"Kau tahu tidak, Istriku Tersayang? Kalau ada mitos bahwa malam pertama itu harus melakukan hubungan badan dengan istrinya, karena kalau tidak, nanti si istri akan menjadi istri yang tidak baik," bisik Darren saat dia melucuti handuk dari tubuh Melissa, menampakkan keindahan tubuh gadis cantik tersebut.
"Aku menikah tidak untuk mencari masalah, jadi aku akan mendisiplinkan dirimu dari awal."Setelah mengatakan hal itu, Darren mulai menyerang tubuh Melissa, gerakannya kasar dan tanpa kasih sayang, membuat gadis tersebut hanya bisa mengerang pelan saat gigi pria itu menancap di salah satu puncak buah dadanya.Setelah beberapa foreplay singkat, pria itu mulai memasukkan barang miliknya yang besar tersebut ke dalam tubuh Melissa."Kumohon hentikan. Rasanya sakiiiit ...!"Melissa berteriak saat merasakan benda besar itu seperti membelah tubuhnya, dia sampai mencakar punggung pria yang kini menjadi suaminya dalam semalam tersebut."Jeritan yang menyenangkan, Alice."Dia mengabaikan semua permohonan dari melissa untuk berhenti, seakan semua jerit kesakitan dari bibir gadis tersebut adalah stimulasi untuknya agar semakin gencar menyiksa tubuh bagian bawah Melissa dengan miliknya yang besar tersebut.Darre terus membombardir tubuh bagian bawah Melissa ampun, semakin dia berteriak dan memohon, semakin menggilalah dirinya.Beberapa saat kemudian cairan hangat membasahi area pribadi Melissa, gadis itu hanya bisa menangis merasakan betapa sakitnya tubuh bagian bawahnya.Darren terdengar menghela napas, dia tersenyum lebar melihat rambut cokelat milik Melissa yang kini acak-acakan, juga bekas air mata di pipi gadis itu yang basah.Sebuah kepuasan yang aneh tercetak jelas di wajahnya. Pria itu menyeringai saat melihat keadaann Melissa yang begitu menyedihkan.Wajah sinisnya itu, anehnya saat ini terlihat sumringah, senyum lebar menghiasi bibirnya melihat kekacauan dan air mata di wajah Melissa, dia sedikit membungkuk seraya tersenyum culas."Ekspresi yang indah, Istri Sayang. Tak kusangka ternyata bermain denganmu cukup menyenangkan."Melissa seketika membuang muka saat dia hendak menyentuh pipiku, membuat dirinya tertawa terbahak-bahak.Kamu, Berengsek Sialan!Umpatnya dalam hati.Aku ... aku sangat membencimu!Lanjutnya, masih di dalam hati.Air mata kembali mengalir melalui bulu mata lentik Melissa, menetes deras tanpa bisa ditahan setiap kali mengingat bagaimana perlakuan Darren padanya beberapa menit yang lalu.Darren yang tak peduli dengan tangisku, berbaring miring seraya memainkan rambut cokelat Melissa yang tersebar di ranjang.Melissa segera menyingkirkan tangannya yang hendak menyentuh pipi gadis tersebut yang berlinang air mata, memejamkan mata karena tak ingin melihat wajahnya.Darren tertawa lagi, memainkan ujung rambut Melissa sambil menyeringai lebar."Kau tahu, Istriku? sekarang masih belum terlalu malam, bukan? Jadi mari kita lanjutkan kesenangan ini lagi. Aku benar-benar ingin menghisapmu sampai kering malam ini.""Ap-apa?! tidak!! kumohon, jangan lakukan lagi!"Dia bahkan belum membersihkan diri! Betapa teganya pria ini melakukan semua itu!"Tolong hentikan, Tuab. Aku tidak sanggup lagi, rasanya sakit! Ini sakit!!!"Menggunakan sisa-sisa kekuatan, Melissa mencoba lepas dari pelukannya, lalu merangkak dan tertatih memaksa untuk lari menuju luar kamar meski tanpa memakai sehelai benang pun di badan.Namun, langkah panjang Darren dengan mudah mencegat gadis itu sebelum kaki bahkan mencapai pintu kamar.Tangannya yang ramping tapi tampak berotot itu dikalungkannya ke pinggang Melissa dari belakang.Tawa serak basah masuk ke telinga ketika dia berhasil menangkap tubuh gadis itu dan memenjarakannya dalam kuasa lengan seorang Darren yang kokoh."Mau main kucing-kucingan denganku, Sayang? Hm?"Dia mendorong badan Melissa ke depan sampai punggung menabrak pintu kamar, menyekapnya dengan kedua tangan.Melissa menjerit menahan rasa sakit yang berdenyut-denyut di punggung, tetapi rupanya Darren tidak berniat untuk memberikan toleransi sedikit pun."Ah, akting yang bagus, Istriku Sayang. Teruslah berteriak dan menjerit karena itu hanya membuatku semakin bergairah," ucapnya saat Melissa berteriak minta tolong.Ditekannya dada Melissa dengan badannya, lalu dengan keras Darren menggigit leher gadis itu sampai jeritan kesakitan meluncur dari bibir."Kau tahu, kan, Istriku? Aku, tidak pernah membiarkan mangsaku pergi. Tidak pernah."Dia menghisap leher Melissa sampai meninggalkan bekas merah muda di sana, lalu lidahnya itu semakin turun dan turun sampai pada gundukan indah milik Melissa.Dia menghisapnya begitu kuat, seperti sengaja melukai kulit mulus itu dengan bibir dan gigitannya.Melissa hanya bisa mengerang pelan saat menahan rasa sakit di sekujur tubuh.Tanpa ampun, Darren mengangkat satu kaki Melissa dan menaruh di pahanya, lalu melakukan hal menyakitkan itu kembali.Sungguh ini bukanlah posisi yang nyaman, rasanya sakit dan kaki Melissa kram karena menahan berat tubuh, ini seperti siksaan, bukan kenikmatan."Ah! Tolong jangan, Tuan! Tolong hentikan! Kumohon!"Tangis gadis itu kembali pecah, mencakar-cakar punggungnya untuk menghentikan tindakan Darren yang kejam.Sayangnya, gerakan tersebut justru semakin memancingnya untuk melakukan hal yang lebih kejam lagi.Dia seperti tenggelam dalam euforia yang membuat dirinya semakin bersemangat menghancurkan tubuh bagian bawah Melissa dengan miliknya yang besar tersebut.Darren menggigit bibir Melissa yang sudah membengkak ini tanpa ampun, menyiksa tubuh bagian bawah gadis itu tanpa ampun, sampai akhirnya kembali memuntahkan cairan panas yang meluber sampai paha.Senyuman jahat terukir di bibir Darren saat tubuh Melissa jatuh, luruh ke lantai dengan kondisi rambut acak-acakan, menyedihkan, hampir pingsan, dan berlumuran cairan kental miliknya."Jangan pingsan dulu, malam masih panjang, Sayang."Darren mengangkat tubuh Melissa dan membaringkannya di atas tempat tidur."Ya ampun, tolong, apakah kamu masih belum puas? Tolong sudahi saja ini," rintih Melissa dengan suara serak.Namun, pria itu terlihat tak peduli dan malah mengangkat tubuh Melissa ke atas perutnya."Kalo kamu lelah, cukup diam saja biar aku yang menyelesaikan segalanya."Benda Darren yang lagi-lagi sudah memanjang dan mengeras tersebut memborbardir diri Melissa dengan keganasan seperti permainan ronde pertama.Dia benar-benar pria buas yang gila!Melissa yang sudah lemas tak berdaya, dihujani oleh desakan benda miliknya yang keluar masuk tubuhnya.Lalu di saat akhirnya pria itu mengeluarkan cairan kental untuk kesekian kalinya ke tubuh Melissa, mata gadis itu terpejam dan mulai tak sadarkan diri.Di detik ketika melissa menujukehilangan kesadaran, Melissa mengutuk pria yang nafsunya benar-benar besar tersebut."Berengsek kau, Darren! Jika aku tidak pingsan, apakah kau akan melakukannya semalam suntuk? hah???"Saat terbangun setelah pingsan tadi malam, mata Melissa menyipit karena silau, dia mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan diri dengan cahaya terang yang menyerbu saat hendak membuka mata.Kening gadis itu berkerut ketika menatap suasana asing di sekitar, kamar mewah, dengan ranjang besar yang empuk berwarna abu-abu ini, jelas bukan kamar miliknya.Dia hendak bangkit dari tempat tidur tetapi rasa sakit yang teramat sangat di bagian bawah tubuh, membuat badan spontan mengejang sehingga bibir pun meringis pelan."Awwww."Mendesah, Melissa akhirnya hanya bisa membaringkan tubuh kembali karena tak tahan dengan nyeri yang masih berdenyut-denyut di anggota tubuh antara dua pahanya tersebut.Melihat badannya yang kini hanya terbalut kamisol tipis, membuat mulut Melissa seketika mengeluarkan erangan pelan.Kejadian semalam, ternyata bukanlah mimpi.Ternyata dia benar-benar jatuh ke dalam dunia novel berjudul 'Istri Tak Diangggap' yang pernah dia baca beberapa saat lalu di sela-sela pekerjaa
Pria ini benar-benar aneh, batin Melissa saat duduk di atas pahanya sedangkan suaminya tersebut memotong steak untuknya."Apakah dudukmu terasa nyaman, Istriku?"Darren bertanya dengan santai, Melissa mengangguk seperti robot karena tak ingin harus berakhir dengan makan di lantai seperti anjing.Sebenarnya ini posisi yang sangat tidak nyaman untuk makan, punggungnya bertatapan langsung dengan dada Darren yang kokoh, membuat jantung gadis itu berdebar kencang dengan pipi memerah mengingat malam panas mereka sebelumnya.Meskipun pernikahan ini tanpa cinta, dan yang berada dalam tubuh Alice bukanlah Alice yang asli, tapi bagaimana pun juga, ini pertama kalinya Melissa kenal dengan pria dan melakukan hubungan badan dengannya.Tenggorokan Melissa terasa tercekat saat wajah Darren begitu dekat dengannya, pria yang menjadi suaminya di dunia novel ini benar-benar tampan.Sungguh berbeda jauh dengan nasibnya ketika berada di dunia nyata.Melissa hanyalah seorang gadis biasa yang bekerja menjad
"Mau lagi?"Darren bertanya, mengawasi reaksi Melissa untuk melihat apakah istrinya tersebut masih berpura-pura atau tidak.Melissa yang sebenarnya masih ingin menghabiskan semua hidangan di meja, menggeleng untuk menjaga image Alice.Sebanyak ingatan yang dia punya tentang Alice—gadis itu terlalu banyak membaca novel online, jadi kadang karakter yang satu tertukar dengan lainnya karena banyaknya tema yang mirip—seingat Melissa, Alice adalah gadis yang sangat menjaga bentuk tubuhnya.Dan memang, hal itu bisa dilihat langsung dari bentuk tubuh Melissa saat ini, pinggang yang ramping dengan pinggul padat yang menggoda dan buah dada yang menyembul indah.Benar-benar sosok yang sempurna.Darren tampak sedikit kecewa karena Melissa menolak untuk disuapi olehnya, tapi pria itu tentu saja tak menunjukkan kekecewaan.Rasa kecewa menandakan bahwa dia mulai terikat dengan perempuan itu, dan Darren benar-benar tak ingin Melissa tahu bagaimana isi hatinya.Namun, Darren tak kehilangan akal, dia m
Gurat di wajahnya berubah tegang ketika mendengar entah kabar apa yang diucapkan oleh ibunya di telepon."Baik, Mom. Aku akan segera ke sana sekarang juga untuk melihat keadaan kakek."Setelah mengatakan hal itu, Darren menutup telepon, menyugar rambut cokelatnya ke belakang dengan gelisah.Malam ini, untuk pertama kali semenjak pernikahan mereka, Darren mengajak Melissa keluar dari rumah besar yang dia tinggali selama hampir seminggu ini.Sebenarnya ini bukanlah inisiatif dari Darren pribadi, kabarnya makan malam ini diadakan oleh orang tua Darren yang konglomerat tersebut, sebagai perayaan pernikahan putra tertua mereka, Darren.Melisa sudah didandani dengan sangat cantik oleh seorang stylish yang dipanggil Darren ke rumah, Melissa sendiri sampai pangling melihat penampilan barunya di kaca.Menggunakan gaun malam berwarna merah muda, dia kelihatan Fresh dan segar, rambut cokelatnya di sanggul ke atas sehingga menunjukkan leher putihnya yang jenjang.Darren tampak acuh tak acuh melih
Melissa memang mengatakan tidak masalah untuk pulang sendiri, meski tak tahu di mana alamat rumah Darren berada, tapi dengan black card yang diberikan padanya, itu tidak menjadi masalah besar karena Melissa bisa dengan mudah menginap di hotel bintang lima di kota ini.Masalah kenapa tentang dia tidak pulang ke rumah setelah diturunkan Darren di pinggir jalan, dia akan menjelaskan dengan tenang dan mengatakan bahwa Melissa tidak hapal alamat rumah mereka.Melissa mulai bersiap, sementara mobil Darren sudah berhenti di pinggir jalan, pikirannya sibuk mengingat-ingat nama hotel yang ada di novel ini agar bisa dia gunakan untuk bermalam.Dia sampai lupa tidak menanyakan keadaan Rania."Kamu sungguh tidak apa-apa?"Darren, anehnya bertanya sekali lagi.Melissa menatap pria itu dengan bingung, dia yang berinisiatif menurunkan di pinggir jalan dan dia yang ragu sendiri? Benar-benar pria aneh!"No problem."Melissa menjawab sambil mengulas senyum terbaiknya.Dia benar-benar tak masalah, justr
"I-itu, aku tidak hafal alamat rumahmu, jadi berencana menginap di hotel di dekat sini," jawabnya.Namun, tatapan Darren malah berubah tajam, seakan menyiratkan bahwa dia sama sekali tak percaya ucapan Melissa tersebut."Lihat saja ponselku kalau tidak percaya, kau bisa mengeceknya bahwa saat itu aku sedang mencari hotel dekat sini," lanjut Melissa, pasrah.Tanpa berkata apa pun, Darren mengambil ponsel Melissa yang disita olehnya tanpa sebab dan mengetuk layarnya dua kali untuk mengecek apakah ucapan istrinya itu benar.Pandangannya berubah lega saat melihat isi ponsel yang menampilkan sebuah informasi tentang hotel yang hendak dituju oleh Alice alias Melissa."Kau benar-benar sedang mencari hotel," ucapnya."Aku tidak berbohong, bukan?"Melissa membalas dan menerima ponsel yang diulurkan oleh Darren."Jadi, kau tidak sedang marah karena kutinggalkan di pinggir jalan lalu berencana membalas dendam?"Melissa tertawa keras mendengar pertanyaan dari Darren yang menurutnya konyol tersebut
Namun, kali ini Darren bukannya luluh, justru menatap Rania dengan kening berkerut."Aku tidak marah padamu, tapi aku lelah dengan kecerobohan yang kau lakukan," dengus pria tersebut.Ucapannya itu seketika membuat Rania pucat, berpikir bahwa keputusannya membiarkan Darren menikah dengan orang lain adalah hal keliru.Sebelum menikahi Alice, Darren lebih dulu menawarkan pernikahan kepada Rania dan meminta dirinya mengandung buah hati mereka agar Darren bisa meng-klaim warisan keluarga besar Darren.Namun, Rania yang takut tubuhnya akan berubah jelek setelah melahirkan, menolak hal tersebut sehingga terjadilah pernikahan kontrak antara Darren dan Alice."Sayang, tolong jangan pergi, jangan tinggalkan aku," rengek Rania, memegang tangan Darren dengan tatapan memohon.Dia benar-benar merasakan perubahan Darren, pria itu bukan hanya membiarkan dirinya berada di ruangan umum tanpa memindahkan dirinya ke ruang VIP, tapi juga tampak tak peduli dengan sakit yang diderita Rania.Darren malah ber
Sambil menunggu sekretarisnya tersebut datang, Darren meminta Melissa untuk duduk santai di sofa, sementara dia mendapatkan telepon dari Rania sehingga agak menjauh dari Melissa yang juga sibuk dengan ponselnya.Ketika keduanya sedang sibuk dengan ponsel masing-masing itulah, terdengar bel dari pintu depan dan seseorang yang masuk ke dalam rumah dengan marah-marah."Tuan muda, aku memang bekerja sebagai sekretarismu, tapi ini sudah di luar jam kerja dan kau memerintah untuk membeli semua ini? Kalau kau tak memberiku gaji lembur, aku tak akan mau melakukan hal ini lagi!"Seorang pria muda yang usianya sedikit lebih banyak dari Melissa, berjalan mendekati mereka berdua.Darren hanya tertawa pelan saat petugas minimarket datang bersama Rafael dengan membaw dua kardus besar yang ditaruh di dekat pria itu."Terima kasih, kau boleh pergi sekarang," ucap Rafael sambil memberi uang lebih kepada petugas minimarket tersebut.Setelah kepergiannya, Rafael kembali mengajukan protes kepada Darren.
Dia bahkan berjanji akan melakukan yang terbaik untuk membuat Damian nyaman dengan dirinya."Sudah terlalu banyak rasa sakit, aku ingin melupakan semuanya dan bahagia hidup sendiri-sendiri," tutup Melissa.Dia benar-benar ingin melupakan segala hal tentang ibunya."Jadi? Kau pilih mana?""Tentu saja aku akan di sini, bersamamu. Bahkan jika tidak menjadi istrimu di masa depan, aku tetap akan memilih tinggal di sini."Melissa menjawab tanpa ragu, dalam hati, dia sudah mendedikasikan diri sebagai pembantu Damian yang paling setia, untuk membalas kebaikannya ini.Damian langsung memeluk dan mencium Melissa saat mendengar jawaban gadis tersebut."Terima kasih, aku benar-benar mengharapkan jawaban ini darimu, Melly."Kata-katanya terdengar begitu tulus. Damian lega karena Melissa lebih memilih berada di sisinya daripada pergi ke ibunya yang kini menjadi istri orang kaya setelah menjadi pelakor."Aku justru senang bisa mendapat tempat tinggal gratis, jangan khawatir, aku tidak akan merepotka
"T-tolong maafkan aku."Melissa segera menjatuhkan tubuhnya dan duduk bersimpuh di hadapan Damian, dia menunduk dalam menunjukkan bahwa sedang sangat menyesal atas nama ibunya.Namun, reaksi Damian di luar dugaan Melissa, dia yang tadi marah kini malah tertawa terbahak-bahak."Astaga, ekspresimu lucu sekali, Melly!" serunya dengan tatapan geli, membuat Melissa segera mendongak dengan pandangan bertanya.Tentu saja dia semakin kebingungan. Padahal beberapa detik lalu Damian terlihat marah, kenapa sekarang dia malah tertawa terbahak-bahak?"A-apa maksudmu? Kau sedang menculik dan menyekapku karena kesalahan yang dilakukan ibu, 'kan? Jadi, kumohon, beri aku keringanan atas hukuman ini," ucap Melissa dengan ekspresi memohon.Damian mengulurkan tangannya, meminta Melissa menyambut uluran tangan tersebut dan membuat Melissa bangkit dari duduknya di lantai.Kini Damian duduk dan Melissa berdiri, mereka saling berpegangan tangan."Hmmm, bagaimana, ya? Kalau aku tidak mau, kau akan melakukan a
Melissa menutup wajah Damian yang begitu tampan memesona dengan kedua tangan, agar dia tak semakin tenggelam dalam jerat ketampanan majikannya tersebut."Sudahlah. Jangan lanjutkan lagi omong kosong ini, ayo kita tidur," ucap Melissa mengalihkan pembicaraan.Damian tertawa dengan suara rendah, meraih tangan Melissa di mukanya dan menaruh tangan gadis itu di pinggang Damian."Baiklah ayo kita tidur, calon istriku."Kini gantian Melissa yang tertawa mendengar ucapan Damian, lalu mengikuti pria itu untuk memejamkan mata.Setelah badai yang terjadi tadi malam, ini adalah saat terbaik semasa hidupnya.Berpelukan dengan Damian adalah hal yang membuat dirinya tenang sehingga bisa tidur dengan nyenyak tanpa teringat lagi ketakutan akan peristiwa beberapa jam lalu.Hari ini ditutup dengan sebuah kebahagiaan. Melissa merasa seperti ada beban besar yang terangkat dari tubuhnya.Dia bukan bayang-bayang Bu Yuna. Di mata Damian, dia adalah Melissa, seseorang yang begitu istimewa.'Kalau ini mimpi,
"Damian, apa yang kau lakukan?"Melissa bertanya dengan tenggorokan tercekat saat Damian membelai lembut bagian sensitifnya tersebut.Meskipun rasanya sedikit nyaman saat telapak tangan yang besar itu membelai bulu-bulu halus di vagina Melissa, karena baru saja dicukur, bulu-bulu yang baru tumbuh itu rasanya gatal bukan main sehingga kadang-kadang Melissa diam-diam menggaruknya."Omong-omong ... gatal tidak rasanya?"Pertanyaan Damian, yang menggesek jari-jarinya di sana, membuat Melissa seketika kena mental."A-apanya?"Melissa masih tak mau mengakui bahwa rasanya nyaman sekali saat Damian menggaruk tempat yang ditumbuhi bulu-bulu halus tersebut.Damian menepuk bagian sensitif Melissa tersebut sebagai isyarat."Ini, kau baru mencukurnya beberapa hari lalu, 'kan? Biasanya selesai dicukur akan sangat gatal saat sedang tumbuh seperti ini. Bukankah begitu?"Melissa memejamkan mata, menyembunyikan debar yang menggila saat Damian dengan lembut menggaruk bagian tubuhnya yang memang terasa s
Damian melakukan sesuatu yang tak terduga di tengah situasi menegangkan tersebut.Dia tiba-tiba menyingkir dari atas tubuh Melissa dan mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri."Aku sudah cukup puas dengan caramu berterima kasih, sekarang, ayo kita beristirahat."Damian mengatakan itu sambil berjalan menuju ranjangnya dan membaringkan tubuh di sana, meninggalkan Melissa yang terbengong-bengong dengan sikap Damian yang berubah-ubah dalam sekejap tersebut.Baru saja, baru beberapa menit, Melissa melihat dengan jelas hasrat yang begitu membara dari mata Damian saat tengah menatap dirinya.Remaja lelaki itu seakan bersiap untuk melahap tubuh Melissa sampai habis.Melissa begitu berdebar melihat tatapan penuh nafsu dari remaja tampan tersebut, entah kenapa ada sebuah kebanggaan saat tatapan tajamnya hanya tertuju pada Melissa.Namun, Melissa merasa seketika linglung saat menghadapi sikap Damian ini, dia tiba-tiba kembali dingin dan menjauh dari Melissa.Setelah terbengong-bengon
"Aku langsung datang mencarimu karena melihat postingan itu, tapi kau waktu itu sudah tak ada sehingga aku melakukan berbagai cara untuk menemukanmu. Kalau kau mau berpikir dengan kepala dingin, bukankah kemarahanku ini wajar?"Melissa mendongak dari layar ponsel, menatap Damian yang masih tanpa ekspresi dengan tatapan penuh permintaan maaf.Jika saja sebelum Damian menghukumnya tadi malam dia sudah menjelaskan apa saja yang sebenarnya terjadi, Melissa tak akan semarah tadi.Namun, nasi sudah menjadi bubur.Dia terlanjur memarahi seseorang yang telah menolong hidupnya.Melissa tak tahu bagaimana hancurnya dia seandainya tadi malam dia benar-benar diperkosa tiga pria itu.Dan dia juga tidak tahu apakah itu akan menjadi pengalaman pertama dan terakhirnya jika sana Damian tidak datang menolong, karena Melissa mungkin akan terus dijual oleh Julia."Siapa yang akan rela seseorang yang dekat dengannya disentuh pria lain?"Pertanyaan Damian seperti palu besar yang memukul kepala Melissa, gad
Melissa nekat meraih pergelangan tangan remaja tampan dengan rambut warna caramell yang mirip cokelat madu tersebut dengan jemari gemetar.Dia adalah gadis yang begitu takut ditinggalkan seseorang, sejak kecil, ibunya terus mengatakan bahwa ayahnya pergi karena Melissa yang nakal dan tak menjadi anak yang penurut.Itulah kenapa selama ini, meski sering dimarahi atau dipukuli, Melissa lebih memilih menjadi anak yang penurut agar sang ibu tak meninggalkan dirinya.Dan saat ini, perasaan itu muncul lagi, perasaan ketakutan karena ditinggalkan oleh seseorang yang begitu istimewa di hatinya.Ini pertama kali Melissa mengalami hal seperti ini selain kepada ayah dan ibunya.Dia tak menyangka bahwa akan begitu ketakutan saat Damian mengatakan bahwa dia boleh pergi dari kamar Damian.Melissa takut Damian membuangnya."Maafkan aku, jangan-jangan menyuruh aku pergi, Tuan Muda," ucapnya dengan nekat, berusaha menahan Damian agar tak pergi dan tak menyuruh dia keluar dari kamar ini."Kenapa memang
Melissa menampik obat penurun panas yang diberikan Damian padanya dengan kening berkerut tak suka."Lalu bagaimana setelah aku meminum obat ini? Apakah setelah aku sembuh kau akan tetap menyiksa aku lagi? Kau tahu? Kemarahanmu tadi malam itu sangat tidak wajar."Melissa kembali mengungkit tentang kejadian tadi malam."Bagiku wajar, minum obatnya."Damian menggeleng tak peduli, dia kembali mengulurkan obat ke arah Melissa."Tidak mau. Lebih baik aku demam dan sakit daripada mematuhimu," tolak Melissa sambil membuang obat yang diberikan Damian padanya.Damian menatap butiran pil yang berceceran di lantai karena sikap Melissa tersebut, menghela napas panjang dan menatap Melissa dengan mata menyipit."Kenapa kau berubah keras kepala sekarang? Aku tak suka kau yang begini, Mel," ucap Damian dengan suara dingin.Melissa membalas tatapan tajam Damian dengan kening berkerut tak suka."Kenapa? Kau tanya kenapa, Tuan Muda? Itu karena aku lelah dengan sikapmu. Kau bilang datang ke kamar itu tida
"T-Tuan Muda, bolehkah aku keluar dari bak mandi sekarang?"Melissa yang bibirnya sudah sedikit membiru dan telapak tangan keriput karena ber jam-jam disuruh Damian berendam dalam bak mandi setelah kepulangan mereka dari motel itu, bertanya dengan badan gemetar menahan dingin.Damian yang duduk di luar kamar mandi, hanya mengangkat dagunya tanpa menjawab."Kumohon, izinkan aku keluar, aku sangat kedinginan."Melissa memeluk tubuhnya sendiri sambil menahan dingin, tatapan begitu memelas untuk menarik simpati Damian.Damian memandang gadis yang sedang berendam di bathtub kamar mandi berisi air dingin atas perintahnya, dengan ekspresi yang sama sekali tak berubah.Dingin dan menakutkan.Dia merasa belum puas menghukum Melissa dengan berendam di bak mandi penuh air dingin tanpa sehelai benang pun, untuk menyingkirkan sentuhan para berengsek itu dari tubuhnya.Namun, melihat wajahnya yang pucat dengan bibir sedikit membiru membuat Damian lama-lama kasihan juga.Merendamnya di bak mandi sel