Sesuai janji Chantal kepada Audrey Barnes, dia menyerahkan desain outfit pria untuk David Guilermo sore itu sebelum jam kerjanya berakhir. Di ruang pengerjaan kain busana, rekan Chantal itu mencandainya."Hey, kau nampaknya bermain api ya, Chant? Pria pemilik SEI Tower itu bukankah suamimu? Siapa pula David Guilermo ini?" ujar Audrey sembari mengamati kertas desain karya Chantal di tangannya dengan detail.Chantal mengendikkan bahunya acuh duduk di seberang meja Audrey. Dia enggan menanggapi pertanyaan penasaran dari rekan kerjanya. Itu sama sekali bukan urusan Audrey. "No comment, okay? Bagaimana desain karyaku itu? Apa butuh perubahan atau sudah cukup fashionable untuk klien exclusive?" ujar Chantal mengalihkan pembicaraan mereka."Sangat menarik kurasa, Chant. Taste of elegance yang kau miliki memang sangat menonjol dalam tiap karya desainmu!" puji Audrey dengan jujur. Dia sangat obyektif dalam menilai hasil karya para desainer di bawah naungan rumah mode tempatnya bekerja."Terim
"Wow, apa kau serius, Jordan? Kita hanya berdua saja menonton di studio ini!" tanya Chantal seakan tak percaya. Siapa pula suaminya itu bisa membooking 1 studio hanya untuk menonton bioskop bersamanya?Jordan mengendikkan bahunya santai, dia menarik pinggang Chantal hingga terjatuh ke sofa studio bersamanya. Itu adalah jenis studio exclusive yang kursinya berupa sofa lebar nan nyaman untuk masing-masing penonton dengan meja di sisi sofa, tempat menaruh camilan atau hidangan pesanan penonton studio tersebut. Namun, mereka sudah kenyang makan malam jadi tidak memesan apa pun selain minuman soda dingin."Apa kau tahu kalau pemilik bioskop ini juga aku sendiri, Chant?" balas Jordan dengan nada ringan lalu mengecupi rahang dan leher istrinya yang beraroma wangi lembut."Kuharap kau akan membiarkanku menonton film yang akan diputar dengan tenang, Hubby!" ujar Chantal membiarkan keusilan tingkah suaminya sembari menonton iklan-iklan film coming soon di layar lebar di studio yang digelapkan p
"Hubby ... arrhh ... kuat sekali!" erang Chantal saat dirinya dimasuki dan digesek berulang kali dari balik punggungnya oleh suaminya. Gaya bercinta spooning di mana pasangan berbaring miring dan sang wanita memunggungi prianya disarankan untuk kondisi hamil menurut artikel yang semalam Jordan baca di internet. Dia mengajak Chantal untuk mempraktikkannya saat mereka bangun tidur pagi ini.Bibir Jordan menyusuri garis leher hingga bahu telanjang istrinya dan meninggalkan kiss mark yang menyebar di sana, merah-merah sexy menurutnya. Belakangan ini ide agar Chantal mengenakan busana yang tidak terlalu terbuka membuat Jordan rajin meninggalkan jejak kepemilikannya ke kulit putih istrinya."Oughh Baby Girl, milikmu ketat sekali mencengkeram jagoanku di bawah sana. Hmmph!" geram Jordan sembari menggerakkan pinggulnya ritmis dengan dorongan kuat melesak ke arah depan. Lengan kekar berbulunya mendekap tubuh berlekuk istrinya dengan jemari tangannya yang memelintir puncak cokelat kemerahan g
Pesawat jet pribadi milik perusahaan yang telah diakuisisi oleh Guilermo Enterprise mengudara di atas Samudera Atlantik yang nampak membiru luas dari angkasa. David ingin memastikan bahwa wanita pujaan hatinya mengerti kesungguhan hatinya untuk merebutnya kembali dari Jordan Fremantle.Sergio Portabelo yang duduk di sebelah bosnya berkata, "Master David, kita tidak tahu di mana Miss Chantal dan suaminya berada ketika di Amsterdam. Kota itu sangatlah luas, akan sulit bila kita mencarinya berdua.""Nanti kita bisa melacaknya sesampainya di Bandara Schipol. Tenanglah aku dulu berprofesi sebagai hacker yang sangat jagoan. Meretas GPS ponsel Chantal adalah hal yang sangat mudah bagiku!" jawab David Guilermo mengerlingkan matanya kepada asisten pribadi andalannya. Dia tidak bisa melakukan pencarian dengan laptopnya karena risiko mengacaukan sinyal pesawat, sementara pesawat jet pribadi tersebut sedang melintasi lautan yang tak berujung penampakannya saat ini. David memilih untuk tidur dan
"WHAT THE HELL?! Aku membayar 850 USD hanya untuk kamar yang fasilitasnya rusak, apa hotel ini siap untuk aku rating bintang 1, Miss?" maki Jordan Fremantle karena lampu, TV, dan AC kamar yang dia tempati mati daya untuk kesekian kalinya hingga jelang waktu makan siang.Petugas resepsionis yang berjaga di front desk hotel bintang 5 di pusat kota Amsterdam itu gemetaran mendengar ancaman Jordan. Pria itu tokoh bisnis yang terkenal di Los Angeles, Amerika Serikat. Ulasannya yang buruk bisa menyebabkan badai tornado dahsyat bagi hotel tempat wanita itu bekerja."Please, Sir. Kami akan memindahkan kamar Anda ke kamar pengganti lainnya. Sejujurnya hal ini baru pertama kalinya terjadi selama saya bekerja 4 tahun terakhir ini. Mohon tunggu sebentar, kami akan segera mengurus segalanya!" tutur Belvania Crown, manager hotel yang menemani petugas resepsionis di front desk."Carla, segera bukakan kamar lain dengan tipe Suite Deluxe seperti yang telah dipesan Mister Jordan Fremantle sebelumnya. A
"Waahh—" Desahan kagum itu spontan meluncur dari bibir Jordan ketika ia menatap bayangan di dalam cermin lebar wastafel. Istri mungilnya mengenakan gaun merah menyala off shoulder dengan kain bagian dada dan perut yang ketat membalut tubuh ramping berlekuknya. Gaun itu panjangnya hingga menyentuh lantai, sangat anggun."Apa kau suka penampilanku, Mister Jordan Fremantle?" tanya Chantal dengan lirikan melalui cermin di hadapannya.Pria gagah dengan setelan tuxedo hitam itu melangkah perlahan lalu melingkarkan tangannya ke perut Chantal lalu menanamkan kecupan lembut bibirnya di bahu terbuka istrinya. "Sangat memesona bagiku, Ma'am. Jangan berlama-lama di kamar karena aku bisa-bisa tak mampu melawan godaan untuk menerkammu dan mencabik-cabik gaun merah ini!""Ohh ... suamiku sangatlah menyeramkan seperti singa lapar!" Chantal tertawa renyah tenggelam dalam dekapan posesif pria sejuta pesona itu. Jordan membalik tubuh sexy istrinya untuk menatap wajah yang terpoles make up bold yang be
Sebuah kain berkhloroform dibekapkan ke hidung Chantal hingga ia tak lagi sanggup melawan di dalam taksi yang melaju kencang menuju ke Bandara Schipol. Perempuan itu terkulai bak rumput layu dalam dekapan David Guilermo di bangku belakang mobil.Sesampainya di Bandara Schipol, pintu mobil dibukakan oleh Sergio Portabelo untuk majikannya yang menggendong tubuh ramping Chantal. Kemudian Sergio berkata kepada sopir taksi yang mengantarkan mereka tadi, "Sir, aku tambahkan uang tutup mulut, jangan katakan ke siapa pun tentang kejadian tadi. Apa Anda paham?""Pasti, Tuan. Saya akan diam dan berpura-pura tak ada yang terjadi di dalam taksi ini. Terima kasih uangnya. Permisi!" jawab sopir taksi tersebut lalu melajukan kendaraannya meninggalkan bandara.Hari cukup larut saat mereka tiba di bandara, hanya sedikit orang yang masih menunggu pesawat di sana. Sergio menjelaskan bahwa bosnya ingin membawa istrinya yang sedang sakit keras dengan private jet untuk berobat ke Perancis. Petugas bandara
"Aakhh ... di mana aku?" ucap Chantal saat ia terbangun di atas sebuah ranjang berseprai biru tua. Perlahan ia duduk di tepian tempat tidur lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan tempat ia berada. Jendela kaca bening yang terkunci dengan tirai putih yang telah tersibak memperlihatkan langit biru cerah. Suara sayup-sayup ombak yang memecah menabrak batu karang terdengar di telinga Chantal. Dia pun menduga bahwa saat ini dia tak lagi ada di Belanda.Tepat ketika tatapan matanya jatuh ke pintu kamar, pria yang telah menculiknya membuka pintu lalu masuk ke dalam ruangan bercat tembok putih itu. "Selamat pagi, Dear Chantal!" sapa David Guilermo seraya mendekati wanita bertubuh mungil di atas ranjang.Tangan kanan David yang terangkat akan membelai kepala Chantal langsung ditepis oleh wanita itu. Dia menatap tajam ke mantan kekasihnya dan berkata, "Di mana aku sekarang? Apa yang sedang kau rencanakan, Dave? Kalau Jordan tahu kau yang membawaku kabur, dia pasti akan mengamuk da