Share

Emak Alf

Author: corn leaf
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Alf baru saja selesai mandi, saat handphone androidnya yang terbalut casing Naruto, berdering di atas nakas. Buru-buru ia meraih handphone itu, dan mendapati nama My Mom tertera di layar. Ujung bibir Alf terangkat, membentuk senyuman bahagia. Dengan hati riang gembira macam anak kecil diajak nonton karnaval, Alf langsung menggeser logo telepon berwarna hijau.

"My mooommmmmm!" seru Alf sambil menghempaskan tubuh ke atas kasur berseprei mawar merah pemberian emak, yang diwanti-wanti harus digunakan, biar tidak perlu beli baru lagi. 

Emaknya Alf, yang dipanggil mom sama Alf, memang punya segudang seprei bunga-bungaan di rumah. Baik hasil berburu diskon di mall, ngutang di Mbak pedagang seprei keliling, atau hadiah ulang tahun dari adiknya, Tante Ismi, yang punya online shop jualan seprei. Ampun, dah!

Hal ini yang selalu menjadi tanda tanya di benak Alf, mengapa emaknya suka mengoleksi seprei dengan motif bunga besar dan warna menyala. Apakah emak memang punya hobi yang langka dari emak-emak lainnya? Di samping itu, hobi emak adalah dengan senang hati mewariskan seprei-seprei itu pada anak-anaknya, Alf dan si kakak perempuan satu-satunya—Nolla, yang dengan berat hati menerima pemberian itu, karena ancaman bakal—dicoret—dari—KK—kalau—tidak—terima.

"Apa kabar anakku? Kamu lagi ngapain, anakku yang gantengnya melebihi Nicholas Saputra?!" Suara emak Alf menggelegar di seberang sana. Suaranya terdengar bahagia juga.

Alf serasa melambung ke langit ke tujuh karena dibilang mirip Nicholas Saputra. Mungkin maksud emak, bagian telapak kakinya Bang Nicho kali ya.

"Kabar aku baik, Mom! Aku baru abis mandi dan ngecas hp, Mom!"

"Hah?! Kamu mandi pake alat cas!" Emak sudah histeris di seberang sana.

Alf menggelengkan kepala, seolah emak dapat melihat hal itu.

"Bukan, mom... Btw, mom sama papi apa kabarnya?" Alf mengalihkan topik mandi pakai alat cas.

"Mommy papi palamu! Jangan sok englis kalau masih sarapan pake nasi goreng!" Emak menimpali.

Alf terkikik, "Sekali-sekali kan, Mom..."

"Kamu tuh berkali-kali, bukan sekali!"

Alf berimajinasi sejenak. Seolah emak ada di hadapannya dengan bibir yang komat-kamit menceramahi, kayak Eminem lagi ngerap. Alf tersenyum miris penuh kerinduan, karena nyatanya sudah 2 tahun ia belum pulang kampung menemui orang tuanya. Emak menyuruh Alf untuk fokus kerja dulu, menyiapkan tabungan, baru boleh kembali ke kampung bawa oleh-oleh sesosok perempuan. Halah?!

"Kamu masih hidup kan?" pekik emak menyadarkan Alf.

"Yah, masihlah, Mak! Ngarep banget, ya aku udah tewas?" Alf mengerucutkan bibir, yang pastinya hanya bisa dilihat tembok kamar.

"Nah gitu, dong! Panggil emak lebih nyaman," sahut emaknya, berhasil menghilangkan kerucut di bibir Alf. "Kamu udah makan atau belum? Jangan telat makannya. Emak gak mau kamu sakit!" ceramah emak sudah dimulai.

Alf hanya terdiam menikmati suara emak yang tidak berubah, bahkan cerewetnya, perhatiannya, semuanya.

"Pesan emak, jaga diri baik-baik di sana. Terus..." Kalimat emak terputus, membuat Alf bergidik. Bau-baunya, bakal masuk ke topik paling dihindari Alf.

"...kalau udah punya calon istri, kenalin ke emak dan bapaklah... Kita udah lama menunggu ini!"

That's it! Pembicaraan yang paling dihindari Alf, karena hingga saat ini tidak terbersit sedikitpun tentang yang namanya mencari pasangan hidup a.k.a istri. Sekedar pacar saja, tidak. Alf hanya terdiam sambil menggaruk pelipisnya.

"Halo! Alf!" Teriakan emak serasa bakal melompat mendapati Alf.

"Eh, iya, mak..." sahut Alf sekedarnya.

"Jadi, gimana? Udah ada calon bini belum?" Emak yang super kepo kembali menuntut jawaban.

'Ya elah! Itu lagi! Itu lagi!' Alf menggerutu dalam hati.

"Eh, mak... Bapak dimana? Alf pengen ngomong sama bapak."

Alf berusaha mengalihkan topik, tapi namanya juga emak, yang katanya sudah makan asam garam kehidupan. Emak sudah mengenal taktik pengalihan isu Alf.

"Gak usah pura-pura nanyain bapak! Kamu tau kan jam segini bapak lagi nonton berita! Gak bisa diganggu!" Emak mulai sewot.

Alf melirik jam dinding Spongebob-nya, pukul 18.00. Apes! Siap-siap bakalan diceramahi emak sampai baterai handphone habis. Alf harus mencari segudang alasan biar bisa menyelesaikan panggilan bersama emak.

"Kamu jangan nyari-nyari alasan buat kabur, ya!"

Eh buset! Dua tahun tidak bertemu, kayaknya emak sudah belajar ilmu membaca niat buruk. Padahal sedang tidak video call, karena handphone emak memang handphone keluaran lama yang kalau jatuh ke lantai keramik, keramik yang bakal pecah. Emak bisa mengetahui niatan busuk anaknya yang berjarak ratusan kilometer darinya.

"Kagak, mak... Siapa juga yang mau kabur," ujar Alf berusaha tenang, walau hati gelisah.

"Yah... Gini, ya Alf... Kamu itu kan udah 30 tahun..."

Oke! Here we go! Alf hanya bisa pasrah. Ia melirik jam dinding, lalu melirik ke baterai ponsel.

'Sial! Kenapa tadi pakek bilang baru abis ngecas! Gak ada alasan baterai abis lagi kan!' umpat Alf menyesali bibirnya yang selalu nyerocos duluan tanpa mikir.

Ya iyalah Alf. Bibir kan emang fungsinya buat nyerocos, di samping fungsi lain, k**s. Otak yang harus digunakan buat mikir, sebelum ngomong.

Alf sudah terkantuk-kantuk saat emak sibuk menjelaskan panjang lebar perkara usia 30 tahun masih perjaka tua, beralih ke anaknya Bu Rini yang baru 18 tahun udah nikah dan punya baby. Bahkan sampai ke masalah intim, kalau telat nikah dan 'gak disalurkan' bakal kena penyakit.

Alf hanya menguap lebar tanpa suara mendengarkan celotehan emak yang penuh semangat, macam calon dewan lagi memaparkan visi misi. Kalau emak mencalonkan diri jadi anggota dewan, Alf pasti orang pertama yang bakal mengangkat semua jempolnya, jempol tangan sampai jempol kaki.

Alf tidak meragukan lagi kemampuan emak yang bisa ngomong 2 jam tanpa perlu melirik ke kertas contekan. Cukup disodorkan visi misi apa yang mau dicapai tanpa perlu menjelaskan. Selebihnya, emak bakal menambahi bumbu nano-nano untuk bagian penjelasan.

"Kamu denger, gak apa yang emak sampein daritadi?" Emak selalu memastikan jika ceramah panjang—tanpa—bayarannya, sudah tersimpan rapi di memori anak laki-laki semata wayangnya.

"Iya, maaaakkk..." jawab Alf malas.

"Eh! Yang semangat kalau jawab sama orang tua! Kualat kamu kalau jawabnya males gitu!"

Kebiasaan emak, selalu bawa-bawa kualat biar anaknya jadi nurut.

"IYA MAK!" pekik Alf kencang, pakai nada 8 oktaf-falsnya.

"Eh, kamu sama orang tua kok kasar gitu nadanya, Alf!"

'Hellow!' Alf berteriak dalam hati.

"Tadi, kan emak yang..."

"Pokoknya emak gak mau tau! Kamu harus punya calon istri secepatnya! Kalau gak, bakal emak jodohin kamu sama anaknya Bu Mingkem, yang gak pernah mingkem!"

Ancaman emak kali ini membuat Alf menganga. Tak mungkin seorang Alf mau dijodohkan dengan si Mehelina, anak dari Bu Mingkem, yang namanya gak secantik yang punya, gara-gara si dia susah mingkem. Selalu buat Alf pusing kalau berhadapan dengan Mehelina.

Alf mendesah pasrah. Tak mau kualat pada emak, dan jadi Malin Kundang versi moderen.

"Iya, mak... Doain aja biar Alf bisa dapet jodoh di sini," ujar Alf putus asa.

"Emak selalu doain yang terbaik buat anak-anak emak. Gimanapun juga, kalian selalu yang utama," jawab emak buat hati Alf adem seketika.

Alf tersenyum, dan sejenak matanya nyaris berkaca-kaca, sebelum emak menutup pembicaraan dengan mengucapkan kalimat pamungkas, yang sukses membuat keharuan Alf sirna.

"Ingat, pakai seprei yang emak kasi, biar kamu inget emak terus!"

Alf mendengus.

"Emaaakkkk...."

💜💜💜💜💜

corn leaf

Gimana gaes sama episode kali ini? Jangan lupa vote dan komen, ya... Vote dan komen kalian buat aku lebih semangat melanjutkan cerita ini. Terima kasih!

| Like
Comments (3)
goodnovel comment avatar
ayyona
emak minta mantu 😅
goodnovel comment avatar
KolongLangit
Menarik sekali , kedekatan ortu anak digambarkan secara baik. Bukti bahwa Alf dibesarkan dengan cinta. Dialog juga membaik, semoga dialog 2 sekawan bisa menarik seperti ini.
goodnovel comment avatar
Adrian
Wkwkwkw ngakak emak sama anak sama aja ini mah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Ibu Budi

    Alf sedang asyik memainkan game ular di handphone sambil rebahan, saat pintu kamar kosnya tiba-tiba diketuk dengan menggebu-gebu oleh seseorang. Dengan malas dan tanpa beranjak semili pun, Alf hanya berdecak kesal. Lebih asyik memainkan game ular gratisannya. "Alf! Kamu di dalem kan!" Teriakan Ibu Budi, karena anaknya bernama Budi, yang juga pemilik kosan sontak membuat Alf melompat dari rebahannya. "Iya, bu! Tunggu bentar, lagi ganti baju!" sahut Alf berbohong demi menyelamatkan diri. "Cepetan bukain pintunya! Ibu ada perlu, nih! Imijetli (maksudnya immediately)!" 'Ck! Gangguin orang lagi rebahan aja, nih! Lagian apes banget gue yang dihantui Ibu kosan, bukan si Willy aja!' Alf merutuki kesialannya dalam hati. Semua penghuni kos, mulai dari manusia sampai makhluk tak kasat mata, sudah tahu perangai Ibu Budi. Kalau ketahuan lagi re

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Si Admin

    "Belok kiri!" Willy yang sedang duduk di jok belakang, dengan hp berisi pesan suara Ibu Budi yang menempel di telinganya, memberi arahan pada Alf. "Abis ini ke mana!" tanya Alf setengah berteriak, tapi belum mendapat jawaban dari Willy, saking riuhnya jalanan dengan kendaraan meskipun sudah pukul 21.00. Ditambah lagi, Willy sedang konsentrasi penuh menyeleksi suara Ibu Budi dan Pak Budi di tengah suara kendaraan yang lalu lalang di sekitar mereka. Alf melepaskan tangan kirinya dari setang motor dan menepuk-nepuk kaki Willy, membuat Willy tersadar. "Apaan!" Willy memajukan kepalanya ke pundak kiri Alf. "Abis ini ke mana!" teriak Alf sambil menoleh sedikit ke arah Willy. "Katanya lurus aja sampai dapet kompleks perumahan!" jawab Willy yang disambut anggukan Alf. Motor tetap melaju dengan stabil di kecepatan 20 km/jam. Maklumlah, Alf ini sejenis pria langka. Saat sedang

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Bertemu si Lilac

    Waktu menunjukkan pukul 07.59 saat Alf dan Willy mengisi absen elektronik mereka. Napas mereka ngos-ngosan, karena takut bakal terlambat. Bisa-bisa pagi mereka dihiasi dampratan dari Ibu Nover. "Briefing-nya belum dimulai kan?" tanya Alf pada Jessy, si resepsionis yang mukanya agak blasteran, sedang sibuk browsing tempat wisata. "Belum," jawab Jessy tanpa mengalihkan pandangan dari layar handphone, "Ibu Nover aja belum dateng, tuh!" Alf dan Willy bertatapan. "Serius?" Willy menimpali. Tangannya menghentak pinggiran meja resepsionis, karena tak percaya. Kali ini Jessy menatap mereka berdua dengan raut wajah mengandung kekesalan. Ia mengembuskan napas kasar. "Kalo gak percaya, langsung aja ke ruangannya buat ngecek!" decak Jessy sambil melotot, dan kembali melakukan aktivitas browsing-nya. Alf dan Willy secepat kilat melangkahkan kaki menuju

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Ajakan

    "Lo kenapa, sih, Alf?" Willy beringsut ke arah Alf yang sedang sibuk melakukan uji *fitokimia dari salah satu sampel yang masuk ke laboratorium. Alf hanya menjawab dengan dendangan lagu. Lagu yang baru diciptakan beberapa menit yang lalu. Yang Willy tahu, nadanya menggambarkan hati Alf yang sedang berbunga-bunga, bukan kesedihan sehabis keluar dari ruangan Ibu Nover. "Mencurigakan banget," selidik Willy sambil melirik tajam ke arah Alf, "jangan-jangan, gaji kamu dinaikkin? Kamu doang?!" Alf tidak menjawab dan masih sibuk dengan aktivitasnya, membuat Willy yang merasa dikacangin, jadi sensian. "Tega banget, sih, lo! Gak berbagi dengan sahabat sendiri!" Willy mencebik. Alf melirik ke arah Willy yang juga sedang menatapnya dengan tatapan menyimpan banyak tanya. "Jadi, lo gak mau berbagi sama gue? Sahabat senasib seperjuangan lo? Dalam suka maupun duka?" ulang Willy dramatis dengan menepuk pelan dada—bukan dada bidangnya.

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Ternyata

    Welcome to malam minggu, malam yang panjang. Malam yang bagi segelintir orang dihabiskan dengan bercengkerama ria bersama keluarga. Bagi sebagian workaholic, malam minggu tetap seperti malam biasanya yang penuh dengan pekerjaan. Dan bagi sebagian orang lagi, khususnya anak muda, malam minggu adalah saat yang tepat buat berkunjung ke rumah pujaan hati. Sedangkan bagi para jombloers, jangan ditanya, bisa perang dunia. Tapi, bagi jomblo bernama Alf, malam minggu kali ini berbeda. Tidak lagi dihabiskan dengan maraton film horor bareng Willy, takutnya kalau nonton drama Korea bisa-bisa jadi halu tingkat tinggi. Jadi, kalau bukan dihabiskan dengan film horor, maka malam minggu dilewati dengan menonton pertunjukan tunggal tarian 'ular disengat listrik' si Willy. Alf sudah mengenakan kemeja putih polos yang biasa dia gunakan kalau mau menghadiri kondangan. Kemeja ini dipakai untuk menunjukkan bahwa dirinya masih polos dan suci. L

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Ternyata lagi...

    Alf masih berdiri terpaku sambil membayangkan perubahan drastis Princess dari putri kecil nan imut dan menggemaskan, menjadi ah-sudahlah, kata Willy tidak boleh ada body shaming. Alf beberapa kali menghela napas panjang, membuat Inn mengernyit. "Kenapa, Alf?" tanya Inn sambil mendekatkan wajahnya pada Alf dan menatap lelaki itu dengan saksama, "ada yang sakit?" Alf menelan ludah. Mendapat tatapan penuh kekhawatiran dari Inn, yang tepat menembus netra cokelat kehitamannya, turun ke jantung, membuat Alf mematung. Jantungnya bak genderang bertalu-talu. Inn masih menatap Alf dengan tatapan khawatir diselipi kepolosan, tidak peka terhadap pria di depan yang wajahnya sudah dipenuhi peluh. "Kok keringat kamu jadi banyak gini? Padahal di sini lagi dingin, loh," Inn memundurkan posisi berdirinya. "Kamu sakit, Alf? Ngomong, dong!" lanjut Inn sambil menggoyangkan lengan Alf. "Engg.... gak!" jawab Alf terbata-bata, sambil cengenges

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Alf Jadi Insecure...?

    Alf memarkirkan motor di parkiran cafe yang sudah berjajar banyak motor dengan keanekaragaman model dan warna. Setelah mengaitkan helm milik sendiri dan punya Inn, Alf kembali merapikan kemeja putihnya. Wajahnya sudah tidak ada sisa-sisa keceriaan lagi. Sudah kepalang bahagia ingin malam mingguan sama Inn, ternyata mereka malah reunian bareng sohib SMA mereka. "Siapa aja, sih yang ada di dalam?" Alf bertanya pada Inn, sambil merapikan sisi rambut dan kacamatanya. Inn sibuk mengetikkan sesuatu, tidak menjawab pertanyaan Alf, membuat Alf mengerucutkan bibir. Alf mendesah. "Sia-sia aja," gumam Alf pelan. "Sia-sia kenapa, Alf?" Inn bertanya tiba-tiba sambil menatap wajah Alf yang masih cemberut. "Eh, gak, kok!" sahut Alf. "Yuk, ke dalem! Yang lain udah pada nunggu," ajak Inn sambil mendahului Alf masuk ke cafe. Alf kembali mendesah, "Ternyata bener kata Willy... Gak mungkin, gue malam mingguan bareng c

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Sakit

    "Haduhhh, makanya lo sih, kelayapan kagak ngajak-ngajak gue! Begini kan jadinya!" Willy terlihat sedang meremas handuk kecil hasil rendaman air, yang kemudian diletakkan di kening Alf. "Gue udah feeling kalo bakal jadi gini, nih akhirnya! Kualat kan lo sekarang!" omel Willy sambil mengecek kondisi Alf. "Untung lo punya sohib yang kayak gue! Selalu ada di saat jatuh bangunnya lo! Tapi, masih aja lo ke kondangan sendirian!" lanjut Willy sambil menatap Alf yang mulai bersin-bersin. Willy mengibaskan tangannya, "Pulang-pulang bawa penyakit sama virus! Bukan bawa makanan, kek!" Alf berusaha menutup mata, agar bisa terlelap dan lepas dari omelan khas emak-emak si Willy. Dia berharap obat yang diminum bisa segera membuatnya mengantuk. Alf sudah cukup lelah malam ini. Selain lelah hati, karena si gebetan malah meninggalkannya sendiri-yah dengan persetujuan si Alf juga, sih! Tapi, lelah karena kesialan bertubi-tubi

Latest chapter

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Thank You

    Terima kasih untuk semua yang sudah menyempatkan diri membaca novel ini. Saya tahu, bahwa novel ini masih jauh dari kesempurnaan, entah dalam penulisan maupun alurnya. Karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, dari para pembaca. Buat semua yang sudah membaca novel ini, baik yang hanya dibaca, yang sampai masukkin ke rak buku, bahkan yang mengeluarkan duitnya buat buka bab berbayar, ataupun pakai koin gratisan... KALIAN LUAR BIASA! I LOVE YOU, ALL! Tanpa dukungan kalian, novel ini tak berarti apa-apa.Akhir kata, tetap semangat membaca! Tetap semangat menulis! Semoga, kita bisa ketemu lagi di cerita-cerita berikutnya! PS : Yang mau kenalan, yuk kunjungi i*******m @kuandwicka. Ada banyak komik strip atau animasi juga. Thank you! ^^

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Bonus 4 Yes! For sure!

    Memang benar bahwa cinta datang tiba-tiba. Memang benar, bahwa cinta terkadang menunjukkan kepada kita, orang yang tidak pernah kita duga. Memang benar, bahwa cinta penuh misteri. Hanya Sang Pemilik cinta sejati, yang paling tahu apa yang terbaik buat makhluk ciptaan-Nya. Saat kita mendambakan seseorang, yang tidak pernah menginginkan kita. Ada satu hati yang berharap kehadirannya diketahui oleh hati kita. Dan, itulah yang terjadi pada seorang pria gempal, sahabat sejatinya Jacob Alfred, Willy. Willy sedang merapikan peralatan gelas, karena hari ini adalah jadwal piketnya. Alf sudah pamit lebih dahulu, karena katanya mau keluar bareng Inn. Akhir-akhir ini, semenjak punya gandengan, Alf memang jarang pulang bareng Willy. Alhasil, Willy diantar oleh Ellen. Sebenarnya, Willy sudah menolak penawaran Ellen, karena Willy ingin menjadi lelaki mandiri, dengan pulang pakai grab. Tapi, entah kenapa, Ellen terus memaksa, seperti hari ini. Ellen terlihat menunggu dengan sabar, di lorong laborat

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Bonus 3 Good bye

    Alf menemui Karlinda untuk terakhir kalinya, karena wanita itu memberi kabar bahwa dirinya akan dipindahkan ke daerah lain. Alf pun meminta izin pada Inn, agar bisa menemui Shafa, karena tujuan Alf salah satunya ingin bertemu Shafa. "Boleh... Gak usah minta izin ke aku, kali..." ujar Inn. "Yah... Takutnya, gak ngomong trus kamu tahu sendiri, malah mikir yang gak-gak," jawab Alf. "Aku percaya, kok sama kamu... Nunggu dari SMA aja bisa, masa aku harus curiga sama yang beginian," sahut Inn membuat hidung Alf kembang kempis, saking bangganya pada diri sendiri. Karena sudah mendapat kepercayaan dari sang pujaan hati, Alf pun bergegas ke tempat pertemuannya dengan Inn, tempat mereka bertemu pertama kali di luar urusan kantor, KeEfCe. Shafa terlihat sedang bermain di area permainan dengan wajah bahagia, khas anak-anak. Alf segera menuju ke meja Karlinda. Wanita itu tampak sedang memotret wajah bahagia putri tunggalnya. "Sore mbak!" sapa Alf sambil duduk di hadapan Karlinda. "Hai, Alf!"

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Bonus 2 Moiz dan...

    Reuni sekolah yang diadakan bersama pentas seni, rupanya tak mau dilewatkan oleh Moiz dan Ui yang berada di kota lain. Mereka meminta cuti 'semester' kedua lebih awal dari biasanya. Namun, tidak bagi Yen yang bekerja pada instansi pemerintahan. Dia hanya bisa gigit jari kali ini karena tak ada kunjungan apapun ke kota Kupang. Ui : Sorry, Yen... Kali ini lo jaga kota Atambua aja, ya. Hahahah... Yen : Ish! Kenapa juga diadainnya hari kamis, gak hari sabtu aja, kek! Alf : Kan sekalian HUT sekolah, Neng! Yen : BETE! Pokoknya jangan ngirimin foto di grup ini! Bakal gue bakar grupnya! Inn : Cup cup cup... Sabar, say... Sabtu turun Kupang, ya... Biar kita jelong-jelong bareng lagi... Mumpung dua sejoli ini ada di sini. Moiz : Ehm... Sorry, tapi Sabtu ini gue udah ada janji... Yen : Janji sama siapa? Moiz : Mau tau aja, atau mau tau banget? Ui : Dia mau ketemu GEBETANNYA! Alf, Yen, Inn : WHAT?! WHO?! Ui : Itu mah gue gak tau. Dia gak ngasitau gue! Moiz : Maaf... Moiz telah meningga

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Bonus 1 Ternyata selama ini

    Alf dan Inn sedang jalan-jalan di malam minggu-yang akhirnya dihabiskan Alf dengan PACAR. Keduanya tampak bercanda-tawa di alun-alun kota, sambil menatap berbagai aktivitas di tempat itu. Ada band jalanan, tari-tarian dari para pekerja seni, maupun beragam permainan untuk anak-anak. Meskipun hanya menghabiskan malam minggu 'receh', namun kedua sejoli itu tampak bahagia. Hingga dering ponsel Alf tiba-tiba, terasa mengganggu pendengaran Alf. "Ck! Siapa, sih? Gangguin malam minggu gue aja!" Alf berdecak malas sambil merogoh ponsel dalam saku celananya. Mata Alf membelalak sempurna, saat mendapati nama my mom di layar ponselnya. "Aduh! Emak nelpon? Ada apa, ya?" gumam Alf sambil menggeser tombol hijau di layar. Inn hanya menatapnya dalam diam. "Ya, halo mak!" sapa Alf. "ALF! HALO, ALF!" Suara emak terdengar menggelegar bak membelah telinga Alf. "Aduh, mak... Alf bisa budek kalau emak teriak begitu..." ujar Alf. "Ngomong pelan aja napa, sih?" "Halo, Alf?!" Emak masih terus memanggil n

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Epilog

    Honda Grand Astrea melaju dengan pasti memasuki kompleks perumahan Dreamland, dan berhenti di depan sebuah rumah berwarna peach. Alf segera turun dari motor, sambil merapikan rambut dan kemejanya. Merasa bahwa penampilannya masih tampan melebihi Cha Eun Woo, Alf segera melangkahkan kakinya memasuki pekarangan rumah wanita yang sudah menjadi kekasihnya sejak dua bulan lalu. Inn. Alf menarik napas panjang, sebelum memberanikan diri mengetuk pintu rumah itu. Namun, belum sempat Alf melancarkan aksinya, sebuah suara dengan nada melengking, mengejutkannya. "Loooohhhh? Kak Alf!" Princess yang semakin montok, karena katanya Nugo suka sama wanita berisi-sudah berdiri di belakang Alf. "Mau ngejemput kak Inn, ya?" Alf hanya membalasnya dengan nyengir kuda. Meskipun hubungannya dan Princess semakin membaik, karena Inn sudah menceritakan pada Princess bahwa Alf adalah teman masa SMA-nya, yang dulu disukai Princess. Di samping itu, Princess yang sedang berbunga-bunga asmara, karena mendapat paca

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Confession (Ending)

    Inn berdiri menatap Alf yang masih duduk di bangku, dengan wajah memohon. Memohon agar Inn tidak meninggalkannya. Wanita itu pun kembali duduk di samping Alf, sambil melepaskan tangannya dari genggaman Alf. "Jadi?" tanya Inn dengan pandangan lurus ke depan. Tak beralih pada Alf. Tangannya terlipat di atas perut. Alf menyiapkan pita suaranya, biar tidak tiba-tiba rusak. Beberapa kali terdengar dehamannya, membuat Inn mencebik. "Sebelumnya... Aku mau nanya sesuatu ke kamu dulu," ujar Alf. "Apa?" "Waktu itu... Saat kamu lagi makan bareng Nugo dan Princess, aku ngomong sesuatu... Tapi, kamu belum ngasih jawaban ke aku," jawab Alf. Wajahnya mulai terlihat serius. "Oooohhhh, yang waktu itu?" Inn memanjangkan nada suaranya. "Bener banget! Aku juga mau minta penjelasan kamu soal itu!" Kali ini Inn sudah berbalik cepat-menatap tajam Alf, tepat di matanya. Telunjuknya mengarah ke dada pria itu. Matanya perlahan menyipit, membuat Alf malah terheran-heran. "Apa maksud kamu gak suka aku jal

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Tukang Ngintip ?

    Alf masih berdiri terpaku, begitu juga Inn. Hingga ibu Nover menyadarkan Inn, bahwa mereka harus segera turun dari panggung. Inn dengan kikuknya berjalan menuruni tangga, tapi pandangan Alf terus melekat padanya. Seolah tidak mau melepaskan wanita itu dan menghilang di keramaian. Willy yang masih duduk, menatap Karlinda dengan senyum simpul menghiasi wajah cantiknya. Willy sudah merasakan sakit hati akibat wanita pujaannya bersama lelaki lain. Dia mengerti jika saat ini Karlinda mungkin saja merasakan hal yang sama dengannya. Dia hanya bisa membalas wanita itu dengan senyum penuh makna. Alf masih bergeming, seolah tubuhnya tak ingin duduk. Tak mau melewatkan tatapan Inn yang begitu hangat padanya. Ya, wanita itu sedang melangkahkan kakinya menuju Alf, dengan adegan slow motion dalam pandangan Alf. Senyum terukir di bibir Inn, membuat Alf kepanasan dengan detak jantung tak beraturan. Padahal sedang berada di luar ruangan dengan angin sepoi-sepoi, tapi Alf mala

  • Gara-gara Sapu Ijuk ?   Kejutan Kedua

    Acara pesta berlangsung dengan meriah dan penuh sukacita. Setelah beberapa sambutan, termasuk sambutan dari Ibu Nover, kini tibalah acara ramah-tamah. Semua tamu yang diperkirakan sekitar 500 orang, dipersilahkan menikmati santapan yang telah disediakan di beberapa bagian taman. Makanan Indonesia maupun luar, tersaji di atas beberapa buah meja panjang, yang dijaga oleh para pramusaji. Alf, Karlinda, Jessy dan Boy pun segera melangkahkan kaki menuju meja yang ingin mereka cicipi makanannya. Dan tidak disangka, mereka berpapasan dengan Ellen, Willy, serta Merlin yang datang sendirian. Alf bisa menangkap raut wajah tak percaya dari Willy, saat mendapati wanita pujaannya datang bersama si sekuriti yang baru sebulan bekerja di Lab. Sisilia. Tapi, berbeda dengan Willy, Merlin malah memperlihatkan tatapan 'apa gue bilang!' Tatapan Willy juga serupa tatapan Ellen, saat melihat gandengan Alf adalah temannya, Karlinda. Ellen hanya mengangkat telunjuknya sambil mengarah

DMCA.com Protection Status