Share

Bab 11

Penulis: Kak MungiL
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-01 16:06:08

Rania masih berusaha untuk melepaskan rambutnya, Namun entah apa yang membuatnya sangat susah. Terdengar suara kaki yang melangkah masuk ke ruangan. Rania mengintip dari kolong meja siapakah gerangan pemilik kaki tersebut. Bagaimana bisa lancang tak mengetuk pintu terlebih dahulu sedangkan sekretarisnya saja tadi mengetuk pintu sebelum masuk. Bahkan tak berani masuk ketika belum terdengar teriakan dari Zaki.

'Perempuan? Dari kakinya itu perempuan, apa itu istrinya Zaki? Aku rasa, iya. Tidak mungkin orang lain jika dia saja masuk tanpa mengetuk pintu.' Rania membatin seraya tersenyum licik. Ia merasa inilah momen yang tepat untuk menciptakan kesalahpahaman di antara mereka.

"Ah, Pak ini sangat susah. Aku kesulitan melepaskannya."

Zaki mendelik seketika ke arah Rania. Bagaimana ia bicara dengan nada seperti itu? Ia sangat khawatir jika yang masuk ruangannya itu adalah sang Ayah. Ia takut jika ayahnya murka mendapati ia dengan posisi seperti ini.

"Kenapa nada bicaramu seperti itu? Bi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 13

    Rania melempar tatapan piciknya ke arah Zaki yang tengah fokus pada tumpukan berkas di hadapannya itu, di tangan Rania sudah ada secangkir kopi yang dirinya buat beberapa saat lalu, sengaja ia datang pagi-pagi buta seperti ini hanya untuk membuat Zaki luluh padanya.Langkah anggunnya tampak membawa Rania memasuki ruangan Zaki, senyum menggoda yang tersemat di wajah cantiknya enggan hanya sekedar ia lunturkan. "Pak," sapa Rania semakin melangkah mendekat, "Saya membuatkan kopi untuk bapak," sambungnya meletakan cangkir kopi itu di samping tumpukan berkas. Menyadari itu, Zaki mengernyitkan dahinya bingung, menatap penuh tanya ke arah cangkir kopi yang baru saja Rania letakkan, "Bukankah saya tak meminta dibuatkan kopi?" tanyanya kemudian mengangkat dagunya hingga pandangannya terpaku pada Rania. Rania tersipu malu, senyumnya dibuat sebaik mungkin, "Saya cuman ingin bapak sedikit lebih santai saja, lagipula saya lihat sedari awal saya bertemu bapak, sepertinya bapak terlalu memikirkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-02
  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 13

    Rania keluar dari dalam taksi, dirinya menatap sebuah restoran yang ada di hadapannya itu dengan tatapan yang begitu sulit diartikan. Denan tiba-tiba menghubunginya, mengatur pertemuan mereka di restoran ini. Terlepas dari apapun yang akan mereka bicarakan, yang terpenting Rania datang, karena hanya hal itulah yang Rania pikirkan. Semua hal yang akan Denan sampaikan, jelas bisa Rania dengar saat setelah mereka bertemu."Selamat datang di restoran..""Apa kau bisa menunjukan meja atas nama Denan?" tukas Rania cepat. Sembari menyusuri setiap sudut ruangan dengan sorot matanya, dirasa tidak ada Denan diantara mereka yang duduk di ruangan ini. "Baik, ikuti saya!" ujar pelayan itu berjalan mendahului Rania, membuat Rania pun ikut melangkahkan kakinya.Rania rasa, Denan masih belum datang, namun ternyata dugaannya salah. Denan pasti sudah memesan meja khusus untuk pertemuan mereka, mengingat perbincangan mereka akan sangat rahasia. "Apa kau tak salah?" tanya Rania saat pelayan itu menunt

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-03
  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 14

    "Pak, hari ini saya ingin makan siang di luar," kata Rania setelah mendapatkan tanda tangan Zaki. Pria itu pun mengernyitkan dahinya bingung, "Bukannya kamu makan siang dengan saya?" Zaki balik bertanya membuat Rania bersorak dalam hati, dirinya tahu jika Zaki mulai luluh padanya. "Kenapa, Pak? Apa bapak tak bisa makan tanpa saya?" tanyanya semakin berjalan mendekat, menatap Zaki dengan tatapan penuh minat. Zaki menyunggingkan senyumannya, "Apa kau sangat membutuhkan jawaban da...""Sudahlah, Pak. Istri Bapak pasti akan marah jika Bapak terus menerus makan siang dengan saya," tukas Rania menegakan tubuhnya, mengambil langkah mundur. Seolah tak terima dengan apa yang Rania katakan, Zaki bangkit dari duduknya, berjalan mendekat mengitari meja, mengikis jarak di antara dirinya dan Rania, "Apa kamu berniat mempermainkan saya?" tanya Zaki dengan suara rendah namun tersirat ancaman didalamnya.Tangan Rania bergerak, meletakkan sebelah tangannya di dada bidang Zaki, meremas kemeja pria

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-04
  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 15

    Sebagai seorang asisten pribadi Zaki, adakalanya Rania mengikuti jadwal padat yang Zaki miliki. Jika Zaki lembur maka Rania pun lembur, jika Zaki pulang lebih awal, begitupun dengan Rania. Yang terpenting pekerjaannya selesai dan tugasnya pun berjalan dengan lancar. Seperti saat ini, Rania berkali-kali melirik ke ruang sebelah. Di mana Zaki yang tengah berkutat dengan berkas-berkas di hadapannya itu. Cukup sebal karena Rania harus ikut lembur dan pulang terlambat, namun demi misinya berjalan lancar, mau tak mau Rania melakukan hal itu dengan sabar.Rania bangkit dari duduknya saat melihat Zaki yang mulai berdiri, berjalan menuju toilet yang disediakan khusus di dalam ruangannya. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, tangan Rania bergerak meraih alat pengaman hubungan seksual dari dalam tas miliknya. Langkah gontainya membawa Rania masuk ke dalam ruangan milik Zaki. Tanpa berniat mengetuk pintu terlebih dahulu. Rania melirik ke arah pintu toilet yang masih tertutup. Rania de

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-05
  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 16

    "Ini apa!?" tanya Flara tegas, suaranya benar-benar parau dan tercekat, tangannya terulur menunjukan sebuah alat pengaman hubungan seksual ke arah Zaki. Zaki yang melihat itu sedikit terkejut. Pasalnya, dirinya tidak membawa maupun menyimpan alat seperti itu. Namun Zaki bersikap seolah biasa saja, menyembunyikan keterkejutannya dengan raut wajah dingin yang dimilikinya. "Apa urusannya denganmu?" tanya Zaki berjalan melalui Flara begitu saja. Membuat Flara menganga tak percaya. Seolah apa yang Zaki katakan semakin melukai hatinya. Tak tinggal diam, Flara berbalik mengikuti langkah Zaki, "Apa kamu bermain api di belakangku!?" tanya Flara dengan nada tegasnya. Hatinya berkali-kali mengatakan untuk tetap diam, namun pikirannya seolah menggebu-gebu untuk menuntut Zaki perihal apa yang Flara temukan di dalam tas Zaki. "JAWAB!" teriak Flara kala Zaki hanya diam tanpa berniat menjawabnya. Zaki membalikan tubuhnya, menatap Flara dengan sorot mata penuh kebencian, "Kamu tak perlu ta..""

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-06
  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 17

    Hari mulai gelap, di bawah gelapnya malam dan rintikan hujan yang berhasil membasahi bumi, Zaki duduk diam di sebuah taman yang sepi karena hawa dingin dan serangan hujan membuat taman tersebut menjadi hening sesaat dari keramaian. Zaki duduk dengan menekuk kedua kakinya, sedangkan tangannya memeluk kaki tersebut. Pandangan ia arahkan pada langit yang sepi, tak ada bulan, tak ada bintang, kosong, sekosong hatinya saat ini. Disaat yang bersamaan tiba-tiba Zaki teringat dengan kejadian yang membuatnya pergi dari rumah. Kilasan kekerasan yang ia lakukan, entah kenapa menimbulkan rasa khawatir pada istrinya. Khawatir? Entahlah, entah bagaimana menjabarkan perasaan Zaki yang membingungkan ini. "Apa yang aku lakukan tadi menyakitinya?" gumam Zaki masih menatap langit, seakan ia bertanya pada hamparan luas lukisan Tuhan yang kini sedang menatapnya dengan hina. Bagaimana tidak? Disaat Zaki butuh teman, butuh sesuatu yang setidaknya bisa menghibur dirinya, semuanya pergi meninggalkannya. B

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07
  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 18

    Zaki terhenti di pintu utama. Sementara Flara berusaha dengan keras melepas pagutan tangan Denan yang masih berada di pinggangnya. Menyadari bahwa tatapan Zaki berada pinggang Flara barulah Denan melepas pegangan itu. Namun, siapa sangka reaksi Zaki tak seperti biasanya. Jika yang sudah-sudah pria itu akan murka dan menampakkan wajah seramnya, tidak untuk kali ini. Ia berjalan masuk rumah dengan santai dan melewati mereka berdua begitu saja. Tanpa teguran, sapaan, ataupun amarah. "Itu adalah bukti nyata jika suamimu memiliki wanita idaman lain. Lihat reaski yang dia berikan ketika mengetahui apa yang dia lihat." Denan menarik pergelangan tangan Flara. Saat wanita itu hendak menyusul Zaki. "Jangan urusi urusan rumah tanggaku, Denan! Kamu sama sekali tidak ada hak. Lagipula aku tidak meminta pendapatmu mengenai apapun." Flara mengibaskan tangannya agar genggaman Denan terlepas. "Lebih baik kamu pulang sekarang!" usir Flara menunjuk pintu utama. Tanpa menunggu lagi, Flara meninggalka

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-08
  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 19

    Memanjakan? Mendengar kata itu membuat Zaki teringat dengan apa yang ia lihat semalam. Ia merasa tindakan Flara sudah benar-benar di luar batas kewajaran. Bagaimana ada wanita seperti itu, bagaimana ada seorang istri yang sengaja secara terbuka membawa pria lain di rumah suaminya? "Apa yang akan kau lakukan untuk memanjakan aku, hm?" tanya Zaki memutar kursinya sehingga mereka kini saling berhadapan. "Kamu mau apa? Boleh aku duduk di sini?" tanya Flara mengarahkan pandangan ke paha Zaki. Senyum licik Zaki tunjukkan. Ia tak habis pikir dengan para wanita di sekelilingnya. Tidak Flara tidak Rania mereka sama saja, Sama-sama murahan. "Kau sejak awal menggodaku tanpa izin, lalu kenapa sekarang harus izin? Duduklah! Aku senang jika ada yang memanjakan aku," tantang Zaki menarik tangan Rania hingga ia terduduk di pangkuan Zaki. Jarak mereka sungguh sangat dekat. Hembusan nafas menerpa wajah keduanya. Bola mata mereka sama-sama saling tatap dalam diam, lekat dan menggoda. Tangan Flara

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-09

Bab terbaru

  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 90

    Mendengar teriakan Zaki refleks Denan berlari ke arah kamar mandi, ia meninggalkan ibunya yang juga sama terkejutnya. Namun beliau tak bisa melakukan apa-apa selain menunggu kedua anaknya, karena jangankan ikut mereka melihat apa yang terjadi, membawa kursi rodanya untuk maju saja beliau tak bisa melakukannya."Ada apa, Ki?" Mata Denan teralihkan pada sang Ayah yang sudah tergelak di lantai. "Kenapa diam saja? Siapkan mobil kita bawa ke rumah sakit biar aku yang bawa." Denan masuk ke kamar mandi dan mengangkat tubuh kurus Pak Burhan.Tak pernah ia sangka atau bahkan terbesit di kepalanya jika ia akan menggotong tubuh Pak Burhan dengan rasa khawatir yang seperti sekarang ini."Astaga, apa yang terjadi dengan ayahmu?"Denan tak sempat menjawab, ia harus cepat membawa ayahnya ke mobil untuk ia bawa ke rumah sakit."Aku bawa Ibu bentar." Denan kembali berlari ke dalam rumah setelah meletakkan ayahnya ke kursi penumpang bagian depan.Zaki memberanikan diri untuk mengecek nadi ayahnya. Sung

  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 89

    "Haruskah aku berdamai denganmu? Aku merasa ibuku bahagia saat mengajakku ke sini. Senyum yang puluhan tahun hilang akhirnya sering aku lihat belakangan ini. Ibu juga nggak pernah marah-marah ke aku hanya karena aku memaksakan diri untuk berbuat baik ke kalian. Mungkin saatnya aku membuka lembaran baru.""Dengan cara?""Mengubah Denan yang dulu. Yah, meskipun jujur saja aku berat melakukannya, aku akan lakukan demi Ibu. Hanya itu yang dia minta ke aku.""Kau masih berat memberi maaf pada Ayah?"Denan mengangguk. "Banyak hal menyakitkan yang aku lalui, aku berjuang sendirian untuk buat aku sembuh, aku punya orang tua lengkap, tapi rasanya tidak punya orang tua. Apa yang dilakukan Pak Burhan seakan membuat lukaku abadi. Tapi mau bagaimana lagi? Ibuku menuntutku untuk berlapang dada memberikan maaf, jadi meskipun lukaku akan menganga selamanya aku akan berusaha untuk lupa.""Lalu bagaimana denganku?""Sebenarnya aku masih sakit karena kau menikahi Flara, tapi, ya sudahlah lupakan saja. K

  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 88

    "Iya, aku ini memang mengharapkan maaf Denan, tapi jika memang kesalahan dan dosa aku terlalu besar baginya. Aku tidak akan mengharapkan itu lagi, yang penting Denan mau ketemu aku, itu sudah cukup." Pak Burhan menatap dalam anak keduanya itu. "Denan, tidak apa-apa kamu tidak menganggap Ayah adalah ayahmu, tapi setidaknya biarkan Ayah menjadi teman. Atau perlakukan Ayah seperti orang asing. Setidaknya, kamu pasti memanusiakan orang asing."Saking putus asanya Pak Burhan, beliau sampai rela dianggap orang asing agar Denan bisa bicara dengan ramah padanya. "Anak didikan Ibu pasti baik dan tidak akan membiarkan orang tuanya memohon secara terus menerus." Bu Salma mengatakan itu dengan penuh penekan sama tatapan yang menusuk. Denan sampai sedikit gugup melihat tatapan ibunya yang lain dari biasanya. Sepertinya Bu Salma benar-benar sudah tidak bisa memberikan toleransi pada sang anak. Akhirnya Denan memaksakan diri untuk berperilaku dan bersikap baik pada ayahnya. Dan keterpaksaan itu

  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 87

    "Kalau kamu nggak dianggap anak, kamu nggak akan bisa ketemu sama Ayah sekarang, kamu sudah di buang dan nggak akan tahu, kenal, apalagi ketemu sama Ayah. Nyatanya sekarang kamu masih bisa hidup sehat dan bebas ketemu sama ayah. Diakui, dianggap itu bukan hanya perkara kamu diperkenalkan sama publik atas semua orang, Den. Dengan membetikan kehidupan yang layak juga termasuk diakui." Zaki nampak lebih dewasa setelah setelah Roda Kehidupan membuatnya jungkir balik. "Nggk usah banyak komentar, nggak usah ngajarin aku kalau kau tidak pernah jadi aku.""Aku memang tidak pernah menjadi kamu. Tapi aku sekarang merasakan hal yang sama sakitnya seperti kamu meskipun dalam versi yang berbeda. Ayolah Denan, kita ini sama-sama saling tersakiti karena seseorang. Tapi tidak perlu kita bawa rasa sakit itu sampai ke masa depan, karena itu akan menggerogoti kebaikan dan hati kita sendiri.""Ibu bangga sama kamu, Zaki. kamu bisa berpikiran sepositif itu dengan kondisi kamu yang sekarang. Ibu bangga sa

  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 86

    "Kamu berskiap begini bisa membuat Ibu sehat memang?""Ya nggak juga, orang kayak gitu nggak pantas dimaafkan, Ibu. Kesalahannya udah berkerak.""Denan, Ibu kasih tahu, ya. Kamu udah terlalu lama tenggelam, Nak. Ayo kita buka lembaran baru sama Ibu. Kita damai dengan masa lalu. Ibu benar-benar akan merasa tenag dan damai kalau kamu mau dengerin kata Ibu. Pelan-pelan, Nak. Yang jadi korban nggak hanya kamu, Zaki juga. Setidaknya kamu damai sama adik kamu, Nak. Kalian saudara, kalau Ibu sama Ayah udah nggak ada, kalian harusnya saling jaga. Tidak bermusuhan seperti ini. Kamu hanya punya Zaki, begitu pula sebaliknya. Zaki malah hancur karirnya, kamu pun tahu. Sekarang dia jadi kerja apa adanya, kan? Dia jadi t8oang punggung untuk ayahnya yang sering sakit. Sedangkan kamu, kamu masih bisa bekerja dengan baik, tenang, kamu nggak perlu besok mikir mau makan apa, tidur nyenyak atau tidak, nggak pernah kesusahan. Kesusahan kita sudah berakhir di masa lalu. Sekarang mereka menerima karma dari

  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 85

    "Salma, kamu datang?" tanya Pak Burhan seakan tak percaya dengan apa yang beliau lihat. Zaki mendorong kursi roda Bu Salma agar lebih dekat dengan ayahnya. "Aku tinggal dulu, ya. Ada urusan sebentar." Zaki sengaja memberikan waktu pada mereka untuk bicara dari hati ke hati. Biar bagaimanapun status mereka masih suami istri meski tidak diakui negara."Bagaimana kabarmu?" Pak Burhan yang bertanya. "Alhamdulillah, baik. Aku dengar kamu sering sakit. Apa ada yang kamu pikirkan?""Tentu saja ada, banyak malah. Sejak kehidupan aku berantakan aku terpikir bahwa ini adalah hasil dari apa yang aku perbuat selama ini. Mumpung diberi kesempatan, aku ingin meminta maaf padamu dan Denan. Ngomong-ngomong ke mana dia? Tidak ikut denganmu? Dia belum mau menemui aku?""Kamu tahu sendir, kan Denan seperti apa anaknya? Dia yang keras kepala. Mana mungkin bisa memaafkan seseorang dengan begitu mudahnya. Kalau dia bisa memaafkan orang dengan mudah, hal yang terjadi akhir-akhir ini tidak akan pernah te

  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 84

    "Denan, kalau kamu tidak mau melakukannya demi Ayah, setidaknya lakukan ini demi Ibu. Penyesalan akan selalu datang terlambat, Ibu mohon sekali aja kamu temui Ayah. Kasih tahu kalau kamu maafin dia, setelah itu kamu boleh nggak ketemu sama dia lagi. Ibu janji nggak akan minta kamu untuk ketemu sama dia lagi setelah ini.""Kalau mau ke sana aku antar, tapi aku nggak mau nemuin." Denan lalu kembali keluar rumah. Padahal baru saja ia sampai di rumah setelah dari rumah Flara, namun hatinya yang suntuk membuatnya kembali keluar. Bu Salma menghela nafas panjang. Sudah menjadi kebiasaan Denan jika ia suntuk dengan keadaan, ia pasti akan keluar rumah melampiaskannya entah pergi ke mana. Selama ini Bu Salma tidak pernah tahu. "Itulah yang tidak Ibu sukai dari anak Ibu. Kalau keadaan nggak cocok sama hatinya ya itu, langsung pergi. Nanti pulang tengah malam, nggak tahu pergi ke mana. Tapi kamu nggak usah khawatir, Ibu secepatnya akan ke sana. Kalau Denan nggak mau, Ibu dulu yang akan ke sana.

  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 83

    Zaki menghabiskan waktu dengan Brianna selama satu jam lamanya. Karena mengingat bahwa ia keluar rumah bukan hanya untuk menemui anaknya. Ia juga harus menemui Bu Salma dan Denan untuk bertemu dengan ayahnya yang sedang lemah tak berdaya berada di rumah sakit. Hati dan hidup Zaki sebenarnya sudah hancur, ia sudah tidak tahu tujuannya untuk hidup itu sendiri apa, untuk siapa. Zaki benar-benar berada di posisi yang ia sendiri tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya dengan kata-kata. Namun Zaki berusaha untuk kuat, tegar, dan menampakkan wajah yang seakan hidupnya tidak ada beban. Ia harus tetap memakai topeng ketika berada di luar rumah. Ia tidak mau menunjukkan pada dunia bahwa ia sebenarnya sudah menjadi kepingan. Biarkan dirinya sendiri saja yang tahu betapa hancurnya seluruh kehidupan dan hatinya. Berangkat dari rumah Flara menuju rumah Bu Salma hanya memakan waktu sekitar lima belas menit saja. Zaki dengan mantap berjalan menuju rumah minimalis berlantai dua. Pintu terbuka beg

  • Gara-gara Jatah Mantan   Bab 82

    "Jadi yang selama ini yang aku lakukan tidak berarti untukmu?" "Aku nggak bilang begitu, Denan. Justru karena pengorbanan dan apa yang sudah kamu lakukan itu sangat berarti untukku. Itu sebabnya aku menjadikan kamu sebagai sahabatku. Aku ingin kita ini bisa bersama tanpa harus terikat dengan hubungan suami istri. Kalau kita bisa dekat dengan cara seperti itu, kenapa kita harus menikah? Sungguh, akan sama tidak baik untuk ke depannya kalau aku memilih kamu menjadi suamiku atau mempertahankan Zaki sebagai suamiku. Yang pertama kalian berdua pernah singgah di hidupku dan menyakitiku, meskipun kalian berdua sama-sama berubah dan berusaha untuk menjadi lebih baik, bukan berarti aku harus menerima kalian menjadi pasangan hidup, kan? Dan alasan ke dua. Aku nggak mau membuat hubungan kalian akan semakin berantakan. Okelah nggak apa-apa lah kalau kamu nggak mau damai sama Zaki. itu urusan kalian, tapi aku tidak mau kalau aku milih di antara kalian dan justru kalian akan semakin mengibarkan b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status