Alvaro baru saja membanting guci antik di dalam ruangan kantornya, merasa marah dengan pernyataan Revel. Pernyataan yang begitu menyudutkannya. Dengan mudahnya pria itu menjatuhkan harga dirinya di depan umum hingga Alvaro tidak memiliki kesempatan untuk membela diri lagi!
Semua kebobrokannya sudah dibongkar habis-habisan! Andai sedang bermain catur, istilahnya Revel sudah menutup semua jalan keluar untuk dirinya! Skakmat!Alvaro menoleh saat pintu ruangannya menjeblak terbuka dan tampak wajah marah papanya di sana. Kemarahannya semakin menjadi-jadi melihat tingkah gila anaknya.“Dasar anak tidak berguna! Apa cuma ini yang bisa kamu lakukan? Menghancurkan barang-barang?" geram Yosua marah, tidak sadar kalau beberapa hari kemarin juga dirinya melakukan hal yang sama.Bukankah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya? Life father like son! Wajah Alvaro semakin menggelap mendengar cercaan papanya. Belum lagi dengan sumpah serapah yang keluar dari bibir sang papa, yang sem“Jadi sekarang langkah apa yang akan kita lakukan selanjutnya, Pa?”“Memberi pelajaran pada Edbert, Yosua dan juga Alvaro pastinya. Sekarang publik sudah memiliki opini sendiri mengenai ketiga orang itu. Opini negative tentunya. Jadi Papa tinggal memberi pelajaran kecil untuk mereka.”“Pelajaran kecil seperti apa yang Papa maksud?” tanya Revel ragu.“Nanti juga kamu akan tau sendiri,” jawab Levin misterius.Sementara itu Alvaro mondar mandir dengan gelisah di lorong rumah sakit, menanti dokter yang sedang menangani papanya. Hingga akhirnya dokter keluar dari ruangan yang langsung dihampiri oleh Alvaro.“Bagaimana keadaan Papa saya, Dok?”“Pecahan guci yang menancap di tubuh Papa anda sudah berhasil kami singkirkan dan lukanya tidak terlalu serius, untungnya tidak sampai melukai organ penting. Hanya saja Papa anda harus istirahat total selama beberapa hari. Semoga saja saat beliau sadarkan diri nanti tidak ada masalah serius pada kesehatannya.”“Masal
Empat puluh menit kemudian…Jill menatap bingung pada kedua orang di hadapannya. Keningnya mengernyit dan tatapan matanya memicing tajam. Yakin ada perubahan status terhadap hubungan Gwen dengan Matthew karena sahabatnya itu dengan yakin menggandeng lengan Matthew! “Kalian berdua udah jadian? Kapan?” “Baru kok.”“Kok bisa? Lo yakin mau LDR an, Gwen? Bukannya dulu lo nggak yakin ya buat jalin hubungan jarak jauh sama cowok?” sindir Jill.Gwen meringis malu saat teringat ucapannya pada Jill dulu.“Ya, mau gimana lagi? Gue harus percaya sama Matthew kan?”Jill mencibir mendengar jawaban Gwen dan langsung meledeknya.“Dulu aja lo nggak yakin, tapi sekarang malah nggak masalah!”“Ya itu kan dulu! Semua orang bisa berubah pikiran. Dulu aja lo nggak percaya sama Revel kan?” balas Gwen luwes.“Iya deh iya! Btw congrats ya, gue ikut happy kalian akhirnya bisa jadian juga. Semoga langgeng sampai ke jenjang pernikahan ya?”“Jauh amat sih ngomongnya
Alvaro terbahak geli. Tidak menyangka akan menemukan teman satu kubu yang memiliki musuh yang sama. Levin dan keluarganya!“Okay! Sekarang waktunya lo balas perlakuan mereka. Hancurkan wanita itu seperti Levin menghancurkan keluarga lo! Nggak perlu berbelas kasihan sama sekali!” balas Alvaro memprovokasi pria yang sudah dibutakan oleh dendam. Pria yang masih merasa sakit hati dengan masa lalu buruknya akibat ulah Levin dan Claire!“Sure! Gue nggak akan sia-siakan kesempatan ini. Kasih gue waktu maksimal 3 hari dari sekarang dan lo bakal dengar kalau mereka lagi nangis darah karena sudah kehilangan calon cucunya! Atau sekalian calon menantunya jika memungkinkan!” “Oke! Gue tunggu kabar baik dari lo! Yang pasti gue mau dengar berita duka dari mereka! Ingat, jangan sampai gagal!” ancam Alvaro.“Apa lo pernah liat gue gagal waktu mengeksekusi target?” tanya pria itu dengan nada angkuh yang terdengar jelas.“Nggak, makanya gue serahin semua musuh gue ke tangan lo. Te
Di rumah, Revel menyantap makanannya dengan tidak berselera. Semenjak Jill meminta izin padanya untuk jalan-jalan bersama dengan Gwen, kecemasannya semakin pekat hingga Revel tidak bisa melahap makanannya seperti biasa. Bagai mahasiswa yang akan menghadapi sidang skripsi dan dosen penguji super killer! Atau mungkin jauh lebih cemas sekarang daripada saat sidang kemarin? Sepertinya iya!Brian memandang kakaknya dengan cemas. Secuek apapun dirinya, tetap saja sebagai adik ada rasa khawatir, terlebih mereka sudah tau masalah apa yang sedang dihadapi oleh kakaknya itu. Bukan masalah enteng pastinya.“Lo nggak apa, Bro?” tanya Brian tidak mampu menahan rasa cemasnya lagi. Meski dirinya jarang berbicara, namun kasih sayang antar saudara tidak mungkin hilang kan?“Nggak apa kok, cuma lagi nggak nafsu makan aja.”“Yakin cuma karena itu? Nggak biasanya lo keliatan khawatir dan selesu ini.”Revel tersenyum tipis pada adik laki-lakinya. Merasa cukup terharu dengan perh
James menyeret dua orang yang ditugaskan untuk menjaga Jill. Dirinya tidak memiliki kesulitan saat harus melumpuhkan kedua orang itu. Obat bius yang dimilikinya bekerja dengan cepat dan ampuh. Dan sekarang tugasnya lebih gampang. Hanya perlu mengikuti kedua wanita yang pasti dapat dengan mudah diatasinya!Tidak percuma dirinya mengintai sejak kemarin karena bisa langsung mendeteksi keberadaan dua pengawal yang ditugaskan menjaga Jill tanpa wanita itu sadari! Apalagi dirinya sudah terlatih menjadi penyusup! Pondok Indah Mall…“Gwen, gue laper nih. Makan dulu ya?” ajak Jill sambil mengelus perutnya dengan wajah memelas, sengaja agar Gwen iba.Gwen terbahak. Padahal baru jam 11 dan tadi Jill sudah sarapan, sudah makan roti juga di dalam mobilnya, tapi tetap saja ibu hamil yang satu ini masih ribut kelaparan! Tapi Gwen tidak protes dan langsung menuruti keinginan Jill. Tidak ingin mencelakakan sahabatnya sendiri. Bisa habis diamuk oleh Revel nantinya! Apalagi Revel
Revel berteriak memanggil nama Jill membuat Gwen menoleh dan menghela nafas lega. Saat itu Revel tampak seperti dewa penolong di mata Gwen! Bersyukur pria itu datang di saat yang tepat! Gwen hanya bisa merutuk pelan saat menyadari meski banyak orang yang berkerumun di sekelilingnya, tapi tidak ada yang berniat membantu! “Jill!”“Revel, tolongin Jill. Gue nggak tau kenapa dia tiba-tiba kesakitan dan langsung pingsan begini! Please!” pinta Gwen dengan air mata berlinang saking cemasnya.Revel tidak menjawab namun langsung bergerak menggendong Jill sebelum akhirnya berpapasan dengan para anak buah papanya.“Tuan!”“Kalian periksa tempat ini. Kasih saya laporan jika ada orang yang terlihat mencurigakan!” perintah Revel tegas dan langsung berlari membawa Jill ke rumah sakit terdekat.“Baik, Tuan!” jawab mereka serentak meski Revel mengabaikannya. Petugas valet parking tampak gelagapan saat Revel berteriak seperti orang gila menanyakan keberadaan mobilnya dan
James berusaha melarikan diri saat melihat Revel hadir untuk menolong wanita sialan itu. Wanita yang sudah dengan bodohnya masuk ke dalam jebakannya. Hanya tinggal menunggu waktu hingga bayi itu benar-benar lenyap dari dunia ini. Apalagi tadi dirinya memasukkan dosis obat penggugur kandungan dengan jumlah yang cukup banyak! Tidak heran kalau Jill langsung merasa kram perut dalam waktu sekian menit, padahal biasanya obat penggugur kandungan membutuhkan waktu cukup lama.James baru dapat bernafas lega saat dirinya sudah keluar dari restoran, menjauhi TKP, dan menghindari anak buah Levin dengan luwes tanpa menyadari kalau gerak-geriknya sedang diawasi oleh seseorang!“Bagaimana?” tanya Alvaro saat James sedang bersembunyi dan langsung menghubungi orang yang sudah memberikan perintah padanya.“Beres! Sebentar lagi juga lo bakal dengar kalau mereka udah kehilangan bayinya,” jawab James yakin membuat senyum smirk muncul di wajah Alvaro dengan gelak tawa yang terdengar beg
Seminggu kemudian…Jill masih tampak begitu murung sejak mengetahui kalau dirinya sudah kehilangan janinnya. Calon bayi yang awalnya hendak disingkirkan kini malah begitu disayanginya meski Jill belum pernah melihat rupanya secara langsung!Tidak bisa dipungkiri kalau ikatan batin antara ibu dengan bayinya memang begitu kuat. Dan Jill percaya hal itu karena dirinya sudah mengalami dan merasakannya sendiri. Revel yang selama ini tidak pernah absen menemaninya juga terlihat murung namun berusaha menutupi kesedihan hatinya.“Hei, ngelamunin apa?” tanya Revel saat masuk ke dalam ruang rawat Jill.Meski seminggu sudah berlalu, tapi Jill masih tetap harus menginap di rumah sakit, Revel tidak ingin mengambil resiko dan melakukan anjuran dokter yang menyarankan harus mengecek kondisi rahim Jill secara keseluruhan.Apalagi obat penggugur kandungan yang diberikan oleh James terdeteksi dalam jumlah banyak! Jadi Revel tidak ingin kembali kecolongan dan membahayakan Jill lagi