Alf dan emak sedang nongkrong di teras kosan mereka, saat Willy lagi menjemur pakaian, di malam hari tepatnya. Lah?!
"Itu temen kamu yang namanya Willy?" tanya emak sambil menyikut lengan Alf.
"Iya, mak. Tadi pas pulang, dia mau kenalan sama emak. Tapi, emak lagi mandi," jawab Alf dengan mimik serius menatap layar ponsel.
"Aneh banget, malam-malam baru nyuci pakaian," cibir emak.
"Yah... Kan paginya kita kerja, mak..." balas Alf acuh tak acuh.
"Pokoknya, kamu jangan aneh-aneh sama dia! Awas loh!" ancam emak dengan volume suara setengah berbisik, tapi tatapan emak mematikan. Tsah!
Alf mencibir. Tidak memberi jawaban apa-apa. Hanya sibuk dengan ponselnya.
Emak mendesah panjang. "Yah... Tau gini... Mending emak di kampung aja... Masa udah dateng jauh-jauh, dikacangin... Malah sibuk sama ponselnya aja. Nasib... Nasib... Emak tiba-tiba rindu bapak... Pengen pulang aja," rajuk emak panjang lebar, membuat telinga Alf jadi p
Alf uring-uringan di ruang laboratorium gara-gara selama di kosan, emak terus heboh perihal mau ketemu sama Inn. Ditambah lagi, Willy malah menghasut emak, biar dirinya juga bisa ikut serta nanti. "Sebagai perwakilan orang terdekat Alf," kata Willy. Dan hasutan Willy itu tentu saja dengan sukacita diterima oleh emak, membuat Alf hanya bisa geleng-geleng kepala. Padahal sebelumnya, emak tidak suka Alf dekat-dekat sama Willy. Sekarang, malah emak yang bagai amplop dan perangko sama Willy, kalau di kosan.Emak yang merasa jiwanya klop dengan jiwa Willy, ingin Willy juga ikut. Seolah-olah Willy adalah anak yang hilang, dan baru saja ditemukan. Dan alasan emak ingin Willy ikut, biar emak ada yang temani. Lah?! Emang si Alf apaan?Kasihan, Alf kagak dianggap. Hmph!Sepanjang hari, Alf hanya mendesah panjang dan sesekali terlihat menggaruk kepalanya dengan wajah frustasi. Untung saja, pekerjaannya hari ini tidak terlalu membutuhkan konsentrasi dan ketelitian. Kalau ti
Terima kasih untuk semua yang masih membaca novel ini, dan memberikan dukungan buat aku.Kalian benar-benar luar biasa! 😘🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00. Alf dan Willy sudah duduk manis di teras depan kamar kos, menanti emak yang masih dandan, dan Inn yang baru keluar dari rumahnya. Sesekali Alf memanggil emaknya, untuk memastikan apakah emak sudah selesai atau belum."Sabar! Emak masih nyisir rambut!" teriak emak dari dalam kamar."Duh! Kok emak lama banget dandannya! Padahal waktu di kampung, modal dasteran aja, mau diajak jalan ke toko kelontong! Kok kayaknya gue khawatir, ya?!" gumam Alf sambil mengusap-usap kedua bisepnya, yang tiba-tiba merinding. Mungkin ada si Kunti di sebelah?"Ya elah, Alf! Ini kan mau ketemu calon mantu, jadi wajarlah! Lagian kita kan mau ke mall. Masa lo nyuruh emak modal daster doang?!" Willy mencebik.Alf mendesah. "Ya, gak mas
Terima kasih buat semua yang masih setia membaca cerita ini! Lope you pull!🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹Tiba di mall X, Willy sudah siap melancarkan aksinya-membawa emak kabur entah kemana, sehingga Alf dan Inn bisa jalan berduaan saja. Tapi, sepertinya rencana Willy bakal terhambat. Pasalnya, setelah turun dari mobil, si Inn malah terus menggandeng tangan emak, seolah tidak mau dilepaskan."Emak sampai kapan di sini?" tanya Inn pada emak yang sedang digandeng mesra layaknya ibu mertua dengan anak mantu. Heh?!"Cuma seminggu aja, Neng. Minggu depan udah balik kampung. Kasian kalo bapak ditinggal terlalu lama. Kasian juga si Nolla harus bolak-balik ngurusin mertuanya, terus ngurusin bapak lagi. Belum anak-anaknya yang masih sekolah," jawab emak panjang lebar."Oh, iya! Gimana kabar kak Nolla? Udah lama banget gak ketemu. Terakhir ketemu pas Alf lulus SMA aja!" ujar Inn.Nolla adalah kakak perempuan Alf, yang sudah
Terima kasih buat semua yang masih setia membaca cerita ini! Lope you pull! 🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹 Alf dan Inn masih sibuk memilah-milah kemeja yang akan dibeli. Sesekali tampak Inn menyuruh Alf mengepas beberapa kemeja, lalu Inn akan mengamatinya, kemeja mana yang cocok untuk Alf. Sebenarnya, tubuh Alf yang tegap walau perut sedikit condong ke depan, tidak sulit mencari kemeja yang cocok untuk pria itu. Hanya saja, Alf terkesan sedang mengulur waktu, biar bisa lebih lama dengan si pujaan hati. "Ini bagus, nih? Polos aja, tapi warnanya aku suka. Menurut kamu gimana?" ujar Inn sambil menunjukkan sebuah kemeja katun berwarna lilac. Yah, pantes aja si Inn suka, warnanya lilac. Alf berpikir sejenak. Dia mengingat-ingat kalau warna lilac adalah kesukaannya Inn. Kali ini Alf tidak mengulur waktu lagi. Dia langsung setuju dengan pilihan Inn. Kalau nanti ada yang mengomentari warna kemejanya, tinggal
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Alf beserta rombongan jalan-jalan sudah diantar pulang ke kosan oleh si 'supir cantik', Inn."Makasih, ya, Alf! Utangnya lunas!" kekeh Inn."Aku yang harusnya makasih, karena kamu udah mau ngejemput kita," jawab Alf."Santai aja, Alf! Lain kali jalan lagi, yuk! Bareng Willy juga boleh," celetuk Inn yang tentu saja disambut dengan senyum merekah dan tangan terbuka oleh Willy."Nih orang emang hatinya bagai bidadari! Emang pantes buat sohib gue yang hatinya bagai bidadara. Hihi..." batin Willy.Tapi, tidak dengan respon Alf. Alf malah mencebik. "Kalau sama Willy yang ada tekor!"Mulut Willy refleks manyun. "Ralat! Hati iblis!" batin Willy mengumpat.Inn tertawa kecil melihatnya. "Ya, udah! Aku pamit dulu, ya! Sampai ketemu lagi Mak!" ujar Inn sambil menciumi tangan emak."Hati-hati di jalan, ya, Nak," sahut emak. "Salam buat orang tua kamu.""Iya, mak. Emak ju
Suasana laboratorium hari ini terlihat cukup sibuk, dengan sampel baru yang masuk. Masing-masing karyawan, tampak serius menyiapkan alat dan bahan untuk uji sampel nanti. Beberapa labu ukur, gelas erlenmeyer, dan pipet tetes terlihat sudah memenuhi meja uji. Tidak lupa juga beberapa bahan kimia."Eh, btw, ini ph-nya gak diuji, kan?" Willy menunjuk ke sampel air yang ada di dalam coolbox."Gak! Pengukuran ph kan *in situ," jawab Ellen yang sibuk menyiapkan filter kertas dengan hati-hati."Jadi, lo mau nguji apaan, nih?" tanya Alf pada Ellen."*TSS-nya," jawab Ellen singkat.Alf hanya menganggukkan kepala."Kenapa mereka gak nguji sendiri, ya? Kan mereka punya lab sendiri?" timpal Merlin."Lah, emang lo gak tau? Lab mereka kan lagi direnovasi," jawab Willy."Tapi, bukannya kalau beginian, mereka harus dateng sendiri, ya? Setidaknya ngelihat gitu prosesnya," timpal Alf."Ka
Yang masih membaca cerita ini, meskipun garing, TERIMA KASIH!Kalian luar biasa!🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹Alf sudah selesai mengisi formulir permohonan untuk membuka rekening baru, saat Karlinda tiba di lab bersama seorang anak perempuan. Gadis kecil berambut kepang dua, dengan seragam Paud berwarna putih berpadu oranye, menggenggam erat jemari Karlinda. Wajah gadis itu sangat mirip dengan Karlinda. Kulit sawo matang, mata bulat dengan bulu mata lentik, bibir mungil berwarna merah muda, dan pipi tembemnya, sungguh menggemaskan. Anak itu tampak ceria karena berada di sisi ibunya. Bukan hanya anak itu saja, wajah Karlinda pun terlihat serupa. Tak ada lagi kegelisahan terlukis di sana."Halo, Alf... Mbak... Maaf, ya udah nunggu lama... Tadi masih ketemu sama gurunya," sapa Karlinda dengan senyum ramahnya.“Gak papa, mbak,” jawab Alf.Jessy yang sangat menyukai anak kecil, terlebih kalau anaknya imut dan menggemaskan,
Buat yang masih setia... Jangan jemu-jemu, ya... Alf dan Inn selalu menantikan kehadiran kalian. Buat yang belum setia, aku selalu setia menanti kesetiaan kalian. Eaa... Gombal unfaedah!Buah kedondong, buah mangga,Kalau dimakan, asam rasanya.Jangan lupa berikan reviewnya,Kalau kakak-kakak sudah selesai baca.Eaa... Pantun gak jelas, eaa...🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹Alf sedang berbaring dengan tangan kanan menumpu kepala, di atas kasur yang dibeli dengan gaji pertamanya, dan dilengkapi seprei bunga matahari. Yupz! Saat emak datang di hari pertama, emak langsung mengganti seprei mawar merah Alf dengan motif bunga matahari."Biar lebih fresh dan ceria kamar suram kamu ini!" Begitu kata emak saat sedang mengganti seprei. Saat itu, Alf hanya mengiyakan saja. Tak berniat membantah, bisa-bisa urusannya bakal panjang sampa
Terima kasih untuk semua yang sudah menyempatkan diri membaca novel ini. Saya tahu, bahwa novel ini masih jauh dari kesempurnaan, entah dalam penulisan maupun alurnya. Karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, dari para pembaca. Buat semua yang sudah membaca novel ini, baik yang hanya dibaca, yang sampai masukkin ke rak buku, bahkan yang mengeluarkan duitnya buat buka bab berbayar, ataupun pakai koin gratisan... KALIAN LUAR BIASA! I LOVE YOU, ALL! Tanpa dukungan kalian, novel ini tak berarti apa-apa.Akhir kata, tetap semangat membaca! Tetap semangat menulis! Semoga, kita bisa ketemu lagi di cerita-cerita berikutnya! PS : Yang mau kenalan, yuk kunjungi i*******m @kuandwicka. Ada banyak komik strip atau animasi juga. Thank you! ^^
Memang benar bahwa cinta datang tiba-tiba. Memang benar, bahwa cinta terkadang menunjukkan kepada kita, orang yang tidak pernah kita duga. Memang benar, bahwa cinta penuh misteri. Hanya Sang Pemilik cinta sejati, yang paling tahu apa yang terbaik buat makhluk ciptaan-Nya. Saat kita mendambakan seseorang, yang tidak pernah menginginkan kita. Ada satu hati yang berharap kehadirannya diketahui oleh hati kita. Dan, itulah yang terjadi pada seorang pria gempal, sahabat sejatinya Jacob Alfred, Willy. Willy sedang merapikan peralatan gelas, karena hari ini adalah jadwal piketnya. Alf sudah pamit lebih dahulu, karena katanya mau keluar bareng Inn. Akhir-akhir ini, semenjak punya gandengan, Alf memang jarang pulang bareng Willy. Alhasil, Willy diantar oleh Ellen. Sebenarnya, Willy sudah menolak penawaran Ellen, karena Willy ingin menjadi lelaki mandiri, dengan pulang pakai grab. Tapi, entah kenapa, Ellen terus memaksa, seperti hari ini. Ellen terlihat menunggu dengan sabar, di lorong laborat
Alf menemui Karlinda untuk terakhir kalinya, karena wanita itu memberi kabar bahwa dirinya akan dipindahkan ke daerah lain. Alf pun meminta izin pada Inn, agar bisa menemui Shafa, karena tujuan Alf salah satunya ingin bertemu Shafa. "Boleh... Gak usah minta izin ke aku, kali..." ujar Inn. "Yah... Takutnya, gak ngomong trus kamu tahu sendiri, malah mikir yang gak-gak," jawab Alf. "Aku percaya, kok sama kamu... Nunggu dari SMA aja bisa, masa aku harus curiga sama yang beginian," sahut Inn membuat hidung Alf kembang kempis, saking bangganya pada diri sendiri. Karena sudah mendapat kepercayaan dari sang pujaan hati, Alf pun bergegas ke tempat pertemuannya dengan Inn, tempat mereka bertemu pertama kali di luar urusan kantor, KeEfCe. Shafa terlihat sedang bermain di area permainan dengan wajah bahagia, khas anak-anak. Alf segera menuju ke meja Karlinda. Wanita itu tampak sedang memotret wajah bahagia putri tunggalnya. "Sore mbak!" sapa Alf sambil duduk di hadapan Karlinda. "Hai, Alf!"
Reuni sekolah yang diadakan bersama pentas seni, rupanya tak mau dilewatkan oleh Moiz dan Ui yang berada di kota lain. Mereka meminta cuti 'semester' kedua lebih awal dari biasanya. Namun, tidak bagi Yen yang bekerja pada instansi pemerintahan. Dia hanya bisa gigit jari kali ini karena tak ada kunjungan apapun ke kota Kupang. Ui : Sorry, Yen... Kali ini lo jaga kota Atambua aja, ya. Hahahah... Yen : Ish! Kenapa juga diadainnya hari kamis, gak hari sabtu aja, kek! Alf : Kan sekalian HUT sekolah, Neng! Yen : BETE! Pokoknya jangan ngirimin foto di grup ini! Bakal gue bakar grupnya! Inn : Cup cup cup... Sabar, say... Sabtu turun Kupang, ya... Biar kita jelong-jelong bareng lagi... Mumpung dua sejoli ini ada di sini. Moiz : Ehm... Sorry, tapi Sabtu ini gue udah ada janji... Yen : Janji sama siapa? Moiz : Mau tau aja, atau mau tau banget? Ui : Dia mau ketemu GEBETANNYA! Alf, Yen, Inn : WHAT?! WHO?! Ui : Itu mah gue gak tau. Dia gak ngasitau gue! Moiz : Maaf... Moiz telah meningga
Alf dan Inn sedang jalan-jalan di malam minggu-yang akhirnya dihabiskan Alf dengan PACAR. Keduanya tampak bercanda-tawa di alun-alun kota, sambil menatap berbagai aktivitas di tempat itu. Ada band jalanan, tari-tarian dari para pekerja seni, maupun beragam permainan untuk anak-anak. Meskipun hanya menghabiskan malam minggu 'receh', namun kedua sejoli itu tampak bahagia. Hingga dering ponsel Alf tiba-tiba, terasa mengganggu pendengaran Alf. "Ck! Siapa, sih? Gangguin malam minggu gue aja!" Alf berdecak malas sambil merogoh ponsel dalam saku celananya. Mata Alf membelalak sempurna, saat mendapati nama my mom di layar ponselnya. "Aduh! Emak nelpon? Ada apa, ya?" gumam Alf sambil menggeser tombol hijau di layar. Inn hanya menatapnya dalam diam. "Ya, halo mak!" sapa Alf. "ALF! HALO, ALF!" Suara emak terdengar menggelegar bak membelah telinga Alf. "Aduh, mak... Alf bisa budek kalau emak teriak begitu..." ujar Alf. "Ngomong pelan aja napa, sih?" "Halo, Alf?!" Emak masih terus memanggil n
Honda Grand Astrea melaju dengan pasti memasuki kompleks perumahan Dreamland, dan berhenti di depan sebuah rumah berwarna peach. Alf segera turun dari motor, sambil merapikan rambut dan kemejanya. Merasa bahwa penampilannya masih tampan melebihi Cha Eun Woo, Alf segera melangkahkan kakinya memasuki pekarangan rumah wanita yang sudah menjadi kekasihnya sejak dua bulan lalu. Inn. Alf menarik napas panjang, sebelum memberanikan diri mengetuk pintu rumah itu. Namun, belum sempat Alf melancarkan aksinya, sebuah suara dengan nada melengking, mengejutkannya. "Loooohhhh? Kak Alf!" Princess yang semakin montok, karena katanya Nugo suka sama wanita berisi-sudah berdiri di belakang Alf. "Mau ngejemput kak Inn, ya?" Alf hanya membalasnya dengan nyengir kuda. Meskipun hubungannya dan Princess semakin membaik, karena Inn sudah menceritakan pada Princess bahwa Alf adalah teman masa SMA-nya, yang dulu disukai Princess. Di samping itu, Princess yang sedang berbunga-bunga asmara, karena mendapat paca
Inn berdiri menatap Alf yang masih duduk di bangku, dengan wajah memohon. Memohon agar Inn tidak meninggalkannya. Wanita itu pun kembali duduk di samping Alf, sambil melepaskan tangannya dari genggaman Alf. "Jadi?" tanya Inn dengan pandangan lurus ke depan. Tak beralih pada Alf. Tangannya terlipat di atas perut. Alf menyiapkan pita suaranya, biar tidak tiba-tiba rusak. Beberapa kali terdengar dehamannya, membuat Inn mencebik. "Sebelumnya... Aku mau nanya sesuatu ke kamu dulu," ujar Alf. "Apa?" "Waktu itu... Saat kamu lagi makan bareng Nugo dan Princess, aku ngomong sesuatu... Tapi, kamu belum ngasih jawaban ke aku," jawab Alf. Wajahnya mulai terlihat serius. "Oooohhhh, yang waktu itu?" Inn memanjangkan nada suaranya. "Bener banget! Aku juga mau minta penjelasan kamu soal itu!" Kali ini Inn sudah berbalik cepat-menatap tajam Alf, tepat di matanya. Telunjuknya mengarah ke dada pria itu. Matanya perlahan menyipit, membuat Alf malah terheran-heran. "Apa maksud kamu gak suka aku jal
Alf masih berdiri terpaku, begitu juga Inn. Hingga ibu Nover menyadarkan Inn, bahwa mereka harus segera turun dari panggung. Inn dengan kikuknya berjalan menuruni tangga, tapi pandangan Alf terus melekat padanya. Seolah tidak mau melepaskan wanita itu dan menghilang di keramaian. Willy yang masih duduk, menatap Karlinda dengan senyum simpul menghiasi wajah cantiknya. Willy sudah merasakan sakit hati akibat wanita pujaannya bersama lelaki lain. Dia mengerti jika saat ini Karlinda mungkin saja merasakan hal yang sama dengannya. Dia hanya bisa membalas wanita itu dengan senyum penuh makna. Alf masih bergeming, seolah tubuhnya tak ingin duduk. Tak mau melewatkan tatapan Inn yang begitu hangat padanya. Ya, wanita itu sedang melangkahkan kakinya menuju Alf, dengan adegan slow motion dalam pandangan Alf. Senyum terukir di bibir Inn, membuat Alf kepanasan dengan detak jantung tak beraturan. Padahal sedang berada di luar ruangan dengan angin sepoi-sepoi, tapi Alf mala
Acara pesta berlangsung dengan meriah dan penuh sukacita. Setelah beberapa sambutan, termasuk sambutan dari Ibu Nover, kini tibalah acara ramah-tamah. Semua tamu yang diperkirakan sekitar 500 orang, dipersilahkan menikmati santapan yang telah disediakan di beberapa bagian taman. Makanan Indonesia maupun luar, tersaji di atas beberapa buah meja panjang, yang dijaga oleh para pramusaji. Alf, Karlinda, Jessy dan Boy pun segera melangkahkan kaki menuju meja yang ingin mereka cicipi makanannya. Dan tidak disangka, mereka berpapasan dengan Ellen, Willy, serta Merlin yang datang sendirian. Alf bisa menangkap raut wajah tak percaya dari Willy, saat mendapati wanita pujaannya datang bersama si sekuriti yang baru sebulan bekerja di Lab. Sisilia. Tapi, berbeda dengan Willy, Merlin malah memperlihatkan tatapan 'apa gue bilang!' Tatapan Willy juga serupa tatapan Ellen, saat melihat gandengan Alf adalah temannya, Karlinda. Ellen hanya mengangkat telunjuknya sambil mengarah