"Tuan Muda, bukankah ini sudah sangat keterlaluan?!"Di hari ke tiga, di mana Damian mengurung Melissa di rumah besar tersebut tanpa mengizinkan dia keluar sama sekali bahkan untuk bersekolah, Melissa akhirnya mendatangi kamar Damian.Dia sudah dua hari bolos bersekolah, Melissa begitu panik karena sekolahnya hanya menoleransi absen selama dua kali, jika besok Melissa masih tidak diizinkan Damian keluar, maka Melissa bisa mendapatkan skorsing."Keterlaluan bagaimana?"Damian yang baru pulang sekolah, menoleh pada Melissa."Omong-omong, tutup pintunya. Aku tidak begitu suka jika pembicaraan kita terdengar keluar dan membuat rumor tak sedap tentangku."Meski dongkol bukan main, Melissa tetap mematuhi permintaan majikan mudanya tersebut untuk menutup pintu di belakangnya."Kau ... apakah kau tak punya hati?! Aku sudah bolos dua hari! Jika aku besok harus bolos lagi, aku bisa mendapat skorsing dari sekolah!"Damian duduk di sofa kamarnya, terlihat mengabaikan Melissa dan sibuk dengan pons
Tiba-tiba Damian bangkit dan menarik tubuh Melissa sampai gadis itu terbaring di ranjang.Kini Damian menindihnya.Dia mulai melakukannya. Semua hal tak senonoh itu, dia akan memulainya lagi.Melissa menatap Damian dengan putus asa, memohon agar dia berhenti.Damian menyibak hoodie yang dipakai Melissa ke atas, kepalanya menunduk dan mulai banyak menorehkan banyak kissmark di leher dan tulang selangka Melissa dan membuatnya sedikit nyeri karena hisapan dan gigitan.Mengalami ini semua sekali lagi ....Melissa mencoba untuk tidak menangis, dia menggigit kuat-kuat bibirnya, karena takut membuat Damian tersinggung seperti tempo hari.Dia hanya ingin sekolah lagi. Dia tak mau kehilangan harapan menjalani hidup yang lebih baik.Damian mulai hilang kendali, dengan memejamkan mata dia mulai menggesek-gesekkan barangnya di antara dua paha Melissa.Damian lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam hoodie Melissa, meremas-remas dada gadis yang berbaring di bawahnya seraya terus menggesek barangny
Damian pun membaringkan Melissa dalam keadaan telentang untuk memeriksa seragam sekolah gadis tersebut."Ah, bahaya kalau dia bangun saat aku sedang fokus memeriksa, dia terlalu cerewet saat bangun."Damian beranjak dari tempat duduknya dan mengambil sesuatu di laci meja yang ada di kamarnya, tersenyum puas pada benda yang kini dia pegang.Alat suntik.Damian mengambil sebuah cairan dan memasukkan cairan tersebut pada jarum suntik, kemudian menyuntikkannya pada lengan Melissa.Cairan tersebut berisi obat tidur, Damian biasa melakukan ini pada ibunya ketika sang ibu mulai mengamuk karena melihat suaminya bercinta dengan wanita lain di ruangan lain dalam rumah mereka.Obat tidur ini bekerja dengan sangat cepat, Damian suka melakukan hal itu agar ibunya tidur dengan tenang dan berhenti mengamuk sambil melempar barang-barang.Dia tak menyangka bahwa akan melakukan ini pada Melissa, tapi Damian benar-benar harus memeriksa seragam sekolah gadis ini agar hatinya tenang.Damian mengunci pintu
"Kenapa aku di sini?"Melissa benar-benar bingung saat terbangun dari tidurnya, dia sedang berbaring di ranjang Damian.Dia terduduk dan terlihat masih linglung.Gadis itu ingat betul bahwa dia menunggu Damian pulang dengan duduk di sofa, tapi kenapa sekarang dia pindah ke ranjang tuan mudanya tersebut?"Apa ini?"Yang lebih aneh lagi adalah apa yang kini dikenakan oleh Melissa.Sebuah hoodie warna abu-abu dengan ukuran besar, Melissa langsung bisa menebak ini hoodie milik siapa, pasti Damian.Tapi kenapa?Kenapa dia ganti memakai hoodie milik majikannya?Melissa mengarahkan pandangan ke seluruh kamar, mencari sosok sang majikan muda, tapi tak menemukannya di mana pun.Dia menatap jam di tangannya, pukul tiga dini hari. Terkejut saat menyadari bahwa dia telah tidur selama itu.Melissa memegangi perutnya yang keroncongan, lapar.Apakah Damian tidur di perpustakaan lagi? Lalu kenapa dia kini memakai hoodie Damian dan tidur di ranjang pria itu? Apa yang sebenarnya telah terjadi?Wajah Me
"Baju macam apa ini, Tuan?"Melissa memandang tubuhnya yang kini terbalut seragam baru sekolahnya, hanya saja seragam baru tersebut dua kali lipat lebih besar ukuran seragam miliknya yang sebelumnya.Anehnya, Damian memandang penampilan Melissa, yang kini memakai seragam kedodoran tersebut dengan ekspresi puas."Ayo berangkat."Dia memberi perintah, berjalan lebih dulu dan diikuti Melissa dari belakang.Melissa seperti ditawan dalam kamar Damian sejak tadi malam, Damian bahkan tak mengizinkan Melissa mandi atau makan di kamar ibunya, melainkan di kamar Damian.Melissa tak punya alasan untuk menolak perintah tuan mudanya tersebut daripada mendapatkan hukuman seperti tempo hari.Melissa yang berjalan di belakang Damian, buru-buru memasukkan ujung bawah seragamnya ke dalam rok dan merapikan penampilannya dengan seragam terlalu besar tersebut."Aku akan menjemputmu di depan sekolah, tunggu aku."Ucapan Damian saat Melissa masuk ke dalam mobil, dibalas anggukan oleh gadis tersebut, meskipu
Melissa tak sanggup menjawab apa pun, dia sedang sibuk dengan gairah yang kini memenuhi dirinya karena sentuhan sentuhan nakal Damian.Di sisi lain, Melissa juga tak habis pikir dengan ucapan Damian tersebut, dia yang berinisiatif menjemput Melissa, tapi saat ini dia juga yang meminta bayaran.Benar-benar aneh."Kau tidak keberatan melakukan ini denganku, bukan?"Dia berbisik di samping telinga Melissa lalu menggigitnya dengan satu tangan meremas buah dada di balik seragam yang dikenakan gadis tersebut.Napasnya terengah-engah dengan beberapa butir keringat di dahinya yang mulus.Itu adalah pemandangan yang benar-benar indah dan langka.Damian tampak tersenyum puas saat merasakan payudara Melissa dalam genggamannya."Aku ingin bertanya sedikit padamu, apakah semua sentuhan ini, terasa nikmat bagimu, Mel?"Dia kembali mengecup pipi Melissa tanpa menunggu jawaban karena tanpa menjawab pun Damian tahu bahwa Melissa menikmati sentuhannya.Tidak!Melissa tiba-tiba menggeleng, seperti baru
Damian tampak tekun dan serius menulis sebuah kalimat di kertas dan menyerahkan kertas itu pada Melissa."Hm, pegang tanganku?"Kening Melissa sedikit berkerut ketika membaca perintah dari Damian tersebut.Damian masih dengan wajah serius, mengangguk.Ragu, Melissa pun mengulurkan tangan dan memegang kedua telapak tangan Damian yang besar, sedikit kasar tapi hangat.Hmmm, rasanya agak risih, tapi anehnya nyaman.Damian mengacungkan jempol, lalu menulis lagi dengan gerakan cepat dan sedikit terburu-buru."Pegang pipiku," ucap Melissa, mengartikan kalimat yang ditulis oleh Damian.Tangan Melissa pun kini naik ke atas dan memegang pipi Damian yang saat ini memejamkan mata.Melissa sendiri juga terkejut karena ternyata pipi remaja lelaki ini halus sekali!Ah, orang tampan memang berbeda.Damian menyentuh tangan Melissa yang berada di pipinya, tersenyum tipis saat memandang gadis itu."Pintar," pujinya.Senyum yang entah kenapa, entah sejak kapan menjadi senyum yang sangat memikat.Hati Me
Dari jauh Melissa melihat betapa bersinarnya dirinya yang sedang berdiri sendirian sambil memainkan ponsel.Beberapa pasang mata tampak terang-terangan mengagumi ketampanan Damian, dan para gadis juga terlihat jelas-jelas menatap tertarik padanya.Baru Melissa sadari, selain menyeramkan, Damian sebenarnya remaja lelaki yang sangat tampan. Kalau hanya melihat pertama kali seperti itu, tak ada yang tahu bahwa remaja lelaki yang tubuhnya jangkung seperti seorang model itu, adalah seseorang yang tidak waras.Tepat pada saat itu, seakan sadar sedang ditatap, Damian mendongak dari layar ponsel dan mengarahkan pandang pada Melissa, tersenyum lebar dan hendak berjalan mendekat.Namun, seorang gadis tiba-tiba menahan lengannya. Damian pun menoleh.Kening Melissa berkerut saat melihat gadis yang tampak akrab menyapa Damian tersebut.Apakah dia kekasih Damian?Melissa tiba-tiba menciut dengan sendirinya saat melihat gadis yang sangat cantik dan tubuhnya terawat dengan baik itu berbincang dengan
Dia bahkan berjanji akan melakukan yang terbaik untuk membuat Damian nyaman dengan dirinya."Sudah terlalu banyak rasa sakit, aku ingin melupakan semuanya dan bahagia hidup sendiri-sendiri," tutup Melissa.Dia benar-benar ingin melupakan segala hal tentang ibunya."Jadi? Kau pilih mana?""Tentu saja aku akan di sini, bersamamu. Bahkan jika tidak menjadi istrimu di masa depan, aku tetap akan memilih tinggal di sini."Melissa menjawab tanpa ragu, dalam hati, dia sudah mendedikasikan diri sebagai pembantu Damian yang paling setia, untuk membalas kebaikannya ini.Damian langsung memeluk dan mencium Melissa saat mendengar jawaban gadis tersebut."Terima kasih, aku benar-benar mengharapkan jawaban ini darimu, Melly."Kata-katanya terdengar begitu tulus. Damian lega karena Melissa lebih memilih berada di sisinya daripada pergi ke ibunya yang kini menjadi istri orang kaya setelah menjadi pelakor."Aku justru senang bisa mendapat tempat tinggal gratis, jangan khawatir, aku tidak akan merepotka
"T-tolong maafkan aku."Melissa segera menjatuhkan tubuhnya dan duduk bersimpuh di hadapan Damian, dia menunduk dalam menunjukkan bahwa sedang sangat menyesal atas nama ibunya.Namun, reaksi Damian di luar dugaan Melissa, dia yang tadi marah kini malah tertawa terbahak-bahak."Astaga, ekspresimu lucu sekali, Melly!" serunya dengan tatapan geli, membuat Melissa segera mendongak dengan pandangan bertanya.Tentu saja dia semakin kebingungan. Padahal beberapa detik lalu Damian terlihat marah, kenapa sekarang dia malah tertawa terbahak-bahak?"A-apa maksudmu? Kau sedang menculik dan menyekapku karena kesalahan yang dilakukan ibu, 'kan? Jadi, kumohon, beri aku keringanan atas hukuman ini," ucap Melissa dengan ekspresi memohon.Damian mengulurkan tangannya, meminta Melissa menyambut uluran tangan tersebut dan membuat Melissa bangkit dari duduknya di lantai.Kini Damian duduk dan Melissa berdiri, mereka saling berpegangan tangan."Hmmm, bagaimana, ya? Kalau aku tidak mau, kau akan melakukan a
Melissa menutup wajah Damian yang begitu tampan memesona dengan kedua tangan, agar dia tak semakin tenggelam dalam jerat ketampanan majikannya tersebut."Sudahlah. Jangan lanjutkan lagi omong kosong ini, ayo kita tidur," ucap Melissa mengalihkan pembicaraan.Damian tertawa dengan suara rendah, meraih tangan Melissa di mukanya dan menaruh tangan gadis itu di pinggang Damian."Baiklah ayo kita tidur, calon istriku."Kini gantian Melissa yang tertawa mendengar ucapan Damian, lalu mengikuti pria itu untuk memejamkan mata.Setelah badai yang terjadi tadi malam, ini adalah saat terbaik semasa hidupnya.Berpelukan dengan Damian adalah hal yang membuat dirinya tenang sehingga bisa tidur dengan nyenyak tanpa teringat lagi ketakutan akan peristiwa beberapa jam lalu.Hari ini ditutup dengan sebuah kebahagiaan. Melissa merasa seperti ada beban besar yang terangkat dari tubuhnya.Dia bukan bayang-bayang Bu Yuna. Di mata Damian, dia adalah Melissa, seseorang yang begitu istimewa.'Kalau ini mimpi,
"Damian, apa yang kau lakukan?"Melissa bertanya dengan tenggorokan tercekat saat Damian membelai lembut bagian sensitifnya tersebut.Meskipun rasanya sedikit nyaman saat telapak tangan yang besar itu membelai bulu-bulu halus di vagina Melissa, karena baru saja dicukur, bulu-bulu yang baru tumbuh itu rasanya gatal bukan main sehingga kadang-kadang Melissa diam-diam menggaruknya."Omong-omong ... gatal tidak rasanya?"Pertanyaan Damian, yang menggesek jari-jarinya di sana, membuat Melissa seketika kena mental."A-apanya?"Melissa masih tak mau mengakui bahwa rasanya nyaman sekali saat Damian menggaruk tempat yang ditumbuhi bulu-bulu halus tersebut.Damian menepuk bagian sensitif Melissa tersebut sebagai isyarat."Ini, kau baru mencukurnya beberapa hari lalu, 'kan? Biasanya selesai dicukur akan sangat gatal saat sedang tumbuh seperti ini. Bukankah begitu?"Melissa memejamkan mata, menyembunyikan debar yang menggila saat Damian dengan lembut menggaruk bagian tubuhnya yang memang terasa s
Damian melakukan sesuatu yang tak terduga di tengah situasi menegangkan tersebut.Dia tiba-tiba menyingkir dari atas tubuh Melissa dan mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri."Aku sudah cukup puas dengan caramu berterima kasih, sekarang, ayo kita beristirahat."Damian mengatakan itu sambil berjalan menuju ranjangnya dan membaringkan tubuh di sana, meninggalkan Melissa yang terbengong-bengong dengan sikap Damian yang berubah-ubah dalam sekejap tersebut.Baru saja, baru beberapa menit, Melissa melihat dengan jelas hasrat yang begitu membara dari mata Damian saat tengah menatap dirinya.Remaja lelaki itu seakan bersiap untuk melahap tubuh Melissa sampai habis.Melissa begitu berdebar melihat tatapan penuh nafsu dari remaja tampan tersebut, entah kenapa ada sebuah kebanggaan saat tatapan tajamnya hanya tertuju pada Melissa.Namun, Melissa merasa seketika linglung saat menghadapi sikap Damian ini, dia tiba-tiba kembali dingin dan menjauh dari Melissa.Setelah terbengong-bengon
"Aku langsung datang mencarimu karena melihat postingan itu, tapi kau waktu itu sudah tak ada sehingga aku melakukan berbagai cara untuk menemukanmu. Kalau kau mau berpikir dengan kepala dingin, bukankah kemarahanku ini wajar?"Melissa mendongak dari layar ponsel, menatap Damian yang masih tanpa ekspresi dengan tatapan penuh permintaan maaf.Jika saja sebelum Damian menghukumnya tadi malam dia sudah menjelaskan apa saja yang sebenarnya terjadi, Melissa tak akan semarah tadi.Namun, nasi sudah menjadi bubur.Dia terlanjur memarahi seseorang yang telah menolong hidupnya.Melissa tak tahu bagaimana hancurnya dia seandainya tadi malam dia benar-benar diperkosa tiga pria itu.Dan dia juga tidak tahu apakah itu akan menjadi pengalaman pertama dan terakhirnya jika sana Damian tidak datang menolong, karena Melissa mungkin akan terus dijual oleh Julia."Siapa yang akan rela seseorang yang dekat dengannya disentuh pria lain?"Pertanyaan Damian seperti palu besar yang memukul kepala Melissa, gad
Melissa nekat meraih pergelangan tangan remaja tampan dengan rambut warna caramell yang mirip cokelat madu tersebut dengan jemari gemetar.Dia adalah gadis yang begitu takut ditinggalkan seseorang, sejak kecil, ibunya terus mengatakan bahwa ayahnya pergi karena Melissa yang nakal dan tak menjadi anak yang penurut.Itulah kenapa selama ini, meski sering dimarahi atau dipukuli, Melissa lebih memilih menjadi anak yang penurut agar sang ibu tak meninggalkan dirinya.Dan saat ini, perasaan itu muncul lagi, perasaan ketakutan karena ditinggalkan oleh seseorang yang begitu istimewa di hatinya.Ini pertama kali Melissa mengalami hal seperti ini selain kepada ayah dan ibunya.Dia tak menyangka bahwa akan begitu ketakutan saat Damian mengatakan bahwa dia boleh pergi dari kamar Damian.Melissa takut Damian membuangnya."Maafkan aku, jangan-jangan menyuruh aku pergi, Tuan Muda," ucapnya dengan nekat, berusaha menahan Damian agar tak pergi dan tak menyuruh dia keluar dari kamar ini."Kenapa memang
Melissa menampik obat penurun panas yang diberikan Damian padanya dengan kening berkerut tak suka."Lalu bagaimana setelah aku meminum obat ini? Apakah setelah aku sembuh kau akan tetap menyiksa aku lagi? Kau tahu? Kemarahanmu tadi malam itu sangat tidak wajar."Melissa kembali mengungkit tentang kejadian tadi malam."Bagiku wajar, minum obatnya."Damian menggeleng tak peduli, dia kembali mengulurkan obat ke arah Melissa."Tidak mau. Lebih baik aku demam dan sakit daripada mematuhimu," tolak Melissa sambil membuang obat yang diberikan Damian padanya.Damian menatap butiran pil yang berceceran di lantai karena sikap Melissa tersebut, menghela napas panjang dan menatap Melissa dengan mata menyipit."Kenapa kau berubah keras kepala sekarang? Aku tak suka kau yang begini, Mel," ucap Damian dengan suara dingin.Melissa membalas tatapan tajam Damian dengan kening berkerut tak suka."Kenapa? Kau tanya kenapa, Tuan Muda? Itu karena aku lelah dengan sikapmu. Kau bilang datang ke kamar itu tida
"T-Tuan Muda, bolehkah aku keluar dari bak mandi sekarang?"Melissa yang bibirnya sudah sedikit membiru dan telapak tangan keriput karena ber jam-jam disuruh Damian berendam dalam bak mandi setelah kepulangan mereka dari motel itu, bertanya dengan badan gemetar menahan dingin.Damian yang duduk di luar kamar mandi, hanya mengangkat dagunya tanpa menjawab."Kumohon, izinkan aku keluar, aku sangat kedinginan."Melissa memeluk tubuhnya sendiri sambil menahan dingin, tatapan begitu memelas untuk menarik simpati Damian.Damian memandang gadis yang sedang berendam di bathtub kamar mandi berisi air dingin atas perintahnya, dengan ekspresi yang sama sekali tak berubah.Dingin dan menakutkan.Dia merasa belum puas menghukum Melissa dengan berendam di bak mandi penuh air dingin tanpa sehelai benang pun, untuk menyingkirkan sentuhan para berengsek itu dari tubuhnya.Namun, melihat wajahnya yang pucat dengan bibir sedikit membiru membuat Damian lama-lama kasihan juga.Merendamnya di bak mandi sel