Beranda / Romansa / Gairah Terpendam Suami Kontrak / 45 Suruh Dia Datang ke Rumah

Share

45 Suruh Dia Datang ke Rumah

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Satu juta saja, Kak.”

Kavita tertegun, dia tidak bisa begitu saja mengabulkan permintaan Karin yang sudah bukan siapa-siapanya lagi.

Kebutuhan Karin juga bukan kewajiban yang harus dia penuhi, melainkan kewajiban Deryl.

“Maaf ya, Rin? Aku juga punya kebutuhan yang tidak sedikit ....”

“Aku pinjam dulu, Kak. Nanti biar Kak Deryl yang akan bayar!”

“Memangnya Deryl sudah kerja? Masalahnya dia juga belum membayar kewajiban dia sama aku kan? Jadi lebih baik jangan menambah utang kakakmu.”

“Terus sekolah aku gimana, Kak?”

“Coba kamu minta Deryl datang ke sekolah untuk minta keringanan atau perpanjangan waktu, supaya urusan kamu ke depannya berjalan lancar.”

“Tapi Kak, satu juta saja masa Kakak nggak punya?” kata Karin memohon, nada suaranya terdengar memelas dan putus asa.

“Bukan masalah itu, aku juga punya kebutuhan pribadi sendiri.” Kavita menjelaskan.

Ada alasan kenapa dia enggan memberi pinjaman kepada mantan adik iparnya itu, apalagi uang sejuta bukanlah masalah sulit baginya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Setia_AM
masih bersambung
goodnovel comment avatar
Buk'e Prita
Kok sudah tamat sih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    46 Menggunakan Senjata Pamungkas

    “Cepat Kak, itu kak Vita sudah datang!”Suara Karin serta Merta langsung membuat Deryl dan Yura terbelalak.“Apa kamu bilang? Mau ngapain dia ke sini?”“Suka-suka dong, ini kan rumah Kak Vita!”Deryl buru-buru menarik tangan adiknya.“Kamu serius, kan? Kamu tidak bohong?”“Ngapain juga aku bohong Kak?”“Vita ke sini sama siapa?”“Sendirian kalau aku lihat, nggak bawa teman seperti dulu.”“Bagus!” Deryl meninju udara dengan gembira.“Ryl, jelaskan sama aku. Mau apa Vita datang ke sini? Memangnya ada urusan apa dia sama kamu?”Karin memutar matanya dengan malas.“Yura, kamu tetap di dapur buat beres-beres. Aku mau memperjuangkan kehidupan kita dulu, ya?”“Tapi, Ryl ....”“Jangan membantah apa kata suami, Kalau kamu masih mau hidupmu aku jamin.”Yura terpaksa menurut sementara Karin terkikik geli melihat tingkah kakak iparnya.“Vita niat sekali datang ke sini sendirian,” gumam Deryl bersemangat sambil menyemprotkan sebotol wewangian ke beberapa titik tubuhnya, tidak terke

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    47 Jangan Mancing-mancing!

    Beberapa waktu sebelum itu .... “Jadi ini yang akan kita lakukan, dengar baik-baik.” “Bagaimana, Pak?” Ezra menatap Kavita dengan ekspresi serius di wajahnya. “Kamu datang mendadak ke rumah sengketa supaya Deryl tidak sempat menyiapkan diri ....” “Setelah itu?” “Kamu bisa ngobrol biasa sama dia, jangan menunjukkan gelagat mencurigakan sedikit pun.” “Baik, Pak. Saya mengerti ....” “Untuk berjaga-jaga, saya dan Tricya akan menunggu di dalam mobil. Saya juga akan memasang alat penyadap suara biar saya bisa mendengar seluruh percakapan kalian.” Mata Kavita melebar setelah Ezra memberi tahu seluruh rencananya. “Harus ya pakai penyadapan begini, Pak?” Ezra mengangguk. “Setidaknya kita harus tahu apa yang Deryl perbuat terhadap kamu,” katanya lambat-lambat. “Saya sudah lama curiga sama dia, karena kamu jadi aneh setelah pulang dari rumah sengketa.” “Aneh bagaimana, maksud Anda?” tanya Kavita tidak mengerti. Ezra menarik napas, tapi tidak juga menceritakan apa yang sesungguhnya t

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    48 Mengosongkan Rumah

    Kavita mau tak mau tersenyum membaca tulisan yang Ezra tinggalkan untuknya.“Lumayan dapat libur satu hari!” seru Kavita sambil menjatuhkan diri di tempat tidur Ezra lagi. “Pak bos tahu kalau aku benar-benar lelah harus kerja setiap hari ... makanya aku boleh libur ....”Kavita memandang langit-langit kamar dengan pikiran menerawang. Setelah urusannya dengan Deryl selesai, maka kontrak pernikahan dengan Ezra akan otomatis berakhir kecuali ada pihak yang menawarkan perjanjian baru.Namun, kalau dipikir-pikir lebih jauh lagi, Ezra tidak memiliki kepentingan apa pun untuk memperpanjang kontrak pernikahan mereka.“Halo, Bu Kavita! Apa kabar?”Tricya mengembangkan senyumnya dengan ramah ketika Kavita muncul di kafe setelah menyepakati jadwal pertemuan.“Baik, Bu! Bagaimana perkembangannya, kapan saya bisa mengambil rumah itu?” tanya Kavita antusias.Tricya lantas menjelaskan tentang dirinya yang sedang mengupayakan komunikasi dengan Deryl dan sudah bisa ditebak kalau pihak sana belu

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    49 Bukan Wajah Wanita Penggoda

    “Itu artinya ... sebentar lagi kontrak pernikahan kita akan segera berakhir juga, Pak.”“Apa maksud kamu?” tanya Ezra dengan nada tajam.“Maksud saya ... setelah permasalahan saya dengan Deryl selesai dan rumah itu kembali ke tangan saya, itu artinya saya sudah ....”Kavita tidak melanjutkan ucapannya.“... sudah tidak membutuhkan saya lagi?” tebak Ezra, tepat sasaran.Kavita diam dan tidak segera menjawab, takut salah bicara.“Menyedihkan sekali ya, habis manis sepah dibuang.” Ezra melanjutkan kalimatnya.“B—bukan seperti itu, Pak!” bantah Kavita buru-buru sambil menggeleng. “Saya kan masih bekerja di kantor Anda, tapi mungkin bedanya saya tidak tinggal di sini lagi kalau kontrak pernikahan kita sudah selesai ....”Ezra tidak berkomentar, dan itu membuat Kavita enggan melanjutkan obrolan karena suasana yang mendadak berubah canggung di antara mereka.Ketika kembali ke kamarnya, Kavita membongkar kembali surat kontrak yang telah dicetak dan ditandatangani kedua belah pihak.

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    50 Bawa Ezra ke Sini

    Kavita membulatkan mata setelah mendengar jawaban Ezra.“Memperpanjang kontrak pernikahan kita, Pak?” ulangnya heran. “Apakah ada sebuah tujuan yang ingin Anda capai, Pak?”Ezra mengangguk. “Kenapa, apa kamu sudah ada rencana untuk menikah dengan orang lain?”“Tidak, Pak. Saya paling Cuma melanjutkan pekerjaan di kantor seperti biasanya. Kalau menurut Anda saya bisa berguna untuk tujuan Anda, saya tidak masalah kalau pernikahan kontrak ini diteruskan.”Ezra mengangguk, hampir saja dia akan memaksa Kavita seandainya sang istri menolak untuk memperpanjang kontrak pernikahan.“Apa yang ingin kamu minta dari saya sebagai kompensasi?” tanya Ezra.Kavita berpikir sejenak. Untuk nominal nafkah bulanan, dia tidak merasa kurang. Namun, tetap saja dia harus mempertimbangkan fasilitas dari Ezra yang bisa dimanfaatkan olehnya.“Untuk saat sekarang belum ada, Pak.” Kavita menggeleng. “Mungkin saya akan bicara lagi kalau sudah terpikirkan.”Ezra mengangguk.“Jadi kapan kamu siap untuk memp

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    51 Mana Janji Kamu?

    “Jadi Pasha, inti dari tujuan kamu ini sebenarnya apa?” tanya Miranti ramah.Pasha melirik Ezra sebentar sebelum menjawab, lantas dia mengulang kembali kalimat apa saja yang dia ucapkan ketika bertandang ke kantor.“Jadi ayahnya Ezra ...?”Pasha mengangguk tenang.“Akhir-akhir ini kesehatannya memang sering menurun, tapi masih bisa ditangani. Karena itu dia sangat ingin memanfaatkan waktu selagi masih ada kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Ezra ....”“Jangan bawa-bawa aku,” potong Ezra dengan nada keberatan.“Tapi aku tidak mengada-ada,” kata Pasha. “Kamu bisa membuktikannya dengan datang sendiri ke rumah keluarga besar.”Ezra enggan berkomentar.“Menurut om, dia sudah beberapa kali mengirim utusan untuk menghubungi Ezra ... tapi tidak pernah mendapatkan tanggapan.” Pasha melanjutkan.Miranti melirik Ezra dengan tatapan menegur.“Aku sudah sampaikan tanggapanku melalui sekretaris,” kata Ezra memberi tahu. “Entah apakah utusan ayahku menerima atau tidak.”Mirant

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    52 Harga diri Ezra

    “Maaf Pak, saya tidak tahu kalau Anda sudah pulang!” Kavita menunduk dengan sikap bersalah.Ezra menyipitkan matanya ke arah kepala Kavita yang menunduk.“Kamu masih juga memberikan ruang bagi Adya untuk berinteraksi sama kamu?“Kami masih berinteraksi secara wajar kok, Pak. Tidak seperti yang Anda pikirkan, apalagi tugas kami berbeda.” Kavita menjelaskan tanpa memandang Ezra.“Terus siapa pacar yang kamu maksud tadi itu? Yang kamu bilang tegas dan tidak bisa dibantah?’Kavita terdiam, jawaban tadi khusus dia berikan untuk Adya saja sebenarnya. Karena fakta menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak memiliki pacar. “Saya ... bilang begitu untuk ... menjaga jarak dengan Adya,” ucap Kavita, masih belum berani mengangkat pandangannya. “Saya tidak punya pilihan lain, tidak mungkin kan kalau saya bercerita tentang pernikahan kontrak kita?”Ezra menarik napas. Sebetulnya dia agak-agak tersinggung dengan sebutan pacar yang disematkan Kavita untuknya.“Jadi menurut kamu saya ini tegas,

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    53 Ingin Sekali Menyentuhnya

    Kavita mengerutkan keningnya, tapi dia enggan bertanya lebih jauh kalau Ezra sudah berkehendak.“Pak Sahrul, makan dulu!” Tukang kebun yang dipekerjakan Ezra itu menoleh saat suara Kavita memanggilnya.“Iya, Mbak ... Biasanya nanti kalau Tuan dan yang lain sudah selesai makan ....”“Tidak apa-apa makan sekarang, Pak! Adya, kamu juga!” Kavita menoleh ke arah sopir Ezra yang sedang mengelap kaca mobil.“Memangnya kenapa kami disuruh makan sekarang, Vit?” tanya Adya heran.Senada dengan Adya, Sahrul juga terlihat sungkan karena biasanya mereka makan setelah Ezra dan keluarga selesai.“Nyonya Miranti sedang merayakan sesuatu,” ucap Kavita memberi tahu. “Pabrik sepatu Pak Ezra saat ini sedang sibuk-sibuknya memenuhi pesanan ....”“Syukurlah!” ucap Sahrul ikut senang. “Kamu sendiri sudah makan, Mbak?”“Saya nanti menyusul, Pak. Adya, ayo!” panggil Kavita sekali lagi.“Oke, Vit.”Setelah hampir semua pekerja berkumpul di dapur kecuali penjaga pos depan rumah, Kavita kembali ke ru

Bab terbaru

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    264 (TAMAT) S3: Mental Istri Ezra Terguncang?

    Sebagai ayah pun dia sudah berusaha untuk tidak menghujat takdir yang menimpa putri mereka. “Divta sayang, kamu melamun?”Kavita menunduk dan mendaratkan kecupan di atas kening putrinya yang berbaring di sampingnya.Kepada Divtara sedikit miring ke kanan meskipun Kavita sudah sering membetulkannya dengan perlahan.Setiap kali melihat paras cantik putrinya itu, hati Kavita teriris perih. Dia memiliki kekhawatiran tersendiri tentang masa depan Divtara, terlebih jika sang anak tampil di depan umum.“Ibu sayang kamu, kita hadapi sama-sama ya?” bisik Kavita dengan penuh cinta. Tangan kecil Divtara bergerak-gerak, dan Kavita lantas menghujaninya dengan ciuman bertubi-tubi di pipinya yang menggemaskan.“Anaknya Siska sudah sebesar apa, ya?” gumam Kavita setelah dia selesai menyusui anaknya.“Sebenarnya kapan hari itu Pasha menelepon, dia bilang kalau Siska ingin datang berkunjung.” Ezra memberi tahu. “Tapi aku bilang kalau kamu masih baby blues, jadi belum bisa menerima kunjungan u

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    263 S3: Kesabaran Ezra Sangatlah Terbatas

    “Bisa jadi penyebabnya karena belum bisa menerima kehadiran si kecil sepenuhnya ....” “Tidak, Dok. Kemarin-kemarin istri saya masih bersikap normal dan tetap memperlakukan putri kami dengan baik.” Dokter Amel berpikir sebentar. “Meskipun tidak semua ibu yang baru saja melahirkan mengalaminya, tapi kemungkinan baby blues bisa terjadi, Pak.” “Lalu bagaimana cara mengatasinya, Dok?” “Peran Bapak sangat penting untuk menjaga kestabilan mental Bu Kavita yang baru saja melahirkan, jangan biarkan istri Bapak merasa bersalah terkait dengan kondisi putrinya ....” Ezra mendengarkan penjelasan Dokter Amel dengan saksama. Kavita berubah menjadi pendiam sejak keributan yang terjadi di rumah sakit, Ezra sempat khawatir jika dia akan bersikap tak acuh terhadap putri mereka. Namun, ternyata dugaan buruk Ezra sama sekali tidak terbukti. Kavita tetap memperhatikan bayi mereka dengan penuh kasih sayang, sama sekali tidak terlihat mencurigakan. “Istirahatlah sebentar, kita gantian.” Ezra mengusap

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    262 S3: Aku Bisa Memiliki Suamimu

    “Dasar istri tidak berguna, ibu yang melahirkan anak cacat sama sekali tidak pantas untuk menyentuh kulitku!” Wajah Kavita terasa perih, tapi itu belum apa-apa jika dibandingkan dengan pedihnya hati akibat kata-kata kejam Yura. “Masih saja kamu mengusik hidupku, apa mau kamu sebenarnya?” bisik Kavita supaya putri kecilnya tidak terbangun karena suara pertengkaran yang tidak semestinya. “Mauku? Aku mau membuat hidup kamu hancur, seperti kamu menghancurkan hidup aku sama Deryl!” Kavita terperangah. “Lihat saja, kamu pasti akan diceraikan suami kamu. Atau ... setidaknya kamu pasti akan diduakan karena anak cacat kalian tidak akan bisa jadi kebanggaan orang tua.” “Tutup mulutmu!” desis Kavita dengan tangan terkepal. “Kamu pikir Pak Ezra akan tahan melihat keturunannya yang cacat?” “Jangan sebut anakku cacat!” “Lalu apa? Tak sempurna?” ejek Yura sinis. “Persiapkan saja diri kamu, Vit. Aku akan menjadi wanita kedua suami kamu dan memberikan keturunan berkualitas untuknya, aku akan m

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    261 S3: Jadi Aib yang Memalukan

    Kavita meremas kedua tangannya ketika Ezra berlalu pergi dari hadapannya. Seorang perawat masuk sambil mendorong kereta bayi diikuti Ezra yang berjalan di belakangnya. Kavita bangun dan dengan susah payah duduk di tepi ranjang saat perawat itu semakin dekat. “Ini bayinya, Bu. Perempuan,” kata perawat itu sembari mengangkat seorang bayi yang dibungkus rapat dengan selimut dan memberikannya kepada Kavita. “Perempuan ya, Sus?” “Betul Bu, perempuan.” Kavita dan Ezra saling pandang, sementara perawat itu membantu membetulkan letak perlekatan antara ibu dan bayinya. “Coba disusui bayinya dulu, Bu.” “Baik, Sus.” Sampai di titik ini, Kavita tidak melihat ada yang aneh dengan putrinya. Bayi itu menyesap air susunya dengan perlahan, sementara matanya terpejam rapat. “Sebenarnya ... keistimewaan apa yang kamu maksud?” tanya Kavita ingin tahu selagi putri mereka masih menyusu, sementara perawat tadi sudah pergi. “Dokter bilang kalau keistimewaan yang tentunya berbeda dengan bayi kebanya

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    260 S3: Anak Kita Terlahir Istimewa

    “Tidak apa-apa, Ad. Cepat sedikit,” pinta Kavita dengan wajah pias. Rasa sakit di perutnya berangsur reda, sehingga dia bisa duduk dengan tenang sementara mobil yang dikemudikan Adya melaju ke kantor Ezra. Bos pemilik Dyaksa Company itu nyaris berlari dan melompat ke dalam mobil ketika Tantri memberi tahu bahwa Adya akan mengantar Kavita ke rumah sakit. “Kamu kenapa? Sudah mau melahirkan sekarang?” tanya Ezra buru-buru sambil mengusap kening Kavita yang berkeringat. “Tidak tahu, tapi ... perut ini sudah sakit ....” “Adya, bisa kamu ngebut sedikit?” Ezra menoleh ke arah Adya yang sedang fokus mengemudi. “Bisa Pak, saya usahakan!” Ezra kembali menoleh ke arah Kavita yang memejamkan mata karena menahan rasa sakit yang sesekali timbul. Tangan Ezra diremas dengan kuat setiap kali Kavita merasakan sakit yang teramat sangat. “Kamu bertahan dulu ....” “Ini sakit sekali, aku ... mau cepat melahirkan ....” “Tunggu sebentar, kita akan sampai rumah sakit.” Ezra mengusap-usap perut buncit

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    259 S3: Monic Juga Sedang Hamil

    Kavita mengangguk paham. “Tidak apa-apa Dok, yang penting sehat dan tidak berisiko seperti kemarin.” “Kita akan memantau bersama-sama, jangan lupa untuk tetap mengonsumsi makanan bergizi dan vitamin yang saya resepkan.” Ezra tidak berkata apa-apa dan hanya menyimak percakapan yang berlangsung antara dokter dengan Kavita. “Mau mampir ke mana?” tanya Ezra sambil melirik Kavita yang sedang mengunyah roti. “Ke rumah Pak Pasha, aku mau bertemu Siska. Sudah terlalu malam belum?” “Aku akan telepon Pasha sebentar,” sahut Ezra sementara Kavita menunggu dengan antusias. Itu karena dia sudah lama tidak bertemu Siska yang sama-sama sedang mengandung buah hati. “Pasha bilang kalau Siska belum tidur, jadi kita masih bisa mampir sebentar.” Ezra memberi tahu. “Kalau begitu, ayo.” Kavita menyimpan kembali rotinya dan meraih sebotol air mineral untuk melicinkan tenggorokannya. Setibanya di rumah Pasha, Siska menyambut kedatangan Kavita dengan senyum merekah di bibirnya. Mereka berdua berpelukan

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    258 S3: Sudah Mengakui Kekalahan?

    “Aku tidak jijik,” katanya sambil memeluk Kavita erat. Pada awalnya Kavita enggan menanggapi, tapi pelukan Ezra yang hangat dan nyaman tak urung membuatnya bahagia sehingga dia balas memeluk dengan erat. “Besok aku akan kerja lagi untuk kalian ....” “Kalian?” “Kamu dan calon anak kita.” Kavita melepaskan diri dari pelukan Ezra. “Kaki kamu bagaimana?” “Kamu lihat kan kalau aku sudah bisa berjalan? Tinggal masa pemulihan saja sambil beraktivitas normal seperti biasa, jadi aku akan secepatnya kerja. Kasihan juga Pasha karena harus membagi fokusnya di dua tempat,” ujar Ezra panjang lebar. Dua bulan kemudian .... “Bagaimana hasilnya, Dokter?” “Istri Anda positif hamil, Pak. Saya ucapkan selamat!” Sepasang suami istri itu saling tatap. “Dugaan aku benar kan, Mon? Kamu itu hamil, aku lega sekali.” Monic berdecak, dia sendiri tidak mengerti kenapa dirinya justru merasakan enggan berbahagia dengan kabar gembira ini. “Aku sempat takut kamu tidak bisa hamil lagi setelah

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    257 S3: Pergi Tanpa Pamit

    Mata Ezra mengintip sedikit. “Itu pakai urine?” “Iya ....” “Jorok sekali, singkirkan sana.” Kavita memukul bahu Ezra karena tidak terima dengan komentarnya. “Perkembangan kaki kamu bagaimana, Zra?” tanya Miranti ketika Ezra muncul di kamarnya. “Sudah jauh lebih baik, Nek. Meskipun aku belum bisa berlari, setidaknya sudah bisa berjalan dan tidak perlu kursi roda lagi.” “Syukurlah ... Oh ya, kapan itu kamu teriak-teriak kenapa? Nenek sudah tanya Rita, katanya Kavita pingsan karena kelelahan ....” Ezra mengangguk pelan, dia ingat bahwa dirinya belum memberi tahu kabar kehamilan Kavita kepada Miranti. Baru juga dia akan bercerita, dari sudut matanya Ezra melihat Kavita yang keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga. “Kavita sepertinya mau pergi, Nek. Nanti saja aku cerita!” pamit Ezra sambil berlalu meninggalkan kamar Miranti untuk menyusul kepergian istrinya. Ketika menuruni tangga, Ezra tidak ingin bertindak ceroboh dengan memaksakan kakinya untuk melangkah terburu-buru.

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    256 S3: Periksa ke Dokter Kandungan

    “Rita, aku seperti mendengar sesuatu.” Miranti menatap wanita yang sudah merawatnya bertahun-tahun itu. “Saya tidak dengar apa-apa, Nyonya.” “Rita, cepat ke sini!” Miranti langsung menggoyang lengan Rita. “Itu suara Ezra!” Atas desakan Miranti yang begitu khawatir terhadap cucunya, Rita cepat-cepat berlari menuju kamar Ezra. “Maaf, Pak Ezra ... Ada apa?” “Kavita pingsan, saya tidak tahu apa yang terjadi ....” Rita buru-buru mendekati Kavita yang tergeletak di lantai kamar Ezra, dia berusaha membangunkannya dengan mengguncang bahu dan pipi Kavita bergantian. “Vita, bangun. Vita?” Ezra hanya menyaksikan bagaimana Rita masih berjuang untuk membangunkan Kavita. “Apa dia masih bernapas?” tanya Ezra ragu. Rita mendongak. “Tentu saja, Pak. Mungkin Vita kelelahan atau kurang istirahat ....” Ezra menyipitkan mata, sikap abainya sedikit terbentuk gara-gara melihat Kavita bersama Adya di dapur tadi. Egois? Memang. Rita meminta izin Ezra untuk mencari botol minyak kay

DMCA.com Protection Status