Akhirnya Rachel beralih minta tolong pada Dave, berharap dia lebih bisa mengontrol emosi, meski Rachel tahu jika Dave layak marah karena dipukul tanpa alasan.Nekat, Rachel pun berlari ke tengah perkelahian mereka, memeluk Bastian yang kini terbaring di tanah dengan dipukuli oleh Dave.Satu pukulan tanpa sengaja mengenai pelipis sehingga Rachel pun berteriak menahan sakit, benar-benar bukan pilihan yang tepat masuk dalam perkelahian seseorang. Ini benar-benar sakit!"Rachel? Maaf, maaf, aku tidak sengaja."Menyadari pukulannya mengenai Rachel, Dave langsung mundur dari perkelahian, sementara Bastian yang masih terbaring di tanah tampak terengah-engah dan segera dibantu untuk duduk Rachel, keadaannya saat ini sangat berantakan, segera Rachel membenahi masker yang lepas dari wajah tampan tersebut."Kau lebih dulu menyerangku, aku hanya membela diri."Zico berkata dengan dingin sembari terus menatap tajam pada sosok yang kini duduk di samping Rachel tersebut.Rachel tak bisa menebak dari
"Aku takut sekali tadi."Bastian berbisik dengan suara rendah, mengeratkan pelukannya pada Rachel yang hanya setinggi dagu Bastian.Aroma parfum pria tampan yang sedang memeluknya tersebut menyerbu aroma penciuman Rachel, merasa tenang dengan keadaan ini, Rachel memejamkan mata.Perlahan, mulai membalas pelukan Bastian. Menyentuh punggung kekar itu dengan penuh perasaan.Nyaman, memeluk Bastian seperti ini rasanya sangat nyaman."Takut kenapa, Bas?"Beberapa detik kemudian, Rachel mulai buka suara, menanyakan kenapa Bastian mengatakan takut.Suasana di keliling mereka sangat sunyi, keadaan ini seperti memang dipersiapkan untuk Rachel dan Bastian.Jantung wanita cantik itu berdegup kencang, merasa tak percaya bisa bertemu Bastian di tempat seperti ini.Berapa jarak antara kota tempat tinggal Bastian dan kota ini? Sangat jauh.Dia tidak mungkin mengemudi ke sini sampai sejauh ini hanya untuk menemui Rachel, bukan?"Takut karena berpikir, mungkin ... mungkin aku sudah terlambat," jawab B
Angin laut menerpa wajah Rachel begitu turun dari kapal kecil yang mereka tumpangi, suasana yang asri dengan hawa segar seakan menghilangkan stress yang dirasakan oleh Rachel beberapa waktu ini saat mereka menginjakkan kaki di pulau kecil tempat tujuan mereka.Hari ini Bastian mengajaknya ke suatu tempat untuk berlibur.Sambil berjalan di samping Rachel, Bastian berkata panjang lebar."Pulau ini sangat kecil, para penghuninya pun para lansia, jadi ini tempat yang sangat tepat untuk melarikan diri dari kesibukan di kota, selain tempatnya yang indah, sih."Bastian terus memberi penjelasan singkat sambil melihat sekeliling."Kepiting di sini juga paling enak, sayang sekali kalau kau tidak mencobanya sekali-kali. Untuk itulah aku mengajakmu ke sini," tutur Bastian lagi dengan wajah berseri-seri.Hari ini dia tampak sangat tampan seperti malaikat dengan kemeja putih dan celana hitam, Rachel berkali-kali terpesona dengan penampilan pria muda tersebut.Rachel hanya menjawab ucapan Bastian te
Malam itu mungkin menjadi malam yang sangat panjang dan panas di antara mereka berdua."Aku selalu tak sabar untuk menyelesaikan jadwalku, sehingga bisa bercinta denganmu, Rachel."Bisikan Bastian membuat tubuh Rachel sedikit bergetar karena gairah, dia tahu apa yang dikatakan Bastian ini benar, dari gerak tubuh dan tatapannya yang mendamba."Kau tahu? Tidak bercinta selama seminggu denganmu, itu rasanya seperti aku hampir kehilangan akal," bisik Bastian lagi, kali ini dengan menghadiahkan serangan bertubi-tubi pada wajah Rachel."Bas, kau benar-benar penggoda," balas Rachel dengan sedikit menggeliat karena kegelian atas semua ciuman Bastian.Bastian tak menyerah, dia terus menghadiahi Rachel dengan ciuman yang menggoda sambil merangsang bagian tubuhnya yang lain..Tentu saja klimaks satu kali tidak akan pernah membuat pria ini puas, jadi dia menggiring Rachel menuju ronde kedua dengan sabar.Rachel menikmati semua sentuhan Bastian, mengerang dan mendesah pelan untuk mengeluarkan reak
Hari di mana Rania mengancam Melissa lewat pesan tengah malam seperti tak pernah terjadi.Sebaliknya, hubungan Darren dan istrinya semakin intim dan mesra.Melissa kini sudah tinggal selama dua minggu lebih di tubuh Alice, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa Melissa akan kembali ke tubuh aslinya.Melissa tiba-tiba menyadari satu hal, bahwa Alice biasanya akan bereaksi dan membuat tubuh asli Melissa kembali ke dunia nyata, adalah ketika wanita itu dekat-dekat dengan Bastian, mantan kekasihnya.Meski itu kenyataan yang berat, tapi Melissa seperti memahami satu hal, bahwa cinta Alice kepada kekasihnya, ternyata lebih besar daripada yang diduga oleh Melissa.Dia merasa sedikit merasa bersalah, Melissa mencintai Darren dan membuat hubungan antara Darren dan Alice dekat karena dirinya.Bagaimana jika Alice yang asli masuk dan kembali mengacaukan segalanya?Melissa benar-benar tak bisa berpikir jernih, satu sisi dia sangat mencintai Darren, tapi di sisi lain, Melissa sedang menggunakan tubuh se
"Apa ini?"Alice, yang tiba-tiba terbangun di sebuah ruangan seperti sebuah kamar, terduduk sambil memegangi kepalanya yang terasa berputar-putar.Dengan mata menyipit, dia memandang sekeliling, mencoba mencerna apa yang sedang terjadi.Ruangan serba putih ini ... apakah rumah sakit?Rumah sakit? Kenapa dia ada di rumah sakit? Apakah Bastian membawanya ke sini saat pingsan di depan apartemennya?Alice menatap kosong pada ruangan serba putih di sekelilingnya, mengingat apa yang sudah terjadi sebelum dia ada di dalam ruangan ini."Kau sudah sadar."Seseorang yang tak pernah dia temui dalam kehidupannya, masuk ke kamar dengan wajah muram.Alice secara refleks berjengit kaget, memundurkan tubuhnya ke belakang sambil memegangi sprei dengan sangat erat.Pria itu terlihat lelah, dasi hitam yang dia pakai sedikit melorot dan kemeja putihnya tampak kusut, dengan wajah mendung dia menggeser kursi dan duduk di samping ranjang Alice."Maafkan aku yang menabrakmu tanpa sengaja, aku sedikit mengant
Alice memandangi telapak tangannya dengan ekspresi kosong.Dia sudah seminggu sadar dari koma dan menghuni tubuh gadis di dunia antah berantah ini.Awalnya Alice benar-benar bingung kenapa hal seperti ini bisa terjadi, tapi manusia adalah seseorang yang sangat mudah beradaptasi.Dalam seminggu dia sudah sangat terbiasa dengan tubuh ini.Namanya Melissa Huang.Hidup sendirian, di sebuah kontrakan kecil yang nyaman, pekerjaannya adalah seorang cleaning servis sebuah hotel.Kehidupan Melissa ini memang sedikit berbeda dengan kehidupan Alice sebelumnya, tapi entah kenapa Alice menemukan kenyamanan di sini.Tidak ada pernikahan sandiwara, tidak ada suami yang sudah punya kekasih, dan tidak ada kekasih yang sudah mencampakkan dirinya.Alice juga tidak perlu pusing memikirkan kesehatan sang ibu dan hutang yang menggunung, serta adik yang tak pernah pulang.Secara garis besar, hidup sebagai Melissa, terasa sangat nyaman.Dia memang tidak secantik Alice, tapi hal itu bukan masalah bagi seorang
Alice menelan ludah, menatap ngeri pada pria yang hanya memakai handuk untuk membalut tubuhnya yang berotot dan terawat."Berisik."Hawa kamar seakan berubah seperti di kutub Utara saat pria itu melontarkan ucapan.Merasa terintimidasi dengan auranya yang luar biasa, tanpa sadar Dimitri dan Indira mundur beberapa langkah.Masalahnya mereka semua tahu siapa pria itu sekarang, pekerjaan mereka terancam hilang jika terus berada di sini."Saat ini juga, hubungan kita berakhir, Mel! Aku benar-benar kecewa sama kamu."Dimitri yang saat ini ada di dekat pintu, berkata dengan penuh kemarahan pada Melissa."Dim, sudah kubilang ini hanyalah salah paham!"Alice yang masih mencintai Dimitri berusaha menahan kepergian pria tersebut, tapi Dimitri segera menggeleng tegas."Hubungan kita sudah selesai, Mel. Kau bukan siapa-siapa aku sekarang!"Sambil menggaet lengan Indira, Dimitri buru-buru berjalan keluar dari kamar tersebut, membuat Alice nekat berusaha mengejar sampai keluar kamar, meski hanya de
Dia bahkan berjanji akan melakukan yang terbaik untuk membuat Damian nyaman dengan dirinya."Sudah terlalu banyak rasa sakit, aku ingin melupakan semuanya dan bahagia hidup sendiri-sendiri," tutup Melissa.Dia benar-benar ingin melupakan segala hal tentang ibunya."Jadi? Kau pilih mana?""Tentu saja aku akan di sini, bersamamu. Bahkan jika tidak menjadi istrimu di masa depan, aku tetap akan memilih tinggal di sini."Melissa menjawab tanpa ragu, dalam hati, dia sudah mendedikasikan diri sebagai pembantu Damian yang paling setia, untuk membalas kebaikannya ini.Damian langsung memeluk dan mencium Melissa saat mendengar jawaban gadis tersebut."Terima kasih, aku benar-benar mengharapkan jawaban ini darimu, Melly."Kata-katanya terdengar begitu tulus. Damian lega karena Melissa lebih memilih berada di sisinya daripada pergi ke ibunya yang kini menjadi istri orang kaya setelah menjadi pelakor."Aku justru senang bisa mendapat tempat tinggal gratis, jangan khawatir, aku tidak akan merepotka
"T-tolong maafkan aku."Melissa segera menjatuhkan tubuhnya dan duduk bersimpuh di hadapan Damian, dia menunduk dalam menunjukkan bahwa sedang sangat menyesal atas nama ibunya.Namun, reaksi Damian di luar dugaan Melissa, dia yang tadi marah kini malah tertawa terbahak-bahak."Astaga, ekspresimu lucu sekali, Melly!" serunya dengan tatapan geli, membuat Melissa segera mendongak dengan pandangan bertanya.Tentu saja dia semakin kebingungan. Padahal beberapa detik lalu Damian terlihat marah, kenapa sekarang dia malah tertawa terbahak-bahak?"A-apa maksudmu? Kau sedang menculik dan menyekapku karena kesalahan yang dilakukan ibu, 'kan? Jadi, kumohon, beri aku keringanan atas hukuman ini," ucap Melissa dengan ekspresi memohon.Damian mengulurkan tangannya, meminta Melissa menyambut uluran tangan tersebut dan membuat Melissa bangkit dari duduknya di lantai.Kini Damian duduk dan Melissa berdiri, mereka saling berpegangan tangan."Hmmm, bagaimana, ya? Kalau aku tidak mau, kau akan melakukan a
Melissa menutup wajah Damian yang begitu tampan memesona dengan kedua tangan, agar dia tak semakin tenggelam dalam jerat ketampanan majikannya tersebut."Sudahlah. Jangan lanjutkan lagi omong kosong ini, ayo kita tidur," ucap Melissa mengalihkan pembicaraan.Damian tertawa dengan suara rendah, meraih tangan Melissa di mukanya dan menaruh tangan gadis itu di pinggang Damian."Baiklah ayo kita tidur, calon istriku."Kini gantian Melissa yang tertawa mendengar ucapan Damian, lalu mengikuti pria itu untuk memejamkan mata.Setelah badai yang terjadi tadi malam, ini adalah saat terbaik semasa hidupnya.Berpelukan dengan Damian adalah hal yang membuat dirinya tenang sehingga bisa tidur dengan nyenyak tanpa teringat lagi ketakutan akan peristiwa beberapa jam lalu.Hari ini ditutup dengan sebuah kebahagiaan. Melissa merasa seperti ada beban besar yang terangkat dari tubuhnya.Dia bukan bayang-bayang Bu Yuna. Di mata Damian, dia adalah Melissa, seseorang yang begitu istimewa.'Kalau ini mimpi,
"Damian, apa yang kau lakukan?"Melissa bertanya dengan tenggorokan tercekat saat Damian membelai lembut bagian sensitifnya tersebut.Meskipun rasanya sedikit nyaman saat telapak tangan yang besar itu membelai bulu-bulu halus di vagina Melissa, karena baru saja dicukur, bulu-bulu yang baru tumbuh itu rasanya gatal bukan main sehingga kadang-kadang Melissa diam-diam menggaruknya."Omong-omong ... gatal tidak rasanya?"Pertanyaan Damian, yang menggesek jari-jarinya di sana, membuat Melissa seketika kena mental."A-apanya?"Melissa masih tak mau mengakui bahwa rasanya nyaman sekali saat Damian menggaruk tempat yang ditumbuhi bulu-bulu halus tersebut.Damian menepuk bagian sensitif Melissa tersebut sebagai isyarat."Ini, kau baru mencukurnya beberapa hari lalu, 'kan? Biasanya selesai dicukur akan sangat gatal saat sedang tumbuh seperti ini. Bukankah begitu?"Melissa memejamkan mata, menyembunyikan debar yang menggila saat Damian dengan lembut menggaruk bagian tubuhnya yang memang terasa s
Damian melakukan sesuatu yang tak terduga di tengah situasi menegangkan tersebut.Dia tiba-tiba menyingkir dari atas tubuh Melissa dan mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri."Aku sudah cukup puas dengan caramu berterima kasih, sekarang, ayo kita beristirahat."Damian mengatakan itu sambil berjalan menuju ranjangnya dan membaringkan tubuh di sana, meninggalkan Melissa yang terbengong-bengong dengan sikap Damian yang berubah-ubah dalam sekejap tersebut.Baru saja, baru beberapa menit, Melissa melihat dengan jelas hasrat yang begitu membara dari mata Damian saat tengah menatap dirinya.Remaja lelaki itu seakan bersiap untuk melahap tubuh Melissa sampai habis.Melissa begitu berdebar melihat tatapan penuh nafsu dari remaja tampan tersebut, entah kenapa ada sebuah kebanggaan saat tatapan tajamnya hanya tertuju pada Melissa.Namun, Melissa merasa seketika linglung saat menghadapi sikap Damian ini, dia tiba-tiba kembali dingin dan menjauh dari Melissa.Setelah terbengong-bengon
"Aku langsung datang mencarimu karena melihat postingan itu, tapi kau waktu itu sudah tak ada sehingga aku melakukan berbagai cara untuk menemukanmu. Kalau kau mau berpikir dengan kepala dingin, bukankah kemarahanku ini wajar?"Melissa mendongak dari layar ponsel, menatap Damian yang masih tanpa ekspresi dengan tatapan penuh permintaan maaf.Jika saja sebelum Damian menghukumnya tadi malam dia sudah menjelaskan apa saja yang sebenarnya terjadi, Melissa tak akan semarah tadi.Namun, nasi sudah menjadi bubur.Dia terlanjur memarahi seseorang yang telah menolong hidupnya.Melissa tak tahu bagaimana hancurnya dia seandainya tadi malam dia benar-benar diperkosa tiga pria itu.Dan dia juga tidak tahu apakah itu akan menjadi pengalaman pertama dan terakhirnya jika sana Damian tidak datang menolong, karena Melissa mungkin akan terus dijual oleh Julia."Siapa yang akan rela seseorang yang dekat dengannya disentuh pria lain?"Pertanyaan Damian seperti palu besar yang memukul kepala Melissa, gad
Melissa nekat meraih pergelangan tangan remaja tampan dengan rambut warna caramell yang mirip cokelat madu tersebut dengan jemari gemetar.Dia adalah gadis yang begitu takut ditinggalkan seseorang, sejak kecil, ibunya terus mengatakan bahwa ayahnya pergi karena Melissa yang nakal dan tak menjadi anak yang penurut.Itulah kenapa selama ini, meski sering dimarahi atau dipukuli, Melissa lebih memilih menjadi anak yang penurut agar sang ibu tak meninggalkan dirinya.Dan saat ini, perasaan itu muncul lagi, perasaan ketakutan karena ditinggalkan oleh seseorang yang begitu istimewa di hatinya.Ini pertama kali Melissa mengalami hal seperti ini selain kepada ayah dan ibunya.Dia tak menyangka bahwa akan begitu ketakutan saat Damian mengatakan bahwa dia boleh pergi dari kamar Damian.Melissa takut Damian membuangnya."Maafkan aku, jangan-jangan menyuruh aku pergi, Tuan Muda," ucapnya dengan nekat, berusaha menahan Damian agar tak pergi dan tak menyuruh dia keluar dari kamar ini."Kenapa memang
Melissa menampik obat penurun panas yang diberikan Damian padanya dengan kening berkerut tak suka."Lalu bagaimana setelah aku meminum obat ini? Apakah setelah aku sembuh kau akan tetap menyiksa aku lagi? Kau tahu? Kemarahanmu tadi malam itu sangat tidak wajar."Melissa kembali mengungkit tentang kejadian tadi malam."Bagiku wajar, minum obatnya."Damian menggeleng tak peduli, dia kembali mengulurkan obat ke arah Melissa."Tidak mau. Lebih baik aku demam dan sakit daripada mematuhimu," tolak Melissa sambil membuang obat yang diberikan Damian padanya.Damian menatap butiran pil yang berceceran di lantai karena sikap Melissa tersebut, menghela napas panjang dan menatap Melissa dengan mata menyipit."Kenapa kau berubah keras kepala sekarang? Aku tak suka kau yang begini, Mel," ucap Damian dengan suara dingin.Melissa membalas tatapan tajam Damian dengan kening berkerut tak suka."Kenapa? Kau tanya kenapa, Tuan Muda? Itu karena aku lelah dengan sikapmu. Kau bilang datang ke kamar itu tida
"T-Tuan Muda, bolehkah aku keluar dari bak mandi sekarang?"Melissa yang bibirnya sudah sedikit membiru dan telapak tangan keriput karena ber jam-jam disuruh Damian berendam dalam bak mandi setelah kepulangan mereka dari motel itu, bertanya dengan badan gemetar menahan dingin.Damian yang duduk di luar kamar mandi, hanya mengangkat dagunya tanpa menjawab."Kumohon, izinkan aku keluar, aku sangat kedinginan."Melissa memeluk tubuhnya sendiri sambil menahan dingin, tatapan begitu memelas untuk menarik simpati Damian.Damian memandang gadis yang sedang berendam di bathtub kamar mandi berisi air dingin atas perintahnya, dengan ekspresi yang sama sekali tak berubah.Dingin dan menakutkan.Dia merasa belum puas menghukum Melissa dengan berendam di bak mandi penuh air dingin tanpa sehelai benang pun, untuk menyingkirkan sentuhan para berengsek itu dari tubuhnya.Namun, melihat wajahnya yang pucat dengan bibir sedikit membiru membuat Damian lama-lama kasihan juga.Merendamnya di bak mandi sel