Sore itu Jordan naik lift ke lantai 5 untuk menjemput istri kesayangannya. Dalam benaknya ia telah merencanakan kencan nonton film romantis di bioskop yang ada di SEI Tower. Dengan langkah ringan ia menuju ke ruang kerja Chantal lalu mengetok pintu."Masuk!" sahut suara merdu wanita itu dari dalam ruangan.Awalnya senyum terkembang di bibir tebal Jordan saat ia membuka pintu di hadapannya. Namun, sesegera itu pula kegembiraannya menguap menjadi seraut wajah yang mendung ketika melihat karangan bunga segar yang ia yakin kiriman pria selain dirinya."Hai, Jordan. Kau menjemputku tepat waktu, aku sudah selesai dengan desain outfit pesanan klien exclusiveku. Ayo kita pulang!" ujar Chantal dengan riang seraya bangkit dari kursinya. Dia menenteng tas tangan fashionable miliknya dan akan menghampiri suaminya.Namun, pria itu menatapnya tajam dan dingin membuat Chantal terperangah menghentikan langkahnya. "Ada apa, Hubby?" tanya wanita itu kebingungan bercampur cemas. Amarah Jordan sangatlah
Bellaguise Restaurant di Fifth Avenue memang selalu menjadi pilihan kaum jetset dan selebritis di Los Angeles. Di meja-meja makan restoran itu banyak wajah aktor dan artis Holywood yang dapat Chantal kenali dengan mudah. Baru kali ini dia menginjakkan kakinya di tempat tersebut.Suaminya yang gagah sekalipun penampilannya sedikit berantakan karena keliaran yang mereka lakukan di sofa ruang kerja Chantal merangkul bahunya dengan protektif seakan ingin menunjukkan bahwa ia adalah wanitanya Jordan Fremantle."Silakan, Sir, Ma'am. Ini meja yang tersedia. Saya akan ambilkan buku menunya sebentar. Permisi!" ujar waiter cekatan yang mengantarkan mereka berdua.Suara denting peralatan makan beradu di sela-sela obrolan berdengung para tamu dan juga nyanyian biduanita yang diiringi mini orkestra di pojok ruangan restoran memberikan vibes penuh semangat malam itu. Wanita cantik bermata hijau itu mengedarkan pandangannya ke sekitar meja tempat ia duduk bersebelahan dengan suaminya."Baru sekali k
Perlahan Jordan membaringkan istri mungilnya di atas ranjang yang melesak akibat bobot tubuhnya dan Chantal. Dia memandangi sejenak wajah damai yang tertidur lelap itu. Sebenarnya Chantal melewatkan mandi sorenya tadi, tetapi aroma parfum yang ia pakai menyamarkan bau keringat wanita itu. Jordan tetap saja menyukai aroma tubuh istrinya yang manis lembut.Dia menghela napas dan mencopot sepasang stiletto putih berujung runcing yang masih berada di kaki Chantal. "Kenapa harus memakai sepatu berhak tinggi?!" gerutu Jordan, dia memikirkan kondisi kehamilan muda istrinya yang masih begitu belia.Jordan mengingatkan dirinya untuk memaksa Chantal membeli flat shoes alih-alih terus mengenakan sepatu cantik berujung tumit runcing setiap hari. Setelah itu dengan hati-hati dia melepaskan gaun selutut yang dikenakan Chantal. Namun, wanita itu tak terbangun. 'Seperti pingsan saja tidurnya,' batin Jordan.Dia menyelimuti tubuh Chantal lalu bergegas masuk ke kamar mandi. Jordan lebih suka tidur dala
"Kalian letakkan saja sepatu-sepatu baru istriku di depan pintu penthouse. Tak ada yang akan berani mengambil barang di lantai 80!" titah Jordan kepada para pengawalnya yang menenteng tas belanjaan nyonya bos mereka.Tiga orang pengawal naik lift umum sambil membawa banyak tas belanjaan di kedua tangan mereka. Sedangkan, sebagian pengawal lainnya termasuk Donovan mengikuti Jordan dan Chantal menuju ke depan pintu keluar SEI Tower. Sudah saatnya mengantar Chantal ke Le Feminine Sorella.Para pengawal Jordan di mobil lain yang mengikuti limousine bos mereka membicarakan kebucinan Jordan yang sangat memanjakan istri barunya itu. Selama mereka bekerja kepada pria killer itu tak pernah satu wanita pun yang berani merepotkan Jordan apalagi merepotkannya di pagi hari. Sejak dahulu Jordan selalu workaholic yang fokus dengan pekerjaannya."Apa kau tidak mengalami morning sick lagi, Chant?" tanya Jordan dalam mobil yang melaju. Chantal yang duduk bersebelahan dengan Jordan menggelengkan kepala
"Kenapa tidak, Chant? Bukankah kalian berdua pernah saling kenal sebelumnya?" tanya Madame Zivanya penasaran dengan penolakan desainernya."Hmm ... tolong katakan ke Audrey untuk membantuku ke mari saja kalau begitu, Madame Ziva!" jawab Chantal agar tidak ada perdebatan lebih panjang di antara mereka berdua.Wanita itu pun mengangguk lalu meninggalkan Chantal bersama klien barunya di ruangan tersebut hanya berdua saja.Selepas kepergian Madame Zivanya, mantan pacar Chantal pun berjalan mendekati wanita pujaan hatinya itu dengan tatapan yang tak teralihkan. "Apa kau tidak suka bertemu lagi denganku, Chant? Padahal aku memikirkan tentangmu siang dan malam," rayu David yang membuat Chantal justru bergidik seram.'Ohh God, semoga Audrey segera tiba ke sini!' cicit Chantal panik dalam hatinya sembari membalas tatapan David yang menurutnya berbeda dengan dulu saat mereka masih berpacaran. Ada kilatan dingin dalam mata beriris turquoise itu.Teringat sesuatu, David membalik badannya dan mela
Sesuai janji Chantal kepada Audrey Barnes, dia menyerahkan desain outfit pria untuk David Guilermo sore itu sebelum jam kerjanya berakhir. Di ruang pengerjaan kain busana, rekan Chantal itu mencandainya."Hey, kau nampaknya bermain api ya, Chant? Pria pemilik SEI Tower itu bukankah suamimu? Siapa pula David Guilermo ini?" ujar Audrey sembari mengamati kertas desain karya Chantal di tangannya dengan detail.Chantal mengendikkan bahunya acuh duduk di seberang meja Audrey. Dia enggan menanggapi pertanyaan penasaran dari rekan kerjanya. Itu sama sekali bukan urusan Audrey. "No comment, okay? Bagaimana desain karyaku itu? Apa butuh perubahan atau sudah cukup fashionable untuk klien exclusive?" ujar Chantal mengalihkan pembicaraan mereka."Sangat menarik kurasa, Chant. Taste of elegance yang kau miliki memang sangat menonjol dalam tiap karya desainmu!" puji Audrey dengan jujur. Dia sangat obyektif dalam menilai hasil karya para desainer di bawah naungan rumah mode tempatnya bekerja."Terim
"Wow, apa kau serius, Jordan? Kita hanya berdua saja menonton di studio ini!" tanya Chantal seakan tak percaya. Siapa pula suaminya itu bisa membooking 1 studio hanya untuk menonton bioskop bersamanya?Jordan mengendikkan bahunya santai, dia menarik pinggang Chantal hingga terjatuh ke sofa studio bersamanya. Itu adalah jenis studio exclusive yang kursinya berupa sofa lebar nan nyaman untuk masing-masing penonton dengan meja di sisi sofa, tempat menaruh camilan atau hidangan pesanan penonton studio tersebut. Namun, mereka sudah kenyang makan malam jadi tidak memesan apa pun selain minuman soda dingin."Apa kau tahu kalau pemilik bioskop ini juga aku sendiri, Chant?" balas Jordan dengan nada ringan lalu mengecupi rahang dan leher istrinya yang beraroma wangi lembut."Kuharap kau akan membiarkanku menonton film yang akan diputar dengan tenang, Hubby!" ujar Chantal membiarkan keusilan tingkah suaminya sembari menonton iklan-iklan film coming soon di layar lebar di studio yang digelapkan p
"Hubby ... arrhh ... kuat sekali!" erang Chantal saat dirinya dimasuki dan digesek berulang kali dari balik punggungnya oleh suaminya. Gaya bercinta spooning di mana pasangan berbaring miring dan sang wanita memunggungi prianya disarankan untuk kondisi hamil menurut artikel yang semalam Jordan baca di internet. Dia mengajak Chantal untuk mempraktikkannya saat mereka bangun tidur pagi ini.Bibir Jordan menyusuri garis leher hingga bahu telanjang istrinya dan meninggalkan kiss mark yang menyebar di sana, merah-merah sexy menurutnya. Belakangan ini ide agar Chantal mengenakan busana yang tidak terlalu terbuka membuat Jordan rajin meninggalkan jejak kepemilikannya ke kulit putih istrinya."Oughh Baby Girl, milikmu ketat sekali mencengkeram jagoanku di bawah sana. Hmmph!" geram Jordan sembari menggerakkan pinggulnya ritmis dengan dorongan kuat melesak ke arah depan. Lengan kekar berbulunya mendekap tubuh berlekuk istrinya dengan jemari tangannya yang memelintir puncak cokelat kemerahan g
"Hello, Gorgeous!" Perempuan itu tersenyum miring di ambang pintu penthouse Calvin Fremantle yang berada di Queens, New York.Calvin mendengkus geli sembari bersedekap menghadapi Jessica Carrera. Dia sudah sebulan ini menghindari wanita muda yang merengek meminta alamat tempat tinggalnya sekarang."Bagaimana bisa kau mendapatkan alamat tempat tinggalku, Jess?" tanya Calvin menghela napas dalam-dalam lalu mempersilakan wanita yang jauh-jauh terbang dari Los Angeles ke tempatnya itu masuk.Ketika Calvin menutup pintu penthousenya, Jessica segera memeluknya erat dari belakang punggungnya. "Aku mendesak Jordan agar memberi tahukan alamatmu. Kau tega meninggalkanku, Honey!" rajuknya."Hmm ... memang hanya Jordan yang mengetahui tempat tinggalku dan beberapa kolega dekatku yang pastinya tak kau kenal," jawab Calvin dengan perasaan bercampur aduk. Dia lalu bertanya, "Jess, untuk apa kau mencariku? Bukankah banyak pemuda yang berlutut di bawah kakimu untuk mendapatkan perhatian darimu?"Jessi
"Welcome home, Jordan, Chantal!" sambut Calvin di ruangan CEO Sky Eternity Intercontinental Tower. Dia memeluk hangat putera dan menantu kesayangannya bergantian. Kemudian dia menggendong cucu pertamanya sembari menyapa Raphael juga yang menjawab dengan bahasa bayi."Papa, maaf telah merepotkanmu begitu lama!" ujar Jordan sambil terkekeh mengamati kakek dan cucunya yang cepat sekali akrab itu."Hey, it's okay. Duduk dulu di sofa dan mengobrol," ajak Calvin berjalan menuju ke sofa vinyl hitam.Setelah duduk Jordan bertanya, "Apa Papa tertarik untuk menetap di LA? Aku akan suruh bawahanku menyiapkan unit mewah yang kosong di SEI Tower."Penthouse Jordan hanya memiliki sebuah ranjang dan dia telah kembali meninggalinya tak lama lagi. Calvin pun mengerti itu tanpa harus dikatakan secara lugas oleh puteranya. Maka dia pun menjawab, "Lebih baik sore nanti Papa kembali ke Queens, tak perlu repot-repot menyiapkannya, Jordan!""Aku ikut apa yang baik menurut Papa saja. Di SEI Tower banyak unit
Pemberhentian kapal Fortune Marine selanjutnya adalah Norwegia. Negara yang tenang dan sedikit penduduknya itu alamnya masih banyak yang tak tersentuh karena terdiri dari fyord, pegunungan tinggi yang tertutup salju, dan lembah bertebing curam. Julukannya adalah The Land of Midnight Sun karena pada puncak musim panas bulan Mei dan Juni, matahari masih tampak bersinar pada malam hari. Namun, saat itu bulan Oktober.Kapal Jordan mengarungi perairan Laut Norwegia menuju ke Kepulauan Lofoten di malam hari dengan kecepatan yang diperlambat oleh Kapten Andres Fuller. Malam itu Jordan sengaja mengajak Chantal naik ke dek kapal untuk melihat langit menakjubkan yang bertabur bintang dan dapat melihat perubahan cahaya warna-warni di kejauhan di atas daratan."Indah bukan?" tanya Jordan memegangi gelas berisi port wine dengan seringai lebar di wajahnya sembari menemani Chantal yang sedang mengamati langit dengan teleskop tersangga sebuah tripod.Donovan dan John sekali lagi beralih profesi menja
Tiga minggu lamanya Jordan dan Chantal berada di Afrika Selatan. Mereka berpidah-pindah kota dari Johannesburg ke ibu kota Pretoria yang jalanannya dinaungi pohon Jacaranda di tepian kanan kiri hingga nampak rindang. Pada musim semi bunganya yang berwarna ungu penuh mengiasi setiap rantingnya yang subur.Kemudian juga mereka mengunjungi Pantai Nahoon di East London yang berombak dan cocok untuk berselancar. Jordan menyukai surfing, dia menyewa papan selancar di tempat persewaan bersama Donovan serta beberapa rekan pengawalnya yang memang bisa berselancar. Sedangkan, Chantal duduk bersantai di tepi pantai bersama Raphael menikmati sinar hangat matahari sambil minum air kelapa muda asli yang banyak dijual di sana.Setelah itu mereka juga mengunjungi Knysna, sebuah kota di sebelah laguna yang dihiasi hutan-hutan kuno indah dan pegunungan yang mengelilinginya. Di sana mereka berkunjung ke Taman Nasional Tsitsikamma.Upington yang berada di tepi Sungai Orange tak ketinggalan didatangi juga
Mendekati perairan Afrika Selatan gelombang lautan semakin tenang, cuaca cerah dan mataharu bersinar terik di siang hari. Jordan dan seisi kapal Fortune Marine sudah tidak memerlukan pakaian rangkap lagi seperti ketika mereka melintasi perairan Antartika."Sebetulnya apa yang membuatmu ingin mengunjungi Afrika, Jordan?" tanya Chantal yang berdiri bersama suaminya di dek kapal. "Afrika Selatan negara yang unik, percayalah ... perjalanan berat kita akan terbayar saat kau melihat-lihat seperti apa Negeri Pelangi itu. Hanya Afrika Selatan yang memiliki 3 ibu kota di seluruh dunia, Pretoria, Cape Town, dan Bloemfonstein. Namun, kota terbesarnya adalah Johannesburg yang menjadi penghasil emas, berlian, nikel, dan logam lainnya. Selain itu hanya di negara ini kita bisa menemukan satwa the big five yang liar paling sulit diburu; macan tutul, badak, kerbau Cape, gajah Afrika, dan singa. Aku akan mengajakmu ke Kruger National Park, itu salah satu game reserve terbesar di dunia. Kita akan kelil
Kapten Andres Fuller ternyata tidak menemukan kerusakan pada bodi maupun mesin kapal Fortune Marine. Maka Jordan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan bertolak dari dermaga di siang hari usai makan siang di salah satu restoran yang ada di pelabuhan. "Aku senang kita bisa berlayar lagi. Suhu udara yang membekukan hingga ke tulang nampaknya tak cocok denganku, Jordan!" ujar Chantal saat kapal sudah mulai melaju dalam kecepatan stabil 21 knots.Gelombang laut Samudera Selatan masih tenang dan Kapten Andres memanfaatkan waktu di mana matahari masih bersinar sekalipun tidak secerah di daerah tropis. "Nampaknya kita akan menghabiskan waktu agak lama di lautan, semoga bahan bakarnya cukup," jawab Jordan yang tidak terlalu optimis dengan perjalanan mereka. "Mungkin akan membosankan, Jordan. Aku rindu menetap di daratan," ujar Chantal dengan nada lesu. Tidur di atas kapal yang terombang-ambing di tengah lautan terkadang membuatnya cemas.Kapal itu melaju setiap hari di saat
"AAARRGHH!" pekik Chantal mencari keseimbangan pada dinding kabin ketika kapal yacht itu terombang-ambing parah karena gelombang lautan yang ganas disertai angin badai. Dia baru saja buang air kecil di kamar mandi karena suhu udara dingin membuatnya sering berkemih."Baby Girl, apa kau baik-baik saja?!" seru Jordan menghampiri Chantal di tengah kabin sambil mendekap erat puteranya yang tumben agak rewel. Chantal pun menjawab, "Aku baik-baik saja, Jordan. Bagaimana dengan Raphael? Dia masih menangis terus!""Coba kau susui dia, Chant. Dia pasti tidak tenang karena goyangan kapal yang terlalu heboh ini," usul Jordan sembari membantu istrinya kembali ke ranjang. Maka Chantal menuruti ide Jordan yang dia pikir tepat. "Aku akan naik ke kokpit sebentar untuk memeriksa keadaan. Pelayaran ini sedikit membuatku kuatir," pamit Jordan sebelum mengenakan jaket anti air di luar sweaternya. Udara di dalam kabin berpenghangat itu saja terasa dingin, apa lagi di luar ruangan.Jordan mengetok pintu
Tangannya berkelana mulai membuka kancing kemeja putih tuxedo Calvin dan juga sabuk celana pria itu. Akhirnya, Calvin membiarkan Jessica mengambil alih kendali atas tubuhnya yang juga mendambakan petualangan seks kilat dan meledak-ledak dengan daun muda yang molek itu.Ketika kain-kain penghalang di tubuh Calvin terlepas, Jessica membenamkan wajahnya di antara pangkal paha pria itu. Batang berurat Calvin memang masih berfungsi normal terasa sangat keras di dalam mulutnya yang sibuk menjilati dan mengurutnya ketat."Ohh ... luar biasa. Kau membuatku merasa muda kembali, Jess!" desis Calvin menahan sensasi kuat yang membuat dirinya ingin tumpah di bawah sana."Artinya kau setuju dengan permintaanku tadi. Jadi jangan protes lagi!" putus Jessica lalu menarik melepas pantiesnya dari balik gaun merahnya yang berbahan ringan longgar. Dia menduduki paha Calvin untuk menyatukan pusat gairah mereka berdua yang saling menginginkan satu sama lain.Jessica menghentakkan bokongnya dengan lincah nai
"Hai, Calvin. Terima kasih sudah bersedia menghadiri pesta ulang tahunku. Apa Jordan masih belum kembali ke LA?" sambut Fernando Alex Guilermo memeluk hangat Calvin Fremantle usai mendapat ucapan selamat.Pria yang nampak lebih muda dibanding usianya yang sebenarnya itu tersenyum lebar sambil menjawab, "Ini hari istimewamu, Nando. Masa aku tak datang ikut merayakannya? Jordan akan lama keliling dunia, mungkin dia sedang berada di Antartika bermain dengan pinguin. HA-HA-HA!"Jawaban Calvin membuat Fernando menggeleng-gelengkan kepalanya dengan emosi bercampur aduk, antara bingung dan juga kesal. Mungkin ada baiknya dia melupakan dendam mendiang puteranya sepenuhnya, pikir Fernando Guilermo diam-diam."Oke, nikmati pestanya, Calvin. Banyak wanita muda yang menarik bila kau butuh teman!" ujar Fernando Guilermo mendorong punggung kawannya ke lautan manusia yang memadati lantai ballroom salah satu hotel bintang 5 di Los Angeles.Di antara kerumunan tamu undangan yang hadir, sosok cantik it