“Keanu kamu kenapa berantem lagi sih?” tanya Valerie setibanya di sekolah, stress melihat kondisi Keanu yang berantakan.
“Dia ngatain aku banci karena nggak ngelawan, Ma! Dan karena aku bukan banci makanya aku lawan, lagian dia juga bully anak yang lain,” balas Keanu tanpa ragu, bahkan berani menatap Valerie tanpa rasa takut setelah membuat temannya babak belur.Mendengar jawaban Keanu yang begitu santai, bukan hanya Valerie yang pusing tapi Claire juga langsung memegang kepalanya yang begitu pening. Baru tinggal di rumahnya selama dua hari tapi sudah dipanggil ke sekolah dua kali pula! Ampun! Jangan sampai Claire harus datang setiap hari ke sekolah kalau begini caranya.“Maaf, Ibu Valerie dan Ibu Claire. Rasanya kami sudah tidak bisa lagi membiarkan Keanu sekolah disini. Karena kenakalannya sudah diluar batas dan kami sebagai guru tidak bisa lagi mengatasi kenakalannya,” ucap kepala sekolah dengan raut putus asa. Mungkin merasa gagal karena tidak bisa mendidik anak mur“Keanu, jangan kamu pikir Aunty tidak akan marah dengan sikap kamu barusan ya. Meski Aunty membela kamu di depan orang-orang tadi bukan berarti kamu tidak salah! Kamu memiliki kesalahan yang sama besarnya dengan mereka karena lagi-lagi menggunakan kekerasan! Aunty sangat tidak suka sikap seperti itu. Apa kamu tidak paham dengan apa yang kemarin Aunty bicarakan?” tegur Claire dengan tangan bersedekap di depan dada sedangkan Keanu hanya menunduk, jadi ngeri sendiri melihat sikap auntynya yang begitu ketus, apalagi mama Valerie hanya menatapnya, tidak ada tanda-tanda ingin membantu!Keanu pikir dirinya memiliki sekutu yang membelanya, tapi ternyata tidak semudah itu! Dirinya tetap mendapat omelan!Biasanya yang Keanu tau, aunty Claire adalah sosok yang humoris dan ceplas ceplos, tapi siapa yang menyangka kalau saat marah bisa menakutkan seperti ini? Berbeda jauh dengan mama Valerie yang selalu lembut meski dirinya berbuat salah!“Keanu! Apa kamu dengar ucapan Aunty?” tegur
Revel menatap penthouse milik papanya di Melbourne. Penthouse yang dulu pernah didatanginya selagi masih kecil. Sebelum orangtuanya memutuskan kembali, menikah dan tinggal di Jakarta. Penthouse penuh kenangan.Revel membaringkan tubuhnya di sofa empuk. Rasa lelah menjalar ke tubuhnya karena perjalanan panjang yang baru saja ditempuhnya. Dan saat ini pikirannya kembali pada Jill. Ralat. Bukan saat ini, tapi memang setiap saat Revel belum bisa melupakan Jill! Wanita itu selalu hadir di benak Revel terus menerus.Lagipula tidak mungkin mudah melupakan wanita yang sudah terpatri sejak lama di dalam hati kan? Begitu juga dengan Revel! Setelah belasan tahun menanti dan memikirkan Jill, wajar jika dirinya belum dapat melupakan wanita itu sekarang.“Lo pasti bisa jalanin hidup lo disini dengan baik, Revel. Fokus kuliah aja dulu. Ingat ucapan Papa Mama, kalau misal jodoh nggak akan kemana kok. Mereka kan udah jadi contoh nyatanya,” gumam Revel bermonolog sendiri, membesarkan hati
“Keanu, kamu harus siap-siap sekarang, kita berangkat 20 menit lagi!” perintah Valerie.Keanu memberengut kesal karena tidak bisa melawan ucapan sang mama, entah kenapa sekarang Keanu merasa sikap mama Valerie berubah dan hal itu membuat Keanu enggan membantah. Tidak heran kalau Keanu langsung berbalik masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap. Tidak ingin lagi kena omel atau ceramah di pagi hari! “Mama harap di sekolah baru ini kamu tidak lagi menjadi tukang pukul!” tegas Valerie.Hening, tidak ada jawaban.“Apa kamu dengar ucapan Mama barusan, Keanu?” “Dengar, Ma.”“Mama tau kamu pasti merasa kesal dengan keputusan kami sekarang, tapi Mama dan Aunty hanya ingin yang terbaik untuk kamu,” ucap Valerie dengan nada yang mulai lembut membuat Keanu terdiam. Inilah nada asli sang mama sebelum berganti dengan nada tegas yang terjadi akhir-akhir ini! “Keanu, seperti ucapan Mama kamu barusan, kami hanya ingin yang terbaik untuk kamu. Meski kamu bukan anak kandun
Jill bergerak mencari koper dan memasukkan segala macam pakaian serta keperluannya yang lain. Begitu bersemangat karena teringat akan kembali bertemu dengan Revel. Padahal belum ada seminggu mereka tidak bertemu, tapi kenapa Jill sudah begitu merindukan Revel? Gawat! Masa iya sekarang gantian jadi Jill yang bucin sih?Tidak boleh! Jill harus memastikan perasaan Revel lebih dulu. Jika tidak, akan semakin sulit bagi Jill untuk melepaskan diri dari pesona Revel! Tapi masalahnya, hati dan logika Jill bertabrakan! Tidak bisa diajak kompromi! Tidak bisa diajak bekerja sama! ‘Udah, sekarang jangan pikirin macam-macam dulu! Yang harus gue lakukan sekarang adalah berangkat ke Melbourne secepatnya dan pastiin agar Revel masih bisa terima dan maafin gue! Itu yang terpenting, yang lain abaikan dulu!’ batin Jill. ***“Bagaimana Keanu?” tanya Nick sekembalinya dari Singapura setelah hampir dua minggu sengaja menghilang untuk melancarkan rencana Claire.“So far aman sih. Dari
Dua puluh menit kemudian…Jill berdiri di depan pintu kokoh berkonsep minimalis, entah kebetulan atau tidak, tadi Jill tidak memiliki kesulitan untuk naik ke penthouse Revel. Padahal biasanya setau Jill, jika ingin naik ke penthouse elite seperti ini pasti memerlukan izin dari pemilik penthouse karena Jill membutuhkan kartu akses saat ingin menggunakan lift. Tapi nyatanya tadi Jill dibantu oleh security begitu saja tanpa ditanya macam-macam! Bahkan tanpa diminta identitas! Hmm, entah aneh atau beruntung? Jill tidak paham! Atau mungkin semesta ikut membantunya? Entahlah!Jill berdeham, menguatkan hati dan menekan tombol intercom di hadapannya dengan hati berdebar, namun sudah menunggu hingga sekian menit, tetap tidak ada respon. Apa Revel sedang tidak ada di penthousenya? Mungkin saja! Atau mungkin Revel tidak ingin menemuinya lagi? Karena bukankah intercom seperti ini dilengkapi dengan kamera? Bisa jadi Revel sudah melihat wajah Jill dan mengabaikannya kan? Bersika
Revel melangkah pelan mendekati Jill yang masih terisak di dalam pelukan Gwen. Tanpa kata, hanya isak tangis yang terdengar. Hingga satu pikiran masuk ke dalam benak Revel. Kenapa Jill menangis? Dan ada urusan apa Jill di Melbourne? Revel tidak bisa berhenti bertanya-tanya tentang hal itu. Rasanya aneh melihat Jill tiba-tiba berada di Melbourne. Apalagi dengan rentang waktu kedatangan yang tidak berbeda jauh dengannya membuat Revel berharap lebih! Dan sekarang saat melihat Jill yang tampak begitu sedih membuat Revel tidak bisa lagi menahan diri. Ingin rasanya Revel memeluk wanita itu, tapi Jill pasti akan langsung menolak dirinya mentah-mentah seperti yang sebelumnya terjadi!“Jill?” panggil Revel pelan, nada suaranya terdengar ragu, namun meski begitu tetap membuat wanita itu tersentak kaget, bahkan tidak sempat menghapus air matanya.“Lo kok bisa ada disini? Di Melbourne? Di dekat penthouse gue?” cecar Revel heran, seperti sedang menginterogasi, bahkan tanpa sada
Revel terbahak melihat wanitanya jadi bersikap malu-malu begini. Siapa yang akan menyangka kalau pada akhirnya wanita yang biasanya segalak singa akan menjadi semanis kucing begini di hadapan Revel? Padahal biasanya Jill selalu bersikap ketus! Tanpa dapat dicegah Revel memeluk wanita di sampingnya, menumpahkan segala perasaannya. Apakah ini jawaban dari semua doanya selama ini? Sepertinya iya! Revel tidak menyangka kalau saran orangtuanya manjur! Tidak menyangka kalau saran papa Levin langsung terbukti khasiatnya! Maksudnya, ternyata dengan berusaha merelakan Jill malah membuat wanita itu merasa kehilangan dan memutuskan mengejar Revel sampai ke Melbourne! Saran dari sesepuh yang memiliki pengalaman hidup memang tidak bisa diremehkan! “Aduh! Apa-apaan sih?” omel Jill berusaha menutupi rasa malu dengan sikap ketusnya seperti biasa, namun bedanya kali ini Revel tidak merasa frustasi, malah merasa lucu! “Kamu kok galak banget sih sama pacar sendiri, Beb?” tanya Reve
“Kok kamu bisa tau?”“Karena aku udah paham sama sifat kamu, Beb!” jawab Revel sambil mengedipkan sebelah matanya dengan genit membuat Jill mendengus malu.“Jadi mau ya nikah sama aku?” tanya Revel lagi. “Apa orangtua kita akan kasih izin?” tanya Jill ragu, apalagi saat teringat dengan sikap ketus tante Claire, mama Revel, saat Jill datang ke rumahnya waktu itu. Bagaimana kalau tante Claire tidak kasih restu? “Itu urusanku, yang penting aku harus tau dulu apa jawaban kamu. Kamu mau nikah sama aku atau nggak?”“Nikah sama kamu sih aku mau, tapi aku belum yakin apa harus secepat ini? Kasih aku waktu untuk berpikir,” pinta Jill. Tidak ingin terburu-buru, apalagi ini menyangkut masa depannya seumur hidup!Revel mengangguk, tidak ingin terlalu mendesak kekasihnya. Sadar kalau Jill pasti masih kaget dengan ucapannya barusan. Baru kemarin resmi pacaran, hari ini sudah diajak nikah! Wanita manapun pasti akan meminta waktu untuk berpikir! “Tapi jangan lama-lama
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin