Halo, ketemu lagi! Part ini masih tentang flashback Alf. Plis, jangan bosan-bosan dulu, ya?!
Happy reading!
🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹
Alf melirik sekilas teman sekelompoknya, yang sedang sibuk menuliskan ide cerita untuk judul yang diberikan.
"Punya gue," celetuk Ogen sambil menyerahkan secarik kertas ke Inn. Yang lainnya pun menyusul, diikuti Alf yang paling terakhir.
"Oke! Sebelumnya, gue bakal baca ide yang udah diserahin ke gue. Lalu, Nebe tolong catet, ya. Abis kita vote, deh?!" ujar Inn.
Nebe menganggukan kepala dengan penuh semangat. Jarinya pun sudah bersiap untuk mencatat.
"Dari Ogen... Tentang dua orang siswa yang bermusuhan karena mengejar ranking satu, lalu bersahabat, "lanjut Inn membacakan ide-ide cerita dari teman-temannya.
Alf hanya tertawa dalam hati mendengar apa yang diucapkan Inn. Bagi Alf, semua ide yang diberikan basi! Heh?!
"Oke,
Pukul 17.00 dan Alf sudah tiba di depan rumah Inn yang lumayan besar. Ini adalah waktu yang dijanjikan untuk kerja kelompok. Alf masih celingak-celinguk di depan pintu rumah Inn, belum berani untuk menyapa atau memanggil nama Inn. Dia masih terheran-heran, mengernyitkan kening karena rumah itu tampak sepi. "Kayak gak ada tanda-tanda yang lain udah dateng... Apa gue doang yang ada? Atau gue salah waktu? Perasaan enggak, deh!" gumam Alf sambil berpikir. Tiba-tiba, dari dalam rumah terdengar suara seorang anak perempuan yang sedang bernyanyi, menuju ke teras tempat Alf berdiri. Alf mendapati sosok seorang anak perempuan cantik, sekitar 6 tahunan, dengan pipi tembem, dan mata bulat. Rambutnya yang panjang dikepang dua. Anak perempuan itu menghentikan larinya saat ia melihat Alf yang berdiri termangu. "Kakak siapa, ya?" tanya anak perempuan itu tanpa rasa takut sedikitpun melihat orang asing. Alf cengengesan. "Halo, anak cantik... Kakak temennya kak
Hai, gaes! Episode kali ini adalah flashback terakhir Alf, ya! Semoga episode-episode tentang flashback-nya Alf, bisa menghibur kalian juga! Happy reading! 🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹 Sebelum Inn dan Yen masuk kelas, Alf berlari meraih sapu ijuk yang bersandar di tembok dekat papan tulis. Ui dan Moiz menatapnya dengan heran. "Mau ngapain lo sama sapu ijuknya?" tanya Ui. "Mau ngulang kenangan masa lalu, ya?" ledek Moiz. "Gak! Ini bakal jadi bahan gombalan hari ini!" ujar Alf optimis. "Hah?! Sapu ijuk?!" Moiz dan Ui bertanya bersamaan. Alf menyeringai. "Liat aja, ntar!" Tak berapa lama, sosok yang dinantikan tiba. Inn dan Yen berjalan masuk ke kelas sambil bercanda tawa, memikul keranjang sampah. Keduanya terperangah sesaat, saat mendapati Alf yang sudah berdiri di depan kelas, dengan sapu ijuk di tangan kanannya. "Ngapain, lo?" tanya Inn sambil me
"Jadi! Begitulah ceritanya!" ujar Alf sambil menepuk kedua tangan. Dia menatap semua pasang mata yang juga balik menatapnya dengan serius. "Dan sekarang... Lo minder karna lo belum jadi pria mapan, seperti janji lo di masa SMA?" balas Diego dengan sebelah alis terangkat. Alf mengedikkan bahu. "Lo tau kan, si Inn itu dari keluarga berada, dan juga pinter. Saat hidup gue gini-gini aja, makan juga masih ngutang sana-sini, Inn malah kemana-mana sama barang bermerek!" "Ya elah, Alf! Artis-artis juga banyak pake barang bermerek, tapi hasil ngutang! Jangan terlalu meninggikan seseorang, sampe memandang rendah diri lo sendiri!" Jessy menimpali. "Tuh, denger! Si Jessy yang anak orang kaya, ngomong!" celetuk Merlin sambil meraih sebotol air mineral dan meneguknya.Maklum, emak sudah menahan dahaga saat serius mendengarkan kisah si Alf. "Gue gak kaya, mak... Yang kaya bokap nyokap gue! Gue mah juga sama kayak kalian. Karyawan biasa yang gajiny
Minggu pagi yang cerah secerah hati Alf karena hari ini hukuman membersihkan kantor, bukan hanya dikerjakan oleh dia dan Willy saja. Tapi, dibantu ketiga rekan kerjanya yang super! Diego, Ellen dan Jessy. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh. Masing-masing orang sibuk dengan aktivitas membersihkan area mereka. Semua ruangan dibersihkan, kecuali ruangan Ibu Nover yang memang kuncinya dipegang sendiri oleh wanita itu. Bukan apa-apa, hanya saja Ibu Nover takut ada yang masuk dan mengutak-atik ruang kerjanya, apalagi banyak dokumen penting di dalamnya. Memang, sih, tidak ada uang di dalam ruangan itu, karena segala macam bentuk pembayaran langsung melalui bank. Tapi, Ibu Nover adalah tipikal orang yang tidak suka barang-barangnya sembarangan dijamah orang. Hmph! "Untunglah, ruangan Ibu Nover gak perlu dibersihin, bisa berabe kalo kita bersihinnya kagak maksimal. Komentarnya udah kayak ibu tiri jahat!" celetuk Willy saat mengepel lantai koridor dep
Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa saat emak Alf datang pun tiba. Alf sudah duduk manis menanti emak di stasiun bis, karena memang kampung Alf dan Kota Kupang bisa ditempuh kurang lebih 4-5 jam saja dengan bis. Alf memasang tampang bahagia selama menunggu kedatangan emak. Untunglah dia diberikan izin oleh Ibu Nover, karena belum ada pekerjaan penting yang harus Alf selesaikan. Bukan hanya Ibu Nover saja, Ibu Budi juga sudah diberikan informasi bahwa emaknya bakal menginap sekitar seminggu, di kosan. Alf menggoyangkan kaki dengan senyum merekah di bibir. Tak berapa lama, bis yang ditumpangi emak pun tiba. Alf beranjak dari duduknya dan melesat di depan bis yang sudah diberitahu emak-namanya, Bis Sinar Gemilang. Alf yang berdiri di dekat bis, akhirnya mendapati sosok emak yang selalu dengan gaya ala emak-emak gaul. Emak mengenakan celana panjang berbahan, dengan blus katun berwarna hitam-berlengan 3/4. Tidak lupa topi bundar menutupi rambut lurus
Alf sudah tiba di laboratorium dengan dua buah totebag berisi oleh-oleh. Jessy yang sedang menerima telepon dari salah satu customer pun mengalihkan pandangannya pada Alf. Alf memamerkan totebag berlogo rumah dengan tulisan 'Oleh-oleh Khas Soe', pada Jessy. "Baik, Pak. Bapak bisa langsung antarkan sampelnya ke laboratorium kami, pada jam kerja," ujar Jessy sambil mengapit gagang telepon, dan memberi isyarat pada Alf untuk menunggunya selesai menelepon. "Iya, benar sekali, Pak! Baik, Pak! Terima kasih," lanjut Jessy ramah. Sesaat kemudian, dia sudah meletakkan gagang telepon. "Apaan, tuh?" tanya Jessy seraya keluar dari 'istananya', dan berdiri di samping Alf. Jessy langsung menyergap totebag yang berlabel 'Bos Alf'. "Woi! Itu punyanya mami!" pekik Alf. Jessy yang terkejut langsung mengembalikan totebag yang dimaksud dengan gaya hati-hati. "Berarti ini punya kita?" tanyanya sambil melihat tu
Alf dan emak sedang nongkrong di teras kosan mereka, saat Willy lagi menjemur pakaian, di malam hari tepatnya. Lah?!"Itu temen kamu yang namanya Willy?" tanya emak sambil menyikut lengan Alf."Iya, mak. Tadi pas pulang, dia mau kenalan sama emak. Tapi, emak lagi mandi," jawab Alf dengan mimik serius menatap layar ponsel."Aneh banget, malam-malam baru nyuci pakaian," cibir emak."Yah... Kan paginya kita kerja, mak..." balas Alf acuh tak acuh."Pokoknya, kamu jangan aneh-aneh sama dia! Awas loh!" ancam emak dengan volume suara setengah berbisik, tapi tatapan emak mematikan. Tsah!Alf mencibir. Tidak memberi jawaban apa-apa. Hanya sibuk dengan ponselnya.Emak mendesah panjang. "Yah... Tau gini... Mending emak di kampung aja... Masa udah dateng jauh-jauh, dikacangin... Malah sibuk sama ponselnya aja. Nasib... Nasib... Emak tiba-tiba rindu bapak... Pengen pulang aja," rajuk emak panjang lebar, membuat telinga Alf jadi p
Alf uring-uringan di ruang laboratorium gara-gara selama di kosan, emak terus heboh perihal mau ketemu sama Inn. Ditambah lagi, Willy malah menghasut emak, biar dirinya juga bisa ikut serta nanti. "Sebagai perwakilan orang terdekat Alf," kata Willy. Dan hasutan Willy itu tentu saja dengan sukacita diterima oleh emak, membuat Alf hanya bisa geleng-geleng kepala. Padahal sebelumnya, emak tidak suka Alf dekat-dekat sama Willy. Sekarang, malah emak yang bagai amplop dan perangko sama Willy, kalau di kosan.Emak yang merasa jiwanya klop dengan jiwa Willy, ingin Willy juga ikut. Seolah-olah Willy adalah anak yang hilang, dan baru saja ditemukan. Dan alasan emak ingin Willy ikut, biar emak ada yang temani. Lah?! Emang si Alf apaan?Kasihan, Alf kagak dianggap. Hmph!Sepanjang hari, Alf hanya mendesah panjang dan sesekali terlihat menggaruk kepalanya dengan wajah frustasi. Untung saja, pekerjaannya hari ini tidak terlalu membutuhkan konsentrasi dan ketelitian. Kalau ti
Terima kasih untuk semua yang sudah menyempatkan diri membaca novel ini. Saya tahu, bahwa novel ini masih jauh dari kesempurnaan, entah dalam penulisan maupun alurnya. Karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, dari para pembaca. Buat semua yang sudah membaca novel ini, baik yang hanya dibaca, yang sampai masukkin ke rak buku, bahkan yang mengeluarkan duitnya buat buka bab berbayar, ataupun pakai koin gratisan... KALIAN LUAR BIASA! I LOVE YOU, ALL! Tanpa dukungan kalian, novel ini tak berarti apa-apa.Akhir kata, tetap semangat membaca! Tetap semangat menulis! Semoga, kita bisa ketemu lagi di cerita-cerita berikutnya! PS : Yang mau kenalan, yuk kunjungi i*******m @kuandwicka. Ada banyak komik strip atau animasi juga. Thank you! ^^
Memang benar bahwa cinta datang tiba-tiba. Memang benar, bahwa cinta terkadang menunjukkan kepada kita, orang yang tidak pernah kita duga. Memang benar, bahwa cinta penuh misteri. Hanya Sang Pemilik cinta sejati, yang paling tahu apa yang terbaik buat makhluk ciptaan-Nya. Saat kita mendambakan seseorang, yang tidak pernah menginginkan kita. Ada satu hati yang berharap kehadirannya diketahui oleh hati kita. Dan, itulah yang terjadi pada seorang pria gempal, sahabat sejatinya Jacob Alfred, Willy. Willy sedang merapikan peralatan gelas, karena hari ini adalah jadwal piketnya. Alf sudah pamit lebih dahulu, karena katanya mau keluar bareng Inn. Akhir-akhir ini, semenjak punya gandengan, Alf memang jarang pulang bareng Willy. Alhasil, Willy diantar oleh Ellen. Sebenarnya, Willy sudah menolak penawaran Ellen, karena Willy ingin menjadi lelaki mandiri, dengan pulang pakai grab. Tapi, entah kenapa, Ellen terus memaksa, seperti hari ini. Ellen terlihat menunggu dengan sabar, di lorong laborat
Alf menemui Karlinda untuk terakhir kalinya, karena wanita itu memberi kabar bahwa dirinya akan dipindahkan ke daerah lain. Alf pun meminta izin pada Inn, agar bisa menemui Shafa, karena tujuan Alf salah satunya ingin bertemu Shafa. "Boleh... Gak usah minta izin ke aku, kali..." ujar Inn. "Yah... Takutnya, gak ngomong trus kamu tahu sendiri, malah mikir yang gak-gak," jawab Alf. "Aku percaya, kok sama kamu... Nunggu dari SMA aja bisa, masa aku harus curiga sama yang beginian," sahut Inn membuat hidung Alf kembang kempis, saking bangganya pada diri sendiri. Karena sudah mendapat kepercayaan dari sang pujaan hati, Alf pun bergegas ke tempat pertemuannya dengan Inn, tempat mereka bertemu pertama kali di luar urusan kantor, KeEfCe. Shafa terlihat sedang bermain di area permainan dengan wajah bahagia, khas anak-anak. Alf segera menuju ke meja Karlinda. Wanita itu tampak sedang memotret wajah bahagia putri tunggalnya. "Sore mbak!" sapa Alf sambil duduk di hadapan Karlinda. "Hai, Alf!"
Reuni sekolah yang diadakan bersama pentas seni, rupanya tak mau dilewatkan oleh Moiz dan Ui yang berada di kota lain. Mereka meminta cuti 'semester' kedua lebih awal dari biasanya. Namun, tidak bagi Yen yang bekerja pada instansi pemerintahan. Dia hanya bisa gigit jari kali ini karena tak ada kunjungan apapun ke kota Kupang. Ui : Sorry, Yen... Kali ini lo jaga kota Atambua aja, ya. Hahahah... Yen : Ish! Kenapa juga diadainnya hari kamis, gak hari sabtu aja, kek! Alf : Kan sekalian HUT sekolah, Neng! Yen : BETE! Pokoknya jangan ngirimin foto di grup ini! Bakal gue bakar grupnya! Inn : Cup cup cup... Sabar, say... Sabtu turun Kupang, ya... Biar kita jelong-jelong bareng lagi... Mumpung dua sejoli ini ada di sini. Moiz : Ehm... Sorry, tapi Sabtu ini gue udah ada janji... Yen : Janji sama siapa? Moiz : Mau tau aja, atau mau tau banget? Ui : Dia mau ketemu GEBETANNYA! Alf, Yen, Inn : WHAT?! WHO?! Ui : Itu mah gue gak tau. Dia gak ngasitau gue! Moiz : Maaf... Moiz telah meningga
Alf dan Inn sedang jalan-jalan di malam minggu-yang akhirnya dihabiskan Alf dengan PACAR. Keduanya tampak bercanda-tawa di alun-alun kota, sambil menatap berbagai aktivitas di tempat itu. Ada band jalanan, tari-tarian dari para pekerja seni, maupun beragam permainan untuk anak-anak. Meskipun hanya menghabiskan malam minggu 'receh', namun kedua sejoli itu tampak bahagia. Hingga dering ponsel Alf tiba-tiba, terasa mengganggu pendengaran Alf. "Ck! Siapa, sih? Gangguin malam minggu gue aja!" Alf berdecak malas sambil merogoh ponsel dalam saku celananya. Mata Alf membelalak sempurna, saat mendapati nama my mom di layar ponselnya. "Aduh! Emak nelpon? Ada apa, ya?" gumam Alf sambil menggeser tombol hijau di layar. Inn hanya menatapnya dalam diam. "Ya, halo mak!" sapa Alf. "ALF! HALO, ALF!" Suara emak terdengar menggelegar bak membelah telinga Alf. "Aduh, mak... Alf bisa budek kalau emak teriak begitu..." ujar Alf. "Ngomong pelan aja napa, sih?" "Halo, Alf?!" Emak masih terus memanggil n
Honda Grand Astrea melaju dengan pasti memasuki kompleks perumahan Dreamland, dan berhenti di depan sebuah rumah berwarna peach. Alf segera turun dari motor, sambil merapikan rambut dan kemejanya. Merasa bahwa penampilannya masih tampan melebihi Cha Eun Woo, Alf segera melangkahkan kakinya memasuki pekarangan rumah wanita yang sudah menjadi kekasihnya sejak dua bulan lalu. Inn. Alf menarik napas panjang, sebelum memberanikan diri mengetuk pintu rumah itu. Namun, belum sempat Alf melancarkan aksinya, sebuah suara dengan nada melengking, mengejutkannya. "Loooohhhh? Kak Alf!" Princess yang semakin montok, karena katanya Nugo suka sama wanita berisi-sudah berdiri di belakang Alf. "Mau ngejemput kak Inn, ya?" Alf hanya membalasnya dengan nyengir kuda. Meskipun hubungannya dan Princess semakin membaik, karena Inn sudah menceritakan pada Princess bahwa Alf adalah teman masa SMA-nya, yang dulu disukai Princess. Di samping itu, Princess yang sedang berbunga-bunga asmara, karena mendapat paca
Inn berdiri menatap Alf yang masih duduk di bangku, dengan wajah memohon. Memohon agar Inn tidak meninggalkannya. Wanita itu pun kembali duduk di samping Alf, sambil melepaskan tangannya dari genggaman Alf. "Jadi?" tanya Inn dengan pandangan lurus ke depan. Tak beralih pada Alf. Tangannya terlipat di atas perut. Alf menyiapkan pita suaranya, biar tidak tiba-tiba rusak. Beberapa kali terdengar dehamannya, membuat Inn mencebik. "Sebelumnya... Aku mau nanya sesuatu ke kamu dulu," ujar Alf. "Apa?" "Waktu itu... Saat kamu lagi makan bareng Nugo dan Princess, aku ngomong sesuatu... Tapi, kamu belum ngasih jawaban ke aku," jawab Alf. Wajahnya mulai terlihat serius. "Oooohhhh, yang waktu itu?" Inn memanjangkan nada suaranya. "Bener banget! Aku juga mau minta penjelasan kamu soal itu!" Kali ini Inn sudah berbalik cepat-menatap tajam Alf, tepat di matanya. Telunjuknya mengarah ke dada pria itu. Matanya perlahan menyipit, membuat Alf malah terheran-heran. "Apa maksud kamu gak suka aku jal
Alf masih berdiri terpaku, begitu juga Inn. Hingga ibu Nover menyadarkan Inn, bahwa mereka harus segera turun dari panggung. Inn dengan kikuknya berjalan menuruni tangga, tapi pandangan Alf terus melekat padanya. Seolah tidak mau melepaskan wanita itu dan menghilang di keramaian. Willy yang masih duduk, menatap Karlinda dengan senyum simpul menghiasi wajah cantiknya. Willy sudah merasakan sakit hati akibat wanita pujaannya bersama lelaki lain. Dia mengerti jika saat ini Karlinda mungkin saja merasakan hal yang sama dengannya. Dia hanya bisa membalas wanita itu dengan senyum penuh makna. Alf masih bergeming, seolah tubuhnya tak ingin duduk. Tak mau melewatkan tatapan Inn yang begitu hangat padanya. Ya, wanita itu sedang melangkahkan kakinya menuju Alf, dengan adegan slow motion dalam pandangan Alf. Senyum terukir di bibir Inn, membuat Alf kepanasan dengan detak jantung tak beraturan. Padahal sedang berada di luar ruangan dengan angin sepoi-sepoi, tapi Alf mala
Acara pesta berlangsung dengan meriah dan penuh sukacita. Setelah beberapa sambutan, termasuk sambutan dari Ibu Nover, kini tibalah acara ramah-tamah. Semua tamu yang diperkirakan sekitar 500 orang, dipersilahkan menikmati santapan yang telah disediakan di beberapa bagian taman. Makanan Indonesia maupun luar, tersaji di atas beberapa buah meja panjang, yang dijaga oleh para pramusaji. Alf, Karlinda, Jessy dan Boy pun segera melangkahkan kaki menuju meja yang ingin mereka cicipi makanannya. Dan tidak disangka, mereka berpapasan dengan Ellen, Willy, serta Merlin yang datang sendirian. Alf bisa menangkap raut wajah tak percaya dari Willy, saat mendapati wanita pujaannya datang bersama si sekuriti yang baru sebulan bekerja di Lab. Sisilia. Tapi, berbeda dengan Willy, Merlin malah memperlihatkan tatapan 'apa gue bilang!' Tatapan Willy juga serupa tatapan Ellen, saat melihat gandengan Alf adalah temannya, Karlinda. Ellen hanya mengangkat telunjuknya sambil mengarah