Bab 27Pulang Ketika Cinta membasahi spon pencuci piring, tiba-tiba ponselnya berdering."Biar aku lanjutkan, kamu angkat telponnya," ujar Daniel mencuci tangan istrinya di wastapel.Cinta mengangguk dan mengambil ponselnya di atas nakas."Assalamualaikum, ya, Sayang!" Cinta mengangkat telepon." Waalaikumsalam. Mama lagi apa?" Suara di seberang sana."Mama baru saja selesai makan. Sayang mama lagi apa?" tanya Cinta mendudukkan bokongnya di kursi."Aku baru aja habis salat Isya, Ma," jawab Carisa gembira." Wahhh, Pinter anak mama," sahut Cinta memandang Daniel yang sedang mencuci piring."Mama besok pulang kan?" tanya Carisa dengan nada gembira."Mm ... Iya sayang. Tapi lusa, ya!" jawab Cinta berharap Carisa tidak marah."Lho? Bukannya besok, Ma?" tanya Carisa dengan suara yang lemah."Kan, seminggu itu tujuh hari, Sayang," jawab Cinta."Ouwh, Carisa kira, hari Sabtu Mama gak kerja," ujar Carisa dengan nada kecewa."Iya, Sayang, tapi kan, mama masih masa training. Jadi, seminggu ini
Bab 28Boneka untuk Carisa"Pagi,Bos," sapa Andi pada Daniel dan Cinta yang sama- sama membawa koper dari kamar masing-masing."Pagi, Andi," jawab Daniel dan Cinta bersamaan.Pukul tujuh pagi, sebuah mobil Alphard silver sudah terparkir di halaman Villa bersama Andi di sampingnya.Andi mengambil koper majikannya. Dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil.Daniel menggandeng tangan Cinta masuk ke dalam mobil dan duduk bersisian di belakang kemudi.Daniel meraih tangan Cinta dan mengecupnya dengan mesra. Hal itu membuat Cinta mencoba menarik tangannya, tapi, Daniel memiliki kekuatan yang lebih darinya."Ada Andi, jangan gila ya!" Ujar Cinta melotot ke arah Daniel."Kenapa? Andi tahu kamu adalah istriku, jadi, tidak ada yang salah, kan?" Sahut Daniel tersenyum"Tapi aku maluu ..." Ujar Cinta masih melotot."Andi, fokus nyetirnya, jangan berpikiran macam-macam," perintah Daniel menyentuh pundak Andi."Siap, Bos," ujar Andi tersenyum. Daniel menekan tombol tirai pembatas, membuat Cinta membe
Bab 29Mobil berhenti di perbatasan kota. Cinta sudah menghubungi ayahnya tiga puluh menit yang lalu. Mungkin saat ini ayahnya sudah dijalan. "Apa sebaiknya kamu menunggu disini saja menjelang ayahmu datang?" ujar Daniel terlihat murung."Aku tidak ingin ayahku melihatmu, dan berpikiran yang buruk," sahut Cinta."Tapi, Sayang, Aku mengkhawatirkanmu," sahut Daniel menatap wajah Cinta."Aku sudah terbiasa berada di daerah ini. Pemilik warung itu mengenalku, Aku sering menunggu jemputan di sini. Jangan khawatir," ujar Cinta menarik handle pintu mobil dan akan turun. Tapi, Daniel menarik tubuhnya dan memeluknya dengan erat."I love u," ujar Daniel mencium pipi Cinta."Aku menantimu kembali,"ucap Daniel mempererat pelukannya."Aku hanya pergi selama seminggu. Setelah itu aku akan kembali berada di sampingmu,"sahut Cinta mengusap tangan yang melingkar di Perutnya.Daniel memutar tubuh Cinta. Dan mengecup bibir Cinta dengan penuh cinta."Aku pamit," ujar Cinta melepaskan ciuman dan turun da
Bab 30Tentang rasa"Iya, Nak," jawab Cinta membelai rambut Carisa."Kalau gitu, Carisa boleh dong, nginap di tempat Mama kalau libur sekolah?"pertanyaan Carisa membuat Cinta bingung untuk menjawab."Tentu, Sayang," jawab Cinta."Horee ... makasih ya, Ma," ucap Carisa dengan bahagia."Iya, Sayang," sahut Cinta memeluk Carisa dengan erat.Cinta lalu membacakan dogeng sebelum tidur sampai Carisa tertidur.***Pagi yang cerah. Cinta sibuk berkutat di dapur. Ia memasak bubur ayam permintaan Carisa. Setelah buburnya masak, Ia membawa bubur kekamar Carisa dan menyuapinya."Sayang, makan yang banyak, ya. Supaya cepat sembuh," ujar Cinta membelai rambut Carisa."Iya, Ma. Makasih ya, Ma. Buburnya enak banget," ucap Carisa manja."Nanti siang, mama mau kerumah kepala sekolah, mama mau mengantarkan surat pengunduran diri dari sekolah. Carisa tinggal sama nenek dulu, ya," bujuk Cinta pada Carisa.Setelah selesai menyuapi Putri semata wayangnya itu, Cinta membawa mangkok bubur ke dapur dan mendap
Bab 31Cinta pulang ke rumah, setelah menyalami semua majelis guru dan anak-anak didiknya. Air mata Cinta pun tak dapat dibendung. Ia menangis sepanjang perjalanan pulang ke rumah.***Setelah menyuapi Carisa makan, dan memberinya obat. Cinta kembali ke kamarnya. Ia berniat tidur karena lelah menangis bersama anak didiknya tadi di sekolah tempat Ia mengajar .Tapi tiba-tiba ponselnya berdering. Cinta menatap layar, panggilan video dari Daniel. Cinta menerima panggilan tersebut."Assalamualaikum," sapa Cinta."Waalaikumsalam, istriku Sayang," sahut Daniel."Ada apa?" tanya Cinta singkat."Aku rindu, Sayang," ujar Daniel di seberang telepon."Gila!" sahut Cinta cuek."Sungguh, aku rindu memeluk dan menciummu," ujar Daniel dengan wajah sendu."Peluk aja, tuh guling," ujar Cinta menunjuk guling dengan bibirnya."Muuaachh," Daniel mencium Cinta di balik layar ponsel.Cinta hanya tersenyum"Sayang. kapan kamu pulang?" tanya lelaki bermata sipit itu dengan wajah memelas."Hari Minggu, kan ak
Bab 32Melepas rinduMinggu sore, Cinta diantar oleh Carisa dan ayahnya ke perbatasan kota. Andi sudah menunggu dengan senyuman khasnya."Jadi, mama selalu naik mobil itu setiap hari?" tanya Carisa menatap ke arah Cinta."Iya, Sayang, itu mobil perusahaan," jawab Cinta tersenyum."Itu kan, mobil mahal, Ma. Wahhh mama keren. Besok-besok, Carisa mau dong, Ma diajak naik mobil itu," ujar Carisa menunjuk ke arah mobil tersebut."Iya, Sayang. Tentu saja boleh," sahut Cinta membuat Carisa bersorak bahagia.Cinta lalu berpamitan dan mobil bergerak meninggalkan Carisa dan ayahnya. Cinta melambaikan tangannya. Ada perasaan sedih meninggalkan putri semata wayangnya selama 4 hari.Mobil melaju dengan kecepatan sedang dan berhenti disebuah mini market."Ada apa, Andi?" tanya Cinta heran.Belum sempat Andi menjawab, Daniel masuk ke dalam mobil dan duduk disamping Cinta."Daniel?" ujar Cinta terkejut.Daniel tidak menjawab dan langsung menekan tombol tirai pembatas sopir, sehingga pembatas kemudi
Bab 33"Ya ampun, Sayangg … aku benar-benar lupa," sahut Daniel menepuk jidatnya."Lagian, kamu kok gak pernah sholat?" Tanya Cinta menyelidik Daniel."Itu ... A-aku ..." Daniel menundukkan kepalanya."Kenapa?" Desak Cinta."Aku belum bisa menghafal bacaan-bacaan dalam sholat," sahut Daniel masih menundukkan kepalanya."Bukannya ketika mualaf, kamu sudah melaksanakan sholat?" Tanya Cinta mengernyitkan keningnya."Iya, itu sholatnya berjamaah. Aku ikuti bacaan imam," jawab Daniel menggaruk kepalanya."Kamu bilang, sebelum mualaf kamu udah mempelajari Islam, kan?" Tanya Cinta kembali menatap Daniel."Iya, tapi baru sebatas yang wajib, yang dilarang, dan yang merusak iman," jawab Daniel dengan ragu."Lalu, sholat itu tidak wajib?" Tanya Cinta kembali menatap dengan sorot mata tajam."Mmm, wajib. Malah rukun islam setelah mualaf, adalah sholat," sahut Daniel"Lalu, kenapa kamu gak sholat?" Desak Cinta."Kan, sudah aku katakan, aku belum hafal bacaannya," sahut Daniel."Iya, kalau begitu,
Bab 35Cinta gelisah, karena hampir jam tujuh malam. Tapi, suaminya belum juga menunjukkan batang hidungnya.Cinta mondar mandir di depan kamar nya sambil meremas ponsel. Ia berfikir untuk menghubungi suaminya, tapi, Cinta takut Daniel akan menganggap kalau Ia mencintainya.Akhirnya Cinta kembali masuk ke ruang kerja dan mempelajari pekerjaannya.Satu jam berlalu, namun, Daniel belum juga kembali."Kayaknya aku harus mengesampingkan gengsiku. Aku harus nelpon Daniel," gumam Cinta didalam hati dan mulai menelpon lelaki yang telah jadi suaminya itu.Namun, jawaban di seberang sana membuat Cinta terlihat kalut."Kok ponselnya gak aktiv, sih?" gerutu Cinta.Berkali-kali Cinta menelpon Daniel, namun jawaban tetap sama. Hanya Veronika yang berbicara."Kamu kemana, sih?" ujar Cinta terlihat cemas.Cinta berfikir untuk menyusul suaminya kerumah ustadz. Namun, tiba-tiba pintu Apartemen terbuka. Daniel muncul dibalik pintu.Melihat suaminya datang. Cinta yang sedang kalut berhambur ke pelukan D