Revel berteriak memanggil nama Jill membuat Gwen menoleh dan menghela nafas lega. Saat itu Revel tampak seperti dewa penolong di mata Gwen! Bersyukur pria itu datang di saat yang tepat! Gwen hanya bisa merutuk pelan saat menyadari meski banyak orang yang berkerumun di sekelilingnya, tapi tidak ada yang berniat membantu!
“Jill!”“Revel, tolongin Jill. Gue nggak tau kenapa dia tiba-tiba kesakitan dan langsung pingsan begini! Please!” pinta Gwen dengan air mata berlinang saking cemasnya.Revel tidak menjawab namun langsung bergerak menggendong Jill sebelum akhirnya berpapasan dengan para anak buah papanya.“Tuan!”“Kalian periksa tempat ini. Kasih saya laporan jika ada orang yang terlihat mencurigakan!” perintah Revel tegas dan langsung berlari membawa Jill ke rumah sakit terdekat.“Baik, Tuan!” jawab mereka serentak meski Revel mengabaikannya.Petugas valet parking tampak gelagapan saat Revel berteriak seperti orang gila menanyakan keberadaan mobilnya danJames berusaha melarikan diri saat melihat Revel hadir untuk menolong wanita sialan itu. Wanita yang sudah dengan bodohnya masuk ke dalam jebakannya. Hanya tinggal menunggu waktu hingga bayi itu benar-benar lenyap dari dunia ini. Apalagi tadi dirinya memasukkan dosis obat penggugur kandungan dengan jumlah yang cukup banyak! Tidak heran kalau Jill langsung merasa kram perut dalam waktu sekian menit, padahal biasanya obat penggugur kandungan membutuhkan waktu cukup lama.James baru dapat bernafas lega saat dirinya sudah keluar dari restoran, menjauhi TKP, dan menghindari anak buah Levin dengan luwes tanpa menyadari kalau gerak-geriknya sedang diawasi oleh seseorang!“Bagaimana?” tanya Alvaro saat James sedang bersembunyi dan langsung menghubungi orang yang sudah memberikan perintah padanya.“Beres! Sebentar lagi juga lo bakal dengar kalau mereka udah kehilangan bayinya,” jawab James yakin membuat senyum smirk muncul di wajah Alvaro dengan gelak tawa yang terdengar beg
Seminggu kemudian…Jill masih tampak begitu murung sejak mengetahui kalau dirinya sudah kehilangan janinnya. Calon bayi yang awalnya hendak disingkirkan kini malah begitu disayanginya meski Jill belum pernah melihat rupanya secara langsung!Tidak bisa dipungkiri kalau ikatan batin antara ibu dengan bayinya memang begitu kuat. Dan Jill percaya hal itu karena dirinya sudah mengalami dan merasakannya sendiri. Revel yang selama ini tidak pernah absen menemaninya juga terlihat murung namun berusaha menutupi kesedihan hatinya.“Hei, ngelamunin apa?” tanya Revel saat masuk ke dalam ruang rawat Jill.Meski seminggu sudah berlalu, tapi Jill masih tetap harus menginap di rumah sakit, Revel tidak ingin mengambil resiko dan melakukan anjuran dokter yang menyarankan harus mengecek kondisi rahim Jill secara keseluruhan.Apalagi obat penggugur kandungan yang diberikan oleh James terdeteksi dalam jumlah banyak! Jadi Revel tidak ingin kembali kecolongan dan membahayakan Jill lagi
Revel masuk ke dalam ruangan dan sedikit tersentak saat melihat kehadiran orangtua Jill. Orangtua yang sudah menolak kehadirannya saat dirinya meminta izin untuk menjalin hubungan dengan Jill sejak pertama kali. Hati Revel seketika was-was, khawatir kalau Jill akan kembali dibawa pergi menjauh darinya.“Revel,” panggil papa Edbert dengan nada suara yang terdengar bersahabat membuat rasa was-was Revel berubah menjadi kebingungan.“Ada apa Om? Maaf, saya tidak tau kalau Om dan Tante berniat datang kesini untuk menjenguk Jill,” ucap Revel dengan hati dag dig dug.“Tidak apa, sebenarnya Papa kamu sudah menelepon Om dan memberitahu mengenai kejadian yang sebenarnya. Terima kasih karena kamu sudah menjaga Jill,” ucap papa Edbert membuat keheranan Revel tampak jelas terlihat di wajah tampannya.Papa Edbert berjalan mendekat dan menepuk bahu Revel yang tampak kokoh. Bahu yang selama ini menjadi tempat bersandar untuk Jill. Bahu yang selalu bisa membuat Jill merasa nyaman dan
Akhirnya Jill diperbolehkan pulang ke rumahnya setelah beristirahat selama seminggu lebih di rumah sakit. Jill bersyukur dirinya sudah benar-benar pulih dan bisa beraktivitas seperti biasa. Jill menoleh menatap Revel yang sudah mengantarnya pulang.“Kamu mau mampir dulu?” “Besok aja. Sekarang lebih baik kamu istirahat, okay?” ucap Revel tidak terbantahkan.Meski masih ingin berada di sisi Jill, tapi Revel sadar kalau Jill baru saja pulih dari sakitnya, jadi lebih baik membiarkan Jill banyak-banyak istirahat.“Ya udah, aku masuk dulu ya,” jawab Jill patuh.“Okay, salam buat Mama kamu ya, sorry karena aku nggak bisa ketemu langsung.”“Nggak apa kok. Aku tau kamu masih sibuk urus hal lain,” jawab Jill bijak, tidak ingin bersikap egois. Sejak saat ini, dirinya harus bisa bersikap lebih dewasa! Urusan lain. Ya, mulai sekarang Jill tidak akan sudi untuk menyebut nama Alvaro. Sayang rasanya jika bibirnya harus mengucapkan nama pria yang memiliki sifat begitu k
Kening Jessie mengernyit saat mendengar pertanyaan sahabatnya, tampak berpikir. “Lima kalau nggak salah!”“Wow! Jadi janda tajir donk nyokap lo!” balas Gwen tanpa filter, anehnya Jessie malah terkekeh. Tidak tampak tersinggung atau kesal sama sekali. Mungkin karena memang kenyataannya benar seperti itu, jadi untuk apa protes atau merasa tersinggung kan? Lagipula itu hanya sekedar candaan, bukan ejekan!“Begitulah. Janda kembang dan janda tajir!” seloroh Jessie.“Tapi apa bokap tiri lo terima?”“Mau nggak mau harus terimalah! Btw gue belum sempat kasih tau lo,” ujar Jessie menatap Jill sambil menepuk keningnya. Gemas dengan penyakit pelupanya yang semakin parah. Padahal masih muda!“Soal apa?”“Om Levin bantuin kasus nyokap gue, makanya bokap tiri gue itu nggak berani macam-macam,” beritahu Jessie.“Bantuin gimana maksudnya?”“Ya gitu, semua informasi busuk mengenai bokap tiri gue ada di tangan Om Levin. Sumpah, gue nggak tau gimana cara Om Levin
Jill sedang bersantai di kamarnya, membaca setiap komentar yang masuk mengenai video Alvaro. Begitu banyak kalimat hinaan yang berada disana. Jill yakin kalau Alvaro akan langsung merasa down setelah membaca komentar ini. Bagaimana tidak? Komentar netizen Indonesia memang paling kreatif dan menyakitkan! Jill menghentikan kesenangannya saat pintu kamarnya diketuk dan muncul wajah Revel. Wajah yang dirindukannya.“Hei!” sapa Jill dengan senyum lebar.“Gimana keadaan kamu hari ini?”“Aku udah baik-baik aja, Revel. Jangan khawatir,” jawab Jill, bosan mendengar pertanyaan itu terus menerus meski dari orang yang berbeda-beda.“Syukurlah.”Kamar Jill terasa hening membuat wanita itu kebingungan, tidak biasanya Revel terlihat gelisah seperti ini. Bukankah masalah mereka sudah beres? Kasus Alvaro sudah tinggal menunggu putusan hakim. Jill sudah resmi bercerai dari Alvaro sejak beberapa hari yang lalu. Bahkan Jill sudah memegang surat cerainya! Jill bersyukur kar
Levin baru saja mengambil jasnya dan hendak keluar ruangan saat pintu ruangannya kembali terbuka dan muncul wajah yang sudah lama tidak dilihatnya. Nick. Ya, pria itu sedang sibuk dengan perusahaan mereka yang berada di Seattle (Washington – Amerika).“Hei, Bro! Kapan balik?”“Kemarin. Lo udah mau pulang?” tanya Nick dengan alis terangkat heran, tidak biasanya Levin pulang cepat begini, kecuali jika sedang suntuk atau ada masalah.“Yupp! Biang kerok udah selesai semua jadi gue mau bersantai dulu. Sumpah gue stress banget dari kemarin,” aku Levin.“Siapa suruh Revel jatuh cinta sama Jill?”“Cinta mana bisa diatur sih?” bela Levin. “Iya sih, kayak lo yang udah terlanjur cinta sama Claire meski lo tau sendiri sebar-bar apa sikap cewek yang satu itu,” ledek Nick.“Bawel lo! Eh btw, gimana kabar anak-anak lo? Aman kan?” “Aman! Nggak percuma dulu gue minta bantuan Claire. Kelakuan Keanu udah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Valerie juga bisa bersikap
Claire berdesis saat Levin mulai bergerak. Gerakan yang awalnya lambat menjadi semakin cepat dan menghentak. Tubuh mereka berdua sudah berpeluh begitu banyak. Bukti kalau mereka sangat bersemangat melakukan olahraga ranjang yang bisa menguras tenaga dan kalori. Claire merintih, sudah tidak sanggup lagi menahan gempuran suaminya.“Levin…. Aku….”“Keluarkan saja, Sayang. Aku akan membuatmu mencapai klimaks berulang kali malam ini,” bisik Levin tanpa berhenti bergerak.Claire berteriak puas saat mendapat pelepasannya, tubuhnya lemas tapi milik suaminya masih terasa begitu tegak di dalam sana. Astaga! Claire hanya bisa pasrah saat suami perkasanya menggempur tubuhnya berulang kali sampai terasa remuk! Menghantamnya terus menerus. Nikmat tapi capek!“Tahan sebentar lagi, Sayang. Kita klimaks bersama,” pinta Levin saat gelombang kenikmatan bergerak mendekat dan gerakannya semakin menggila.“Arghhhhh!” geraman Levin diikuti dengan semburan lahar panasnya ke dalam rahim