Bab 113Menjauhi Daniel*******Daniel terbangun dari tidurnya dan meraba Cinta di sebelahnya. Namun, kosong. Daniel tersenyum mengingat penyatuan mereka tadi malam. Cinta begitu berbeda. Cinta lebih mendominasi dengan cumbuan-cumbuan yang tidak pernah dilakukannya sebelumnya. Bahkan Cinta meminta penyatuan kesekian kali. Jika sebelumnya Daniel harus merayu agar Cinta bertahan dengan penyatuan selanjutnya, malam tadi Cinta terus mencumbu Daniel sehingga laki-laki berdarah Tiongkok itu tidak bisa menahan hasratnya.Daniel segera turun dari ranjang dan ingin segera memeluk istrinya yang tadi malam memberikan sensasi yang berbeda. Daniel yakin Cinta berada di dapur seperti biasa. Daniel berniat untuk mencumbu Istrinya yang mulai nakal dan mengajak bercinta di dapur dengan lebih menggila.Daniel terkejut ketika medapati dapur yang kosong tanpa Cinta. Biasanya, Cinta pasti akan berada di depan kompor dan sibuk berkutat dengan bumbu dapur. Cinta akan menguncir kuda rambutnya sehingga membua
Bab 114Pesakitan Cinta*******Mereka akhirnya berhasil membawa Carisa kembali ke rumah. Cinta mencium Carisa berkali-kali. Gadis kecil itu berpegangan kuat pada baju Cinta saat berkendara sepeda motor.Sesampai di rumah, Cinta mengatakan kepada Carisa tentang kontrak kerjanya pada LuckyNai, Corp."Berarti Mama akan bekerja pada Om Nai selama lima tahun?" Carisa berdecak kesal."Iya, Sayang!" sahut Cinta.Carisa menatap Cinta dengan tatapan tidak suka."Carisa nggak mau Mama dekat dengan Om Nai. Carisa nggak mau sampai Mama jatuh cinta pada Om Nai dan menikah dengannya," sahut Carisa."Mama janji, akan berusaha menghindar darinya," ujar Cinta menggenggam erat tangan Carisa."Mama nggak boleh nginap di Kota Jambi saat kerja di Kota. Mama harus bolak balik dari sini!" Carisa menatap Cinta dengan tajam."Iya, Sayang. Mama akan berangkat dari rumah setelah azan subuh. Dan sebelum azan magrib Mama akan pulang lagi kemari!" sahut Cinta tersenyum.Sebenarnya, Cinta tidak sanggup menerobos d
Bab 115Peristiwa menakutkan******Daniel berdiri di depan cermin. Menatap lima garis berwarna merah di pipinya. Garis yang terasa sakit, tapi lebih sakit karena pelakunya adalah sosok yang begitu Daniel cintai. Daniel tidak pernah menyangka akan mendapat tamparan yang begitu keras dari istri kesayangannya. Istri yang menjadi candu baginya untuk selalu memiliki dan mencumbu dalam ikatan cinta yang suci.Daniel mengingat kembali kenangan tentang sosok itu. Kenangan yang dilaluinya selama hampir satu tahun terakhir. Kenangan dimana awal mereka bertemu dan mengikat mereka dalam ikatan pernikahan yang suci.Sosok yang awalnya pernah memberi garis itu pada pipinya pada saat pagi setelah peristiwa penyatuan pertama. Tamparan demi tamparan sering mendarat di wajah Daniel, tapi tidak terasa sakit karena saat itu Daniel belum merasakan perasaan yang teramat sangat dalam. Namun, perlahan sosok itu mengganti garis tersebut dengan kecupan hangat karena hampir setiap hari, istri kesayangannya it
Bab 116Pulang tengah malam*******"Akh, Daniel ...!" Cinta terkejut karena Daniel mengangkat tubuhnya dan membawa ke dalam kamar.Daniel mendudukkan Cinta di atas ranjang. Lalu kembali meniup tangan tersebut dengan linangan air mata."Aku baik-baik saja. Ini hanya hukuman untuk istri yang durhaka pada suaminya!" Cinta berusaha menarik tangannya dari genggaman tangan Daniel."Hukuman?" Daniel menyipit."Karena kemarin aku menampar wajahmu dengan keras," sahut Cinta menatap Daniel.Mereka saling bertatapan dengan air mata yang siap meluncur dari pelupuknya. "Katakan padaku, ini kenapa?" Daniel mengecup tangan itu dengan mesra."Daniel ...!" Cinta menarik tangannya dengan paksa sehingga Daniel terpaksa melepaskan."Aku baik-baik saja!""Bagaimana kamu bisa bilang baik-baik saja jika keadaan tanganmu begitu parah, Cinta?" Daniel mencengkram bahu Cinta dan menatap dengan kekhawatiran.Cinta menunduk dan menangis terisak. Rasa sakit begitu menghimpit jiwanya. Daniel membingkai wajah Cin
Bab 117Menemui psikiater********"Mas ... Jangan ...!" Cinta semakin memohon, tapi justru permohonan Cinta membuat Aditya semakin beringas.Aditya memaksa melepaskan kancing Jeans yang Cinta kenakan. Cinta berusaha menendang, tapi pergerakannya kurang kuat. Cinta terlalu lemah untuk melawan laki-laki yang sedang dikuasai oleh hasrat seperti Aditya.Cinta menangis sekuat tenaga karena merasa tidak sanggup melindungi diri dan kehormatannya sebagai seorang istri.Bugh ...!Seseorang memukul Aditya dengan sebuah balok. Aditya terhuyung dan menoleh."Berani kamu sentuh istriku?!" Daniel memukul Aditya dengan membabi buta sehingga Aditya hilang keseimbangan dan terkapar.Aditya melihat Daniel yang dikuasai amarah. "Istri?" Aditya tersenyum menyeringai."Iya, Cinta adalah istriku. Dan aku akan menghabisi siapa saja yang menyakitinya!" Daniel kembali menyerang Aditya dengan pukulan-pukulannya. "Jangan, Mas ... Aku mohon!" Daniel menoleh ke arah Cinta yang bersimpuh memeluk lutut dengan k
Bab 118Merindu*******Sebenarnya, Bu Ruslan sendiri merasa takut terjadi hal buruk pada Cinta karena harus bekerja menempuh perjalanan jauh. Namun, Carisa dan Pak Ruslan bersikeras melarang Cinta untuk menginap di kota Jambi karena takut Cinta akan dekat dengan Daniel."Apa yang ibu takutkan benar, kan, Yah?" Bu Ruslan menatap suaminya yang mengusap wajah dengan kasar."Bu. Ayah hanya tidak ingin Cinta dengan Pak Nai. Orang yang berkuasa seperti Pak Nai hanya akan memberi harapan palsu nantinya," sahut Pak Ruslan dengan penuh penyesalan."Ayah lihat, kan. Pada kenyataannya, mereka sudah menikah," ujar Bu Ruslan lagi."Ibu percaya dengan perkataan Pak Nai?" Pak Ruslan menyipit."Maksud Ayah?" Bu Ruslan mengerutkan keningnya."Bisa saja Pak Nai berbohong demi menyembuhkan Cinta. Kalau Cinta sudah membaik. Kita akan dengar sendiri jawabannya dari Cinta dan kita akan minta bukti kalau mereka memang sudah menikah!" sahut Pak Ruslan."Carisa tetap nggak setuju kalau Mama menikah lagi!" Ca
Bab 119Menjalani terapi********"Bolehkah aku berada di sini lama-lama?" Cinta mengusap dada bidang Daniel dengan senyuman. Senyum yang sangat manis, sama seperti seperti sebelum trauma yang menimpanya.Daniel mengangguk. "Tentu, Sayang!" Cinta berhambur memeluk Daniel dan membenamkan wajahnya di dada bidang tersebut. Cinta menikmati aroma Vanila yang sudah lama tidak dihirupnya lagi. Perlahan, kenangan manisnya hubungan mereka menari dalam ingatan Cinta. Semakin Daniel mengeratkan pelukan, semakin kemesraan yang pernah dilalui silih berganti muncul dalam bayangan Cinta. Bagaikan slide demi slide film yang dilihatnya.Cinta mendongak dan menyentuh rahang kokoh Daniel."Aku mau ketemu dokter Arinda," rengek Cinta membuat Daniel tersenyum.Daniel mencium kening istrinya dengan mesra. Perempuan yang selama beberapa Minggu menolak untuk di sentuh bahkan terkadang ketakutan setiap melihat Daniel mendekat."Tentu, Sayang. Tapi, istriku harus makan dulu," sahut Daniel menoel hidung Istrin
Bab 120Keinginan CarisaCarisa yang sebelumnya sempat dekat dengan Andi meminta Andi untuk mengantarkannya menemui Aditya di penjara."Om, kita bisa berhenti di danau itu?" tanya Carisa saat mereka melewati Danau Letang yang terletak di pinggir kota.Andi menepikan mobilnya dan menemani Carisa turun dan duduk di sebuah ayunan besar."Dulu, kami sering ke sini. Tapi semenjak papa dan Mama bercerai, Carisa nggak pernah lagi liburan," ujar Carisa dengan wajah datar.Andi duduk di sebelah ayunan Carisa."Om Nai orang yang baik. Kalau Carisa membuka hati untuknya, pasti Om Nai akan mengajak Carisa jalan-jalan terus. Keluar negeri bahkan," sahut Andi tersenyum."Om Andi tahu tentang pernikahan mama dan Om Nai?" tanya Carisa.Andi mengangguk. "Om Nai sangat mencintai Mamamu dan juga kamu. Dia tidak pernah lelah berpikir untuk membuatmu menerimanya," ujar Andi melempar batu-batu kecil ke tengah-tengah danau."Mama mencintai Om Nai melebihi cinta pada Carisa!" sungut Carisa."Kamu salah. Kasi
Tuan Adiguna dan istrinya saling pandang. Mereka terkesima mendengar Cinta menceritakan tentang Dokter Arinda yang mampu menyembuhkan dirinya yang saat itu juga tengah depresi karena hampir diperkosa oleh mantan suaminya. "Tapi bagaimana dengan si kembar? Mereka tidak mungkin ikut kalian ke kota Jambi. Itu pasti akan sangat merepotkan pekerjaan kalian." Nyonya Adiguna menoleh ke arah si kembar yang sedang berebut mainan. "Bukankah ada Della yang bisa menjaga mereka?" "Tapi kami tidak ingin ada fitnah jika Della tetap berada di rumah ini." "Kalau begitu kalian bisa menikahkan Della terlebih dahulu." Daniel menyahut dengan cepat. "Nggak bisa begitu Mas Daniel. Aku tidak ingin menikah tanpa kehadiran Kak Risa," sanggah Della dengan cepat. "Jika kamu tetap berpegang teguh pada prinsipmu, itu artinya kamu tidak mencintai Risa." "Bukan begitu, Kak." "Saat ini Risa membutuhkan terapi yang hebat untuk mengembalikan ingatannya dan kesehatannya. Jika kita membawa dia ke rumah sakit jiwa
Tubuh Della seketika melemas mendengar perkataan Cinta. Dia tidak menyangka kakaknya akan bernasib sangat menyedihkan malam itu. Dia tahu persis bagaimana Risa menjaga dirinya dengan baik dari godaan laki-laki demi menjaga kesucian cintanya dan kesetiaannya pada Gilang.Namun pada kenyataannya, Mr. Hua malah merenggut kesucian itu dengan seenaknya."Aku memintamu di sini untuk menjaga Risa di ruang rawat inap. Aku dan Daniel akan segera mengurusi Mister Hua agar mendapat hukuman yang setimpal," ujar Cinta seraya mengusap punggung Della dengan lembut.Cinta sedang memikirkan semuanya. Dia harus segera menyelesaikan masalah tersebut sebelum Mr. Hua memutar balikan fakta. Perempuan itu pun segera berlari menuju Daniel yang sedang berjaga di ruang ICU di mana Gio sedang dirawat."Sayang, kita tidak bisa menunggu ini terlalu lama. Kita harus segera menyerahkan Mr Hua kepada pihak polisi. Aku tidak ingin b******* itu bisa bebas begitu saja." Cinta berujar dengan wajah cemas.Daniel menoleh
Cinta seketika menarik napasnya dalam-dalam karena apa yang dikatakan oleh Daniel memang benar. Cinta bahkan mencurigai Daniel telah melakukan perselingkuhan dengan Risa setelah mendapat kiriman foto tersebut.Tiba-tiba saja Cinta menjadi kepikiran tentang siapa yang telah mengirimkan foto Daniel bersama Risa di jalan tersebut."Daniel Siapa kira-kira yang telah mengirimkan fotomu ke ponselku?" tanya Cinta Seraya menoleh ke arah Daniel."Kita akan segera mencari tahu setelah kita menemui Risa," sahut Daniel.Daniel kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga beberapa menit kemudian ia telah memarkirkan mobilnya di halaman sebuah hotel.Daniel langsung mengajak Cinta untuk naik ke lantai tiga di mana ia meninggalkan Risa di dalam kamar tadi.Setelah sampai didepan pintu kamar Risa, Daniel dan Cinta pun mengetuk pintu berkali-kali, akan tetapi pintu tersebut tak kunjung dibuka. Daniel dan Cinta saling pandang karena pikiran mereka mulai berkelana."Aku menghawatirkan Risa
Cinta terbelalak mendengar ucapan Daniel. Ia tidak menyangka sama sekali bahwa Daniel berbohong demi menutupi kebusukannya. Cinta mendorong tubuh Daniel dengan kuat sehingga Daniel terjatuh di atas ranjang."Cinta, apa yang kamu lakukan? Apa kamu tidak mempercayaiku sebagai suamimu?" Daniel menatap Cinta dengan tajam. Ia merasa Cinta mencurigainya, terlihat dari sorot mata Cinta yang begitu tajam.Cinta melengos mendengar perkataan Daniel. Ia sangat kecewa karena ternyata Daniel sudah berani bermain dibelakangnya dengan Risa. Bahkan saat ini Daniel berani berbohong dan mengatakan bahwa Risa diperkosa oleh Mister Hua. Sebuah kenyataan yang tidak bisa dipercaya karena Mister Hua sudah pulang terlebih dahulu setelah meeting selesai. Bagaimana mungkin Cinta bisa mempercayai perkataan Daniel."Kamu pikir aku percaya dengan apa yang kamu katakan? Kamu pikir aku akan percaya dengan kamu mengatakan bahwa Risa diperkosa oleh Mister Hua? Itu alasan yang sangat tidak masuk akal, Daniel." Cinta m
Daniel membawa Risa menuju sebuah hotel untuk menenangkan Risa. Lelaki bermata sipit itu tidak tega membawa Risa pulang ke rumahnya karena keadaan Risa yang sangat memprihatinkan. Risa pun tidak ingin pulang ke rumahnya karena ia merasa masih sangat ketakutan. Risa terus memeluk dirinya dengan jas milik Daniel. Risa meminta Daniel untuk membawanya ke sebuah hotel karena ia tidak ingin apa yang terjadi padanya diketahui oleh anak-anaknya ataupun Della. Ia merasa apa yang terjadi pada dirinya merupakan aib yang harus dia tutupi dari siapa pun.Daniel segera membawa Risa masuk ke dalam kamar hotel dan mendudukkan Risa di tepian ranjang. Ada rasa iba dalam hati Daniel melihat Risa yang begitu ketakutan. Seketika Daniel teringat pada pesan Gilang untuk menjaga Risa dan Gio juga perusahaannya dengan baik. Daniel bahkan telah berjanji pada Gilang di atas makamnya.Risa merapatkan jas yang Daniel berikan ke tubuhnya. Rasa takut membuat Risa tidak ingin melepaskan pelukannya dari Daniel. Pere
Cinta mondar-mandir di dalam kamarnya karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan Daniel belum kembali ke apartemen. Perempuan berambut pendek itu menatap keluar jendela dan memandangi lampu lampu yang menerangi kota Jakarta sehingga kota itu terlihat sangat indah. Cinta kembali mengecek ponselnya dan melakukan panggilan kepada Daniel. Namun telepon Daniel tak kunjung diangkat membuat Cinta semakin gelisah. Saat ia sedang berusaha menenangkan pikirannya, tiba-tiba kedua bayi kembarnya menangis bersamaan membuat Cinta semakin bingung. Cinta pun mencoba menenangkan Anggun dan Anggur dengan memeluk kedua bayi itu bersamaan. Namun meskipun Cinta sudah menggendong kedua bayi kembar itu dan menyanyikan lagu-lagu yang biasa dinyanyikan akan tetapi bayi-bayi itu tak kunjung reda tangisannya. Carissa yang saat itu sedang berada di ruang depan bersama Meri menoleh ke arah pintu kamar Ibunya yang tertutup rapat. "Kenapa dede bayi menangis terus dari tadi ya, Bik?" Carissa menge
Risa tidak menyadari ada mobil yang menguntitnya dari tadi di belakangnya. Risa sedang menyetel musik yang sering diputar oleh Gilang setiap kali mereka bepergian. Matahari mulai meninggalkan bumi dari pancarannya. Biasnya yang kuning keemas-emasan perlahan-lahan menghilang. Risa mempercepat laju kendaraannya karena ia tidak ingin sampai di rumah ketika waktu sudah melewati salat magrib. Risa terlambat karena tadi mengalami kemacetan yang cukup panjang sehingga ia harus terlambat pulang ke rumah. Sebelumnya Risa tidak pernah pulang setelah memasuki waktu magrib karena dia tidak pernah mengalami macet panjang seperti saat ini. Jalanan mulai lengang. Saat Risa masih dengan santainya mengemudikan mobilnya, tiba-tiba sebuah mobil menghadang mobil Risa dari depan. Mobil tersebut melintang dan menyebabkan Risa menghentikan laju kendaraannya. Risa mengernyitkan keningnya karena penumpang tersebut tak kunjung keluar dari mobil. Risa sedikit merasa takut karena jalanan tersebut cukup sepi
Risa terkejut saat melihat kehadiran Mister Hua yang tiba-tiba berada di dalam ruang meeting. Semua anggota meeting pun tak satupun yang berani bersuara. Mereka terdiam seribu bahasa seakan menyalahkan Risa atas keputusan yang diambil olehnya. "Maaf Pak, Anda terlambat selama lebih dari lima belas menit, Saya tidak menyangka jika anda akan tetap menghadiri meeting ini," sahut Risa Seraya mengangguk hormat pada Mister Hua. Mr.Hua menyunggingkan senyumnya dan mendudukkan bokongnya di kursi yang telah tersedia. Lelaki berkulit putih dengan tinggi hampir menyamai Daniel tersebut menatap penampilan Risa dari ujung kaki sampai ujung kepala. Risa yang diperhatikan dengan seksama oleh Mister Hua merasa risih dan memutuskan untuk duduk di kursi. "Mungkin lebih baik saya menjelaskan tentang perkembangan perusahaan kami dengan duduk saja," ujar Risa. Perempuan berambut panjang itu kemudian menjelaskan secara detail kepada seluruh pengusaha yang hadir tentang perkembangan perusahaannya dan ju
# 13Risa memang tidak memiliki sahabat di Jakarta karena dulu ia bekerja di cafe dan hanya memiliki satu teman yaitu Anita, tapi telah lama, sahabatnya itu tidak bisa lagi dihubungi karena pindah ke luar pulau Jawa.Risa hanya mengenal Cinta dan Rachel yang merupakan sahabat suaminya. Akan tetapi, Rachel pun tidak berani Risa jadikan teman curhat karena perempuan yang merupakan kelahiran Tiongkok itu jarang berada di Jakarta.Risa kembali menatap keluar jendela dan melihat sinar matahari mulai bergeser dari atas kepala menyinari tepat jendela kantor nya. Perempuan berambut panjang itu menghela napas dalam-dalam. Ia mencoba menghibur hatinya yang sebenarnya sedang dilanda rindu yang teramat sangat pada Almarhum Gilang suaminya."Namun terkadang aku yang terlanjur lelah mengurusi si kembar suka mengalami penurunan mood jika sudah berada di perusahaan. Begitupun sebaliknya, aku yang sedang capek dengan urusan pekerjaan mudah tersulut emosi saat berada di rumah dan menghadapi kelakuan si