Dari jauh Melissa melihat betapa bersinarnya dirinya yang sedang berdiri sendirian sambil memainkan ponsel.Beberapa pasang mata tampak terang-terangan mengagumi ketampanan Damian, dan para gadis juga terlihat jelas-jelas menatap tertarik padanya.Baru Melissa sadari, selain menyeramkan, Damian sebenarnya remaja lelaki yang sangat tampan. Kalau hanya melihat pertama kali seperti itu, tak ada yang tahu bahwa remaja lelaki yang tubuhnya jangkung seperti seorang model itu, adalah seseorang yang tidak waras.Tepat pada saat itu, seakan sadar sedang ditatap, Damian mendongak dari layar ponsel dan mengarahkan pandang pada Melissa, tersenyum lebar dan hendak berjalan mendekat.Namun, seorang gadis tiba-tiba menahan lengannya. Damian pun menoleh.Kening Melissa berkerut saat melihat gadis yang tampak akrab menyapa Damian tersebut.Apakah dia kekasih Damian?Melissa tiba-tiba menciut dengan sendirinya saat melihat gadis yang sangat cantik dan tubuhnya terawat dengan baik itu berbincang dengan
Air liurnya sedikit menetes-netes karena gerakannya yang cepat saat memaju mundurkan barang Damian di mulutnya.Damian meremas-remas rambut Melissa dan terlihat sangat menikmati saat merasakan penisnya yang besar masuk ke dalam mulut Melissa yang panas.Melissa kadang sedikit tersedak karena batang Damian yang panjang hampir menyentuh pangkal tenggorokannya.Badannya bergetar, dia merasa aneh dengan semua ini, tapi sejujurnya, rasanya nikmat, stress di dalam dirinya seperti terangkat semua saat vaginanya mengeluarkan cairan atas tindakan Damian tadi.Penis Damian kadang tergelincir dari mulut Melissa.Namun, dia melaksanakan tugas itu dengan baik.Beberapa saat kemudian, penis Damian yang basah oleh air liur Melisa mulai berkedut dan memuncratkan cairan sperma di wajah Melissa.Mereka kini sama-sama lemas dengan napas sedikit naik turun, keringat membasahi dahi masing-masing.Melissa buru-buru mengambil tisu di tas dan membersihkan wajahnya, meludahkan cairan Damian yang ada di mulutn
"Kau terlihat begitu senang seperti anak kecil, Mel."Damian yang berdiri di depan Melissa dengan tangan berada di saku celana, memandang Melissa dengan geli saat gadis itu terus melihat kotak hadiah pemberian darinya.Dia merasa puas karena Melissa sepertinya suka dengan apa yang dia pilih, tidak sia-sia kemarin Damian berkeliling seharian."B-benarkah ini untukku?"Melissa memandang Damian dengan tatapan tak percaya, lalu beralih ke arah kotak lumayan besar yang berisi banyak aksesoris cantik dan imut, mulai dari jepit rambut, ikat rambut, gelang dan segala pernak pernik remaja."Yep. Ambil saja semuanya. Kau suka?""Aku ... aku sangat suka! Tapi, bukankah harganya sangat mahal?"Melissa serta merta memeluk kotak itu di dadanya, tak pernah bermimpi mendapatkan hadiah sebanyak ini.Melissa juga tak berbeda dengan remaja wanita lainnya, dia suka berdandan sedikit, memakai anting, bando dan kalung serta gelang yang imut.Dan kini dia mendapatkan itu semua tanpa harus menabung uang jaja
Dia pikir Damian melakukan hal itu karena dia Melissa, tak tahunya, dia hanya mirip dengan cinta pertamanya.Sekarang semuanya terasa masuk akal, kenapa saat pertemuan pertama mereka di pagi hari, Melissa langsung dipaksa Damian melakukan oral seks.Mungkin waktu itu Damian melihat sosok cinta pertamanya di wajah Melissa, sehingga kelepasan meminta Melissa melakukan hal itu.Baru menyadari betapa konyolnya debaran jantung Melissa selama beberapa hari ini saat mengingat Damian, gadis itu tertawa muram."Tidak, sih. Mungkin hanya tiga puluh persen. Tapi kau imut, seperti Bu Yuna, intinya melihat kamu itu vibes nya seperti melihat bu Yuna," jawab teman Damian tersebut."Oh, begitu. Terima kasih," ucap Melissa dengan suara pelan, meski tidak terlalu mirip, bukankah masih ada kemiripan?Bahkan vibes mereka sama ....Secara kasar, kini Melissa tahu apa arti sikap baik Damian selama ini, dia pasti melihat Melissa sebagai salinan dari cinta pertamanya yang gagal, bukan sebagai Melissa.Saat M
Melissa sudah menutup kepalanya dengan kedua tangan, bersiap menerima pukulan sang ibu karena telah lancang menyebut dirinya pelacur.Namun, tak ada yang terjadi.Melissa tak mendapat pukulan atau tamparan dari ibunya seperti sebelumnya, tapi ....Brakkkk!!!Pranggg! Pyaarrrrr!Ibunya membalik meja rias sehingga semua yang ada di sana pecah dan berantakan, termasuk alat-alat make up mahal yang dimiliki sang ibu sehingga meskipun menjadi pembantu, ibunya terlihat sangat cantik seperti seorang nyonya rumah."KAU BILANG APA?! IBU TIDAK SERENDAH ITU! IBU HIDUP SEBAGAI PEREMPUAN TERHORMAT!"Teriakan ibunya membahana, Melissa bahkan yakin bahwa orang-orang di luar kamar mereka mendengar teriakan ini.Melissa mundur ketakutan melihat wajah ibunya yang sedang marah, benar-benar mengerikan.Plak!Plak!Seperti orang kerasukan, ibu Melissa menjambak rambut anak gadisnya yang kini duduk di lantai dengan ketakutan dan menampar pipi kanan dan kirinya tanpa ampun."Sakit, Ibu. Sakiiiit."Melissa me
[Ya, Tuan Muda?]Hanya membalas pesannya saja Melissa sudah senyum-senyum sendiri seperti ini, benar-benar sudah tak tertolong. Kenapa sih dia begitu tampan?[Boleh kirim fotomu, Mel?]Melissa terdiam sejenak membaca pesan tersebut, foto?Damian, serius meminta fotonya?[Ah, apa?]Refleks, dia pun bertanya. Sedetik kemudian Melissa memukul wajahnya sendiri, merasa begitu malu karena sempat berharap yang tidak-tidak.Dia ingin foto, tentu saja karena Damian mungkin saat ini sedang rindu dengan cinta pertamanya! Tak mungkin karena itu adalah Melissa. Ayo sadar diri! Sadar diri![Aku ingin melihat wajahmu, Mel.]Jantung Melissa rasanya berhenti sebentar membaca pesan itu.Ini ... Sungguh?Melissa tertawa tanpa suara. Apa, sih? Menyebalkan. Jangan terlalu banyak berpikir, Damian pasti sedang merindukan cinta pertamanya karena itu memakai alasan ingin melihat wajah Melissa, bukan?[Baiklah, sebentar.]Akhirnya, hanya itu jawaban yang diberikan Melissa pada Damian.Dia beranjak untuk cuci m
"Mel, di mana kau? Aku pulang kau tak ada, mana janjimu yang katanya akan menunggu aku di kamar dengan dandanan cantik?"Damian menelepon Melissa yang tak juga ditemuinya seharian ini padahal dia sudah mempercepat pulangnya dari rumah sang kakek.Dalam perjalanan pulang dari luar negeri tadi, Damian merasa sangat bersemangat untuk segera sampai ke rumah karena membayangkan kedatangannya akan ditunggu oleh Melissa.Ada beberapa pekerjaan yang harus dia urus sehingga membuat pemuda itu baru bisa pulang ke rumah lagi setelah empat hari tinggal di rumah sang kakek.Biasanya Damian akan merasa sangat muak ketika harus kembali menginjakkan kaki di rumah besar dan mewah yang berada di kalangan perumahan elite tersebut karena ingat kegilaan ayahnya.Namun, hari ini dia begitu bersemangat, itu karena ada seseorang yang begitu istimewa di sana.Damian tentu saja tak lupa membelikan oleh-oleh untuk Melissa, sebuah gelang dari jalinan kain berwarna merah, hitam dan cokelat, sangat bagus.Rencanan
"Hey, Mel? Kau melamun? Kau tidak menjawab panggilanku," ucap Damian berkali-kali di sambungan telepon yang membuat Melissa sedikit tersentak."M-maafkan aku, Tuan Muda!"Terdengar suara Damian menghela napas panjang, dia berkata dengan sedikit kasar."Kau bilang tadi sedang ada urusan?""Iya, Tuan Muda. Aku sedikit ada urusan karena itu tak bisa pulang saat ini," jawab Melissa mempertahankan kebohongannya."Apa it? Urusan macam apa itu sampai kau melupakan janjimu sendiri padaku, Mel?" sergah Damian dengan suara yang seperti sudah kehabisan kesabaran.Melissa bisa membayangkan bagaimana wajahnya yang tampan itu kini merengut dan alisnya yang indah itu sedikit berkerut."Apa maksudmu, Tuan? Janji apa?"Melissa tak merasa meninggalkan janji apa pun pada Damian, jadi janji apa yang dia maksud?"Bukankah kau bilang saat aku pulang kau akan datang ke kamarku dengan dandanan cantik? Mana sekarang buktinya? Kau malah kabur dari rumah! Begitu bencinya, ya, kau padaku?""Apa? Bukan! Bukan beg
Dia bahkan berjanji akan melakukan yang terbaik untuk membuat Damian nyaman dengan dirinya."Sudah terlalu banyak rasa sakit, aku ingin melupakan semuanya dan bahagia hidup sendiri-sendiri," tutup Melissa.Dia benar-benar ingin melupakan segala hal tentang ibunya."Jadi? Kau pilih mana?""Tentu saja aku akan di sini, bersamamu. Bahkan jika tidak menjadi istrimu di masa depan, aku tetap akan memilih tinggal di sini."Melissa menjawab tanpa ragu, dalam hati, dia sudah mendedikasikan diri sebagai pembantu Damian yang paling setia, untuk membalas kebaikannya ini.Damian langsung memeluk dan mencium Melissa saat mendengar jawaban gadis tersebut."Terima kasih, aku benar-benar mengharapkan jawaban ini darimu, Melly."Kata-katanya terdengar begitu tulus. Damian lega karena Melissa lebih memilih berada di sisinya daripada pergi ke ibunya yang kini menjadi istri orang kaya setelah menjadi pelakor."Aku justru senang bisa mendapat tempat tinggal gratis, jangan khawatir, aku tidak akan merepotka
"T-tolong maafkan aku."Melissa segera menjatuhkan tubuhnya dan duduk bersimpuh di hadapan Damian, dia menunduk dalam menunjukkan bahwa sedang sangat menyesal atas nama ibunya.Namun, reaksi Damian di luar dugaan Melissa, dia yang tadi marah kini malah tertawa terbahak-bahak."Astaga, ekspresimu lucu sekali, Melly!" serunya dengan tatapan geli, membuat Melissa segera mendongak dengan pandangan bertanya.Tentu saja dia semakin kebingungan. Padahal beberapa detik lalu Damian terlihat marah, kenapa sekarang dia malah tertawa terbahak-bahak?"A-apa maksudmu? Kau sedang menculik dan menyekapku karena kesalahan yang dilakukan ibu, 'kan? Jadi, kumohon, beri aku keringanan atas hukuman ini," ucap Melissa dengan ekspresi memohon.Damian mengulurkan tangannya, meminta Melissa menyambut uluran tangan tersebut dan membuat Melissa bangkit dari duduknya di lantai.Kini Damian duduk dan Melissa berdiri, mereka saling berpegangan tangan."Hmmm, bagaimana, ya? Kalau aku tidak mau, kau akan melakukan a
Melissa menutup wajah Damian yang begitu tampan memesona dengan kedua tangan, agar dia tak semakin tenggelam dalam jerat ketampanan majikannya tersebut."Sudahlah. Jangan lanjutkan lagi omong kosong ini, ayo kita tidur," ucap Melissa mengalihkan pembicaraan.Damian tertawa dengan suara rendah, meraih tangan Melissa di mukanya dan menaruh tangan gadis itu di pinggang Damian."Baiklah ayo kita tidur, calon istriku."Kini gantian Melissa yang tertawa mendengar ucapan Damian, lalu mengikuti pria itu untuk memejamkan mata.Setelah badai yang terjadi tadi malam, ini adalah saat terbaik semasa hidupnya.Berpelukan dengan Damian adalah hal yang membuat dirinya tenang sehingga bisa tidur dengan nyenyak tanpa teringat lagi ketakutan akan peristiwa beberapa jam lalu.Hari ini ditutup dengan sebuah kebahagiaan. Melissa merasa seperti ada beban besar yang terangkat dari tubuhnya.Dia bukan bayang-bayang Bu Yuna. Di mata Damian, dia adalah Melissa, seseorang yang begitu istimewa.'Kalau ini mimpi,
"Damian, apa yang kau lakukan?"Melissa bertanya dengan tenggorokan tercekat saat Damian membelai lembut bagian sensitifnya tersebut.Meskipun rasanya sedikit nyaman saat telapak tangan yang besar itu membelai bulu-bulu halus di vagina Melissa, karena baru saja dicukur, bulu-bulu yang baru tumbuh itu rasanya gatal bukan main sehingga kadang-kadang Melissa diam-diam menggaruknya."Omong-omong ... gatal tidak rasanya?"Pertanyaan Damian, yang menggesek jari-jarinya di sana, membuat Melissa seketika kena mental."A-apanya?"Melissa masih tak mau mengakui bahwa rasanya nyaman sekali saat Damian menggaruk tempat yang ditumbuhi bulu-bulu halus tersebut.Damian menepuk bagian sensitif Melissa tersebut sebagai isyarat."Ini, kau baru mencukurnya beberapa hari lalu, 'kan? Biasanya selesai dicukur akan sangat gatal saat sedang tumbuh seperti ini. Bukankah begitu?"Melissa memejamkan mata, menyembunyikan debar yang menggila saat Damian dengan lembut menggaruk bagian tubuhnya yang memang terasa s
Damian melakukan sesuatu yang tak terduga di tengah situasi menegangkan tersebut.Dia tiba-tiba menyingkir dari atas tubuh Melissa dan mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri."Aku sudah cukup puas dengan caramu berterima kasih, sekarang, ayo kita beristirahat."Damian mengatakan itu sambil berjalan menuju ranjangnya dan membaringkan tubuh di sana, meninggalkan Melissa yang terbengong-bengong dengan sikap Damian yang berubah-ubah dalam sekejap tersebut.Baru saja, baru beberapa menit, Melissa melihat dengan jelas hasrat yang begitu membara dari mata Damian saat tengah menatap dirinya.Remaja lelaki itu seakan bersiap untuk melahap tubuh Melissa sampai habis.Melissa begitu berdebar melihat tatapan penuh nafsu dari remaja tampan tersebut, entah kenapa ada sebuah kebanggaan saat tatapan tajamnya hanya tertuju pada Melissa.Namun, Melissa merasa seketika linglung saat menghadapi sikap Damian ini, dia tiba-tiba kembali dingin dan menjauh dari Melissa.Setelah terbengong-bengon
"Aku langsung datang mencarimu karena melihat postingan itu, tapi kau waktu itu sudah tak ada sehingga aku melakukan berbagai cara untuk menemukanmu. Kalau kau mau berpikir dengan kepala dingin, bukankah kemarahanku ini wajar?"Melissa mendongak dari layar ponsel, menatap Damian yang masih tanpa ekspresi dengan tatapan penuh permintaan maaf.Jika saja sebelum Damian menghukumnya tadi malam dia sudah menjelaskan apa saja yang sebenarnya terjadi, Melissa tak akan semarah tadi.Namun, nasi sudah menjadi bubur.Dia terlanjur memarahi seseorang yang telah menolong hidupnya.Melissa tak tahu bagaimana hancurnya dia seandainya tadi malam dia benar-benar diperkosa tiga pria itu.Dan dia juga tidak tahu apakah itu akan menjadi pengalaman pertama dan terakhirnya jika sana Damian tidak datang menolong, karena Melissa mungkin akan terus dijual oleh Julia."Siapa yang akan rela seseorang yang dekat dengannya disentuh pria lain?"Pertanyaan Damian seperti palu besar yang memukul kepala Melissa, gad
Melissa nekat meraih pergelangan tangan remaja tampan dengan rambut warna caramell yang mirip cokelat madu tersebut dengan jemari gemetar.Dia adalah gadis yang begitu takut ditinggalkan seseorang, sejak kecil, ibunya terus mengatakan bahwa ayahnya pergi karena Melissa yang nakal dan tak menjadi anak yang penurut.Itulah kenapa selama ini, meski sering dimarahi atau dipukuli, Melissa lebih memilih menjadi anak yang penurut agar sang ibu tak meninggalkan dirinya.Dan saat ini, perasaan itu muncul lagi, perasaan ketakutan karena ditinggalkan oleh seseorang yang begitu istimewa di hatinya.Ini pertama kali Melissa mengalami hal seperti ini selain kepada ayah dan ibunya.Dia tak menyangka bahwa akan begitu ketakutan saat Damian mengatakan bahwa dia boleh pergi dari kamar Damian.Melissa takut Damian membuangnya."Maafkan aku, jangan-jangan menyuruh aku pergi, Tuan Muda," ucapnya dengan nekat, berusaha menahan Damian agar tak pergi dan tak menyuruh dia keluar dari kamar ini."Kenapa memang
Melissa menampik obat penurun panas yang diberikan Damian padanya dengan kening berkerut tak suka."Lalu bagaimana setelah aku meminum obat ini? Apakah setelah aku sembuh kau akan tetap menyiksa aku lagi? Kau tahu? Kemarahanmu tadi malam itu sangat tidak wajar."Melissa kembali mengungkit tentang kejadian tadi malam."Bagiku wajar, minum obatnya."Damian menggeleng tak peduli, dia kembali mengulurkan obat ke arah Melissa."Tidak mau. Lebih baik aku demam dan sakit daripada mematuhimu," tolak Melissa sambil membuang obat yang diberikan Damian padanya.Damian menatap butiran pil yang berceceran di lantai karena sikap Melissa tersebut, menghela napas panjang dan menatap Melissa dengan mata menyipit."Kenapa kau berubah keras kepala sekarang? Aku tak suka kau yang begini, Mel," ucap Damian dengan suara dingin.Melissa membalas tatapan tajam Damian dengan kening berkerut tak suka."Kenapa? Kau tanya kenapa, Tuan Muda? Itu karena aku lelah dengan sikapmu. Kau bilang datang ke kamar itu tida
"T-Tuan Muda, bolehkah aku keluar dari bak mandi sekarang?"Melissa yang bibirnya sudah sedikit membiru dan telapak tangan keriput karena ber jam-jam disuruh Damian berendam dalam bak mandi setelah kepulangan mereka dari motel itu, bertanya dengan badan gemetar menahan dingin.Damian yang duduk di luar kamar mandi, hanya mengangkat dagunya tanpa menjawab."Kumohon, izinkan aku keluar, aku sangat kedinginan."Melissa memeluk tubuhnya sendiri sambil menahan dingin, tatapan begitu memelas untuk menarik simpati Damian.Damian memandang gadis yang sedang berendam di bathtub kamar mandi berisi air dingin atas perintahnya, dengan ekspresi yang sama sekali tak berubah.Dingin dan menakutkan.Dia merasa belum puas menghukum Melissa dengan berendam di bak mandi penuh air dingin tanpa sehelai benang pun, untuk menyingkirkan sentuhan para berengsek itu dari tubuhnya.Namun, melihat wajahnya yang pucat dengan bibir sedikit membiru membuat Damian lama-lama kasihan juga.Merendamnya di bak mandi sel