"Apa dia baik-baik saja?" tanya Jimmy saat melihat Ariel keluar dari ruangan.
Sebelumnya, Ariel membawa Yami pergi ke dalam ruangan untuk beristirahat sejenak.
"Hmm ... kemungkinan dia mengalami syok yang teramat sangat berat, aku juga masih tidak tau kenapa. Sepertinya Yami harus beristirahat terlebih dahulu dan menenangkan diri." Jelas Ariel sambil tersenyum kearah kita bertiga.
Setelah mendengar itu aku, Romi, dan Jimmy saling menatap satu sama lain.
"Ah baiklah, lebih baik kita akan menunggu diluar." Kata Jimmy.
Setelah itu, Ariel kemudian kembali memasuki ruangan dan kita bertiga akhirnya berdiri di depan pintu untuk berjaga-jaga di depan.
"Apa kau mau beristirahat?" tanya Jimmy kearahku.
"Tidak, sepertinya aku sudah lebih baik." Jawabku.
Kemudian Jimmy mengangguk tanda mengerti, setelah itu kita bertiga saling diam tanpa mengobrol satu sama la
Api mulai menjalar kemana-mana, sedangkan aku masih terjebak di tengah ruangan ini. Semakin sulit untuk bernafas, sekarang malah semua memori yang melintas dipikirkanku itu mulai menyakitiku.Andai saja mereka tidak membakar tempat ini hanya karena ingin membunuhku, pasti tidak akan merugikan banyak hal.----"Ugh ... apa yang terjadi?" pikirku saat terbangun sambil memegangi kepala yang sedikit terasa sakit ini.Sepertinya aku tertidur dilantai, aneh kenapa bisa?"Akhirnya bangun juga," kata Romi yang berjalan mendekatiku."Apa yang terjadi?" tanyaku bingung."Eh! Kau lupa? Atau memang gak ingat?""Rom," kataku agak jengkel."Oke-oke kalau kau memaksa, akan aku ceritakan semuanya. Sebelumnya ketika kita masih berada di lorong yang gelap itu, tiba-tiba saja ada suara teriakan yang sangat nyaring. Mengakibatkan gendang
"Kamu sebelumnya pernah berjanji, jika mimpi itu akan menjadi sebuah kenyataan," jelasnya sambil mulai menangis, "tapi orang baru, menghancurkan dunia kita dan seketika rencana kita menjadi berantakan." Lanjutnya.Aku yang berusaha menenangkannya, kemudian memeluk erat dirinya."Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak kebal, kita terlalu banyak kehilangan," jelasnya dalam pelukanku itu."Aku akan bersamamu apapun yang terjadi, tolong berhenti menangis karena dunia kita akan baik-baik saja. Aku tidak berbohong, lihatlah diriku dan kita akan baik-baik saja," jelas Ku."Tapi....""Aku tahu cinta kita terlarang, aku juga tahu jika cinta kita tidak akan mungkin untuk terus bertahan. Tapi aku tidak bisa menahan perasaan ku dan jujur jika kau adalah satu-satunya untuk ku, walau aku sempat berpikir jika kisah cinta kita ini seperti sebuah kisah cinta antara Romeo dan Juliet. Ketika semua orang tidak menging
Ketika kesempatan kedua, merubah segalanya. Apa yang harus aku lakukan selanjutnya? Kenapa harus aku yang harus menghadapi situasi seperti ini sekarang?"Apa yang terjadi jika dunia ini adalah milikmu? Bagaimana jika kemudian kau malah kehilangan kendali atasnya." Demikian sang Panglima melontarkan pertanyaannya itu kepadaku.Walaupun terpaut jauh oleh jarak, setidaknya video call ku tidak ditolak olehnya. Apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan Panglima?"Apa maksudmu Panglima?" tanyaku tidak mengerti maksudnya."Kau tau kenapa? Kau tak perlu menjadi orang baik untuk menjadi apapun, yang kau butuhkan hanyalah orang sepertiku. Itu pointnya, Dokter. Aku selalu jujur kepada mu, bahkan ketika aku akan berbohong sekalipun," lanjutnya."Tapi, kenapa?" tanyaku dengan mata yang mulai berkaca-kaca."Dokter, mereka mengatakan kepada kita bahwa kita berbeda. Nyatanya kita itu sama, kecuali
Singkatnya, aku terbangun dari mimpi itu. Dengan pikiran yang sangat kacau sambil mulai duduk meringkuk, untungnya ada Romi yang sedang duduk di sampingku sebelum akhirnya membuatku menceritakan apa yang terjadi di dalam mimpi itu."Bagaimana jika mimpi atau apapun yang kau alami saat tidur itu, tidak nyata? Ya, aku bukan seorang Dokter sih tapi intinya gini. Ada dua tipe alam bawah sadar di dalam manusia, pertama adalah alam bawah sadar yang berisikan tentang hal-hal yang sangat kau inginkan terjadi dan ada alam bawah sadar yang di mana kau sama sekali tidak menginginkan itu terjadi. Kau tau apa yang membuat keduanya sama? Yang membuatnya sama adalah karena hal itu belum pernah terjadi." Jelas Romi.Aku yang mendengar itu, hanya menatap kosong kearahnya."Jadi emm ... aku berkhayal?" tanyaku dengan nada rendah."Hahaha, lihatlah sekarang ada dua orang gila di sini. Tapi sepertinya tidak, kau hanya bermimpi sebelumn
Kau tau, kenapa aku paling tidak suka sebuah kisah yang diciptakan oleh Disney? Mereka selalu memberikan sebuah akhir yang bahagia, mereka selalu berusaha untuk menutupi kenyataan bahwa dunia ini tidaklah seadil sebuah kisah di dalam dongeng.Aku dulu pernah berjanji, untuk mengambil seluruh kebahagiaan di dunia ini. Tujuannya tidak lain hanya untuk mengajari kepada seluruh manusia, jika dunia ini memang tidak adil.Tapi aku takut, sangat takut jika aku tidak dapat menghentikan ini semua. Seluruh kejahatan ini tidak akan pernah berhenti sebelum akhirnya semua orang berusaha untuk menghentikan langkahnya, untungnya hingga akhir seperti inipun belum ada yang dapat menghentikanku."Hei robot, siapa Tuanmu?" tanyaku kearahnya."Dokter Octopus,""Siapa itu Dokter Octopus?" tanyaku lagi."Kau."Aku yang mendengar jawaban itu, hanya dapat tersenyum bahagia kearahnya.
"Setiap aku mengingat kembali ke hari itu, diwaktu yang pertama kali kamu terjatuh dan untuk pertama kalinya pula semua orang mulai memandang rendah dirimu. Tapi itu hanya echo masa lalu saja dan aku tahu kita harus meninggalkan masa lalu itu jauh-jauh di belakang." Jelasnya sambil menaruh sebuah buku diatas mejaku yang di mana buku itu berjudul "Teori Pengkajian Fiksi."Setelah itu, pria berjas hitam yang terlihat sangat elegan mulai duduk di sofa."Buku apa ini?" tanyaku bingung saat melihat judul yang tidak biasa dari buku ini.Dia yang mendengar pertanyaan itu, kemudian tersenyum lebar."Ketika masa inkubasi virus itu berakhir, sebagian dari mereka akan berubah menjadi monster bukan? Itu katamu, jadi buku itu berisikan rencanaku untuk membuat sebuah peradaban baru,""Apa maksudmu?" tanyaku dengan perasaan yang sedikit tidak nyaman setelah mendengar jawabannya itu."Oh Dokter, ka
Disebuah ruangan yang terlihat megah ini, aku duduk dengan sangat santai ditengahnya. Di atas sofa yang cukup mewah, aku duduk sambil ditemani oleh seorang pria tua yang di mana dia sedang fokus dengan layar smartphone yang sedang dia pegang itu.(Tapi, siapa dia? Apa sekarang aku sedang berada didalam echo masa lalu ku?)Beberapa menit berselang, kami benar-benar tidak saling berinteraksi. Mulutku mulai gatal rasanya menunggu untuk dia membuka topik pembicaraan, nyatanya ingin sekali aku bertanya "Siapa sebenarnya kamu?".Namun seketika, perhatianku terfokus kearah saku kemeja putihnya itu. Di mana tertempel sebuah tag nama di atas sakunya.(Profesor R)"Aku selalu kecewa, terhadap pemikiranku yang sudah menua ini." Katanya sambil menaruh smartphone yang sebelumnya dia pegang ke atas meja.Sekarang, dia menundukkan kepalanya. Mengisyaratkan bahwa dia sedang merenungkan sesuatu, sul
Satu bulan telah berlalu, petaka yang dibuat oleh Profesor R telah membuat seluruh dunia lumpuh. Dari segi pemerintahan hingga ekonomi, sehingga mengakibatkan penjarahan dan kerusuhan menjadi hal yang sudah biasa untuk dilihat sekarang.Mayat-mayat bergelimpangan di jalanan, semua orang sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk memindahkan mereka yang pada akhirnya membiarkan mereka begitu saja ditanah. Wabah R-77, demikian semua orang menyebut petaka ini.Butuh waktu 2 bulan untuk mengetahui apakah kamu sudah terjangkit virus ini atau tidak, tapi disaat orang-orang sudah mulai sadar jika mereka terjangkit. Semua sudah terlambat, karena diperkirakan semua orang dibelahan dunia telah terinfeksi pada saat masa inkubasi itu terjadi.Kemudian, Laboratorium Octopus yang berdiri dibeberapa negara mulai berlomba-lomba membuat vaksinnya. Namun karena dicurigai sebagai dalang dari wabah ini, seluruh staf di dalam Laboratorium Octopus ditangkap