Revel juga tidak menyangka kalau ucapan Jill bisa membuat dirinya menjadi seberani itu. Bagaimana bisa? Bahkan sampai sekarang Revel tidak habis pikir, tidak mengerti kenapa omongan Jill begitu berpengaruh padanya. Padahal Jill sendiri masih bocah!
Dan yang tidak Revel sangka adalah ternyata di hari itu juga dirinya bertemu dengan papanya. Papa kandungnya. Levin. Pria yang sudah pernah beberapa kali ditemuinya namun tidak pernah mengatakan kebenarannya. Jujur Revel tidak menyangka kalau ternyata Levin adalah papa kandungnya.Siapa yang akan menyangka? Terlebih lagi dulu otak polosnya masih belum bisa mencerna permasalahan orang dewasa yang begitu rumit dan memusingkan!Hingga akhirnya di usia 15 tahun, Revel mengetahui semua kisah lengkap antara papa dan mamanya. Mama Claire menceritakannya secara langsung dengan ditemani papa Levin. Tanpa ada satu hal pun yang ditutupi. Penjelasan yang membuat Revel termangu saat mendengar kisah orangtuanya yang bagaikan sinetron!Levin baru saja pulang dari kantor saat Claire menyambutnya. Namun anehnya, wajah sang istri tampak muram, tidak terlihat ceria seperti biasa. Aneh! “Kamu kenapa? Kok murung begini?” tanya Levin sabar, meski dirinya lelah setelah seharian pusing di kantor, tapi Levin tidak mungkin mengabaikan istrinya kan? Sejak dulu, hanya Claire yang menjadi kelemahan Levin. Tidak heran kalau dirinya tidak bisa menutup mata jika istrinya terlihat murung, kesal, stress atau ekspresi negative lainnya! Selelah apapun Levin, dirinya pasti akan selalu mengutamakan Claire! “Revel.”Hanya satu kata membuat Levin harus berpikir keras. Kenapa sejak dulu Claire sangat suka main tebak-tebakan sih? Padahal otak Levin sudah lelah, tapi sekarang masih harus disuruh berpikir lagi! Tidak bisakah Claire mengatakannya secara langsung dan sejelas-jelasnya? Bukan hanya satu kata saja? Levin mendesah, mencoba menahan sabar.“Ada apa dengan Revel? Dia buat masalah?”“Dia ngikutin kelakuan kam
Bar X di hotel M….“Weits, Bro! Akhirnya sampe juga lo!” sapa Matthew. Revel mengangkat alis saat melihat kedua temannya yang lain sedang asyik mengobrol, ralat bukan mengobrol, tapi bermesraan dengan ditemani wanita seksi yang asyik bermanja-manja diatas pangkuan mereka, kecuali Matthew. Wajar, karena pria itu baru saja melepas status jomblonya jadi mungkin tidak berani bertindak gila seperti kedua temannya yang memang terkenal playboy!Revel hanya bisa berdecak kesal saat melihat kelakuan brengsek kedua teman playboynya dengan wanita pilihan mereka, tampak jelas kalau wanita itu begitu professional dan tidak risih sama sekali meski harus bermesraan dengan pria yang tidak dikenalnya di depan umum pula! Keterlaluan! Revel menggeleng pelan, tidak menduga kalau temannya semakin bobrok dan liar kelakuannya jika dihadapkan dengan wanita! Padahal kiamat semakin dekat, tapi kenapa mereka tidak ada niat tobat dan malah semakin liar? “Minum dulu, Bro!” ujar Matthew ya
Beberapa saat sebelumnya…Jill menatap ponsel keluaran terbaru miliknya dengan tatapan gusar. Ponsel sialan itu tetap hening meski matanya berulang kali terarah pada benda mahal yang bisa dilipat tersebut, seolah sedang mengejek Jill yang gelisah menanti telepon.Padahal Jill berharap ponselnya berdering dan menampilkan nama pria yang dinantinya. Revel. Tapi sampai hari ini, tidak sekalipun pria itu meneleponnya! Jill tidak menyangka kalau dirinya akan sedesperate ini hanya karena Revel tidak menghubunginya! Sial! ‘Kurang ajar! Kenapa tuh cowok nggak telepon gue sama sekali? Biasanya dia selalu muncul kapanpun dan dimanapun tanpa diminta! Tapi giliran ditungguin malah raib begitu aja!’ batin Jill frustasi.“Sadarlah, Jill! Bukannya lo yang ngelarang tuh cowok buat telepon? Tapi kenapa sekarang malah jadi uring-uringan begini?” gumam Jill tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Heran dengan kelakuannya yang labil meski dirinya bukan lagi remaja! “Apa tuh cowok
‘Sadarlah, Jill! Kenapa lo jadi sering mikirin Revel? Apa karena cowok itu berulang kali bikin lo puas? Atau karena cowok itu yang udah ngambil keperawanan lo? Nggak boleh! Kalian hanyalah partner se-ks! Nggak boleh main perasaan! Lagian belum tentu Revel mikirin lo! Bisa jadi tuh cowok udah lupa sama lo! Nggak heran dia nggak telepon lo sama sekali! Cowok manapun yang udah berhasil ngambil keperawanan seorang cewek, dia pasti akan langsung kabur karena rasa penasarannya udah terjawab!’ batin Jill.Berulang kali Jill mengucapkan kalimat itu dalam hati. Bagaikan jimat. Namun sulit! Bagaimana cara menghapus bayangan pria itu? Seolah bayangan Revel sudah melekat dalam otaknya dan enggan pergi lagi! Sulit diusir, menempel erat bagaikan lintah! Jill selalu teringat dengan pergumulan panas mereka yang penuh kenikmatan!Selalu teringat dengan tubuh kekar yang membuatnya tergila-gila. Tubuh kekar yang menyelimutinya dengan kehangatan dan juga memberi kepuasan tiada tara!
Revel menghampiri Jill yang tampak sedang mengomel pada bartender karena telah melarangnya minum. Seulas senyum samar tampak di wajah Revel, wanitanya ini memang tidak ada rasa takut dan selalu melakukan apa yang diinginkan, tidak bisa dicegah oleh siapapun! Keras kepala, tapi menarik, tentu saja hanya pendapat Revel. Bagaimana kalau pada saat Jill mabuk ada pria yang berniat jahat dan memanfaatkannya? Meski Revel tau kalau Jill saat ini masih sadar 100% tetap saja jika dibiarkan bisa jadi Jill akan mabuk dan dapat dimanfaatkan oleh pria hidung belang kan? Dan sebagai pria sejati, Revel tidak mungkin mengabaikannya!Untung dirinya melihat Jill meski wanita itu masih belum sadar dengan kehadirannya hingga Revel berucap lantang, barulah Jill menoleh ke arahnya!“Biarkan wanita ini minum sepuasnya. Gue yang akan nganterin dia pulang!” sela Revel di antara perdebatan Jill dengan sang bartender. Jill menoleh dan saat itu juga ada lonjakan kegembiraan waktu melihat Revel bera
“Sure! Lo mau buktiin langsung?” tantang Revel tanpa bermaksud mengklarifikasi tuduhan Jill padanya. Membiarkan Jill berpikir semaunya.‘Tolak, Jill! Jangan kayak wanita murahan! Jangan sampai Revel menganggap lo cewek gampangan!’ batin Jill.“Gue nggak mau kena penyakit! Lo abis mesra-mesraan sama pelacur itu dan sekarang ngajakin gue ngamar? Ogah! Gue nggak sudi!” tolak Jill setengah hati, apalagi tubuhnya menginginkan yang sebaliknya! Dasar tubuh kurang ajar! Otak mesum! Revel mengangkat alis, memikirkan kalimat yang tepat agar wanita di dekatnya itu luluh dan kembali masuk ke dalam perangkapnya. Seperti kemarin. “Gue nggak pernah bilang kalau gue abis main sama mereka kan? Lo sendiri yang berasumsi kayak gitu!” cibir Revel membuat Jill terdiam. Jill mengangkat bahu, enggan berkomentar. Lebih tepatnya Jill bingung harus berkomentar apa. Kalimatnya tadi sudah menyiratkan penolakan, aneh jika tiba-tiba Jill berubah pikiran kan? Lagipula Jill harus jual mahal!
Tubuh berotot Revel tampak begitu menggoda, tanpa sadar Jill mengulurkan tangan hendak menyentuh otot-otot yang seolah memanggilnya. Terasa begitu jantan. Maskulin. Membuat Jill terpesona, tidak sabar ingin merasakan kehangatan pelukan Revel.“Sentuhan lo bikin gue nggak sabar, Baby!” desah Revel waktu merasakan kelembutan jari lentik Jill diatas kulitnya.Jill tersadar dan beringsut mundur saat melihat tatapan mata Revel yang begitu lapar terarah padanya, pada tubuh polosnya lebih tepatnya. Jill bagaikan seekor kelinci yang hendak diterkam oleh serigala buas.Tatapan Revel membuat Jill serba salah. Sebagai wanita, ada rasa takut di hatinya, takut Revel memperlakukannya secara kasar, tapi disisi lain, Jill ingin merasakan keliaran pria itu. Keliaran yang membuat Jill melayang nikmat! Dan kali ini Jill tidak sempat berpikir panjang, karena Revel tidak mengizinkannya.Jill kembali memekik saat Revel tidak memberinya kesempatan untuk mempersiapkan diri. Pria itu langsun
Jill tertegun sejenak menatap wajah Revel. Terkesima. Terpesona. Bukan karena pertanyaannya, tapi karena sikap Revel. Sikap pria itu sangat berbeda jauh jika mereka sedang bermain diatas ranjang. Jika sedang bercinta, Revel selalu memperlakukannya dengan lembut dan penuh perhatian, tidak dingin sama sekali! Pria yang memiliki dua kepribadian yang saling bertolak belakang itu sungguh unik! Tapi Jill menyukainya. Jill menyukai kelembutan, ketangguhan dan keperkasaan Revel padanya di saat-saat seperti ini. “Masih sanggup?” goda Jill, kali ini tanpa nada mengejek atau menghina sama sekali. Benar-benar hanya bertanya.“Sure! Gue masih sanggup melakukannya berulang kali kalau sama lo,” balas Revel percaya diri. Tidak ada keraguan sama sekali dalam suaranya.“So, do it, please!” jawab Jill memberi izin. “Really?” tanya Revel memastikan.“Yes!”Jill tidak peduli jika Revel menganggapnya sebagai wanita gampangan karena dirinya juga tidak dapat mengendalika