Share

Talak

Author: Merry Heafy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

#4

Plak!

"Kamu memang benar-benar udah gila!" seru Reno keras.

Kali ini Reno yang menampar pipi Alma. Untuk yang pertama kalinya, pria itu melayangkan tamparan pada sang istri. Alma terkesiap dengan apa yang terjadi tiba-tiba padanya. 

Ia memegangi pipinya yang terasa panas akibat ulah sang suami barusan. "Kamu menamparku, Mas?" Alma masih tak percaya dengan apa yang barusan terjadi.

"Karena kamu sudah mulai kurang ajar! Mama ini adalah ibuku, seharusnya kamu lebih bisa menghargai ibuku!" seru Reno semakin memperkeruh suasana.

"Jadi apa kamu pikir aku yang salah dalam hal ini, Mas? Bukan mulut ibumu atau kamu yang keterlaluan, dan gak bisa melerai kami?" Alma menahan emosinya susah payah demi melontarkan pertanyaan itu. Sakit. Rasanya sangat sakit, tamparan di pipi itu menyadarkan Alma jika posisinya tak lebih dari orang lain yang tiba-tiba menjadi keluarga oleh ikatan pernikahan.

"Kamu yang keterlaluan dan sudah gila, Alma! Apa kamu mau menyombongkan diri kalau kamu bisa bekerja, cari uang sendiri lalu pamer ke orang lain kalau kamu bisa mengumrohkan ibumu, hah!" pekik Reno lagi yang sudah terbutakan oleh emosi.

"Cukup, Mas!" teriak Alma. Kata-kata Reno sudah meruntuhkan seluruh hati Alma saat ini. Porak poranda sudah keteguhan hatinya selama ini, padahal dia belum menjelaskan suatu kata pun pada sang suami tentang ibunya yang akan umroh.

"Lihat, Ren! Istrimu itu memang dari awal sudah kurang ajar! Mama kan sudah bilang jangan menikahi dia yang gak selevel dengan kita, tapi kamu ngotot, dan lihat hasilnya sekarang!" seru Bu Kamila masih mengompori Reno. 

Reno yang sedang dibutakan emosi pun lantas membenarkan ucapan sang ibu.

"Aku menyesal menikahimu!" ucap Reno pada akhirnya, dan lebih membuat hati Alma teriris.

"Malam ini juga aku talak kamu Alma Rahmawati binti Sujatmiko, kamu bukan istriku lagi!" Reno mengucapkan talaknya dengan sungguh-sungguh. Pria itu tidak berpikir panjang tentang apa yang dikatakannya saat ini.

"Bagus, Ren! Memang seharusnya kamu ceraikan dia sejak dulu!" timpal Bu Kamila sambil mengulas senyum kemenangan. 

Sedangkan Alma, dia berusaha bangkit saat ini. Talak yang terucap dari mulut sang suami sudah sangat jelas. Tanpa paksaan siapa pun, Reno menalaknya.

"Baik, Mas. Aku terima talakmu itu," sahut Alma masih berusaha tegar. Wanita itu kemudian berdiri dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, dan berniat untuk ke kamar, membereskan pakaiannya dan pulang ke rumah ibu.

"Aku harap kamu gak akan menyesal suatu saat nanti, Mas." Alma menatap tajam ke arah sang suami. Wanita itu kini berganti menatap ke arah wanita paruh baya yang berhasil menghancurkan rumah tangganya dengan Reno. 

"Asal Mama tahu, ibuku mengumpulkan semua uang pemberian dari sisa gajiku untuk ditabung dan dikumpulkan. Aku bahkan gak pernah tahu kalau Ibuku ingin pergi umroh dengan tabungan itu. Jadi, jaga mulut Mama dan jangan pernah mengatakan hal yang bukan-bukan tentang ibuku. Bukankah jatah bulanan dari anakmu itu lebih besar dari apa yang seharusnya dia kasih pada istri dan anaknya? Harusnya Mama sedikit tahu diri sudah merenggut apa yang seharusnya menjadi hakku dan Lily!" Alma berteriak panjang lebar menumpahkan semua emosi yang sudah menggunung.

"Kurang ajar kamu!" pekik Bu Kamila tak terima dengan perkataan Alma. Ia hendak menampar Alma lagi, tapi sebuah teriakan terdengar dari arah pintu masuk dapur.

"Oma, jangaaann! Jangan pukul Mama, huhuhu …." Lily yang sejak tadi mendengar keributan para orang dewasa itu tak kuasa lagi untuk diam saja. 

Bocah kecil itu tak mau sang Mama disakiti lagi. Ia langsung menghambur mendekati Alma dan memeluknya erat. 

Alma membalas pelukan Lily. Ia sungguh tak mau Lily melihat semua ini, tapi apa yang terjadi, sudah terjadi. 

"Lily, kenapa kamu turun, Nak? Kenapa gak tunggu di atas aja?" tanya Alma lembut setengah berbisik. 

"Lily mau di sini sama Mama," ucapnya yakin. 

"Ini lagi si Bocah, ikut-ikutan! Sana, mending kamu pergi saja sama Mamamu yang gak tau diri itu!" seru Bu Kamila menatap kejam ke arah sang cucu. Seolah tidak ada kasih sayang seorang nenek lagi yang ada padanya. 

"Aku memang mau pergi dari sini!" tukas Alma berani. Alma yang sudah tidak tahan lagi berada di sana pun lantas mengajak Lily untuk pergi dari tempat itu. Keduanya melangkah naik ke lantai atas dengan kondisi Lily yang masih terisak akibat bentakan dari Bu Kamila. 

Reno hanya terdiam seribu bahasa saat melihat istri yang telah ditalaknya juga buah hatinya berlalu begitu saja di hadapan matanya. Hatinya seakan dibiarkan mati dimakan oleh emosi. 

"Ma, kenapa Oma jahat banget sama kita?" tanya putri kecil Alma itu di sela isak tangisnya. 

"Ma, kenapa Papa juga diam aja gak ngebela kita?" Lily kembali bertanya, namun jawaban yang diharapkan oleh gadis itu nyaris tidak ada. Alma hanya bungkam sepanjang langkah kaki mereka menaiki undakan tangga. 

Lily tampak lebih tenang ketika mereka sudah berada di kamar. Alma tampak mengeluarkan sebuah tas besar dari dalam lemari. Setelahnya wanita itu mulai membereskan pakaian miliknya juga Lily ke dalam tas itu. 

"Kita mau ke mana, Ma?" tanya Lily yang sudah mulai tenang suaranya. 

"Malam ini kita tidur di rumah nenek aja ya, Sayang. Tapi janji sama Mama, Lily gak boleh ceritain apa yang terjadi tadi ke Nenek, ya?" pinta Alma sambil menatap wajah putri kecilnya itu dengan lekat.

Lily hanya mengangguk sebagai responnya. 

Alma kembali melanjutkan aktivitasnya membereskan barang, lalu tiba-tiba saja Reno masuk ke kamar dengan membanting pintu cukup keras.

"Kamu mau ke mana, hah?!" pekik Reno keras, bahkan jari telunjuknya menunjuk tepat di wajah Alma.

"Apa kamu lupa kalau tadi kamu sudah menalakku, Mas! Aku sudah bukan istrimu lagi," ucap Alma dengan sisa keberanian dalam dirinya.

"Kamu boleh pergi, asal jangan bawa Lily! Silakan pergi dari sini sendirian!" seru Reno tak mau mengalah.

Lily menangis. Bentakan yang baru pertama kali didengarnya itu amat sangat mengguncang mentalnya.

"Apa pun yang terjadi, Lily akan ikut denganku!" ujar Alma. Dia tidak akan pernah membiarkan Lily tinggal dengan Reno maupun Bu Kamila. 

"Halah! Emangnya kamu mampu menghidupi Lily, hah! Gajimu itu gak seberapa, Alma! Kamu tanpa gajiku bisa apa memangnya!" ucap Reno menyombongkan dirinya.

Alma menghirup napasnya dalam-dalam. Ucapan Reno sudah sangat menyinggung perasaannya. Tiap kata yang terucap bagaikan belati tajam yang siap mencabik-cabik hatinya.

"Memangnya berapa yang kamu kasih untukku perbulan, Mas? Apa kamu pikir aku gak bisa bertahan hidup hanya mengandalkan gajiku? Aku bisa! Buktinya saat kamu kasih uang bulanan Mama lebih besar daripada untukku dan keperluan rumah aku bertahan selama ini!" ucap Alma yang sudah muak dengan segala hinaan sang suami.

"Gajimu 7 juta, kamu kasih Mama 5 juta tiap bulan selama kita menikah. Lalu, kamu hanya kasih aku 1,5 juta perbulan selama ini. Sadar gak, kalau kamu itu gak adil, Mas! Kamu udah menzalimi istri dan anakmu sendiri!" 

"Diam kamu, atau kutampar mulutmu!" sergah Reno emosi. Ia marah karena ucapan Alma tidak semuanya salah. 

"Baiklah kalau kamu pergi, silakan bawa anak itu, Alma. Tapi jangan harap aku akan kasih nafkah anak itu! Silakan kamu hidupi sendiri anak itu!" ucap Reno penuh penekanan. 

"Sampai mati pun aku dan Lily gak akan pernah mengemis nafkah darimu! Camkan itu, Mas!" Alma berucap penuh percaya diri. Ia yang sudah selesai membereskan barang pun lantas menggandeng tangan Lily dan segera mengajaknya keluar dari rumah yang menurutnya sudah seperti neraka itu.

***

Related chapters

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Saling Lempar Pekerjaan

    #5 Alma mencari tukang ojek yang biasa mangkal di persimpangan. Motor yang selama ini dipakainya merupakan milik Reno, sehingga dia memilih untuk tidak membawa motor itu. Tanpa Alma sadari, ucapan menyakitkan dari Reno telah menyakiti hati putri kecilnya. Lily lebih banyak diam, berusaha menahan tangisnya. Ia tak mau membuat sang ibu bersedih melihatnya menangis.'Papa jahat!' batin Lily. Bocah 7 tahun itu jelas sudah dapat menelaah ucapan Reno barusan yang mengatakan jika tidak akan memberi nafkah untuknya juga Alma, ibunya."Alhamdulillah, masih ada tukang ojeknya." Alma dapat menghela napas lega ketika dari kejauhan dapat melihat ada dua orang tukang ojek yang masih mangkal.Alma segera mempercepat langkahnya. Pun juga Lily yang berusaha mensejajari langkah sang Ibu yang cukup cepat. Lily berusaha tegar, meskipun hati kecilnya telah tergores luka yang cukup dalam akibat ucapan sang ay

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Kecurigaan Bu Hasna

    #6Bu Hasna menghidupkan kompor, seraya memandangi panci masakan yang sudah bertengger di atasnya. Sembari menghangatkan lauk untuk cucunya yang kelaparan, wanita paruh baya itu nampak sibuk memikirkan putrinya yang tiba-tiba datang di malam hari dan meminta izin untuk menginap.Bu Hasna melamun, menerka-nerka kiranya apa yang terjadi pada Alma hingga putri semata wayangnya itu datang ke rumahnya dengan membawa koper besar. Bu Hasna yakin, pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh putrinya."Apa Alma bertengkar sama Reno?" gumam Bu Hasna mencemaskan rumah tangga anak kesayangannya. "Atau Alma berantem sama Bu Besan?"Sore tadi saat berjumpa, Alma masih bersikap biasa saja. Jika memang ingin menginap, seharusnya Alma mengatakan sesuatu pada Bu Hasna sore tadi saat mereka bertemu. Namun, Alma justru datang secara mendadak seperti ini ke kediaman Bu Hasna. Bagaimana mungkin wanita paruh baya itu tidak curiga pada Alma? Meskipun Alma berkata kalau dirinya baik-baik saja, tapi Alma tidak a

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Bisik-Bisik Tetangga

    #7"Ma, kenapa nggak ada sarapan?" tanya Reno."Kenapa kamu tanya sama Mama? Memangnya harus Mama yang bikin sarapan?" sungut Bu Kamila.Reno dan Bu Kamila terlihat kelimpungan di pagi hari tanpa Alma. Ibu dan anak itu agak syok saat melihat meja makan mereka yang kosong. "Aku harus berangkat kerja, Ma. Masa' aku harus masak juga?" protes Reno."Mama kan juga bukan pembantu di sini. Masa' semua pekerjaan rumah harus Mama yang beresin sendiri?"Setelah Alma pergi, tidak ada lagi orang yang bisa mereka andalkan untuk mengurus rumah. Tidak hanya rumah saja yang nampak tak terurus, Reno sendiri juga terlihat kacau setelah istrinya pergi."Ya ampun, kenapa bajunya kusut semua begini?" omel Reno saat pria itu tengah menyiapkan pakaian kerja.Tidak ada satu pun pakaian rapi yang bisa dikenakan oleh Reno. Semuanya lecek dan harus disetrika terlebih dahulu. Sementara, Reno tidak mempunyai banyak waktu untuk menyetrika pakaian. Alhasil, pria itu pun terpaksa mengenakan pakaian yang belum diset

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Kedatangan Reno

    #8Pagi-pagi sekali, Alma sudah bangun dan menyibukkan diri di dapur. Sama seperti rutinitas hariannya di rumah Bu Kamila, saat menginap di rumah ibu kandungnya pun Alma tetap melakukan pekerjaan rumah dengan rajin untuk membantu meringankan beban Bu Hasna. "Alma, buruan siap-siap! Kamu harus berangkat kerja, kan?" tegur Bu Hasna saat melihat putrinya yang masih sibuk membantu dirinya menyiapkan sarapan."Sarapannya udah hampir siap. Biar Ibu aja yang selesaikan," sambung wanita paruh baya itu."Aku masih ada waktu buat siap-siap, Bu. Biar aku aja yang beresin masaknya," timpal Alma.Karena sudah terbiasa mengurus pekerjaan rumah sebelum berangkat kerja, Alma sudah tidak kesulitan lagi membagi waktu. Setelah mengurus putrinya dan menyiapkan sarapan, barulah Alma akan mengurus dirinya sendiri. "Lily udah siap belum? Sebentar lagi Lily juga harus berangkat sekolah, kan?" tany

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Ajakan Rujuk

    #9"Aku mau bicara sama kamu," ucap Reno.Alma berusaha melepas jemari Reno yang saat ini tengah menggenggam pergelangan tangannya. Sayangnya tenaga Alma tak mampu membuat wanita itu terlepas dari cengkraman Reno.Reno menyeret Alma menjauh dari area gerbang dan mencari tempat sepi untuk berbicara empat mata dengan istrinya itu. Nampaknya, Reno mendatangi Alma untuk menyelesaikan masalah diantara mereka. Setelah melewati pertengkaran besar semalam, Reno sengaja mencari Alma untuk memperbaiki hubungan mereka kembali."Mau ngomong apa?" tanya Alma tanpa mau menatap wajah sang suami.Reno tak memedulikan sikap dingin yang ditunjukkan oleh Alma. Pria itu berusaha berbicara dengan suara lembut untuk membujuk istrinya itu."Alma, kamu masih marah sama aku?" tanya Reno dengan wajah memelas.Alma diam seribu bahasa. Wanita itu tak mengacuhkan suaminya sedikitpun.

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Desakan Bu Kamila

    #10"Baju numpuk segini banyak nggak ada yang bantu cuciin! Piring kotor dari tadi nggak ada habisnya! Lantai baru aja selesai disapu, sekarang udah kotor lagi!"Bu Kamila sibuk menggerutu setelah putranya pulang. Wanita itu tak henti-hentinya mengeluhkan pekerjaan rumah yang ia urus sejak pagi. Niat hati ingin beristirahat setelah lelah bekerja seharian, Reno justru harus mendengarkan ocehan sang ibu yang membuat kepala pria itu makin pening."Udah capek nyuci, masih harus jemur baju, masih harus angkat jemuran, masih harus melipat baju. Belum lagi masih harus nyetrika juga!" Bu Kamila sengaja ingin putranya tahu betapa repotnya dirinya mengurus rumah seharian. "Udah capek gini, nggak ada yang mijitin," keluh Bu Kamila lagi.Reno makin muak mendengar omelan sang ibu. Bukan hanya Bu Kamila saja yang lelah dan pusing, tapi Reno saat ini juga tengah mengalami tekanan batin. Reno masih kesal pada istrinya yang menolak untuk rujuk. Pria itu makin sebal saat dirinya pulang dan disambut

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Menguatkan Hati

    #11Alma menghentikan langkahnya begitu wanita itu sampai di pekarangan rumah Bu Hasna. Wajah wanita itu terlihat lesu. Setelah berjumpa dengan Reno, suasana hati Alma pun kian memburuk."Ibu nggak boleh melihat muka aku yang kayak gini," gumam Alma.Wanita itu berdiri di depan pintu. Sebelum masuk ke dalam rumah, Alma harus mengurus ekspresi wajahnya terlebih dahulu. Wanita itu berusaha berlatih membuat wajah penuh senyum. Alma harus memperlihatkan senyuman terbaiknya agar Bu Hasna percaya kalau dirinya baik-baik saja. Bagaimanapun juga, Alma tidak boleh memperlihatkan wajah sedihnya di depan Bu Hasna."Ayo senyum, Alma! Kamu nggak boleh bikin Ibu khawatir!" seru Alma pada dirinya sendiri.Tak lama kemudian, wanita itu pun bergegas masuk ke dalam rumah. "Assalamualaikum!"Alma mengucap salam, kemudian disambut oleh putrinya yang datang membukakan pintu. "Waalaikumsalam, Mama!" jawab Lily.Lily tersenyum sumringah saat menyambut kepulangan sang ibu. Wajah gadis kecil itu terlihat sang

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Tamu Tak Diundang

    #12Tok, tok!Suara ketukan pintu menggema ke seluruh ruangan kediaman Bu Hasna. Malam sudah hampir larut, tapi mendadak ada tamu tak diundang yang berkunjung.Tok, tok! Berulang kali tamu tersebut menggedor pintu rumah Bu Hasna. Alma dan Bu Hasna yang belum terlelap, segera bangun untuk melihat siapa gerangan yang datang."Alma, kamu belum tidur?" tanya Bu Hasna begitu beliau keluar dari kamar dan melihat Hasna."Belum, Bu. Ibu juga kenapa belum tidur?" tanya Alma balik.Tok, tok! Suara ketukan pintu terdengar makin kencang. Alma dan Bu Hasna saling bertatapan satu sama lain sebelum membukakan pintu."Biar Alma aja yang buka pintunya, Bu," ujar Alma."Kita buka barengan aja, Alma. Sudah malam. Takutnya orang jahat yang datang," tukas Bu Hasna.Tidak ada satu pun laki-laki di kediaman Bu Hasna. Alma dan Bu Hasna harus waspada di malam hari dan tidak menerima

Latest chapter

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Tamat

    #48"Saya serius sama kamu, Alma," sambungnya.Rafael mengeluarkan sesuatu dari sakunya, kemudian menyodorkannya pada Alma. "Saya selalu membawa cincin ini ke mana pun saya pergi. Saya harap, suatu hari nanti saya bisa menemukan waktu yang tepat untuk memberikan cincin ini ke kamu. Saya rasa, hari ini adalah hari yang tepat untuk memberikan cincin ini ke kamu, Alma."Alma tak dapat berkata-kata lagi. Lidahnya terasa sangat kelu. Dengan menyerahkan cincin tersebut, secara tidak langsung Rafael sudah menunjukkan keseriusannya pada Alma dan berniat untuk meminang Alma."Apa kamu mau jadi istri saya?" tanya Rafael bersungguh-sungguh.Alma masih tak percaya ia akan menerima lamaran secepat ini. Wanita itu menoleh ke arah Lily sebelum menjawab pertanyaan dari Rafael. "Saya tanya sekali lagi Alma, apa kamu mau menikah dengan saya?" tanya Rafael lagi. "Kamu nggak perlu jawab sekarang. Ta

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Melamar

    #47Tok, tok!Reno mengetuk pintu perlahan. Saat ini pria itu sudah berdiri di depan rumah Bu Kamila.Butuh waktu lama bagi Reno untuk membuat keputusan ini. Setelah mempertimbangkan baik-baik, akhirnya pria itu pun pulang untuk menemui sang ibu. Reno ingin tahu bagaimana keadaan ibunya saat ini. Ia hanya mendengarkan setiap nasihat Alma padanya. Jika saja Alma tak pernah menasihatinya maupun memberi kabar tentang sang ibu, mungkin Reno tidak akan pernah berdiri di sini, saat ini."Mama masih tinggal di sini kan?" gumam Reno seraya celingukan ke kiri dan ke kanan. Pria itu tampak menelisik kondisi rumah yang terlihat sangat sepi, namun beberapa bagian dinding terlihat sangat kotor.Reno berdiri cukup lama di teras rumah. Tak ada satu orang pun yang muncul untuk membukakan pintu."Mama nggak ada di rumah, ya?" Reno membuka gagang pintu rumah tersebut, kemudian membukanya. Ternyata pintu

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Rafael Pantang Menyerah

    #46"Alma, mau pulang bareng saya? Kebetulan saya ada urusan di dekat rumahmu. Saya bisa antar kamu pulang sekalian," ajak Rafael pada Alma saat jam pulang kerja tiba.Ini bukan pertama kalinya Rafael menawarkan diri untuk mengantarkan Alma pulang. Tidak hanya mengantar pulang, Rafael juga makin sering mengajak Alma makan siang bersama.Setelah Rafael tahu kalau Alma sudah resmi bercerai dari Reno, Rafael pun makin gencar mendekati Alma. Rafael tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Sebelum Alma jatuh ke pelukan pria lain, Rafael harus segera bertindak untuk mendapatkan hati Alma. Apalagi sang Mama juga sudah mendukung penuh mengenai kemauan Rafael untuk membuat Alma menjadi istrinya, sehingga Rafael tidak ragu lagi dalam menunjukkan perasaannya pada Alma."Terima kasih atas tawarannya, Pak. Tapi saya belum mau pulang. Saya juga masih ada urusan di luar," tolak Alma secara halus. Wanita itu masih enggan terhadap Rafael, seolah memb

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Nasihat Alma

    #45Alma pulang ke rumah dengan perasaan kalut. Wanita itu tidak tega melihat Bu Kamila yang tertawa dan menangis sendirian di tengah jalan tanpa mengenakan alas kaki."Kenapa nasib Mamanya Mas Reno jadi begini?" gumam Alma.Meskipun Alma hanya mempunyai kenangan buruk dengan Bu Kamila, tapi Alma sama sekali tidak menyimpan dendam. Alma ikut sedih melihat kondisi Bu Kamila yang cukup memprihatinkan."Nduk, Ibu mau masak makan malam. Kamu pengen dimasakin apa?" tawar Bu Hasna pada Alma.Alma hanya diam. Wanita itu sibuk melamun, memikirkan Bu Kamila."Nduk, kamu dengar ibu nggak sih?" Bu Hasna menepuk pelan bahu Alma.Alma terkesiap. Wanita itu tersadar dari lamunannya. "E–eh, kenapa, Bu? Ibu butuh apa?" tanya Alma gelagapan.Bu Hasna mengulas senyum tipis. "Kamu lagi ngelamunin apa?" tegur sang ibu."Aku nggak melamun kok, Bu.""Kamu nggak perlu bohong, Alma. Bilang sama Ibu, kamu lagi mikirin apa?" desak Bu Hasna.Alma menarik napas dalam-dalam. Sepertinya, wanita itu harus memberita

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Gangguan Jiwa

    #44"Emas-emasku pada ke mana?"Bu Kamila menatap wadah perhiasan miliknya yang sudah kosong. Wanita paruh baya itu terlihat linglung. Sepertinya Bu Kamila tidak sadar kalau ia sudah menjual semua emas-emasnya hingga ludes."Hilang ke mana emasku? Kenapa wadahnya kosong?" gerutu Bu Kamila mengomel sendiri di dalam kamarnya."Pasti jatuh di bawah lemari! Atau aku lupa naruh? Nggak mungkin ada pencuri masuk ke sini, kan?"Bu Kamila mengobrak-abrik seisi kamarnya. Wanita itu mulai uring-uringan, mencari perhiasannya yang sudah raib.Kamar Bu Kamila yang sudah berantakan pun makin terlihat acak-acakan. Tidak hanya kamar saja, beberapa ruangan lain yang ada di rumah tersebut juga tidak terawat.Sepertinya Bu Kamila mengalami stress berat setelah ditinggal oleh putranya. Demi menyambung hidup, Bu Kamila terpaksa menjual harta benda miliknya, termasuk emas-emas yang ia punya. Sekaran

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Resmi Bercerai

    #43Alma melirik ke arah jam dinding. Wanita itu sudah berpakaian rapi dan siap untuk pergi ke suatu tempat.Hari-hari berlalu begitu cepat tanpa ia sadari. Setelah melewati drama yang panjang, akhirnya tiba saatnya Alma untuk berjumpa dengan sang suami di meja hijau.Hari ini adalah hari sidang pertama perceraian Alma dan Reno. Sebentar lagi, Alma benar-benar akan lepas dari cengkraman Reno."Udah jam segini. Aku harus berangkat sekarang," gumam Alma.Alma melangkah menuju ke ruang sidang dengan senyum cerah. Wanita itu sudah siap menyambut lembaran hidup barunya dengan status baru."Semoga sidang hari ini lancar!"Alma berpapasan dengan Reno di depan pintu masuk ruang sidang. Alma langsung membuang muka begitu ia melihat sang mantan suami. Keduanya masuk secara bersamaan ke ruang sidang. Alma dan Reno membeberkan satu persatu alasan mereka ingin berpisah. Beruntung sidang dapat berjalan dengan lancar tanpa di

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Dukungan Dewi

    #42Jantung wanita itu nyaris saja melompat keluar saat tahu jika tamu yang datang adalah Rafael."Eh, tapi dia dateng sama Mbak Dewi, kan?" gumam Alma lagi.Wanita itu lalu mengurungkan niat untuk rebahan di kamar dan menemui Rafael yang diduga datang bersama Dewi.Alma membuka pintu kamarnya lalu keluar menemui Rafael dan Dewi."Alma, kamu sakit apa?" Rafael yang hendak duduk langsung berdiri lagi saat melihat Alma.Pria itu langsung mencecar Alma dengan pertanyaan."Eh? A–aku …." Alma menjawab ragu-ragu. Rasanya ia tidak memiliki alasan untuk memberitahukan jika dirinya habis mengalami keguguran. "Alma baru saja keguguran Nak Dewi, Nak Rafael," jawab Bu Hasna hingga membuat Alma menatap sang ibu dengan tatapan yang entah.'Aduh … kenapa Ibu malah bilang itu sih,' keluh Alma sambil tersenyum canggung pada kedua tamunya.Alma terlihat menyikut pelan lengan sang ibu, mulutnya tampak komat-kamit tanpa suara. Namun Bu Hasna paham kalau Alma sesungguhnya tidak berniat untuk menceritaka

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Kedatangan Rafael dan Dewi

    #41"Duh, gimana ya, Pak. Saya sih mau-mau aja, tapi anak bontot saya pasti udah nungguin saya di rumah," jawab Dewi. Ia merasa serba salah. Satu sisi, dia ingin sekali menjenguk Alma karena mereka sangat dekat, dan Dewi sudah menganggap Alma seperti seorang adik. Tapi di sisi lain, anaknya yang paling bungsu sudah pasti sedang menunggu kepulangannya."Gimana kalau kamu ke rumah kamu dulu, kamu bawa anak bontot kamu ke rumah Alma? Bisa kan?" usul Rafael setelah cukup lama terdiam.Pria itu tak mau jika dia hanya datang seorang diri mengunjungi Alma. Selain karena saat ini Alma sedang dalam proses bercerai dengan suami, Rafael juga tidak ingin jika sampai Alma menjadi buah bibir jika dirinya terlihat sering mengunjungi rumah Alma. "E–eh, emang boleh kayak gitu ya, Pak? Tapi nanti Bapak malah bolak-balik arahnya," sahut Dewi masih merasa sungkan."Gak apa-apa, gak masalah kok itu." Rafael berujar yakin."Yaudah, boleh la

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Pedekate

    #40Setelah Reno pulang, Bu Hasna dan Lily kembali ke ruangan tempat Alma dirawat. Bu Hasna mendapati Alma tengah duduk sambil termangu. Tatapannya lurus ke depan.Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya."Mamaaa …," panggil Lily setengah berteriak sambil berlari kecil ke arah ranjang Alma.Alma tersadar dari lamunannya lalu menoleh ke arah pintu. Ia berusaha menetralkan wajah sendunya dan mengulas senyum tipis."Lily jajan apa aja tadi?" tanya Alma begitu putri kecilnya sudah duduk di kursi yang berada di sisi ranjang."Banyak, Ma. Tadi Lily beli es krim, ini Lily beliin juga buat Mama," jawab bocah itu sembari menyodorkan sebuah es krim cone. "Makasih ya, Sayang." Alma mengelus lembut rambut Lily yang dikuncir itu. Wanita itu menyesap es krim yang diberikan oleh Lily. Jika dulu Alma akan mual, kali ini semua kembali seperti biasa sebelum Alma hamil. "Reno ke mana, Nduk?" Bu Hasna bertanya usai tak mendapati Reno di ruangan itu."Mas Reno udah pulang, Bu, mungkin sekitar 15 menita

DMCA.com Protection Status