"Hey, Mel? Kau melamun? Kau tidak menjawab panggilanku," ucap Damian berkali-kali di sambungan telepon yang membuat Melissa sedikit tersentak."M-maafkan aku, Tuan Muda!"Terdengar suara Damian menghela napas panjang, dia berkata dengan sedikit kasar."Kau bilang tadi sedang ada urusan?""Iya, Tuan Muda. Aku sedikit ada urusan karena itu tak bisa pulang saat ini," jawab Melissa mempertahankan kebohongannya."Apa it? Urusan macam apa itu sampai kau melupakan janjimu sendiri padaku, Mel?" sergah Damian dengan suara yang seperti sudah kehabisan kesabaran.Melissa bisa membayangkan bagaimana wajahnya yang tampan itu kini merengut dan alisnya yang indah itu sedikit berkerut."Apa maksudmu, Tuan? Janji apa?"Melissa tak merasa meninggalkan janji apa pun pada Damian, jadi janji apa yang dia maksud?"Bukankah kau bilang saat aku pulang kau akan datang ke kamarku dengan dandanan cantik? Mana sekarang buktinya? Kau malah kabur dari rumah! Begitu bencinya, ya, kau padaku?""Apa? Bukan! Bukan beg
Melissa tak kunjung menjawab pertanyaan Julia, dia dipenuhi kebimbangan apakah menceritakan masalah ini pada teman yang telah mau repot-repot menampung dirinya atau tidak."Ceritakan saja masalahmu padaku, kita ini teman, bukan?"Atas desakan Julia, dan Romeo yang mendukung kekasihnya untuk membuat Melissa buka suara, akhirnya Melissa memutuskan berkata yang sebenarnya pada Julia."Sebenarnya tadi ... dia ibuku."Melissa pun bercerita bahwa dia kabur dari ibunya dan mencuri uang sang ibu, dia tak menceritakan alasan kenapa kabur, hanya saja Melissa mengutarakan pada Julia bahwa saat ini dia kebingungan untuk mengambil langkah.Julia dan Romeo mendengarkan cerita Melissa dengan penuh perhatian, Melissa merasa benar-benar lega karena bisa menceritakan masalahnya pada seseorang."Kalau begitu, bagaimana kalau kau mulai bekerja saja sambil sekolah, Mel? Uang yang kau bawa ini gunakan untuk menyewa tempat tinggal, lalu kau mulai mencari kerja dan bilang pada ibumu akan mengembalikan setela
Keheningan menyelimuti mereka berdua, baik Melissa ataupun Damian, tak ada yang berinisiatif untuk membuka percakapan.Beberapa detik kemudian, Damian menghela napas panjang sembari menyugar rambutnya yang kini berwarna caramell.Sejujurnya, penampilan Damian dengan rambut diwarnai caramell, atau sedikit tak jauh beda dengan cokelat madu, membuat penampilannya ini semakin menawan.Kulitnya yang putih dengan alis indah dan hidung mancung, bibir sedikit tipis tapi seksi membuat Melissa merasa kehabisan napas setiap kali melihatnya.Dia benar-benar tampan.Dan wajah tampan itu sekarang memasang wajah merengut. Tatapannya terlihat kesal saat memandang Melissa."Lalu, setelah kau tahu semua itu, kau juga menghukum aku dengan tak mau kembali ke sana, begitu?"Kata-kata tajam Damian membuat Melissa secara refleks menggeleng sebagai penolakan."Apa maksudmu .... tidak! Bukan itu maksudku, Tuan Muda. Aku tidak bisa menjelaskannya padamu alasannya, aku hanya bisa bilang bahwa tak mungkin untuk
Kemarahan Damian terasa sampai ubun-ubun melihat foto Melissa terpajang di aku media sosial Julia dan sedang melakukan open BO.Damian ingin bertanya langsung pada Melissa apakah dia benar-benar melakukan ini, atau hanya dijebak Julia.Namun, Damian tentu saja tak bisa menghubungi Melissa secara langsung karena nomornya telah diblokir oleh gadis itu.Damian yakin Melissa tak mungkin melakukan hal itu, jadi hanya tersisa pilihan kedua, yaitu, Julia telah menjebaknya."Bagaimana caranya aku mengambil Melissa dan mengajaknya meninggalkan Julia sebelum dia dijual gadis itu? Apakah aku berpura-pura menjadi pemesan agar tidak menimbulkan keributan dan bisa membawa pergi Melissa dengan aman sekaligus membongkar kebusukan temannya?"Damian belajar di pertemuan terakhirnya dengan Melissa, jika dia datang secara langsung, dia yakin Melissa akan mengusirnya kembali dan tak akan mau mendengarkan penjelasannya.Melissa memang kadang sekeras kepala dan se naif itu.Akhirnya, Damian memilih opsi ked
"Hey! Apa yang sedang kalian lakukan ini?! Aku di sini hanya untuk mengantar barang! Tolong izinkan aku keluar!"Melissa yang merasa merasakan sebuah firasat buruk karena diseret paksa masuk ke dalam kamar berisi tiga remaja lelaki asing, berteriak-teriak dan memberontak.Namun, para remaja yang mungkin dua tahun di atasnya tersebut, malah mengunci pintu sambil tertawa-tawa. Satu orang memiting lengan Melissa sehingga dia tak bisa bergerak dan melawan."Ya, kau benar, Cantik. Dan barang itu adalah kamu," ujar seorang pria yang mengecat rambutnya berwarna burgundy seraya menjawil dagu Melissa dengan tertawa-tawa.Dia memakai kaus berwarna hitam dengan celana selutut, wajahnya terlihat mesum saat menatap tubuh Melissa yang seksi karena memakai pakaian ketat."A-apa maksudmu?! Aku tadi disuruh Julia untuk mengantarkan kotak itu, bukan tubuhku!"Melissa masih berusaha melepaskan diri dari pitingan pria di belakangnya, meski gagal total."Ah, apakah kau tidak tahu? Julia, temannu itu sudah
Damian.Dari arah Melissa berbaring, gadis itu bisa melihat betapa marahnya remaja lelaki yang kini memakai kemeja putih dengan celana cokelat mentah itu sekarang.Anehnya, Damian sama sekali tidak menatap Melissa, hanya melirik sekilas keadaan Melissa yang setengah telanjang lalu menatap kaku ke depan dengan mulut terkatup rapat.Melissa yang sudah sedikit terbiasa dengan segala ekspresi Damian, langsung tahu bahwa tiga pria di kamar ini tidak akan selamat.Dan dia juga tahu bahwa dirinya sendiri pun tak akan selamat dari kemarahan Damian, entah hukuman apa yang akan dia terima dari Damian atas kejadian ini.Diam-diam Melissa merasa seluruh bulu kuduknya berdiri, dia tak sanggup membayangkan, setelah berhasil keluar dari sini, kesulitan apalagi yang akan dia alami.Damian dengan mengangkat dagu, menatap acuh tak acuh pada dua pria yang kini berdiri di depannya.Satu orang yang telah dia tendang tadi masih terduduk sambil meringis menahan sakit."Kalian pilih mana, menyerahkan gadis i
"T-Tuan Muda, bolehkah aku keluar dari bak mandi sekarang?"Melissa yang bibirnya sudah sedikit membiru dan telapak tangan keriput karena ber jam-jam disuruh Damian berendam dalam bak mandi setelah kepulangan mereka dari motel itu, bertanya dengan badan gemetar menahan dingin.Damian yang duduk di luar kamar mandi, hanya mengangkat dagunya tanpa menjawab."Kumohon, izinkan aku keluar, aku sangat kedinginan."Melissa memeluk tubuhnya sendiri sambil menahan dingin, tatapan begitu memelas untuk menarik simpati Damian.Damian memandang gadis yang sedang berendam di bathtub kamar mandi berisi air dingin atas perintahnya, dengan ekspresi yang sama sekali tak berubah.Dingin dan menakutkan.Dia merasa belum puas menghukum Melissa dengan berendam di bak mandi penuh air dingin tanpa sehelai benang pun, untuk menyingkirkan sentuhan para berengsek itu dari tubuhnya.Namun, melihat wajahnya yang pucat dengan bibir sedikit membiru membuat Damian lama-lama kasihan juga.Merendamnya di bak mandi sel
Melissa menampik obat penurun panas yang diberikan Damian padanya dengan kening berkerut tak suka."Lalu bagaimana setelah aku meminum obat ini? Apakah setelah aku sembuh kau akan tetap menyiksa aku lagi? Kau tahu? Kemarahanmu tadi malam itu sangat tidak wajar."Melissa kembali mengungkit tentang kejadian tadi malam."Bagiku wajar, minum obatnya."Damian menggeleng tak peduli, dia kembali mengulurkan obat ke arah Melissa."Tidak mau. Lebih baik aku demam dan sakit daripada mematuhimu," tolak Melissa sambil membuang obat yang diberikan Damian padanya.Damian menatap butiran pil yang berceceran di lantai karena sikap Melissa tersebut, menghela napas panjang dan menatap Melissa dengan mata menyipit."Kenapa kau berubah keras kepala sekarang? Aku tak suka kau yang begini, Mel," ucap Damian dengan suara dingin.Melissa membalas tatapan tajam Damian dengan kening berkerut tak suka."Kenapa? Kau tanya kenapa, Tuan Muda? Itu karena aku lelah dengan sikapmu. Kau bilang datang ke kamar itu tida
Dia bahkan berjanji akan melakukan yang terbaik untuk membuat Damian nyaman dengan dirinya."Sudah terlalu banyak rasa sakit, aku ingin melupakan semuanya dan bahagia hidup sendiri-sendiri," tutup Melissa.Dia benar-benar ingin melupakan segala hal tentang ibunya."Jadi? Kau pilih mana?""Tentu saja aku akan di sini, bersamamu. Bahkan jika tidak menjadi istrimu di masa depan, aku tetap akan memilih tinggal di sini."Melissa menjawab tanpa ragu, dalam hati, dia sudah mendedikasikan diri sebagai pembantu Damian yang paling setia, untuk membalas kebaikannya ini.Damian langsung memeluk dan mencium Melissa saat mendengar jawaban gadis tersebut."Terima kasih, aku benar-benar mengharapkan jawaban ini darimu, Melly."Kata-katanya terdengar begitu tulus. Damian lega karena Melissa lebih memilih berada di sisinya daripada pergi ke ibunya yang kini menjadi istri orang kaya setelah menjadi pelakor."Aku justru senang bisa mendapat tempat tinggal gratis, jangan khawatir, aku tidak akan merepotka
"T-tolong maafkan aku."Melissa segera menjatuhkan tubuhnya dan duduk bersimpuh di hadapan Damian, dia menunduk dalam menunjukkan bahwa sedang sangat menyesal atas nama ibunya.Namun, reaksi Damian di luar dugaan Melissa, dia yang tadi marah kini malah tertawa terbahak-bahak."Astaga, ekspresimu lucu sekali, Melly!" serunya dengan tatapan geli, membuat Melissa segera mendongak dengan pandangan bertanya.Tentu saja dia semakin kebingungan. Padahal beberapa detik lalu Damian terlihat marah, kenapa sekarang dia malah tertawa terbahak-bahak?"A-apa maksudmu? Kau sedang menculik dan menyekapku karena kesalahan yang dilakukan ibu, 'kan? Jadi, kumohon, beri aku keringanan atas hukuman ini," ucap Melissa dengan ekspresi memohon.Damian mengulurkan tangannya, meminta Melissa menyambut uluran tangan tersebut dan membuat Melissa bangkit dari duduknya di lantai.Kini Damian duduk dan Melissa berdiri, mereka saling berpegangan tangan."Hmmm, bagaimana, ya? Kalau aku tidak mau, kau akan melakukan a
Melissa menutup wajah Damian yang begitu tampan memesona dengan kedua tangan, agar dia tak semakin tenggelam dalam jerat ketampanan majikannya tersebut."Sudahlah. Jangan lanjutkan lagi omong kosong ini, ayo kita tidur," ucap Melissa mengalihkan pembicaraan.Damian tertawa dengan suara rendah, meraih tangan Melissa di mukanya dan menaruh tangan gadis itu di pinggang Damian."Baiklah ayo kita tidur, calon istriku."Kini gantian Melissa yang tertawa mendengar ucapan Damian, lalu mengikuti pria itu untuk memejamkan mata.Setelah badai yang terjadi tadi malam, ini adalah saat terbaik semasa hidupnya.Berpelukan dengan Damian adalah hal yang membuat dirinya tenang sehingga bisa tidur dengan nyenyak tanpa teringat lagi ketakutan akan peristiwa beberapa jam lalu.Hari ini ditutup dengan sebuah kebahagiaan. Melissa merasa seperti ada beban besar yang terangkat dari tubuhnya.Dia bukan bayang-bayang Bu Yuna. Di mata Damian, dia adalah Melissa, seseorang yang begitu istimewa.'Kalau ini mimpi,
"Damian, apa yang kau lakukan?"Melissa bertanya dengan tenggorokan tercekat saat Damian membelai lembut bagian sensitifnya tersebut.Meskipun rasanya sedikit nyaman saat telapak tangan yang besar itu membelai bulu-bulu halus di vagina Melissa, karena baru saja dicukur, bulu-bulu yang baru tumbuh itu rasanya gatal bukan main sehingga kadang-kadang Melissa diam-diam menggaruknya."Omong-omong ... gatal tidak rasanya?"Pertanyaan Damian, yang menggesek jari-jarinya di sana, membuat Melissa seketika kena mental."A-apanya?"Melissa masih tak mau mengakui bahwa rasanya nyaman sekali saat Damian menggaruk tempat yang ditumbuhi bulu-bulu halus tersebut.Damian menepuk bagian sensitif Melissa tersebut sebagai isyarat."Ini, kau baru mencukurnya beberapa hari lalu, 'kan? Biasanya selesai dicukur akan sangat gatal saat sedang tumbuh seperti ini. Bukankah begitu?"Melissa memejamkan mata, menyembunyikan debar yang menggila saat Damian dengan lembut menggaruk bagian tubuhnya yang memang terasa s
Damian melakukan sesuatu yang tak terduga di tengah situasi menegangkan tersebut.Dia tiba-tiba menyingkir dari atas tubuh Melissa dan mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri."Aku sudah cukup puas dengan caramu berterima kasih, sekarang, ayo kita beristirahat."Damian mengatakan itu sambil berjalan menuju ranjangnya dan membaringkan tubuh di sana, meninggalkan Melissa yang terbengong-bengong dengan sikap Damian yang berubah-ubah dalam sekejap tersebut.Baru saja, baru beberapa menit, Melissa melihat dengan jelas hasrat yang begitu membara dari mata Damian saat tengah menatap dirinya.Remaja lelaki itu seakan bersiap untuk melahap tubuh Melissa sampai habis.Melissa begitu berdebar melihat tatapan penuh nafsu dari remaja tampan tersebut, entah kenapa ada sebuah kebanggaan saat tatapan tajamnya hanya tertuju pada Melissa.Namun, Melissa merasa seketika linglung saat menghadapi sikap Damian ini, dia tiba-tiba kembali dingin dan menjauh dari Melissa.Setelah terbengong-bengon
"Aku langsung datang mencarimu karena melihat postingan itu, tapi kau waktu itu sudah tak ada sehingga aku melakukan berbagai cara untuk menemukanmu. Kalau kau mau berpikir dengan kepala dingin, bukankah kemarahanku ini wajar?"Melissa mendongak dari layar ponsel, menatap Damian yang masih tanpa ekspresi dengan tatapan penuh permintaan maaf.Jika saja sebelum Damian menghukumnya tadi malam dia sudah menjelaskan apa saja yang sebenarnya terjadi, Melissa tak akan semarah tadi.Namun, nasi sudah menjadi bubur.Dia terlanjur memarahi seseorang yang telah menolong hidupnya.Melissa tak tahu bagaimana hancurnya dia seandainya tadi malam dia benar-benar diperkosa tiga pria itu.Dan dia juga tidak tahu apakah itu akan menjadi pengalaman pertama dan terakhirnya jika sana Damian tidak datang menolong, karena Melissa mungkin akan terus dijual oleh Julia."Siapa yang akan rela seseorang yang dekat dengannya disentuh pria lain?"Pertanyaan Damian seperti palu besar yang memukul kepala Melissa, gad
Melissa nekat meraih pergelangan tangan remaja tampan dengan rambut warna caramell yang mirip cokelat madu tersebut dengan jemari gemetar.Dia adalah gadis yang begitu takut ditinggalkan seseorang, sejak kecil, ibunya terus mengatakan bahwa ayahnya pergi karena Melissa yang nakal dan tak menjadi anak yang penurut.Itulah kenapa selama ini, meski sering dimarahi atau dipukuli, Melissa lebih memilih menjadi anak yang penurut agar sang ibu tak meninggalkan dirinya.Dan saat ini, perasaan itu muncul lagi, perasaan ketakutan karena ditinggalkan oleh seseorang yang begitu istimewa di hatinya.Ini pertama kali Melissa mengalami hal seperti ini selain kepada ayah dan ibunya.Dia tak menyangka bahwa akan begitu ketakutan saat Damian mengatakan bahwa dia boleh pergi dari kamar Damian.Melissa takut Damian membuangnya."Maafkan aku, jangan-jangan menyuruh aku pergi, Tuan Muda," ucapnya dengan nekat, berusaha menahan Damian agar tak pergi dan tak menyuruh dia keluar dari kamar ini."Kenapa memang
Melissa menampik obat penurun panas yang diberikan Damian padanya dengan kening berkerut tak suka."Lalu bagaimana setelah aku meminum obat ini? Apakah setelah aku sembuh kau akan tetap menyiksa aku lagi? Kau tahu? Kemarahanmu tadi malam itu sangat tidak wajar."Melissa kembali mengungkit tentang kejadian tadi malam."Bagiku wajar, minum obatnya."Damian menggeleng tak peduli, dia kembali mengulurkan obat ke arah Melissa."Tidak mau. Lebih baik aku demam dan sakit daripada mematuhimu," tolak Melissa sambil membuang obat yang diberikan Damian padanya.Damian menatap butiran pil yang berceceran di lantai karena sikap Melissa tersebut, menghela napas panjang dan menatap Melissa dengan mata menyipit."Kenapa kau berubah keras kepala sekarang? Aku tak suka kau yang begini, Mel," ucap Damian dengan suara dingin.Melissa membalas tatapan tajam Damian dengan kening berkerut tak suka."Kenapa? Kau tanya kenapa, Tuan Muda? Itu karena aku lelah dengan sikapmu. Kau bilang datang ke kamar itu tida
"T-Tuan Muda, bolehkah aku keluar dari bak mandi sekarang?"Melissa yang bibirnya sudah sedikit membiru dan telapak tangan keriput karena ber jam-jam disuruh Damian berendam dalam bak mandi setelah kepulangan mereka dari motel itu, bertanya dengan badan gemetar menahan dingin.Damian yang duduk di luar kamar mandi, hanya mengangkat dagunya tanpa menjawab."Kumohon, izinkan aku keluar, aku sangat kedinginan."Melissa memeluk tubuhnya sendiri sambil menahan dingin, tatapan begitu memelas untuk menarik simpati Damian.Damian memandang gadis yang sedang berendam di bathtub kamar mandi berisi air dingin atas perintahnya, dengan ekspresi yang sama sekali tak berubah.Dingin dan menakutkan.Dia merasa belum puas menghukum Melissa dengan berendam di bak mandi penuh air dingin tanpa sehelai benang pun, untuk menyingkirkan sentuhan para berengsek itu dari tubuhnya.Namun, melihat wajahnya yang pucat dengan bibir sedikit membiru membuat Damian lama-lama kasihan juga.Merendamnya di bak mandi sel