Seusai Chantal menandatangani akte pernikahan, perjanjian pranikah, dan beberapa dokumen penting terkait status suami istri Jordan-Chantal, semua orang selain kedua mempelai pun meninggalkan penthouse.Jordan segera menyeret tangan kiri Chantal untuk mengikuti dirinya ke kamar mandi. "Aku tak sabar untuk membuka kado pernikahanku, Chant!" ujarnya sambil berjalan di depan istri barunya.Rasanya Chantal sudah tak bisa melawan lagi, dia sudah sah mulai sore ini menjadi istri pria arogan yang dibencinya itu. Dalam hatinya dia merutuki kebodohannya karena telah setuju menandatangani berkas penting yang sangat banyak tadi. Di kemudian hari bila mereka bercerai, dia tidak akan mendapatkan harta gono-gini dari Jordan sepeser pun. Menikah hanya melegalkan perbudakan terselubung yang dipaksakan oleh Jordan kepadanya. Namun, alasannya adalah keselamatan jiwa papanya yang entah disekap di mana oleh Jordan. Dia pun bertanya, "Di mana papa berada? Kau sudah janji akan melepaskannya tadi bukan?""J
"Uukkh!" Chantal merasakan tubuhnya serasa remuk redam setelah Jordan menggarapnya semalaman. Ketika pagi tiba dan perempuan itu ingin pergi berkemih, tak ada tenaga sama sekali hingga rasanya ingin pingsan saja. Dia nyaris mengompol karena kandung kemihnya terasa penuh sekali. Chantal pun mencoba membangunkan pria yang tengah menindih tubuhnya di sisinya."Jordan, aku ingin pipis. Bangun ... bangun cepatlah!" seru Chantal sekuat tenaganya yang hanya tersisa sedikit.Perlahan sepasang mata beriris biru cerah itu membuka. "Pergilah ke toilet, kenapa membangunkan aku, hmm?" gumam Jordan malas untuk bangun."Aku kelelahan karena perbuatanmu semalam. Hubby, ini tugasmu memastikan kesejahteraan hidupku! Atau mungkin ... kau lebih suka ranjangmu kuompoli sekarang juga?" balas Chantal melirik Jordan dengan tatapan keras kepala khasnya."NO! Baiklah, aku bangun. Kau puas?" Jordan segera meraup tubuh ramping tanpa busana itu ke gendongannya. Dia melangkah cepat ke kamar mandi lalu mendudukkan
Petugas room service menghidangkan berbagai menu istimewa yang dimasak oleh Chef Arnold Suarez di meja bundar di pojok barat ruangan penthouse. Tampilan hidangan itu sungguh menggugah selera nampak berkelas juga tentunya. Pemuda itu memasang wajah datar tanpa ekspresi karena tahu rumor betapa galaknya Jordan Fremantle, seperti macan lapar bila terusik."Sir, sarapan pagi telah siap. Saya permisi!" ucap pemuda tersebut sembari mendorong kereta makan 4 susunnya meninggalkan penthouse mewah yang super luas tersebut.Jordan tak menanggapinya dan menutup saja pintu penthousenya setelah pemuda dari customer service itu keluar. Dia menghampiri Chantal yang tenggelam di balik selimut tebal berwarna putih seperti awan. "Kamu bisa keluar dari tempat persembunyianmu, Darling. Hmm ... kita harus sarapan dulu untuk mengisi tenaga. Sebentar kuambilkan jubah tidur sutera untukmu!" ujarnya lalu bergegas menuju ke walk in closet.Dengan segera Jordan kembali ke ranjangnya lalu menyerahkan jubah berbah
"Mister Fremantle, istri Anda kelelahan. Tekanan darahnya turun dengan cepat tadi hingga tubuhnya melemas," ujar Dokter Damian Brinkeley usai memeriksa kondisi Chantal yang terbaring lemah di atas ranjang.Mendengar penjelasan Dokter Damian, ada rasa bersalah menyelinap ke dalam hati Jordan. Dia memang keterlaluan memaksa Chantal melayani napsu birahinya yang tinggi. Kemudiaan Jordan pun bertanya, "Apa ada obat yang harus diminum oleh Chantal, Dok?""Ada beberapa suplemen yang harus dikonsumsi oleh Nyonya Chantal, Sir. Silakan ditebus resep yang saya berikan di pharmacy. Pastikan juga beliau beristirahat dengan cukup untuk beberapa hari ke depan," pesan Dokter Damian kepada Jordan. Setelah itu dia menghampiri ranjang tempat Chantal berbaring lalu duduk di tepinya. Dokter tersebut berkata kepada wanita itu, "Ma'am, tolong batasi aktivitas Anda selama beberapa hari ke depan. Hipotensi mungkin kesannya ringan dan sepertinya tidak berbahaya, tetapi justru sebaliknya itu bisa membuat nyaw
Selepas kepergian Lawrence Brickman dan David Guilermo dari penthousenya, Jordan menemani istri barunya yang harus bed rest karena hipotensi akut. Dia memangku laptop di pahanya sembari memeriksa banyak pekerjaannya terkait persetujuan kerja sama perusahaan kontraktor dan properti miliknya, Fremantle Golden Gateway Corp.Sementara itu Chantal yang tergolek lemah di sampingnya di atas ranjang berukuran king size itu lumayan bosan karena tak melakukan apa pun selain membolak-balik tubuhnya dan berkedip."Apa kau tidak pernah mendengarkan musik saat bekerja, Jordan?" tanya Chantal penasaran sembari berbaring memeluk guling memandangi pria bertubuh kekar tanpa baju itu bekerja."Tidak. Apa kau ingin mendengar musik? Aku bisa memutarnya dari laptopku untukmu. Siapa penyanyi favoritmu?" balas Jordan santai menatap balik istrinya dengan lembut."Aku suka penyanyi legendaris seperti Celine Dion, Whitney Houston, Mariah Carey, dan sejenisnya. Lagu-lagu mereka tentang cinta begitu romantis, kau
"JALANKAN MOBIL CEPAT!" teriak Jordan kalap kepada sopirnya. "Si—siap, Master Jordan!" jawab sopir pribadinya terbata langsung menginjak pedal gas mobil SUV hitam itu dalam-dalam sembari membunyikan klakson berkali-kali seperti orang hilang kewarasan.Pengawal Jordan sudah memberi tahu ke sopir tersebut bahwa istri bos mereka sedang sakit dan hilang kesadaran. Jadi kondisi saat ini sangatlah genting. Mobil itu harus segera sampai ke rumah sakit agar istri bos mereka dapat tertolong."Jangan mati, Chantal! Ampuni aku—shit ... seharusnya aku tadi tidak menghukummu dalam kondisi sakit. Bodohnya aku ckkk!" Jordan berdecak kesal menyesali tindakan gegabahnya yang mengirim Chantal ke mess karyawannya. Kemungkinan besar tak ada yang memiliki inisiatif untuk membawakan wanita itu makanan dan minuman hingga malam tiba.Tubuh Chantal terasa dingin dalam dekapannnya. Denyut nadinya pun begitu lemah hingga membuat Jordan bertambah cemas. Dia teringat percakapannya dengan Dokter Damian Brinkeley
Chantal membuka matanya perlahan dan mengamati sekelilingnya. Dia pun melihat ada infus tertancap di pergelangan tangan kirinya. "Jordan—" panggil Chantal lirih saat dia melihat pria itu tertidur dalam posisi duduk di kursi sebelah ranjangnya. Pria itu mengangkat wajahnya lalu menatap Chantal dengan kelopak matanya yang berat oleh rasa kantuk. "Akhirnya kamu sadar juga, Chant. Kuharap kau segera sembuh. Dan ... maaf karena sudah membuatmu begini, seharusnya aku tidak mengirimmu ke mess karyawan kemarin," sesal Jordan."Sudahlah ...," ucap Chantal yang segera tenggelam bibirnya dalam ciuman suaminya.Rasa bibir Jordan yang beraroma kopi dan rokok itu terasa kuat mendominasinya. Chantal merasa pening karena kekurangan oksigen akibat ciuman ganas bibir Jordan yang melumatnya seakan tak ingin berhenti. Dia menepuk-nepuk dada suaminya agar menyudahi ciuman mereka."Ohh ... maafkan aku! Kenapa rasanya aku selalu lepas kendali bila berkaitan denganmu, Darling. Huhh!" kesal Jordan pada diri
Saat jam istirahat makan siang Jordan meminta sopirnya untuk mengantar dirinya ke rumah sakit tempat Chantal dirawat. Dia merasa bersemangat karena akan bertemu lagi dengan istrinya.Penampilan Jordan yang tampan dan gagah dalam balutan setelan jas mahal mengesankan dirinya adalah pengusaha sukses. Ditambah membawa sebuket mawar merah maka itu menjadi sebuah pemandangan yang melelehkan banyak kaum Hawa yang berpapasan dengannya.Gagang pintu kamar perawatan VIP itu ditekan oleh Jordan hingga pintu berayun membuka. Dia melangkah masuk sendirian dan meninggalkan sekumpulan pengawalnya di luar pintu. "Ini bunga untukmu, Darling. Kuharap kau suka mawar merah yang secantik dirimu, Chant!" ujarnya sembari mengulurkan buket bunga di tangannya kepada Chantal.Sebetulnya tindakan manis Jordan mengusik hati perempuan itu. Namun, Chantal mencoba bersikap tenang dan melepaskan senyum manisnya lalu menghirup aroma manis mawar-mawar merah di tangannya. "Terima kasih, Jordan. Kau ke mari menjengukk
"Hello, Gorgeous!" Perempuan itu tersenyum miring di ambang pintu penthouse Calvin Fremantle yang berada di Queens, New York.Calvin mendengkus geli sembari bersedekap menghadapi Jessica Carrera. Dia sudah sebulan ini menghindari wanita muda yang merengek meminta alamat tempat tinggalnya sekarang."Bagaimana bisa kau mendapatkan alamat tempat tinggalku, Jess?" tanya Calvin menghela napas dalam-dalam lalu mempersilakan wanita yang jauh-jauh terbang dari Los Angeles ke tempatnya itu masuk.Ketika Calvin menutup pintu penthousenya, Jessica segera memeluknya erat dari belakang punggungnya. "Aku mendesak Jordan agar memberi tahukan alamatmu. Kau tega meninggalkanku, Honey!" rajuknya."Hmm ... memang hanya Jordan yang mengetahui tempat tinggalku dan beberapa kolega dekatku yang pastinya tak kau kenal," jawab Calvin dengan perasaan bercampur aduk. Dia lalu bertanya, "Jess, untuk apa kau mencariku? Bukankah banyak pemuda yang berlutut di bawah kakimu untuk mendapatkan perhatian darimu?"Jessi
"Welcome home, Jordan, Chantal!" sambut Calvin di ruangan CEO Sky Eternity Intercontinental Tower. Dia memeluk hangat putera dan menantu kesayangannya bergantian. Kemudian dia menggendong cucu pertamanya sembari menyapa Raphael juga yang menjawab dengan bahasa bayi."Papa, maaf telah merepotkanmu begitu lama!" ujar Jordan sambil terkekeh mengamati kakek dan cucunya yang cepat sekali akrab itu."Hey, it's okay. Duduk dulu di sofa dan mengobrol," ajak Calvin berjalan menuju ke sofa vinyl hitam.Setelah duduk Jordan bertanya, "Apa Papa tertarik untuk menetap di LA? Aku akan suruh bawahanku menyiapkan unit mewah yang kosong di SEI Tower."Penthouse Jordan hanya memiliki sebuah ranjang dan dia telah kembali meninggalinya tak lama lagi. Calvin pun mengerti itu tanpa harus dikatakan secara lugas oleh puteranya. Maka dia pun menjawab, "Lebih baik sore nanti Papa kembali ke Queens, tak perlu repot-repot menyiapkannya, Jordan!""Aku ikut apa yang baik menurut Papa saja. Di SEI Tower banyak unit
Pemberhentian kapal Fortune Marine selanjutnya adalah Norwegia. Negara yang tenang dan sedikit penduduknya itu alamnya masih banyak yang tak tersentuh karena terdiri dari fyord, pegunungan tinggi yang tertutup salju, dan lembah bertebing curam. Julukannya adalah The Land of Midnight Sun karena pada puncak musim panas bulan Mei dan Juni, matahari masih tampak bersinar pada malam hari. Namun, saat itu bulan Oktober.Kapal Jordan mengarungi perairan Laut Norwegia menuju ke Kepulauan Lofoten di malam hari dengan kecepatan yang diperlambat oleh Kapten Andres Fuller. Malam itu Jordan sengaja mengajak Chantal naik ke dek kapal untuk melihat langit menakjubkan yang bertabur bintang dan dapat melihat perubahan cahaya warna-warni di kejauhan di atas daratan."Indah bukan?" tanya Jordan memegangi gelas berisi port wine dengan seringai lebar di wajahnya sembari menemani Chantal yang sedang mengamati langit dengan teleskop tersangga sebuah tripod.Donovan dan John sekali lagi beralih profesi menja
Tiga minggu lamanya Jordan dan Chantal berada di Afrika Selatan. Mereka berpidah-pindah kota dari Johannesburg ke ibu kota Pretoria yang jalanannya dinaungi pohon Jacaranda di tepian kanan kiri hingga nampak rindang. Pada musim semi bunganya yang berwarna ungu penuh mengiasi setiap rantingnya yang subur.Kemudian juga mereka mengunjungi Pantai Nahoon di East London yang berombak dan cocok untuk berselancar. Jordan menyukai surfing, dia menyewa papan selancar di tempat persewaan bersama Donovan serta beberapa rekan pengawalnya yang memang bisa berselancar. Sedangkan, Chantal duduk bersantai di tepi pantai bersama Raphael menikmati sinar hangat matahari sambil minum air kelapa muda asli yang banyak dijual di sana.Setelah itu mereka juga mengunjungi Knysna, sebuah kota di sebelah laguna yang dihiasi hutan-hutan kuno indah dan pegunungan yang mengelilinginya. Di sana mereka berkunjung ke Taman Nasional Tsitsikamma.Upington yang berada di tepi Sungai Orange tak ketinggalan didatangi juga
Mendekati perairan Afrika Selatan gelombang lautan semakin tenang, cuaca cerah dan mataharu bersinar terik di siang hari. Jordan dan seisi kapal Fortune Marine sudah tidak memerlukan pakaian rangkap lagi seperti ketika mereka melintasi perairan Antartika."Sebetulnya apa yang membuatmu ingin mengunjungi Afrika, Jordan?" tanya Chantal yang berdiri bersama suaminya di dek kapal. "Afrika Selatan negara yang unik, percayalah ... perjalanan berat kita akan terbayar saat kau melihat-lihat seperti apa Negeri Pelangi itu. Hanya Afrika Selatan yang memiliki 3 ibu kota di seluruh dunia, Pretoria, Cape Town, dan Bloemfonstein. Namun, kota terbesarnya adalah Johannesburg yang menjadi penghasil emas, berlian, nikel, dan logam lainnya. Selain itu hanya di negara ini kita bisa menemukan satwa the big five yang liar paling sulit diburu; macan tutul, badak, kerbau Cape, gajah Afrika, dan singa. Aku akan mengajakmu ke Kruger National Park, itu salah satu game reserve terbesar di dunia. Kita akan kelil
Kapten Andres Fuller ternyata tidak menemukan kerusakan pada bodi maupun mesin kapal Fortune Marine. Maka Jordan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan bertolak dari dermaga di siang hari usai makan siang di salah satu restoran yang ada di pelabuhan. "Aku senang kita bisa berlayar lagi. Suhu udara yang membekukan hingga ke tulang nampaknya tak cocok denganku, Jordan!" ujar Chantal saat kapal sudah mulai melaju dalam kecepatan stabil 21 knots.Gelombang laut Samudera Selatan masih tenang dan Kapten Andres memanfaatkan waktu di mana matahari masih bersinar sekalipun tidak secerah di daerah tropis. "Nampaknya kita akan menghabiskan waktu agak lama di lautan, semoga bahan bakarnya cukup," jawab Jordan yang tidak terlalu optimis dengan perjalanan mereka. "Mungkin akan membosankan, Jordan. Aku rindu menetap di daratan," ujar Chantal dengan nada lesu. Tidur di atas kapal yang terombang-ambing di tengah lautan terkadang membuatnya cemas.Kapal itu melaju setiap hari di saat
"AAARRGHH!" pekik Chantal mencari keseimbangan pada dinding kabin ketika kapal yacht itu terombang-ambing parah karena gelombang lautan yang ganas disertai angin badai. Dia baru saja buang air kecil di kamar mandi karena suhu udara dingin membuatnya sering berkemih."Baby Girl, apa kau baik-baik saja?!" seru Jordan menghampiri Chantal di tengah kabin sambil mendekap erat puteranya yang tumben agak rewel. Chantal pun menjawab, "Aku baik-baik saja, Jordan. Bagaimana dengan Raphael? Dia masih menangis terus!""Coba kau susui dia, Chant. Dia pasti tidak tenang karena goyangan kapal yang terlalu heboh ini," usul Jordan sembari membantu istrinya kembali ke ranjang. Maka Chantal menuruti ide Jordan yang dia pikir tepat. "Aku akan naik ke kokpit sebentar untuk memeriksa keadaan. Pelayaran ini sedikit membuatku kuatir," pamit Jordan sebelum mengenakan jaket anti air di luar sweaternya. Udara di dalam kabin berpenghangat itu saja terasa dingin, apa lagi di luar ruangan.Jordan mengetok pintu
Tangannya berkelana mulai membuka kancing kemeja putih tuxedo Calvin dan juga sabuk celana pria itu. Akhirnya, Calvin membiarkan Jessica mengambil alih kendali atas tubuhnya yang juga mendambakan petualangan seks kilat dan meledak-ledak dengan daun muda yang molek itu.Ketika kain-kain penghalang di tubuh Calvin terlepas, Jessica membenamkan wajahnya di antara pangkal paha pria itu. Batang berurat Calvin memang masih berfungsi normal terasa sangat keras di dalam mulutnya yang sibuk menjilati dan mengurutnya ketat."Ohh ... luar biasa. Kau membuatku merasa muda kembali, Jess!" desis Calvin menahan sensasi kuat yang membuat dirinya ingin tumpah di bawah sana."Artinya kau setuju dengan permintaanku tadi. Jadi jangan protes lagi!" putus Jessica lalu menarik melepas pantiesnya dari balik gaun merahnya yang berbahan ringan longgar. Dia menduduki paha Calvin untuk menyatukan pusat gairah mereka berdua yang saling menginginkan satu sama lain.Jessica menghentakkan bokongnya dengan lincah nai
"Hai, Calvin. Terima kasih sudah bersedia menghadiri pesta ulang tahunku. Apa Jordan masih belum kembali ke LA?" sambut Fernando Alex Guilermo memeluk hangat Calvin Fremantle usai mendapat ucapan selamat.Pria yang nampak lebih muda dibanding usianya yang sebenarnya itu tersenyum lebar sambil menjawab, "Ini hari istimewamu, Nando. Masa aku tak datang ikut merayakannya? Jordan akan lama keliling dunia, mungkin dia sedang berada di Antartika bermain dengan pinguin. HA-HA-HA!"Jawaban Calvin membuat Fernando menggeleng-gelengkan kepalanya dengan emosi bercampur aduk, antara bingung dan juga kesal. Mungkin ada baiknya dia melupakan dendam mendiang puteranya sepenuhnya, pikir Fernando Guilermo diam-diam."Oke, nikmati pestanya, Calvin. Banyak wanita muda yang menarik bila kau butuh teman!" ujar Fernando Guilermo mendorong punggung kawannya ke lautan manusia yang memadati lantai ballroom salah satu hotel bintang 5 di Los Angeles.Di antara kerumunan tamu undangan yang hadir, sosok cantik it