sejahtera. Kusut, macam pakaian yang belum diseterika, dan gak dikasi pewangi. Eh?! Alf melepas kemeja kotak-kotak milik Willy, dan langsung menyerahkan pada si empunya, yang hanya menerima dengan wajah melongo. Setelah itu, Alf menyeret langkahnya masuk ke dalam kamar, dan langsung me
"Alf... Besok kan emak udah balik ke kampung. Jadi, pesen emak, kamu jaga diri bae-bae di sini. Jaga makan minum kamu. Jangan kebanyakan ngutang," Emak sedang duduk menikmati malam bersama Alf, di teras kosan. Alf merengut. Kusut hatinya. Emak menepuk paha Alf. "Jangan pasang tampang gitu, dong... Emak jadi gak tenang mau pulang." Alf merajuk, memeluk tiang penyangga atap. "Gak bisa emak lebih lama di sini, apa? Udah datengnya cuma setahun sekali, nginepnya gak nyampe dua minggu!" Bibir Alf sudah panjang lima senti. "Yah... Abis gimana... Si Nola gak mungkin bolak-balik terus ngurusin bapak. Karena mertuanya lagi masuk rumah sakit. Dia harus jagain mertuanya, belum lagi ngurusin anak-anaknya," tutur emak dengan desahan panjang. "Emangnya kemana adiknya si Decky?" dengus Alf masih dengan tampang macam bocah yang lagi ngambek. "Kamu gak tau kalau adiknya udah dapet kerjaan di Bali?" Emak balik bertanya. "Udah dari bulan lalu adiknya di Bali. Mak
"Jadi? Kalian gak lagi ngapa-ngapain, kan?" Emak menyipitkan mata, menatap tajam Alf dan Willy bergantian. "Ya, ampun, mak..." Alf mendesah dengan suara berat. "Udah dijelasin berkali-kali juga masih mikir negatif aja!" Emak mencebik. "Habisnya... Emak gak mau ya, kamu belok sama Willy...!" tegas emak tak peduli dengan bibir dan mata Willy yang sudah melebar. "Seriusan? Emak pernah kepikiran kalau aku sama Alf pacaran?" sela Willy dengan mimik muka 'apakah saya kelihatan seperti seorang pecinta jantan di mata emak?' "Eh... Orang tua kalau khawatir kan wajar. Siapa suruh juga si Alf waktu itu ngomong, tidur sama kamu! Ya emak neting (read : negative thinking) dong! Secara kan yang ngomong makhluk jomblo abadi!" "Mak... Alf udah punya gebetan..." "Baru gebetan, kan?! Homo-homo di luar sana juga ada yang menikah sama perempuan! Jadi, gak salah dunkz, emak curigesyen (read : curiga)! Huh!" Emak
Alf duduk di ruang tunggu bersama emak. Tak ada kata yang diucapkan. Alf dan emak tenggelam dalam lamunan mereka masing-masing. Sesekali mereka tampak menarik napas bersamaan. Mungkin karena ikatan batin emak dana anak, jadinya bisa samaan. Riuh para penumpang lain di ruang tunggu, tetap membuat kedua manusia beda generasi itu bergeming. Hanya suara operator yang membisingkan telinga, melalui mikrofon berpasirnya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Sebentar lagi, bis yang akan ditumpangi emak tiba. Jemari Alf terlihat memilin ujung tali hoodie-nya. Bibirnya juga tampak mengerut, dilengkapi mata Alf yang mulai berkaca-kaca. Untungnya tidak terlalu kelihatan, karena kacamata yang dia gunakan. Terdengar helaan napas panjang dari wanita paruh baya di sebelahnya, yaitu emak. Alf hanya melirik dengan ujung matanya. "Ingat pesan emak..." Emak membuka suara. "Jaga makan-minum kamu... Jangan suka begadang, kerja yang bener..." "Iya,
Sore itu, Alf dan Willy sudah selesai bersiap-siap. Rambut Alf tidak ditata ala Cha Eun Woo lagi, tapi sudah menjadi dirinya apa adanya. Alf juga mengenakan kaos polo dengan celana chino kesukaannya. Tak lupa sendal kulit KW hasil diskonan di mall, beli satu gratis satu. Yang satunya diberikan ke Willy. Biar couple, gitu. Jiaahh?! "Nah... Gini, dong! Jadi diri sendiri lebih baik! Daripada niruin orang lain!" Willy mengangkat dua jempolnya pada Alf. Alf hanya tersenyum simpul. Alf meraih ponsel di atas nakas, melihat kemungkinan si Inn menge-chat dirinya. Tapi, nihil. Yang ada malah pesan dari Karlinda. Hm? Alf menimbang-nimbang, apakah dia harus membuka pesan itu. Mengingat pembicaraannya dengan Ellen, masih menggema di telinga, dan terpatri di benaknya. Tsah! Willy mendongakkan kepala, menatap layar ponsel Alf. "Karlinda?" gumam Willy. "Pegawai bank itu?" Alf hanya menjawab dengan hembusan napas panjang.&nb
Sebuah es krim berbentuk love, berwarna merah muda dengan hiasan stroberi di atasnya, tersaji di atas meja Alf dan Inn. Tidak lupa dua cup es krim yang berlogo hati di tengahnya, ikut melengkapi meja itu. Mata Inn sudah berbinar-binar, ingin segera menyantap es krim yang menggiurkan itu. "Gak takut gemuk?" celoteh Alf, malah membuat Inn menatapnya tajam. "Aku itu tipe yang gak bakalan gemuk, meskipun makannya selangit!" ketus Inn. "Ehehehe... Yah, takutnya kamu bakalan kayak Willy nanti... Aduh, gak bisa dibayangin, dah!" ledek Alf. "Gak bakalan!" jawab Inn sambil meraih sendok dan mencolek sebagian es krim dalam cup. "Uwoowww! Enak banget!" Wajah Inn berseri-seri, bahagia karena bisa menikmati es krim enak dengan harga di bawah, gara-gara promo couple. "Cobain, deh, Alf!" Inn menyendok secuil es krim dan menyodorkan sendoknya ke bibir Alf. Alf agak ragu, sebab yang digunakan adalah sendok bekas Inn. Ciuman gak langsu
Pagi itu semua karyawan Lab. Sisilia tampak mengikuti briefing. Terlihat juga seorang sekuriti baru berdiri di sebelah Ibu Nover. "Langsung saja. Briefing singkat ini saya adain untuk dua hal," ujar Ibu Nover memulai briefing. "Pertama... Bulan ini, target kita tercapai! Saya benar-benar berterima-kasih dengan kerja keras kalian semua. Semoga, di bulan berikutnya, kita semakin lebih baik!" Semua karyawan menganggukkan kepala dengan senyum terukir di wajah mereka. Usaha mereka tak sia-sia rupanya. "Nah! Yang kedua, seperti yang kalian lihat di sebelah saya, namanya Pak Boy," Tangan Ibu Nover terangkat, menunjuk orang yang dimaksud. Seorang pria berusia 30 tahun, tinggi tegap, kulit eksotik mirip kulitnya Ellen-kecokelatan, wajah mulus dengan rahang tegas, rambut yang dipotong mirip tentara, dan tatapan mata yang bagai elang. Tsah! "Pak Boy adalah sekuriti baru kita, mulai hari ini. Karena Pak Ap
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, hingga malam minggu sudah menyambut Alf. Alf sudah tampil casual dengan celana selutut dan baju kaos serta jaket kw-nya. Willy juga sudah tampil dengan hoodie dan celana selutut. Tak perlu menunggu lama, keduanya bergegas ke tempat yang dijanjikan sebagai tempat pertemuan mereka dan Karlinda. "Inget, ya... Pokoknya, lo bagian ngobrol sama Karlinda! Biar gue main sama Shafa!" Alf mengingatkan Willy. "Siap, bro! Aman aja!" jawab Willy. Setibanya di tujuan, Alf dan Willy dibuat terpesona oleh penampilan Karlinda, yang terlihat seperti emak-emak gaul. Karlinda dan Shafa mengenakan pakaian dengan motif yang sama. Sepertinya pakaian couple ibu dan anak. "Alf... Kalau gue dideketin sama yang begini... Gue gak nolak," gumam Willy. Alf hanya terdiam, tapi tetap melangkah mendekati Karlinda dan Shafa. "Halo, Alf!" sapa Karlinda dengan wajah ceria. "Om Alf!" Shafa juga ikut
Terima kasih untuk semua yang sudah menyempatkan diri membaca novel ini. Saya tahu, bahwa novel ini masih jauh dari kesempurnaan, entah dalam penulisan maupun alurnya. Karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, dari para pembaca. Buat semua yang sudah membaca novel ini, baik yang hanya dibaca, yang sampai masukkin ke rak buku, bahkan yang mengeluarkan duitnya buat buka bab berbayar, ataupun pakai koin gratisan... KALIAN LUAR BIASA! I LOVE YOU, ALL! Tanpa dukungan kalian, novel ini tak berarti apa-apa.Akhir kata, tetap semangat membaca! Tetap semangat menulis! Semoga, kita bisa ketemu lagi di cerita-cerita berikutnya! PS : Yang mau kenalan, yuk kunjungi i*******m @kuandwicka. Ada banyak komik strip atau animasi juga. Thank you! ^^
Memang benar bahwa cinta datang tiba-tiba. Memang benar, bahwa cinta terkadang menunjukkan kepada kita, orang yang tidak pernah kita duga. Memang benar, bahwa cinta penuh misteri. Hanya Sang Pemilik cinta sejati, yang paling tahu apa yang terbaik buat makhluk ciptaan-Nya. Saat kita mendambakan seseorang, yang tidak pernah menginginkan kita. Ada satu hati yang berharap kehadirannya diketahui oleh hati kita. Dan, itulah yang terjadi pada seorang pria gempal, sahabat sejatinya Jacob Alfred, Willy. Willy sedang merapikan peralatan gelas, karena hari ini adalah jadwal piketnya. Alf sudah pamit lebih dahulu, karena katanya mau keluar bareng Inn. Akhir-akhir ini, semenjak punya gandengan, Alf memang jarang pulang bareng Willy. Alhasil, Willy diantar oleh Ellen. Sebenarnya, Willy sudah menolak penawaran Ellen, karena Willy ingin menjadi lelaki mandiri, dengan pulang pakai grab. Tapi, entah kenapa, Ellen terus memaksa, seperti hari ini. Ellen terlihat menunggu dengan sabar, di lorong laborat
Alf menemui Karlinda untuk terakhir kalinya, karena wanita itu memberi kabar bahwa dirinya akan dipindahkan ke daerah lain. Alf pun meminta izin pada Inn, agar bisa menemui Shafa, karena tujuan Alf salah satunya ingin bertemu Shafa. "Boleh... Gak usah minta izin ke aku, kali..." ujar Inn. "Yah... Takutnya, gak ngomong trus kamu tahu sendiri, malah mikir yang gak-gak," jawab Alf. "Aku percaya, kok sama kamu... Nunggu dari SMA aja bisa, masa aku harus curiga sama yang beginian," sahut Inn membuat hidung Alf kembang kempis, saking bangganya pada diri sendiri. Karena sudah mendapat kepercayaan dari sang pujaan hati, Alf pun bergegas ke tempat pertemuannya dengan Inn, tempat mereka bertemu pertama kali di luar urusan kantor, KeEfCe. Shafa terlihat sedang bermain di area permainan dengan wajah bahagia, khas anak-anak. Alf segera menuju ke meja Karlinda. Wanita itu tampak sedang memotret wajah bahagia putri tunggalnya. "Sore mbak!" sapa Alf sambil duduk di hadapan Karlinda. "Hai, Alf!"
Reuni sekolah yang diadakan bersama pentas seni, rupanya tak mau dilewatkan oleh Moiz dan Ui yang berada di kota lain. Mereka meminta cuti 'semester' kedua lebih awal dari biasanya. Namun, tidak bagi Yen yang bekerja pada instansi pemerintahan. Dia hanya bisa gigit jari kali ini karena tak ada kunjungan apapun ke kota Kupang. Ui : Sorry, Yen... Kali ini lo jaga kota Atambua aja, ya. Hahahah... Yen : Ish! Kenapa juga diadainnya hari kamis, gak hari sabtu aja, kek! Alf : Kan sekalian HUT sekolah, Neng! Yen : BETE! Pokoknya jangan ngirimin foto di grup ini! Bakal gue bakar grupnya! Inn : Cup cup cup... Sabar, say... Sabtu turun Kupang, ya... Biar kita jelong-jelong bareng lagi... Mumpung dua sejoli ini ada di sini. Moiz : Ehm... Sorry, tapi Sabtu ini gue udah ada janji... Yen : Janji sama siapa? Moiz : Mau tau aja, atau mau tau banget? Ui : Dia mau ketemu GEBETANNYA! Alf, Yen, Inn : WHAT?! WHO?! Ui : Itu mah gue gak tau. Dia gak ngasitau gue! Moiz : Maaf... Moiz telah meningga
Alf dan Inn sedang jalan-jalan di malam minggu-yang akhirnya dihabiskan Alf dengan PACAR. Keduanya tampak bercanda-tawa di alun-alun kota, sambil menatap berbagai aktivitas di tempat itu. Ada band jalanan, tari-tarian dari para pekerja seni, maupun beragam permainan untuk anak-anak. Meskipun hanya menghabiskan malam minggu 'receh', namun kedua sejoli itu tampak bahagia. Hingga dering ponsel Alf tiba-tiba, terasa mengganggu pendengaran Alf. "Ck! Siapa, sih? Gangguin malam minggu gue aja!" Alf berdecak malas sambil merogoh ponsel dalam saku celananya. Mata Alf membelalak sempurna, saat mendapati nama my mom di layar ponselnya. "Aduh! Emak nelpon? Ada apa, ya?" gumam Alf sambil menggeser tombol hijau di layar. Inn hanya menatapnya dalam diam. "Ya, halo mak!" sapa Alf. "ALF! HALO, ALF!" Suara emak terdengar menggelegar bak membelah telinga Alf. "Aduh, mak... Alf bisa budek kalau emak teriak begitu..." ujar Alf. "Ngomong pelan aja napa, sih?" "Halo, Alf?!" Emak masih terus memanggil n
Honda Grand Astrea melaju dengan pasti memasuki kompleks perumahan Dreamland, dan berhenti di depan sebuah rumah berwarna peach. Alf segera turun dari motor, sambil merapikan rambut dan kemejanya. Merasa bahwa penampilannya masih tampan melebihi Cha Eun Woo, Alf segera melangkahkan kakinya memasuki pekarangan rumah wanita yang sudah menjadi kekasihnya sejak dua bulan lalu. Inn. Alf menarik napas panjang, sebelum memberanikan diri mengetuk pintu rumah itu. Namun, belum sempat Alf melancarkan aksinya, sebuah suara dengan nada melengking, mengejutkannya. "Loooohhhh? Kak Alf!" Princess yang semakin montok, karena katanya Nugo suka sama wanita berisi-sudah berdiri di belakang Alf. "Mau ngejemput kak Inn, ya?" Alf hanya membalasnya dengan nyengir kuda. Meskipun hubungannya dan Princess semakin membaik, karena Inn sudah menceritakan pada Princess bahwa Alf adalah teman masa SMA-nya, yang dulu disukai Princess. Di samping itu, Princess yang sedang berbunga-bunga asmara, karena mendapat paca
Inn berdiri menatap Alf yang masih duduk di bangku, dengan wajah memohon. Memohon agar Inn tidak meninggalkannya. Wanita itu pun kembali duduk di samping Alf, sambil melepaskan tangannya dari genggaman Alf. "Jadi?" tanya Inn dengan pandangan lurus ke depan. Tak beralih pada Alf. Tangannya terlipat di atas perut. Alf menyiapkan pita suaranya, biar tidak tiba-tiba rusak. Beberapa kali terdengar dehamannya, membuat Inn mencebik. "Sebelumnya... Aku mau nanya sesuatu ke kamu dulu," ujar Alf. "Apa?" "Waktu itu... Saat kamu lagi makan bareng Nugo dan Princess, aku ngomong sesuatu... Tapi, kamu belum ngasih jawaban ke aku," jawab Alf. Wajahnya mulai terlihat serius. "Oooohhhh, yang waktu itu?" Inn memanjangkan nada suaranya. "Bener banget! Aku juga mau minta penjelasan kamu soal itu!" Kali ini Inn sudah berbalik cepat-menatap tajam Alf, tepat di matanya. Telunjuknya mengarah ke dada pria itu. Matanya perlahan menyipit, membuat Alf malah terheran-heran. "Apa maksud kamu gak suka aku jal
Alf masih berdiri terpaku, begitu juga Inn. Hingga ibu Nover menyadarkan Inn, bahwa mereka harus segera turun dari panggung. Inn dengan kikuknya berjalan menuruni tangga, tapi pandangan Alf terus melekat padanya. Seolah tidak mau melepaskan wanita itu dan menghilang di keramaian. Willy yang masih duduk, menatap Karlinda dengan senyum simpul menghiasi wajah cantiknya. Willy sudah merasakan sakit hati akibat wanita pujaannya bersama lelaki lain. Dia mengerti jika saat ini Karlinda mungkin saja merasakan hal yang sama dengannya. Dia hanya bisa membalas wanita itu dengan senyum penuh makna. Alf masih bergeming, seolah tubuhnya tak ingin duduk. Tak mau melewatkan tatapan Inn yang begitu hangat padanya. Ya, wanita itu sedang melangkahkan kakinya menuju Alf, dengan adegan slow motion dalam pandangan Alf. Senyum terukir di bibir Inn, membuat Alf kepanasan dengan detak jantung tak beraturan. Padahal sedang berada di luar ruangan dengan angin sepoi-sepoi, tapi Alf mala
Acara pesta berlangsung dengan meriah dan penuh sukacita. Setelah beberapa sambutan, termasuk sambutan dari Ibu Nover, kini tibalah acara ramah-tamah. Semua tamu yang diperkirakan sekitar 500 orang, dipersilahkan menikmati santapan yang telah disediakan di beberapa bagian taman. Makanan Indonesia maupun luar, tersaji di atas beberapa buah meja panjang, yang dijaga oleh para pramusaji. Alf, Karlinda, Jessy dan Boy pun segera melangkahkan kaki menuju meja yang ingin mereka cicipi makanannya. Dan tidak disangka, mereka berpapasan dengan Ellen, Willy, serta Merlin yang datang sendirian. Alf bisa menangkap raut wajah tak percaya dari Willy, saat mendapati wanita pujaannya datang bersama si sekuriti yang baru sebulan bekerja di Lab. Sisilia. Tapi, berbeda dengan Willy, Merlin malah memperlihatkan tatapan 'apa gue bilang!' Tatapan Willy juga serupa tatapan Ellen, saat melihat gandengan Alf adalah temannya, Karlinda. Ellen hanya mengangkat telunjuknya sambil mengarah