Terima kasih buat semua yang masih setia membaca cerita ini! Lope you pull!
🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹
Alf dan Inn masih sibuk memilah-milah kemeja yang akan dibeli. Sesekali tampak Inn menyuruh Alf mengepas beberapa kemeja, lalu Inn akan mengamatinya, kemeja mana yang cocok untuk Alf.
Sebenarnya, tubuh Alf yang tegap walau perut sedikit condong ke depan, tidak sulit mencari kemeja yang cocok untuk pria itu. Hanya saja, Alf terkesan sedang mengulur waktu, biar bisa lebih lama dengan si pujaan hati.
"Ini bagus, nih? Polos aja, tapi warnanya aku suka. Menurut kamu gimana?" ujar Inn sambil menunjukkan sebuah kemeja katun berwarna lilac. Yah, pantes aja si Inn suka, warnanya lilac.
Alf berpikir sejenak. Dia mengingat-ingat kalau warna lilac adalah kesukaannya Inn. Kali ini Alf tidak mengulur waktu lagi. Dia langsung setuju dengan pilihan Inn. Kalau nanti ada yang mengomentari warna kemejanya, tinggal
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Alf beserta rombongan jalan-jalan sudah diantar pulang ke kosan oleh si 'supir cantik', Inn."Makasih, ya, Alf! Utangnya lunas!" kekeh Inn."Aku yang harusnya makasih, karena kamu udah mau ngejemput kita," jawab Alf."Santai aja, Alf! Lain kali jalan lagi, yuk! Bareng Willy juga boleh," celetuk Inn yang tentu saja disambut dengan senyum merekah dan tangan terbuka oleh Willy."Nih orang emang hatinya bagai bidadari! Emang pantes buat sohib gue yang hatinya bagai bidadara. Hihi..." batin Willy.Tapi, tidak dengan respon Alf. Alf malah mencebik. "Kalau sama Willy yang ada tekor!"Mulut Willy refleks manyun. "Ralat! Hati iblis!" batin Willy mengumpat.Inn tertawa kecil melihatnya. "Ya, udah! Aku pamit dulu, ya! Sampai ketemu lagi Mak!" ujar Inn sambil menciumi tangan emak."Hati-hati di jalan, ya, Nak," sahut emak. "Salam buat orang tua kamu.""Iya, mak. Emak ju
Suasana laboratorium hari ini terlihat cukup sibuk, dengan sampel baru yang masuk. Masing-masing karyawan, tampak serius menyiapkan alat dan bahan untuk uji sampel nanti. Beberapa labu ukur, gelas erlenmeyer, dan pipet tetes terlihat sudah memenuhi meja uji. Tidak lupa juga beberapa bahan kimia."Eh, btw, ini ph-nya gak diuji, kan?" Willy menunjuk ke sampel air yang ada di dalam coolbox."Gak! Pengukuran ph kan *in situ," jawab Ellen yang sibuk menyiapkan filter kertas dengan hati-hati."Jadi, lo mau nguji apaan, nih?" tanya Alf pada Ellen."*TSS-nya," jawab Ellen singkat.Alf hanya menganggukkan kepala."Kenapa mereka gak nguji sendiri, ya? Kan mereka punya lab sendiri?" timpal Merlin."Lah, emang lo gak tau? Lab mereka kan lagi direnovasi," jawab Willy."Tapi, bukannya kalau beginian, mereka harus dateng sendiri, ya? Setidaknya ngelihat gitu prosesnya," timpal Alf."Ka
Yang masih membaca cerita ini, meskipun garing, TERIMA KASIH!Kalian luar biasa!🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹Alf sudah selesai mengisi formulir permohonan untuk membuka rekening baru, saat Karlinda tiba di lab bersama seorang anak perempuan. Gadis kecil berambut kepang dua, dengan seragam Paud berwarna putih berpadu oranye, menggenggam erat jemari Karlinda. Wajah gadis itu sangat mirip dengan Karlinda. Kulit sawo matang, mata bulat dengan bulu mata lentik, bibir mungil berwarna merah muda, dan pipi tembemnya, sungguh menggemaskan. Anak itu tampak ceria karena berada di sisi ibunya. Bukan hanya anak itu saja, wajah Karlinda pun terlihat serupa. Tak ada lagi kegelisahan terlukis di sana."Halo, Alf... Mbak... Maaf, ya udah nunggu lama... Tadi masih ketemu sama gurunya," sapa Karlinda dengan senyum ramahnya.“Gak papa, mbak,” jawab Alf.Jessy yang sangat menyukai anak kecil, terlebih kalau anaknya imut dan menggemaskan,
Buat yang masih setia... Jangan jemu-jemu, ya... Alf dan Inn selalu menantikan kehadiran kalian. Buat yang belum setia, aku selalu setia menanti kesetiaan kalian. Eaa... Gombal unfaedah!Buah kedondong, buah mangga,Kalau dimakan, asam rasanya.Jangan lupa berikan reviewnya,Kalau kakak-kakak sudah selesai baca.Eaa... Pantun gak jelas, eaa...🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹Alf sedang berbaring dengan tangan kanan menumpu kepala, di atas kasur yang dibeli dengan gaji pertamanya, dan dilengkapi seprei bunga matahari. Yupz! Saat emak datang di hari pertama, emak langsung mengganti seprei mawar merah Alf dengan motif bunga matahari."Biar lebih fresh dan ceria kamar suram kamu ini!" Begitu kata emak saat sedang mengganti seprei. Saat itu, Alf hanya mengiyakan saja. Tak berniat membantah, bisa-bisa urusannya bakal panjang sampa
Minggu biasanya dihabiskan Alf dengan tidur panjang hingga matahari naik di ubun-ubun, tapi tidak dengan minggu ini. Alf bangun lebih pagi, dan langsung melesat dengan sepatu olahraga yang dulu dibelinya untuk pajangan saja. Tapi, entah kesambet apa, hari ini Alf melakukan joging! Wow!Dia berlari mengitari jalanan depan kos hingga bundaran yang berjarak sekitar 2 kilo dari kosnya, sebanyak lebih kurang empat sampai lima putaran. Setelah itu, Alf beristirahat sejenak, melepas lelah karena tubuhnya yang baru mengecap olahraga setelah sekian lama. Napasnya memburu, dengan peluh berjatuhan. Bahkan kaos yang digunakan sudah basah semua."Gila! Cape juga!" Suara Alf terdengar parau. "Demi punya badan mirip Cayunwo (read : Cha Eun Woo)!" Alf menambahkan."Pokoknya, harus bisa!" ujar Alf sekali lagi dengan tatapan membara.Alf pun segera mengambil langkah seribu, menyelesaikan satu putaran lagi. Setelah itu, kakinya kembali melangkah, menuju ke
Alf meraih ponsel dan mengetikkan pesan wa ke kontak Karlinda. Alf sudah terlihat necis dengan kemeja kotak-kotak merah berpadu hitam, berukuran big size-punyanya Willy, dan dalaman kaos putih yang disisip dalam celana jeans hitamnya. Tak lupa sepatu Sneakers, hasil mengutang di tante Ismi. Rambut comma style-nya juga sudah tampak rapi. Tak ketinggalan, kacamata dengan lensa bundar, biar gak ambyar-kalau gak dipakai. Alf : Udah di KeEfCe, mbak? Alf kembali mengamati dirinya di cermin. Sesekali dia terlihat merapikan alis tebalnya, juga ujung poninya. Emak yang baru selesai mandi sore, dan nyelonong ke kamar, mengamati tingkah anaknya dengan penuh curiga. "Mau ke mana kamu udah dandan... macam anak milenial," Emak membuang pandangan dari ujung rambut hingga ujung sepatu Alf. Alf membalikkan tubuhnya dengan gaya boyband kalau dance putar badan. Tsah! "Mau ketemu... S
Terima kasih selalu aku ucapkan buat semua yang masih mengikuti cerita ini, hingga saat ini. Jangan lupa untuk selalu memberikan komentar terbaik kalian, demi perkembangan tulisanku yang “masih polos” ini. Terima kasih! 🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹 Alf pulang ke kosan dalam keadaan hati yang berkecamuk. Maksud hati ingin membuat Inn terpesona dengan gaya barunya, yang ada malah dicuekin sama Inn. Ditambah lagi, gandengan Inn membuat Alf insecure. Pengennya sembunyi di kolong mobil aja! Emak dan Willy yang sedang ngobrol, menatap Alf dengan beribu tanya. Keduanya berpandangan dengan alis saling terangkat. Wajah Alf benar-benar tidak membawa damai sejahtera. Kusut, macam pakaian yang belum diseterika, dan gak dikasi pewangi. Eh?! Alf melepas kemeja kotak-kotak milik Willy, dan langsung menyerahkan pada si empunya, yang hanya menerima dengan wajah melongo. Setelah itu, Alf menyeret langkahnya masuk ke dalam kamar, dan langsung me
"Alf... Besok kan emak udah balik ke kampung. Jadi, pesen emak, kamu jaga diri bae-bae di sini. Jaga makan minum kamu. Jangan kebanyakan ngutang," Emak sedang duduk menikmati malam bersama Alf, di teras kosan. Alf merengut. Kusut hatinya. Emak menepuk paha Alf. "Jangan pasang tampang gitu, dong... Emak jadi gak tenang mau pulang." Alf merajuk, memeluk tiang penyangga atap. "Gak bisa emak lebih lama di sini, apa? Udah datengnya cuma setahun sekali, nginepnya gak nyampe dua minggu!" Bibir Alf sudah panjang lima senti. "Yah... Abis gimana... Si Nola gak mungkin bolak-balik terus ngurusin bapak. Karena mertuanya lagi masuk rumah sakit. Dia harus jagain mertuanya, belum lagi ngurusin anak-anaknya," tutur emak dengan desahan panjang. "Emangnya kemana adiknya si Decky?" dengus Alf masih dengan tampang macam bocah yang lagi ngambek. "Kamu gak tau kalau adiknya udah dapet kerjaan di Bali?" Emak balik bertanya. "Udah dari bulan lalu adiknya di Bali. Mak
Terima kasih untuk semua yang sudah menyempatkan diri membaca novel ini. Saya tahu, bahwa novel ini masih jauh dari kesempurnaan, entah dalam penulisan maupun alurnya. Karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, dari para pembaca. Buat semua yang sudah membaca novel ini, baik yang hanya dibaca, yang sampai masukkin ke rak buku, bahkan yang mengeluarkan duitnya buat buka bab berbayar, ataupun pakai koin gratisan... KALIAN LUAR BIASA! I LOVE YOU, ALL! Tanpa dukungan kalian, novel ini tak berarti apa-apa.Akhir kata, tetap semangat membaca! Tetap semangat menulis! Semoga, kita bisa ketemu lagi di cerita-cerita berikutnya! PS : Yang mau kenalan, yuk kunjungi i*******m @kuandwicka. Ada banyak komik strip atau animasi juga. Thank you! ^^
Memang benar bahwa cinta datang tiba-tiba. Memang benar, bahwa cinta terkadang menunjukkan kepada kita, orang yang tidak pernah kita duga. Memang benar, bahwa cinta penuh misteri. Hanya Sang Pemilik cinta sejati, yang paling tahu apa yang terbaik buat makhluk ciptaan-Nya. Saat kita mendambakan seseorang, yang tidak pernah menginginkan kita. Ada satu hati yang berharap kehadirannya diketahui oleh hati kita. Dan, itulah yang terjadi pada seorang pria gempal, sahabat sejatinya Jacob Alfred, Willy. Willy sedang merapikan peralatan gelas, karena hari ini adalah jadwal piketnya. Alf sudah pamit lebih dahulu, karena katanya mau keluar bareng Inn. Akhir-akhir ini, semenjak punya gandengan, Alf memang jarang pulang bareng Willy. Alhasil, Willy diantar oleh Ellen. Sebenarnya, Willy sudah menolak penawaran Ellen, karena Willy ingin menjadi lelaki mandiri, dengan pulang pakai grab. Tapi, entah kenapa, Ellen terus memaksa, seperti hari ini. Ellen terlihat menunggu dengan sabar, di lorong laborat
Alf menemui Karlinda untuk terakhir kalinya, karena wanita itu memberi kabar bahwa dirinya akan dipindahkan ke daerah lain. Alf pun meminta izin pada Inn, agar bisa menemui Shafa, karena tujuan Alf salah satunya ingin bertemu Shafa. "Boleh... Gak usah minta izin ke aku, kali..." ujar Inn. "Yah... Takutnya, gak ngomong trus kamu tahu sendiri, malah mikir yang gak-gak," jawab Alf. "Aku percaya, kok sama kamu... Nunggu dari SMA aja bisa, masa aku harus curiga sama yang beginian," sahut Inn membuat hidung Alf kembang kempis, saking bangganya pada diri sendiri. Karena sudah mendapat kepercayaan dari sang pujaan hati, Alf pun bergegas ke tempat pertemuannya dengan Inn, tempat mereka bertemu pertama kali di luar urusan kantor, KeEfCe. Shafa terlihat sedang bermain di area permainan dengan wajah bahagia, khas anak-anak. Alf segera menuju ke meja Karlinda. Wanita itu tampak sedang memotret wajah bahagia putri tunggalnya. "Sore mbak!" sapa Alf sambil duduk di hadapan Karlinda. "Hai, Alf!"
Reuni sekolah yang diadakan bersama pentas seni, rupanya tak mau dilewatkan oleh Moiz dan Ui yang berada di kota lain. Mereka meminta cuti 'semester' kedua lebih awal dari biasanya. Namun, tidak bagi Yen yang bekerja pada instansi pemerintahan. Dia hanya bisa gigit jari kali ini karena tak ada kunjungan apapun ke kota Kupang. Ui : Sorry, Yen... Kali ini lo jaga kota Atambua aja, ya. Hahahah... Yen : Ish! Kenapa juga diadainnya hari kamis, gak hari sabtu aja, kek! Alf : Kan sekalian HUT sekolah, Neng! Yen : BETE! Pokoknya jangan ngirimin foto di grup ini! Bakal gue bakar grupnya! Inn : Cup cup cup... Sabar, say... Sabtu turun Kupang, ya... Biar kita jelong-jelong bareng lagi... Mumpung dua sejoli ini ada di sini. Moiz : Ehm... Sorry, tapi Sabtu ini gue udah ada janji... Yen : Janji sama siapa? Moiz : Mau tau aja, atau mau tau banget? Ui : Dia mau ketemu GEBETANNYA! Alf, Yen, Inn : WHAT?! WHO?! Ui : Itu mah gue gak tau. Dia gak ngasitau gue! Moiz : Maaf... Moiz telah meningga
Alf dan Inn sedang jalan-jalan di malam minggu-yang akhirnya dihabiskan Alf dengan PACAR. Keduanya tampak bercanda-tawa di alun-alun kota, sambil menatap berbagai aktivitas di tempat itu. Ada band jalanan, tari-tarian dari para pekerja seni, maupun beragam permainan untuk anak-anak. Meskipun hanya menghabiskan malam minggu 'receh', namun kedua sejoli itu tampak bahagia. Hingga dering ponsel Alf tiba-tiba, terasa mengganggu pendengaran Alf. "Ck! Siapa, sih? Gangguin malam minggu gue aja!" Alf berdecak malas sambil merogoh ponsel dalam saku celananya. Mata Alf membelalak sempurna, saat mendapati nama my mom di layar ponselnya. "Aduh! Emak nelpon? Ada apa, ya?" gumam Alf sambil menggeser tombol hijau di layar. Inn hanya menatapnya dalam diam. "Ya, halo mak!" sapa Alf. "ALF! HALO, ALF!" Suara emak terdengar menggelegar bak membelah telinga Alf. "Aduh, mak... Alf bisa budek kalau emak teriak begitu..." ujar Alf. "Ngomong pelan aja napa, sih?" "Halo, Alf?!" Emak masih terus memanggil n
Honda Grand Astrea melaju dengan pasti memasuki kompleks perumahan Dreamland, dan berhenti di depan sebuah rumah berwarna peach. Alf segera turun dari motor, sambil merapikan rambut dan kemejanya. Merasa bahwa penampilannya masih tampan melebihi Cha Eun Woo, Alf segera melangkahkan kakinya memasuki pekarangan rumah wanita yang sudah menjadi kekasihnya sejak dua bulan lalu. Inn. Alf menarik napas panjang, sebelum memberanikan diri mengetuk pintu rumah itu. Namun, belum sempat Alf melancarkan aksinya, sebuah suara dengan nada melengking, mengejutkannya. "Loooohhhh? Kak Alf!" Princess yang semakin montok, karena katanya Nugo suka sama wanita berisi-sudah berdiri di belakang Alf. "Mau ngejemput kak Inn, ya?" Alf hanya membalasnya dengan nyengir kuda. Meskipun hubungannya dan Princess semakin membaik, karena Inn sudah menceritakan pada Princess bahwa Alf adalah teman masa SMA-nya, yang dulu disukai Princess. Di samping itu, Princess yang sedang berbunga-bunga asmara, karena mendapat paca
Inn berdiri menatap Alf yang masih duduk di bangku, dengan wajah memohon. Memohon agar Inn tidak meninggalkannya. Wanita itu pun kembali duduk di samping Alf, sambil melepaskan tangannya dari genggaman Alf. "Jadi?" tanya Inn dengan pandangan lurus ke depan. Tak beralih pada Alf. Tangannya terlipat di atas perut. Alf menyiapkan pita suaranya, biar tidak tiba-tiba rusak. Beberapa kali terdengar dehamannya, membuat Inn mencebik. "Sebelumnya... Aku mau nanya sesuatu ke kamu dulu," ujar Alf. "Apa?" "Waktu itu... Saat kamu lagi makan bareng Nugo dan Princess, aku ngomong sesuatu... Tapi, kamu belum ngasih jawaban ke aku," jawab Alf. Wajahnya mulai terlihat serius. "Oooohhhh, yang waktu itu?" Inn memanjangkan nada suaranya. "Bener banget! Aku juga mau minta penjelasan kamu soal itu!" Kali ini Inn sudah berbalik cepat-menatap tajam Alf, tepat di matanya. Telunjuknya mengarah ke dada pria itu. Matanya perlahan menyipit, membuat Alf malah terheran-heran. "Apa maksud kamu gak suka aku jal
Alf masih berdiri terpaku, begitu juga Inn. Hingga ibu Nover menyadarkan Inn, bahwa mereka harus segera turun dari panggung. Inn dengan kikuknya berjalan menuruni tangga, tapi pandangan Alf terus melekat padanya. Seolah tidak mau melepaskan wanita itu dan menghilang di keramaian. Willy yang masih duduk, menatap Karlinda dengan senyum simpul menghiasi wajah cantiknya. Willy sudah merasakan sakit hati akibat wanita pujaannya bersama lelaki lain. Dia mengerti jika saat ini Karlinda mungkin saja merasakan hal yang sama dengannya. Dia hanya bisa membalas wanita itu dengan senyum penuh makna. Alf masih bergeming, seolah tubuhnya tak ingin duduk. Tak mau melewatkan tatapan Inn yang begitu hangat padanya. Ya, wanita itu sedang melangkahkan kakinya menuju Alf, dengan adegan slow motion dalam pandangan Alf. Senyum terukir di bibir Inn, membuat Alf kepanasan dengan detak jantung tak beraturan. Padahal sedang berada di luar ruangan dengan angin sepoi-sepoi, tapi Alf mala
Acara pesta berlangsung dengan meriah dan penuh sukacita. Setelah beberapa sambutan, termasuk sambutan dari Ibu Nover, kini tibalah acara ramah-tamah. Semua tamu yang diperkirakan sekitar 500 orang, dipersilahkan menikmati santapan yang telah disediakan di beberapa bagian taman. Makanan Indonesia maupun luar, tersaji di atas beberapa buah meja panjang, yang dijaga oleh para pramusaji. Alf, Karlinda, Jessy dan Boy pun segera melangkahkan kaki menuju meja yang ingin mereka cicipi makanannya. Dan tidak disangka, mereka berpapasan dengan Ellen, Willy, serta Merlin yang datang sendirian. Alf bisa menangkap raut wajah tak percaya dari Willy, saat mendapati wanita pujaannya datang bersama si sekuriti yang baru sebulan bekerja di Lab. Sisilia. Tapi, berbeda dengan Willy, Merlin malah memperlihatkan tatapan 'apa gue bilang!' Tatapan Willy juga serupa tatapan Ellen, saat melihat gandengan Alf adalah temannya, Karlinda. Ellen hanya mengangkat telunjuknya sambil mengarah