Home / Romansa / Gara - Gara Resleting / Sequel : Mau Zeva.

Share

Sequel : Mau Zeva.

Author: Chanie1001
last update Last Updated: 2021-08-06 12:14:36

      Zeva menggeliat, matanya terbuka lalu mengerjap beberapa kali. Kenapa langit - langitnya berubah? Setahu Zeva dia masih di ruangan serba putih, alias rumah sakit.

"Udah bangun?" Zein menghampiri Zeva, mengusap sekilas kepalanya lalu berlalu lagi menuju meja tempat dia bermain komputer.

Zein menyesap tehnya lalu mulai menyalakan lagi film yang sempat dia jeda.

Zeva perlahan menuruni kasur milik Zein, melangkah gontai ke arah Zein yang tengah fokus itu.

"Zeva kok di sini?" tanya Zeva setelah berdiri di samping Zein yang duduk itu.

Zein menoleh, mengusap perut Zeva sekilas sebelum meraih pinggangnya dan membantu bumil itu duduk di sebelah pahanya.

"Infusan udah habis, demamnya juga udah turun." Zein menjelaskan dengan acuh, dia mencoba fokus walau wangi Zeva sedikit mengganggunya.

Zeva yang duduk di sebelah paha Zein terlihat ikut

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Jalan

    Zein mengeringkan rambutnya, kedua kakinya bergerak menghampiri Jack yang terlihat sendirian dengan wajah mendung itu. "Bang Jack keliatan makin tua." ejeknya sebelum duduk di sebrang sang manager. Jack memindai dengan kesal wajah tampan yang berlagak tidak berdosa itu. "Dasar bocil!" Jack mendorong tab di meja ke arah Zein."baca itu, biar bisa dapet pengetahuan." lanjutnya dengan sedikit sensi. Zein meraih tab, membaca beberapa tradisi di negara ini. Pernikahan dan hamil di luar nikah. "Terus?" tanya Zein dengan begitu ringannya. Jack menganga sesaat."Terus kamu bilang? Anak kamu mau lahir dan butuh status yang jel—" "Bang Jack serius nyuruh artis abang nikah? Secara hukum, nanti akan ada data loh bang." Zein menatap Jack serius. "Terus kamu mau biarin wanita muda yang baru beres di bikin cape itu begitu aja?

    Last Updated : 2021-08-06
  • Gara - Gara Resleting   Sequel : buaya setia

    Zein tersenyum tipis, gelagat Zeva sungguh lucu. Seperti pencuri amatiran. Ragu, kaku tapi ingin jadi satu. Zein yang sangat mudah menghafal dialog itu jelas tidak lupa soal tidak bolehnya Zeva terlalu banyak makan ice cream. "Udah cukup." Zein meraih cup ice cream di tangan Zeva lalu memasukannya ke tempat sampah mini yang selalu ada di dalam mobil itu. Zeva mengerjap pelan, melirik tong sampah lalu menatap Zein yang tersenyum seraya mencubit gemas pipinya. "Dokter bilang apa? Jangan terlalu banyak makan ice, biar bayinya ga besar di dalem." Zein meraih kepala Zeva, mengecup acak rambutnya. Jack yang mendengar itu menoleh sekilas, dia juga lupa soal itu. Untung Zein panjang ingatan. "Di buang?" tanya Zeva dengan melirik tong sampah itu nanar. Zein terkekeh pelan, wajah polos Zeva semakin terlihat menggemaskan. Zein menggigit sayang pipinya

    Last Updated : 2021-08-06
  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Perjuangan

    Suara 'CUT' terus saja berulang, bahkan terdengar kesal."Zein, ada apa hari ini? Bahkan baru di mulai." keluh sutradara. "Maaf, om." sesal Zein dengan di akhiri helaan nafas berat. Zein masih terganggu dengan keadaan Zeva. Katanya Zeva di larikan ke rumah sakit, tanpa tahu alasannya apa. Zein paham, mungkin Zeva dan yang lainnya tidak mau membuatnya khawatir. Tapi, dengan ketidak tahuannya justru Zein semakin terbebani. "Istirahat sebentar." putus sang sutradara. Zein sesekali meminta maaf, pada kru maupun lawan mainnya. Dia sungguh tengah kacau. Pengaruh ibu dari anaknya itu memang dahsyat. "Zein, bang Jack udah bilangkan, Zeva ga papa cuma capek." gemasnya kesal. Zein menyorot Jack dengan tidak percaya."Bang, kita emang baru sebentar bareng - bareng, tapi aku tahu kalau bang Jack lagi bohong sekarang." nada suara

    Last Updated : 2021-08-06
  • Gara - Gara Resleting   Sequel : semua membaik

    Zein mengusap bahu lalu kepala Zeva, di ruang rawat inap Zeva kini hanya ada dia, Zeva, perawat dan bayi rapuh, mungil yang cantik. Saat ini Zeva terlihat seperti mama kangguru, bayi mereka yang lahir di minggu ke 33, jelas saja bisa di bilang prematur. Bahkan sempat melemah walau pada akhirnya, sehari setelahnya di katakan stabil. Sang perawat tengah mengarahkan bayi di gendongan Zeva agar bisa menyusu dengan nyaman. Skin to skin, agar bayi tetap hangat suhunya. Zeva yang memang tidak memiliki urat malu, dalam keadaan setengah telanjang pun tetap cuek dengan keberadaan Zein di sampingnya. Berbeda dengan Zein yang bisa - bisanya merasakan panas di saat anaknya butuh perhatian lebih itu. Zein mengalihkan tatapannya pada sang suster yang mencuri - curi pandang itu. Zein jelas tidak suka karena itu artinya si perawat tidak fokus menjaga Zeva dan anaknya.

    Last Updated : 2021-08-06
  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Akhirnya

    Zein membawa langkahnya dengan tergesa, bahkan dia tidak peduli dengan hasil jepretan tadi. Biar Jack yang pilih yang mana yang bagus untuk di jadikan sampul majalah. Zein yang jelas ingin melihat Zeva yang pastinya sudah bertemu Amora. Kaki Zein mengerem mendadak, nafasnya yang terengah mulai dia kontrol agar kembali normal. Zein terlihat kikuk walau sesaat, karena detik selanjutnya dia memasang wajah khasnya. Tenang yang agak terasa dingin. Amora melipat tangannya di perut, duduk santai di sebrang Zeva yang memangku Cantika. Amora menatap Zein dengan raut datar tidak terbaca. Zein berdehem kecil lalu melangkah pelan dan berakhir duduk di samping Zeva. Tanpa menyapanya. "Akhirnya, sang biang kerok datang." Junior melangkah keluar dari arah kamar tamu, dia kebetulan tadi buang air kecil dulu. Zein masih diam, dia mendadak canggun

    Last Updated : 2021-08-06
  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Bahagia Di sana

    Zein menggeliat, suara bayi menyapa telinganya membuatnya tidak bisa terus terlelap. Zein memang menyuruh perawat 24 jam menjaga Zeva dan Cantika tapi rasanya untuk terus terlelap tidak enak. Zein ayah dari bayi yang kini terus menangis itu. Mungkin karena itu juga alasannya. "Zein tidur aja, Zeva sama bu perawat yang jaga Cantika. Dia cuma mau asi aja." jelasnya dengan bersiap menerima Cantika yang awalnya di gendongan perawat. Zein tidak menjawab, dia turun dari kasur untuk menghampiri Zeva yang duduk di sofa dekat keranjang bayi. "Perkembangan Cantika gimana sus?" tanya Zein setelah duduk di samping Zeva. "Baik, setiap harinya meningkat. Mungkin satu mingguan lagi saya bekerja di sini karena Cantika sudah bisa di rawat normal." jelas sang perawat. Zein mangut - mangut paham, melirik Cantika yang terlihat asyik menyusu lalu mengamati Zeva yang asyik mengusap kepala

    Last Updated : 2021-08-06
  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Keputusan Zeva

    Zein melipat lengan kemeja hitam yang di pakainya hingga se-siku. Wajahnya masih terlihat mendung. Jelas saja karena Cantika baru setengah jam yang lalu di makamkan. "Di mana, Zeva?" Zein bertanya pada Yumni, teman Zeva sekaligus teman Grecia—adiknya. "Di kamar bang, sama kak Adit." jawab Yumni. Tanpa kata, Zein membawa langkahnya ke kamar yang di maksud Yumni. Kamar tamu. Zein mengetuk pintu, membuat adik dan kakak yang saling memeluk itu menoleh dengan penampilan kacau. "Masuk, Zein." Raditya melepas pelukannya, beranjak dari kasur seolah memberi Zein ruang. "Adit mau kemana?" Zeva menahan lengan sang kakak dengan mata basahnya. Zeva belum siap bertemu Zein, dia takut di salahkan dan di marahi Zein karena tidak becus mengurus Cantika hingga bayi rapuh itu pergi selamanya. "Ada, Zein. Kalian

    Last Updated : 2021-08-06
  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Zein Sadar

    Zein terlihat kelelahan, jadwal mendadak di ubah membuatnya jadi semakin sibuk. Zein menatap ponselnya, membuka pesan yang dia kirimkan pada Zeva. Masih belum di baca, bahkan Zeva terlihat tidak aktif. Zein memutuskan tidur sebentar, membiarkan Jack membawa mobilnya hingga ke apartement. Tak lama mobil Zein sampai. "Zein, mau bang Jack anter?" tawar Jack dengan memindai sekitar, takutnya ada penguntit nekad. "Ga usah, bang Jack urus yang lain aja." balas Zein dengan tidak bertenaga, terlihat lelah sekali. "Yaudah." Zein turun."Hati - hati bang di jalannya." kata Zein sebelum berlalu. "Hm, kalo udah sampe telepon bang Jack." Zein hanya melambaikan sebelah tangannya tanpa berbalik dan tanpa menghentikan langkah gontainya. ***

    Last Updated : 2021-08-06

Latest chapter

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Kekalahan Terindah

    Ngidam, satu kata yang membuat Zein mengacak rambutnya frustasi. Zeva sungguh menyebalkan saat ini, permintaannya membuatnya gila. "Sekali aja, pake." Zeva mengembungkan pipinya yang semakin berisi itu. "Aku laki - laki, cowok, pria, Zeva sayang." Zein tersenyum paksa dengan menahan geraman marah. "Cuma merah sebentar, masih ga mau?" tatapannya menatap Zein dengan lucunya. Sontak Zein tidak berkutik, sialan memang wajah Zeva yang menggemaskan itu. "Jangan tebel - tebel." Zein pun pasrah, melirik sekitarnya yang cukup ramai. "Yeay!" Zeva dengan semangat menempelkan lipstik merah itu pada bibir Zein yang tebal nan seksi itu. Zein menatap wajah cerah Zeva dengan tatapan yang kian melembut, istrinya begitu bahagia hanya karena tindakan kecil itu. Harusnya Zein tidak menolak dari awal. "Woah!" Zeva menutup mu

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Anugrah

    Jalan - jalan kilat pun berakhir dengan Zeva yang asyik dengan benih - benih bunga yang di belinya. Membiarkan Jackson menanamnya karena tukang kebun tak kunjung datang. Jackson terlihat menggali dengan air wajah tidak yakin, dia sudah beberapa kali menolak untuk menanam benih itu namun Zeva keukeuh agar dirinya yang menanam benih itu. Demi apapun, Jackson belum pernah menanam bunga. Semoga saja semua benihnya tumbuh dengan baik. Harapnya masih dengan tidak yakin. "Sayang, ayo masuk." Zein bersuara di ambang pintu. Zeva yang sedang berjongkok menoleh lalu mengangguk dengan patuhnya."Beresin ya, Jackson. Maaf ngerepotin sama ga bisa terus nemenin." sesalnya dengan lugu. Jackson terkekeh dalam hati, dia itu pegawainya. Kenapa Zeva tidak sadar soal itu dan berperan seperti teman saja. Mungkin karena terlalu baik pikir Jackson. "Tidak apa - apa

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Jalan - jalan

    Bang Jack membantu Zein yang akan pergi pemotretan dan pengambilan video untuk iklan minuman yang sudah terlanjur mengkontraknya. Tadinya Zein ingin membatalkan namun kata bang Jack lebih baik lanjut karena perusahaan itu tidak keberatan soal skandal yang menimpa Zein. "Cuma 6 menit, durasi yang singkat. Sayang sama uang kamu walau uang kamu ga akan habis." kata Jack seraya merapihkan tas Zein. "Kalau gitu ajak Zeva boleh? Biar pulang langsung jalan." Jack menggeleng tegas."Ga bisa, Zeva masih jadi inceran. Kasihan dia, Zein." balasnya. Zein menekuk wajahnya, tidak bisa menyangkal ucapan Jack yang benar adanya. "Tuan Zein—" panggil Jackson yang mengundang Jack untuk menoleh juga."nyonya Zeva menangis di belakang dan menyuruh saya untuk memang—" Zein lebih dulu membawa langkahnya ke taman belakang di banding mendengarkan penjelasan pengawal

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : After Menikah

    Hanya Zein yang di omeli atasan terus tersenyum cerah seperti orang yang di mabuk kasmaran. Telinganya seolah tuli dari amukan atasannya. Bang Jack menyenggol Zein, menyadarkan artisnya itu agar pikirannya berada di tempatnya, tidak berkelana ke tempat lain. Zein melunturkan senyumnya, mengerjap sekali lalu melirik bang Jack sekilas sebelum menatap atasannya yang mukanya sudah semerah tomat saking emosi. "Kamu sedang naik daun! Dengan gegabah memutuskan menikah tanpa melibatkan kami sebagai rumah produksi yang melahirkan kamu!" bentak si atasan dengan menunjuk Zein di sebrangnya—penuh emosi. Suara ponsel berdering terus menemani perbincangan mereka, membuat si atasan semakin merasakan kepalanya pecah rasanya. Sudah pasti yang menelpon itu investor yang mendanai film Zein yang pastinya gagal produksi itu. "Film di tahan bahkan bisa batal ta

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Baikan

    Zeva menggeleng, terlihat tidak nyaman di tempatnya. Zeva rasanya campur aduk. Senang, rindu, takut dan sedih menjadi satu. "Ayo, ada aku." Zein mengusap jemari Zeva yang ada di genggamannya. Kedua mata Zeva mulai basah, bibirnya bergetar saking tidak sanggupnya menahan semua rasa di dadanya. Hampir satu tahun dia jauh dari Lamita. "Kenapa?" Zein dengan sabar membujuk Zeva agar mau turun dari mobil. "Bunda masih marah ga ya?" suara Zeva bergetar dengan air mata lolos. *** Zeva menatap nanar Lamita yang sama kacaunya, kedua mata mereka sama basah. Semarah apapun, seorang ibu pasti akan luluh dan kalah saat rindu tidak bisa di bendung lagi.

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Bertindak Nyata

    Zein terlihat segar, hari ini hari sabtu. Hari liburnya walau hanya sehari dalam bulan ini. Dia harus memanfaatkannya sebaik mungkin. "Emang kamu engga kepikiran soal nikah?" Suara Jack membuat Zein menghantikan langkahnya, bersembunyi dan menguping. "Zeva ga mau rusak impian Zein, cukup Zeva aja yang mimpinya rusak. Zein baik, Zeva ga mau sakitin orang baik." lugunya dengan begitu tulus. "Mimpi? Emang kamu punya mimpi apa?" Jack terlihat memandang Zeva hangat. "Jadi dewasa, itu mimpi Zeva waktu kelas 3 SD sebelum kecelakaan." Zeva tersenyum kecil, pandangannya menerawang."Tapi, ternyata dewasa itu ga enak. Zeva ga bisa egois. Dulu mungkin Zeva asal ambil apapun milik Adit tanpa tahu perasaan Adit. Sekarang Zeva harus banyak puter otak, ga bisa seenaknya. Zeva juga ga mau Zein hancur karena Zeva, apalagi fans - fans Zein yang sayang banget sama Zein. Zeva pasti bikin banyak orang sedi

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : tidak tahu tempat

    Zein menghela nafas panjang penuh kelegaan, akhirnya semua adegan telah selesai dia lakukan dengan sebaik dan secepat mungkin. Zein membawa langkahnya hendak ke ruang tunggu yang di mana Zeva ada di sana. Namun, seseorang menghadangnya. "Dia bukan adik kamukan Zein?" todongnya dengan tatapan meredup sedih. Zein mengerang dalam hati, dia lupa mengurus satu perempuan yang sempat dia beri harapan itu. "Hm." Perempuan muda itu tersenyum kecut."Bener ternyata sama gosip yang beredar, kamu banyak mainin perempuan. Terus kita gimana?" desaknya dengan kedua mata mulai merebak basah. Zein terlihat tenang."Emang kita apa? Kita cuma temen, temen dalam beradu akting, temen main ke bioskop, ga lebih. Kamu bahkan belum pernah aku ajak ke atas ranjang." terangnya dengan santai. Perempuan itu menatap Zein dengan tidak percaya, kecewa dan sedih.

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Damai

    Zeva terlihat mengernyit, merasakan pening menghantam kepalanya. Perlahan, kedua matanya terbuka. Dahinya mengkerut karena silau lampu. "Pusing?" Zeva sontak menoleh kaget dan meringis saat kepalanya berdenyut pusing. Zein mengusap kepala Zeva, memijat lembut pelipisnya."Tidur dulu atau mau makan?" tawarnya. Zeva menatap Zein dengan mengabaikan kepalanya yang berdenyut. "Kenapa Zeva di sini lagi? Adit sama Yumni mana?" tanyanya dengan suara serak dan layu. Zein masih betah mengusap dan memijat lembut pelipis Zeva. Zeva pun tidak menolak karena jujur saja itu enak baginya. "Mereka pulang." balas Zein sekenanya. "Kenapa ga bawa Zeva juga? Kenapa malah di bawa kesini?" Zeva menepis tangan Zein dan berusaha turun dari kasur Zein. Zein menahan bahunya."Rumah kamu di sini, jelas kamu harus ada di si

  • Gara - Gara Resleting   Sequel : Zein Sadar

    Zein terlihat kelelahan, jadwal mendadak di ubah membuatnya jadi semakin sibuk. Zein menatap ponselnya, membuka pesan yang dia kirimkan pada Zeva. Masih belum di baca, bahkan Zeva terlihat tidak aktif. Zein memutuskan tidur sebentar, membiarkan Jack membawa mobilnya hingga ke apartement. Tak lama mobil Zein sampai. "Zein, mau bang Jack anter?" tawar Jack dengan memindai sekitar, takutnya ada penguntit nekad. "Ga usah, bang Jack urus yang lain aja." balas Zein dengan tidak bertenaga, terlihat lelah sekali. "Yaudah." Zein turun."Hati - hati bang di jalannya." kata Zein sebelum berlalu. "Hm, kalo udah sampe telepon bang Jack." Zein hanya melambaikan sebelah tangannya tanpa berbalik dan tanpa menghentikan langkah gontainya. ***

DMCA.com Protection Status