Gara-gara Nikah di KUAPart 11 : Lahiran JugaYa Allah, keadaan Mira kok mengenaskan gitu? Aku jadi takut, perasaan ini jadi tak menentu sepanjang jalan pulang ke rumah. Kuusap perut ini berkali-kali dan berdoa agar proses bersalinku nanti lancar dan bisa lahiran normal.“Naima, dari mana? Mau saya antar?” Suara Bu Bidan Maya mengagetku, dia menghentikan sepeda motornya di sampingku.“Eh, Bu Bidan .... “ Aku sedikit terkejut dengan sapaan wanita berpakaian serba putih itu, dia bidan desa yang bekerja di Pukesmas Sejahtera, dia mengontrak rumah di ujung jalan sana. “Mau ke mana kamu? Ayo saya antar!” tanyanya lagi dengan sambil tersenyum ramah.“Nggak usah, Bu Bidan, terima kasih. Saya mau pulang. Bu Bidan mau ke mana?” Aku membalas senyum ramah sang bidan.“Saya mau ke rumah Mira. Sepupu kamu ‘kan dia? Dia baru habis lahiran caesar seminggu yang lalu,” ujar Bidan Maya.“Iya, Bu Bidan, Mira sepupu saya. Eh, keadaan Mira kok bisa mengenaskan gitu? Tadi saya baru habis jenguk dia, kasih
Gara-gara Nikah di KUAPart 12 : 40 HariEmpat puluh hari berlalu, hari ini di pondok sederhanaku baru saja selesai acara bebersih sekalian naik ayunan untuk putriku, Nazia. Itulah nama pemberian Bang Yusril, katanya Nazia itu berarti seorang putri yang membawa kemulian bagi keluarganya. Aku setuju-setuju saja dan menyukai nama itu.Hari ini hari pertamanya aku dan Nazia akan keluar rumah sebab menurut tradisi di desaku ini, seorang ibu yang baru saja melahirkan boleh keluar rumah hanya setelah 40 hari melahirkan. Aku menurut saja walau seharian habis lahiran saja, aku sudah bisa jalan di rumah. Kasihan juga suamiku dan Ibu, selama 40 hari itu, merekalah yang membantu belanja. Untung saja, suamiku ini memang siaga, dia selalu menyediakan kebutuhan di rumah sebelum berangkat bekerja. Dia juga yang mencuci pakaian selama empat puluh hari ini walau aku sudah menolak, selama habis lahiran ini, dia benar-benar memanjakanku. Tugasku hanya mengurus Nazia saja, sedang tugas rumah dia yang men
Gara-gara Nikah di KUAPart 13 : Hutang Jawaban“Owee ... oweee .... “Belum sempat Bang Yusril menjawab todongan pertanyaan dariku, Nazia malah menangis tiba-tiba. Yah, kayaknya nih bayi lagi komplotan ama Ayahnya, aku mengerucutkan bibir, menahan kesal di hati.“Abang masih berhutang jawaban, ya, sama Nai!” ujarku dengan mengacungkan telunjuk ke arah Bang Yusril lalu naik ke atas tempat tidur.“Hmm .... “Bang Yusril masih terlihat gelagapan, ia tak hentinya menggaruk kepala sambil cengengesan tak jelas.Aku segera menepuk pantat Nazia, tapi ia masih saja menangis. Mau tak mau, aku berbaring juga dengan sambil memberikan ASI, barulah tangisnya mereda.Aku menoleh sekilas ke belakang, terlihat Bang Yusril sedang mengelus dadanya dengan tarikan napas yang melega. Kutepuk kembali pantat Nazia, agar ia segera terlelap agar aku bisa melanjutkan introgasi kepada Ayahnya yang selalu main rahasia-rahasiaan denganku, ‘kan sebel jadinya. Otak detektifku ‘kan jadi menjerit-jerit.Kutarik ASI se
Gara-gara Nikah di KUAPart 14 : Barang Bawaan SuamikuAku kembali ke rumah Ibu dengan perasaan yang tak menentu, karena takut gara-gara omonganku, Mira dan Amir malah berantem besar-besaran walau sebenarnya mereka sudah ribut sebelum aku mengatakan kebenaran itu. Kuhela napas panjang dan menggeleng risih, semoga kalau terjadi apa pun pada mereka itu bukan karenaku.Aku memutuskan sampai sore di sini, sebab mau pulang ke rumah juga, Bang Yusril belum pulang dari Kota. Biarlah aku di sini dulu, lagain Nazia masih tidur karena kelelahan bermain dengan Kakek dan Neneknya tadi.“Kenapa kamu, Nai?” tanya Ibu sambil duduk di sebelahku.Aku mengigit bibir bimbang dan mulai menceritakan segalanya dengan Ibu, biar perasaan ini jadi lega.“Mereka memang sering ribut kok, Nai. Amir mulai jarang pulang dan kalau sedang di rumah pun, Mira selalu mengajaknya ribut. Ibu kasihan sama putra mereka, nangis melulu. Udah gitu, Mira juga tak mau menyusuinya dan diberi susu formula saja. Kata Bude Nanimu s
Gara-gara Nikah di KUAPart 15 : Kejutan“Bang, dapat dari mana kamu barang-barang ini?” tanyaku kepada Bang Yusril yang kini sedang mengamatiku di depan pintu kamar.“Semaunya halal, Dek, ini bukan barang curian. Ini buat kamu dan Abang membelinya sendiri,” jawab Bang Yusril dengan sambil mendekat ke arahku.“Bang, ini barang-barang mahal. Abang dapat uang dari mana?” tanyaku masih dengan mode penasaran.“Semua pertanyaan kamu yang hari ini, kemarin dan kemarin-kemarinnya lagi akan Abang jawab besok. Sekarang simpan saja dulu barang-barang ini dan besok harus dipakai!” Bang Yusril tersenyum.“Bang, kenapa harus nunggu besok? Kenapa nggak jelaskan sekarang saja!” Aku menatapnya serius kali ini, berharap ia tak main rahasia-rahasiaan lagi.“Besok saja, Dek!” Dia tersenyum jahil.“Bang, kok senang banget bikin Nai penasaran?” Aku mendekat kepadanya dan mendaratkan cubitan di pinggangnya.“Sakit, Dek!” Dia meringis dan bertingkah lebay.“Bang, cepat katakan sekarang!” Aku melototinya den
Gara-gara Nikah di KUAPart 16 : Bukan Mimpi“Itu Naima dan Yusril udah datang.”“Duh, mereka cantik dan genteng deh, pasangan serasi.”“Nggak nyangka bakal ngerasain juga acara yang dibuat mereka.”“Eh, mereka bisa banyak duit gini, gimana ceritanya, ya?”Begitulah bisik-bisik dari para tetangga saat aku dan Bang Yusril menaiki pentas yang dalam bahasa kampung kami disebut ‘tarub’ yaitu bangunan tambahan yang dibuat khusus untuk acara karena rumah yang bersangkutan tak mencukupi untuk menampung para tamu undangan.Aku dan Bang Yusril duduk di dekat Ibu dan Bapak juga Abah dan Emak. Nazia dipangku Ibu. Di sini juga ada Ustad Jaka, dia adalah Ustad yang biasa dipanggil warga jika akan mengadakan hajatan sebab dia akan menjadi pemimpin doa.“Apa acaranya bisa dimulai sekarang, Yusril?” tanya Ustad Jaka dengan sambil tersenyum.“Silakan, Ustad,” jawab Bang Yusril dengan menganggukan kepalanya.Ustad Jaka mulai memimpin doa.“Bang, acara apa ini?” bisikku padanya.“Acara aqiqah dan guntin
Gara-gara Nikah di KUAPart 17 : Mendadak BaikTaklama kemudian, Bang Yusril sudah kembali dari dapur. Aku masih di tempat semula dengan wajah masam, sebel saja dengan tingkahnya yang memberi penjelasan setengah-setengah gitu.“Dek, kok manyun?” Bang Yusril kembali duduk di sebelahku.“Sebel sama Abang, ngomongnya suka setengah-setengah!” jawabku dengan merengut.Bang Yusril terlihat menahan senyum lalu berkata, “Maaf, Sayang, tadi Abang kebelet. Akan Abang jawab sekarang kok pertanyaannya.”Aku masih merengut dengan bibir yang mengerucut, malas saja kalau dia malah ngerjain. Bang Yusril makin jahil sekarang, suka banget bikin istrinya penasaran setengah mati.“Jadi begini ... di antara sapi-sapi milik Juragan, lima ekor di antaranya milik Abang. Jadi, Juragan Burhan itu suka ngasih bonus anak sapi setiap tahun dan kumpulan jumlahnya ada lima ekor dan sekarang udah gede-gede. Kemarin Abang jual deh semuanya, buat modal wisuda, beliin kamu perhiasan juga buat acara aqiqah Nazia. Begitu
Gara-gara Nikah di KUAPart 18 : Tiga Hari Tak Pulang“Assalammualaikum .... ““Waalaikumsalam, Bang,” jawabku dengan tatapan masih ke punggung Mira yang sudah semakin menjauh itu.Tangan Bang Yursil mengacak pucuk kepalaku, ia tersenyum lalu menggandengku masuk.“Kenapa itu Si Mira, kalian habis berantem?” tanya Bang Yusril dengan sambil melepas sepatu, lalu jaketnya."Nanti deh, Nai, ceritain. Abang ganti baju dulu sana!" jawabku dengan sambil melangkah ke dapur.Taklama kemudian, Bang Yusril sudah muncul ke dapur dengan kaos oblong dan celana pendek. Cepat banget dia ganti costumnya.Aku langsung menceritakan maksud kedatangan Mira tadi dan Bang Yusril hanya tersenyum tipis sambil menyesap kopinya juga pisang goreng yang sengaja kusiapkan untuk menyambutnya pulang bekerja karena ia pasti capek juga lapat tapi dia makan nasinya kalo malam, kalo sore gini palingan makan kue apa yang ada saja. Kadang singkong rebus, singkong goreng atau juga bakwan yang kubuat asal-asal tapi tetap ena
Gara-gara Nikah di KUABab 40 : TamatNani terdiam, sedangkan Mira sudah digandeng Duta untuk menempati kursi singgasana pengantin yang sudah disiapkan.“Ayo duduk, Bude!” Naima menggandeng Budenya yang terlihat menahan tangis karena malu akan pakaiannya yang salah kostum itu.Yusril menggendong Rayyan dan mengantarnya ke dekat Mira dan Duta. Sedangkan Naima mengajak Nani duduk di kursi paling depan, di meja yang sudah tertulis keterangan ‘keluarga inti.’“Nai, apa nggak bisa kita duduknya di kursi paling belakang aja? Nggak udah di depan seperti ini!” bisik Nani saat mata para tamu tertuju kepadanya.“Nggak bisa, Bude, ini meja yang sudah disiapkan untuk kita. santai aja, Bude, lagian nggak ada yang kenal juga kok dengan kita,” jawab Naima.“Eh, Naima, para tamu ini sepertinya para orang kaya deh. Apa duta itu orang kaya?” Husni yang sedari tadi hanya diam dan mengekor di belakang, kini angkat bicara juga.“Keluarganya Duta memang kaya-kaya, kalau dia sih nggak. Paman dan Bude, ayo k
Gara-gara Nikah di KUAPart 39 : Nikah di KUA“Doakan semuanya lancara kalau gitu, ya, Ma. Mira akan video call Mas Duta sekarang untuk memberitahukan kabar gembira ini, dia pasti senang.” Mira tersenyum dengan sambil mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan video.Taklama kemudain, panggilan video langsung tersambung kepada Duta dan tampaklah seorang pria yang sedang mengaduk kopi di meja dapur kantor.“Assalammualaikum, Mira,” ucap Duta.“Waalaikumsalam. Mas, aku ada berita gembira, Mama udah menyetujui rencana pernikahan kita,” ujar Mira dengan tersenyum senang dengan sambil mengarahkan ponsel ke arah dirinya dan Nani yang sedang duduk di pinggir tempat tidur.“Alhamdulillah kalau begitu, Mir. Terima kasih, ya, Ma, sudah mau merestui rencana pernikahan kami. Kalau begitu, besok saya akan mengurus berkas-berkas pernikahan kita,” jawab Duta dengan senyum senang.“Hmm ... nikahnya ... benaran bakal di KUA?” tanya Nani ragu-ragu.Duta menahan tawa melihat raut wajah calon mertaun
Gara-gara Nikah di KUAPart 38 : Yakin Kamu, Mir?“Baiklah, Mira terima lamaran Mas Duta. Mama akan menyetujui rencana kami ‘kan?” Mira berkata dengan cepat, sebelum Mamanya mengeluarkan kata-kata pedas.Nani menatap tajam Mira yang kini menatapnya dengan menganggukkan kepala, agar sang Mama menyetujui keinginannya.“Hmm ... yakin kamu, Mir?” Nani menghela napas panjang.“Yakin, Ma, Mira mohon Mama setuju, ya. Mira sudah dewasa dan sudah bisa menentukan jalan hidup sendiri, apalagi sekarang sudah ada pelajaran dari pernikahan pertama Mira yang gagal. Mira yakin Mas Duta bisa menjadi pendamping yang terbaik.” Mira tersenyum sambil menatap Duta lalu beralih kepada Mamanya.“Hmm ... terserah kalian sajalah. Kalau kamu memang tak memerlukan pendapat dari Mama, jadi ngapain juga pakai menyuruh pacarmu ini melamar segala, langsung nikah aja sekalian tak usah memberitahu Mama saja!” ketus Nani dengan sambil bangkit dari sofa dan melangkah dari ruang tamu.“Ma!” panggil Mira dengan hati yang
Gara-gara Nikah di KUAPart 37 : LamaranMira masuk kembali ke rumah dan langsung masuk ke dalam kamar, hatinya terasa amat nyeri dengan air mata yang mulai berjatuhan.“Kenapa hatiku sakit melihat Mas Duta yang bukan tipeku itu bersama wanita lain?” gumam Mira dengan tak mengerti, mengapa air matanya luruh saat ini.Diraihnya ponsel dan memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang? Mira menyapu pipinya yang basah lalu menggigit bibirnya.“Pantas saja sikapnya dingin begitu, ternyata Mas Duta sudah punya wanita lain.” Mira membatin, ia tak bisa kalau tak memikirkan Duta.Untuk beberapa saat, Mira terdiam. Ia ingin memastikan perasaannya sekarang sebab ia tak bisa menghentikan pikiran tentang Duta walau sebenarnya ia tak mau memikirkan sosok duda itu.Malamnya, Mira tak dapat lagi menahan dirinya untuk mengirim chat kepada Duta. Ia ingin memastikan siapa wanita berhijab tadi, agar ia bisa menentukan sikap sebab kini ia yakin kalau ia menyukai Duta.[Assalammualaikum, maaf mengganggu,
Gara-gara Nikah di KUAPart 36 : Nasihat NaimaSorenya, Mira memutuskan untuk berjalan-jalan ke rumah Naima, sekalian menjenguk sepupunya yang baru saja melahirkan anak keduanya itu.“Mau ke mana kamu, Mir?” tanya Nani dengan sambil menggandeng tangan Rayyan, ia mengerutkan dahi melihat tampilan Mira yang mengenakan gamis walau tanpa jilbab.“Mau ke warung, Ma,” jawab Mira asal.“Ajak Rayyan, Mir!” ujar Nani dengan menunjuk cucunya.“Nggak ah, Ma.” Mira membalik badan, lalu turun dari teras rumah.Nani menghela napas, Mira semakin tak perduli dengan Rayyan. Ia begitu membencinya, padahal bocah itu tak bersalah apa pun. Akan tetapi Mira membencinya, sama seperti ia membenci Bapaknya, Amir.Taklama kemudian, langkah Mira telah tiba di rumah Naima. Ia langsung masuk sebab pintunya terbuka. Di ruang tengah, terlihat Nazia sedang bermain dan di sampingnya terdapat box adiknya yang sedang tertidur.“Naima!” ujar Mira dengan sambil duduk di sofa depan televisi.Naima yang sedang berada di da
Gara-gara Nikah di KUAPart 35 : Ribut“Astaga Mira, mau jadi apa kamu ... lewat tengah malam begini baru pulang!” omel Husni saat membukakan Mira pintu.Mira tak menjawab, ia segera masuk dan membuka sepatu hak tingginya.“Kamu dan Mamamu itu bisanya hanya bikin malu saja! Udah jadi janda aja, masih banyak tingkah! Apa yang kamu lakukan di luaran sana sampai pukul 01.00 begini baru pulang, Mira!” Husni menghalangi langkah Mira, ia tak puas jika keponakannya itu hanya diam tanpa menjawab pertanyaannya.Mira menghela napas panjang, ia sedang malas ribut, suasana hatinya sedang tak baik saat ini.“Kak Nani, coba keluar sini! Urusan anak jandamu ini, jangan dibiarkan berkeliaran setiap malam begini, bikin sial rumah saja!” Husni berteriak nyaring dengan maksud ingin membangunkan seisi rumah agar keluar dari kamar masing-masing, terutama kakaknya.“Paman apa-apaan sih? Kok jadi bikin heboh begini,” jawab Mira ketus, ia kesal dengan Husni yang kini menghalangi langkahnya untuk menuju kamar
Gara-gara Nikah di KUAPart 34 : Hampir SajaTaklama kemudian, ada panggilan masuk dari nomor Yusril.“Assalammualaikum,” sapa Duta.“Waalaikumsalam. Bos, saya izin ya hari ini soalnya Istri baru saja melahirkan,” ujar yusril dari seberang sana.“Alhamdulillah, selamat, ya, udah dua aja anaknya. Masalah izin bereslah, urus aja dulu anak dan istrimu,” jawab Duta sambil tersenyum senang mendengar kabar gembira dari temannya itu.“Terima kasih, Bos,” jawab Yusril.“Cewek atau cowok yang kedua ini?” tanya Duta lagi.“Cowok, Bos, sesuai ama prediksi waktu USG, dan alhamdulillah lagi ... lahirannya lancar, di rumah pula.”“Alhamdulillah kalau begitu. Nanti saya akan jenguk ke sana kalau sempat.”“Iya, Bos.”Panggilan telepon berakhir, Duta bisa merasakan kebahagiaan Yusril dan dia juga ingin merasakannya suatu hari nanti. Ia kembali terkenang almarhum istrinya, yang hanya mampu melewati rumah tangga setahun saja bersamanya tanpa meninggalkan buah cinta. Sudah lima tahun ia menduda, tapi bel
Gara-gara Nikah di KUAPart 33 : DiblokirDengan wajah masam, Mira keluar dari Mall, sedangkan Duta mengekor di belakangnya dengan sambil menenteng kantong belanjaan yang berisi empat setel gamis hasil beliannya.“Mau langsung pulang atau mau jalan ke mana lagi kita?” tanya Duta dengan mensejajari langkah Mira.“Mau pulang aja, cariin taxi!” jawab Mira ketus.“Nggak usah naix taxi, saya antarin pulang naik motor aja!” tawar Duta dengan sambil tersenyum.“Nggak mau, nanti rambutku berantakan kalo naik motor!” Mira mengerucutkan bibir, hatinya sangat kesal melihat tingkah Duta yang sangat tak berkelas menurutnya.“Ya sudah, tunggu sebentar, saya teleponin taxi yang tadi,” ujar Duta dengan sambil mengeluarkan ponsel bututnya, android keluaran lama, yang hanya berukuran 4,5 inchi.“Ya Tuhan, nggak ada yang bisa dibanggain dari pria kere ini. Ponselnya juga jadul banget, mimpi apa ... kok aku bisa kenal dengan dia!” Mira membatin dengan sambil melirik Duta, lalu memijat pelipisnya. Kepalan
Gara-gara Nikah di KUAPart 32 : Beli Satu Gratis SatuTaxi itu berlalu, Duta mengajak Mira naik ke motor bututnya tapi Mira malah menolak dan memilih berjalan kaki saja untuk sampai di tangga mall sebab taxinya sudah pergi tanpa sempat mengantarnya ke parkiran Mall.Taklama kemudian, Mira dan Duta sudah berjalan bersampingan di dalam mall. Sesekali pria dengan sisir belah samping itu melirik Mira yang melangkah dengan gaya anggun menurutnya.“Mas, mau muter-muter aja kita?” tanya Mira dengan tampang dongkol.“Kamu udah makan belum? Ayo mampir makan dulu!” ujar Duta.“Ada duitnya gak kalo makan? Bayar taxi aja pakai gadai KTP,” jawab Mira dengan wajah masam.Duta menahan senyum, namun tetap berusaha pasang tampang bego.“Ada kok, ayo!” jawab Duta dengan sambil berbelok ke arah restoran Italia yang ada di mall itu.Mira mengekor di belakang Duta, dengan wajah sebel karena ia terpaksa jalan dengan pria sekere Duta. Rasanya nyesal dan mau pulang, tapi lapar, jadi ia urungkan niat.“Sela