Share

Tali Dan Lakban

Penulis: Tere Bina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Berikan Ayana pengobatan yang terbaik, Dok," ucap Dindar pada Dokter Althan. Dokter yang bekerja pada Dindar.

Dokter Althan tersenyum seraya menyimpan stetoskopnya. "Saya sudah melakukan pengobatan yang terbaik untuk Bu Ayana. Dia tidak apa-apa," ujar Dokter Althan sambil mengemasi alat-alatnya.

"Tapi kenapa dia belum sadarkan diri juga?" Dindar menatap tajam pada Dokter Althan.

Lagi, Dokter Althan tersenyum. "Sebentar lagi dia juga akan sadar, Pak."

Dindar tak membalas. Ia mengalihkan pandangannya menatap Ayana yang terbaring di ranjang dengan kepala berbalut perban.

"Kalau begitu kau boleh pergi." Dindar berucap tanpa menatap Dokter Althan.

"Baik, Pak."

"Amplop di meja ruang tengah jangan lupa diambil," ingat Dindar dengan masih tanpa menatap Althan.

"Baik, Pak. Terima kasih."

Setelah kepergian Althan, Dindar melangkah mendekati ranjang Ayana.

Benar apa yang dikatakan oleh Althan, tak berapa lama dari itu, Ayana sadarkan diri.

Sontak Dindar tersenyum. "Kau sudah sadar, Ay?"

Ayana tak menjawab. Ia hanya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa malas untuk menatap wajah Dindar. Tak seperti sebelumnya. Ayana suka menatap wajah pria yang dicintainya tersebut. Hingga ia mengabaikan restu papanya.

Ayana jatuh cinta pada Dindar sebab kelembutan Dindar dan sikapnya yang penuh perhatian. Dulu sebelum menikah, Dindar tak seperti setelah menikah. Tepatnya setelah kejadian di malam pertama mereka. Dimana saat itu Ayana yang merasa hanyut dalam permainan Dindar tentu saja mengeluarkan suara khas perempuan saat di cumbu suaminya.

Namun Ayana terkejut dengan sikap perubahan Dindar yang dari lembut tiba-tiba kasar. Walaupun sikapnya setelah menikah tak selamanya selalu sama. Kadang lembut dan kadang kasar. Membuat Ayana bingung. Dengan sikap Dindar.

"Aku sudah membelikan bubur. Kau makanlah." Suara Dindar terdengar lembut. Namun entah kenapa kali ini Ayana tak terpengaruh lagi.

Dindar segera beranjak untuk mengambil bubur yang dimaksud.

"Aku tidak lapar."

Sontak perkataan Ayana membuat langkah Dindar terhenti. Dan memberikan tatapan tajamnya pada Ayana.

"Kau harus sembuh, Ay. Jadi lapar tidak lapar kau harus makan." Gigi Dindar bergemeletuk menahan geram.

"Kau tidak boleh memaksa," balas Ayana masih tanpa menatap Dindar.

"Aku suka memaksamu. Makanlah. Lalu setelah itu minum obatnya." Setelah berucap, Dindar keluar kamar sambil membanting pintu.

*****

Ayana yang sudah mandi atas perintah Dindar, ia segera merapikan diri. Saat melangkah ke arah meja rias untuk ber make up, tiba-tiba….

"Prang!"

Ayana terkejut saat Dindar membuang semua alat make up Ayana ke lantai hingga hancur dan pecah. Hanya menyisakan skincare saja.

"Mas!" pekik Ayana, "apa yang kau lakukan?"

"Membuang make up mu!"

"Tapi kenapa?"

"Mulai saat ini kau tak boleh ber make up. Kau hanya boleh perawatan saja. Pakai skincare."

"Kenapa, Mas? Bukan nya aku sudah terbiasa dari dulu. Bahkan kau menyukainya." Ayana menatap heran.

"Iya. Tapi sekarang tidak. Sebab kecantikanmu itu membawa petaka. Kau selingkuh dariku." Gigi Dindar bergemeletuk sedangkan tangannya mencengkeram lengan Ayana kuat.

"Mas. Dengar, aku tidak selingkuh. Semalam itu salah paham. Aku dan pria itu—"

"Cukup, Ay!" bentak Dindar, "aku tak mau mendengar apapun. Tentang dirimu dan pria brengsek itu." Setelah berucap, Dindar segera meraih ponselnya menelpon seseorang.

"Halo. Segera pat4hkan kaki pria yang semalam bersama istriku."

Mata Ayana melebar saat mendengar titah Dindar pada anak buahnya tersebut.

"Mas. Apa yang kau lakukan?" tanya Ayana setelah Dindar selesai dengan teleponnya.

"Seperti apa yang kamu dengar tadi." Dindar menjawab enteng.

"Mas. Jangan pernah lakukan itu. Pria itu—"

"Kenapa? Kau takut kekasihmu itu tak punya kaki?" Dindar tersenyum tampak mengejek.

"Dia bukan kekasihku," sanggah Ayana.

"Kalau begitu kamu jangan panik gitu. Toh dia bukan kekasihmu."

"Tapi dia tidak salah apa-apa, Mas. Kau tak boleh menyakitinya."

Dindar segera menarik tengkuk Ayana dan mendekatkan wajah Ayana pada wajahnya.

"Jangan pernah memikirkan pria lain selain diriku, Ay. Jika sampai itu terjadi…maka kau akan menanggung akibatnya." Dindar mendorong Ayana hingga ia mundur beberapa langkah.

Setelahnya, Dindar membalikkan badan hendak keluar kamar. Namun sebelum itu, ia menatap Ayana. "Oh ya. Segera lepas perban di kepalamu itu, Ay. Aku tidak suka melihatnya. Mengganggu pemandangan saja."

"Lukanya belum sembuh, Mas."

"Kala begitu lekas minum obatmu. Nanti malam aku sudah tak ingin melihat perban di kepalamu itu. Membuatmu jelek saja." Dindar kembali melanjutkan langkahnya.

Lagi, air mata Ayana jatuh membasahi pipinya. Ia menyesali, kenapa bisa jatuh cinta pada pria seperti Dindar.

*****

"Dindar kemana, Ay?" Dina, Kakak Dindar bertanya pada Ayana.

Dina tak hanya datang seorang diri, melainkan bersama Mama Dindar juga.

"Dia ada rapat mendadak katanya, Mbak," jawab Ayana sambil menyuguhkan minuman pada kakak ipar dan mertuanya tersebut.

"Itu kepalamu kenapa, Ay?" tanya Mama Dindar.

"Jatuh, Ma!" Sengaja Ayana tak jujur. Sebab tentu Dindar akan marah bila ia menceritakan tentang perilaku Dindar pada Ayana.

"Tapi kayak bukan jatuh," tanggap Mama Dindar lagi.

Ayana hanya tersenyum hambar. Selanjutnya ia berdiri hendak pergi ke dapur.

"Kamu kok belum hamil juga, sih, Ay?" Pertanyaan Dina sontak membuat langkah Ayana terhenti.

"Kamu KB, Ay?" Kali ini Mama Dindar yang bertanya.

Saat Ayana ingin mengatakan tidak, tiba-tiba Dina menyela. "Sepertinya iya, Ma." Dina berdiri menghampiri Ayana.

"Terlihat sekali dari penampilan Ayana yang semakin hari semakin memukau. Badannya semakin ok saja." Dina melipat tangannya di dada sambil menelisik Ayana.

"Aku tahu, Ay. Wanita secantik kamu sudah pasti akan menolak untuk punya anak. Sebab takut akan badannya rusak."

"Bukan seperti itu, Mbak!" Ayana menyangkal.

"Tidak usah mengelak, Ay. Tadi Mbak liat di meja rias kamu hanya ada perawatan. Bahkan sangat banyak dan berbagai macam merk."

"Kau boleh menjaga tubuh untuk kecantikanmu, Ay. Tapi bukan berarti mengabaikan kehamilan. Kami butuh keturunan dari Dindar. Putra satu-satunya di keluarga kami." Kali ini mama Dindar yang berucap.

"Di Keluarga kami kecantikan wanita tak diprioritaskan. Namun keturunan, oleh karena itu jangan sampai keturunan kau tukar dengan kecantikanmu."

Ayana hanya bisa menghela nafas mendengar ucapan sengit dari ipar dan mertuanya.

Ayana tak tahu harus membalas kata-kata mereka dengan apa.

****

"Minum, Ay!" Dindar meletakkan obat pada Ayana yang saat ini tengah sibuk membuka perban di kepalanya.

Ayana mendesah. Saat lagi dan lagi Dindar memberikan pil KB pada Ayana di setiap mereka ingin melakukannya.

"Mas. Sampai kapan Mas Dindar akan memberiku pil ini?" Ayana mengangkat wajahnya menatap Dindar dengan sayu.

"Aku tidak mau kau hamil yang nantinya akan merusak badan cantikmu itu."

"Tapi keluargamu menginginkan aku hamil, Mas!" Dindar yang awalnya hendak membuka laci terhenti menatap Ayana.

"Jangan pedulikan mereka. Ini rumah tangga kita bukan mereka. Aku yang menentukan mau diapakan keluarga, atau rumah tangga kita."

"Tapi rumah tangga kita ini tidak normal, Mas?"

"Apa katamu?" Dindar memberikan tatapan tajamnya pada Ayana.

"Mas gak merasa aneh, ya?"

"Gak. Aku senang malah hidup seperti ini denganmu. Asal kau tak membuat kesalahan."

"Tapi aku salah di mata keluargamu, Mas."

"Biarkan saja. Mereka tidak akan berani menyentuhmu. Kau salah dimata mereka atau lainnya tidak apa-apa, asal jangan salah dimataku."

"Tapi, Mas—" kata-kata Ayana terhenti saat melihat tangan Dindar mengeluarkan tali dan lakban dari dalam laci.

"Untuk apa itu, Mas?" Tiba-tiba saja perasaan Ayana tak nyaman.

"Untuk mengingat tanganmu dan menutup mulutmu!"

"Apa?" Mata Ayana melebar. Terkejut.

"Aku tidak suka mendengar suaramu yang menjijikan itu, Ay. Suara yang seolah kau sangat menikmatinya."

"Kau yang memberikannya, Mas. Lalu kau juga yang mencegahnya. Aku bisa tanpa harus kau ikat dan mulutku kau tutup."

Dindar terus melangkah mendekati Ayana berdiri ketakutan.

"Mas—"

"Diam! Aku tidak suka dibantah olehmu, Ay!" Dindar segera menarik tangan Ayana. Mengabaikan permohonan Ayana.

__________

Bab terkait

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Mencari Informasi Pada Althan

    "Mas, hentikan!" bentak Ayana. Sontak membuat usaha Dindar terhenti."Aku bukan binatang yang sesuka Mas Dindar lakukan dengan seenaknya!" Kali ini Ayana melawan. Nafasnya memburu menahan emosi."Aku istrimu, Mas. Tapi cara kau memperlakukanku sudah seperti bukan istrimu saja. Dengan kau mengikat dan melakban mulutku itu sudah seperti kau bukan ingin mengambil hakmu. Tapi kau merampas milik orang lain." "Diam, kau!" bentak Dindar, membuat Ayana kaget.Dindar mencengkeram rahang Ayana. "Kenapa sekarang kau membantah keinginanku, Aya?" "Lepas, Mas. Sakit." Ayana menyingkirkan tangan Dindar dari wajahnya."Aku tidak akan membantah jikalau Mas Dindar melakukan sesuatu yang wajar. Tapi ini tidak wajar, Mas. Kapan aku pernah menolak keinginan Mas Dindar. Kapan, Mas. Kapan?" Ayana membalas tatapan Dindar."Ayana, kau—""Aku bahkan diam saja saat Mas Dindar menyakitiku. Lihat ini!" Ayana menunjuk bekas luka di kepala Ayana yang masih belum sembuh dan berbekas sebab perbuatan Dindar kemarin

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Ayana Diculik

    "Sebenarnya apa, Dok?" tanya Ayana yang tak sabar untuk mendengar kelanjutan kata-kata dokter Althan.Althan tampak mendesah sembari mengusap wajahnya kasar."Maaf. Sebenarnya aku kurang tahu pasti dengan sikap yang dialami oleh suami Bu Ayana. Namun menurut prediksiku yang seorang dokter. Tampaknya suami Bu Ayana mengalami kepribadian ganda. Sebab jika saya lihat sepertinya setelah ia menyakiti Bu Ayana ia sangat menyesalinya. Dan saya bisa melihat itu sendiri saat Bu Ayana tak sadarkan diri sebab kepala Bu Ayana terluka karena perbuatan suami Bu Ayana."Ayana tampak menghela nafas. Tanpa Altha jelaskan pun kalau Dindar selalu menyesali perbuatannya pada dirinya, Ayana sendiri juga tahu itu. Cuman masalahnya Ayana tak tahu cara mengatasi sikap kelainan yang Dindar miliki itu. Sedangkan ia sudah tak tahan dengan sikap kasar Dindar.Ayana menjatuhkan diri di sofa sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. "Aku sudah capek dibuat seperti ini terus, Dok," keluh Ayana. Tampak frusta

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Berusaha Mel3nyapkan Dindar

    "Aku adalah Aham!" ucap pria di depan Ayana."Aham?" Kening Ayana mengkerut seraya tampak berpikir dan mengingat-ingat. Apa ia mengenal atau pernah bertemu dengan pria yang mengaku  bernama Aham tersebut."Abraham Pamungkas." Aham memperjelas namanya."Aku tidak mengenalmu. Dan aku rasa aku juga tak pernah punya urusan apalagi salah padamu. Oleh karena itu lepaskan aku," ucap Ayana. Pria itu tersenyum kecut. "Kau bilang kita tak pernah bertemu?" Aham semakin memajukan tubuhnya lagi. Hingga semakin dekat jarak antara Aham dan Ayana."Menjauh dariku. Kau salah orang. Kita tak pernah bertemu," sengit Ayana."Kita pernah bertemu, Ayana!" Mata Aham lekat menatap Ayana."Kapan? Dan dimana?" tanya Ayana. Dengan suara bergetar."Pada malam itu. Di pesta!""Pesta?""Tepatnya di depan toilet!"

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Cerita Pahit Dindar

    "Akhh…!" Ayana terpel4nting saat tangan kekar Dindar menangkis tangan Ayana yang begitu cepat ingin menghvnuskan b3lati ke perut Dindar.Dindar segera meraih tubuh kecil Ayana yang tersungkur di lantai dan membawanya duduk di sofa.Namun sebelum itu ia membuang bekau yang dioegang Ayana, melemparnya jauh.Ayana tertunduk takut. Takut akan amarah Dindar sebab barusan dirinya berusaha meleny4pkan Dindar."Ayana!"Ayana memejamkan matanya masih dengan kepala menunduk. Seruan Dindar benar-benar membuat detakan jantungnya berpacu lebih cepat. Jangankan menatap Dindar, masih mendengar suaranya saja wanita itu begitu takut. Hingga tangannya berkeringat dingin juga bergetar."Lihat aku, Ayana!"Ayana semakin takut. Ia tak tahu, apalagi yang akan Dindar lakukan pada dirinya kali ini. Tangan Ayana satunya meremas tangan yang lainnya. Gugup da

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Pembenci Wanita

    "Be-benarkah yang aku dengar ini, Mas?" Suara Ayana bergetar saat menanyakannya. Saking terkejutnya mendengar ini kandung dari Dindar mati sebab bunvh diri.Dindar menjawab dengan anggukan kepala."Lalu...apa penyebabnya?" tanyanya lagi."Karena pengkhianatan Ayahku. Ayahku seorang perwira, namun ia tukang selingkuh. Setiap malamnya Ayah selalu membawa perempuan yang  berbeda-beda ke dalam rumah. Aku dan Ibu setiap malamnya selalu mendengar rintihan wanita selingkuhan Ayah. Rintihan dan des4han dari wanita-wanita jal4ng Ayah. Oleh karena itu, setiap malamnya Ibu selalu menangis. Hingga pada suatu malam, saat aku baru saja masuk ke kamar Ibu, aku sudah menemukan Ibu bergantung ke sebuah tali." Dindar mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Sedangkan Ayana ternganga seolah tak percaya dengan apa yang ia barusan dengar dari cerita Dindar.Ayana tak menyangka bahwa Dindar ternyata punya kisah menyedihkan

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Kau Tak Tahu Apa-Apa

    Saat terbangun di pagi hari, Ayana langsung dikejutkan dengan keberadaan Dindar yang sedang duduk di pinggir kasur menatap Ayana.Ayana segera duduk dari posisi baringnya. "Ada apa, Mas?" tanya Ayana sebab merasa ada yang lain dari tatapan Dindar.Dindar tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. "Selamat pagi," seru Dindar. Ayana segera menyunggingkan senyuman manisnya. Tiba-tiba Ayana merasakan kalau Dindar sudah mengembalikan sikap awal waktu pertama Dindar mendekati dirinya. Begitu banyak kemanisan dan kelembutan dan tentunya sangat perhatian.Dalam hati Ayana berdoa. Semoga Dindar memang telah benar-benar berubah, sudah kembali seperti sifat sebelumnya."Aku sudah pesankan kamu sarapan. Makanlah." Tangan Dindar mengelus lembut kepala Ayana.Meskipun rasa Ayana pada Dindar sudah tak seperti sebelumnya yang mencintai Dindar, namun Ayana merasa senang dan bahagia dengan perlakuan lembut dan perhatian Dindar saat ini. Walaupun sebelumnya Ayana ada keinginan untuk berpisah dari Dind

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Dindar Dan Seorang Wanita

    "Sekarang kau mengerti, kan, Ayana? Kenapa kamu harus mendengarkan aku. Aku mengatakan ini padamu karena kasihan. Kau tak tahu apa-apa tentang Dindar." Aham berkata dengan tatapan yang begitu serius. Seolah ingin memperlihatkan pada Ayana bahwa apa yang dikatakannya adalah sebuah keberan.Sejenak Ayana masih termangu dengan kata-kata Aham, namun untuk selanjutnya ia menggelengkan kepala."Tidak. Kau salah. Kau yang tak tahu apa-apa tentang Dindar. Dan sekarang aku sudah tahu. Aku tahu kenapa dia punya sifat seperti itu," ucap Ayana penuh keyakinan."Aku sudah sangat percaya padanya. Dan seharusnya aku kemarin tak percaya sama kamu," ucap lagi Ayana."Kau harus lebih percaya aku, Ayana.""Kau siapa. Kenapa aku harus percaya kamu," tanggap Ayana. Sengit. "Aku tidak kenal kamu.""Lalu apa kau kenal Dindar.""Dia suamiku.""Suami akan memberikan surga untuk istrinya tapi dia akan memberikan neraka untukmu, Ayana.""Aku tidak percaya kata-katamu lagi. Aku tidak tahu ada masalah apa kamu s

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Tak Ada Lagi D3sahan Dan Erangan

    Jika saja Ayana punya keberanian, sedikit saja. Tentu ia akan menghampiri Dindar dan menanyakan tentang status wanita yang bersamanya. Ayana benar-benar tak menyangka bahwa ia akan diselingkuhi oleh Dindar. Ia kira Dindar hanya punya sikap kasar terhadapnya, namun ternyata Dindar juga menduakan dirinya.Ayana memilih pulang dengan membawa hati yang terluka. Entah nasib apa yang ia punya hingga segitu buruk kisah hidup yang ia alami.Setibanya di rumah, Ayana segera mencuci muka sebersih-bersihnya untuk menghilangkan air matanya yang terus mengalir. Ia benci dengan air mata yang terus mengalir karena Dindar. Lebih-lebih karena diselingkuhi Dindar. Seharusnya Ayana tak merasa sakit hati hingga harus menangis sebab diselingkuhi pria kasar sepertinya. Karena Ayana mengakui sendiri bahwa rasa cinta untuk Dindar sudah mulai memudar tatkala pria itu mulai berlaku kasar pada dirinya.Namun naluri keistriannya yang membuat Ayana merasa tak terima dikhianati Dindar. Walau bagaimanapun Ayana

Bab terbaru

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Menjadi Budak Nafsu

     "Mas…aku akan berhenti kuliah!" ucap Ayana yang panik dengan cepat. Memdengar itu, Perlahan Dindar menurunkan senjatanya. Dan Ayana pun menangkupkan kedua tangannya di dada. "Agar Mas Dindar percaya, kalau aku tak akan bertemu lagi dengan pria itu, maka aku lebih baik berhenti saja. Aku akan menuruti semua kemauan Mas Dindar. Aku juga akan selalu bersamamu…aku tak akan melakukan pelanggaran dan melakukan sesuatu yang tak disukai Mas Dindar…." Semakin deras mengalir air mata Ayana saat mengatakannya.Dindar masih bergeming dengan tatapan tajam namun menakutkan menatap lekat Ayana yang menangis tersedu-sedu."Aku tak akan kemana-mana lagi…aku juga tak akan keluar rumah jika tidak dengan Mas Dindar…aku akan menuruti semuanya…." Ayana berucap sambil menangis tersedu-sedu. Bahkan semakin menjadi setelah menyadari apa yang dikatakannya."Semuanya?" Dindar maju satu langkah

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Katakan Selamat Tinggal

    Perlahan namun menakutkan, Dindar melangkah menuju tempat di mana Ayana berdiri, seorang diri.Iya, saat mendengar suara Dindar, Aham langsung pergi. Tubuh Ayana semakin bergetar tatkala sosok tinggi tegap suaminya tersebut sudah ada di hadapannya. "Katakan! Siapa pria itu!" bentak Dindar dengan raut wajah bengisnya."Ayana!" Bentakan Dindar kali ini membuat Ayana terperanjat. Dindar menatap begitu menakutkan."S-siapa yang Mas Dindar tanyakan?" Ayana tergugu menahan takut. Bahkan suaranya bergetar.Ia tak tahu, dengan apalagi kali ini akan menyelamatkan Aham dari amarah Dindar. Jangankan Aham, untuk menyelamatkan dirinya saja ia tak tahu.Gigi Dindar bergemeletuk menahan amarah. Tangannya terangkat mencengkram kuat wajah Ayana. Hingga wanita itu harus mendesis kesakitan."Jangan pikir aku tak melihatnya meskipun aku tak sempat melihat wajahnya, Aya!" Semakin kuat cengkraman tangan Dindar di wajah Ayana membuat kuku-kuku tajamnya melukai kulit halus itu. Dan mengeluarkan darah. M

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Pertanyaan Maut Dindar

     "Senyum, Ayana!" bisik Dindar di telinga Ayana saat sudah tiba di pesta.Ayana yang enggan tersenyum sebab memang hatinya sedang bingung juga saat ini akhirnya tersenyum."Kenapa kau susah sekali tersenyum saat lagi bersamaku. Apa kau ingin menampakkan ke semua orang bahwa kau tidak bahagia hidup denganku, heum?" Dindar menekan setiap kata-katanya saat berbisik ke dekat Ayana, yang saat ini duduk di sampingnya. Sontak Ayana segera menggelengkan kepalanya. "T-tidak, Mas. Aku sama sekali tak ada niatan seperti itu." Ayana kembali memaksakan senyum. Sekalipun itu sangat susah. Namun jika tidak begitu, sudah pasti Dindar akan melakukan hal buruk lagi padanya. Bahkan tak segan-segan pria bengis itu akan menghukum dirinya berat hanya karena hal sepele yang membuatnya tidak senang."Bagus. Kau tunggulah di sini. Aku harus menemui teman-temanku di se

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Selamat Dari Penyiksaan

    "M-Mas…ini…i-ini aku—""Kenapa kau tak menghilangkannya?" Dindar memotong cepat. Membuat Ayana ternganga."Aku memang tak bisa menahan diri untuk tidak melakukan itu padamu, tapi bukan berarti kau bisa seenaknya membiarkan tanda merah itu terpajang di lehermu itu," ucap Dindar dengan sengit. Sedangkan Ayana hanya bisa menelan ludah tanpa berkata-kata.Jadi Dindar mengira kalau tanda merah yang ada di leher jenjang putih istrinya tersebut adalah hasil perbuatan dirinya. Tentu saja hal itu membuat Ayana lega.Kiranya Ayana pikir tadi adalah hari terakhir ia akan hidup, sebab Dindar akan menghabisinya setelah tahu ia memiliki hubungan gelap dengan Aham di belakang pria kejam berstatus suaminya tersebut."Hilangkan tanda merah itu dari sana, aku tak suka melihatnya." Setelah berucap dengan sengitnya, Dindar kembali melanjutkan langkahnya masuk ke kamar mandi.Ayana segera terduduk di sofa merasa lega. Tangannya mengusap keringat yang membanjiri wajahnya. Kali ini ia berhasil lolos dari D

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Tanda Merah Dari Aham

    "Kenapa terkejut gitu?""Kamu serius dengan apa yang kamu katakan tadi?" Ayana masih tak percaya."Iya, aku tak pernah main-main dengan ucapanku. Apalagi sama kamu.""Iya, tapi untuk apa kamu mau bawa aku ke rumahmu dan mempertemukan aku dengan orang tuamu?" Mata Ayana semakin melebar."Untuk memperkenalkan kamu ke ibuku.""Sebagai apa?"Aham tak segera menjawab, ditatapnya wajah cantik Ayana dengan lekat. "Kamu maunya sebagai apa?""Apa?""Kekasih!""Jangan gila, Aham!""Kenapa?" Aham sedikit tersenyum."Aku tak mau." Ayana kembali melangkah meninggalkan Aham."Ya sudah…." Aham ikut melangkah mengejar langkah Ayana. "Aku kenalkan kamu sebagai calon istri." Sontak A

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Ajakan Aham

    Maaf, Aham. Aku tadi refleks saja." Ayana segera menjauhkan wajahnya dari Aham setelah menyadari keberaniannya yang menyentuh bibir Aham tanpa persetujuannya.Bahkan kali ini Ayana tak hanya menjauhkan wajahnya, namun juga tubuhnya dari Aham.Melihat itu, Aham hanya bisa tersenyum. "Tidak perlu merasa tak nyaman seperti itu. Bukankah aku kekasihmu," ucap Aham dengan senyuman yang masih terpatri di wajahnya."Kemarilah!" Aham mengulurkan tangannya lagi, kembali ingin menarik Ayana agar kembali dekat dengannya."Tidak, Aham." Ayana segera berdiri dan merasa gugup. Entahlah, bisa-bisanya tadi ia saking bapernya dengan kata-kata Aham sampai seberani itu."Kamu kenapa, sih, Ay?" Aham juga ikutan berdiri. Menatap Ayana dengan kening mengkerut. Bingung."Maaf, aku tak akan mengulanginya." Ayana memalingkan pandangannya ke sembarang arah. Tiba-tiba

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Sadomasokisme

     "Apa itu?" tanya Ayana masih tak mengerti dengan istilah itu. "Dimana seseorang merasakan kenikm4tan dan kepuasan seksual ketika meny4kiti atau dis4kiti. Sepertinya Dindar ke yang meny4kiti," jelas Aham menatap serius wanita di depannya yang saat ini begitu ia kasihi.Ayana menghela nafas berat saat mendengar penjelasan Aham. "Sad0masokisme memiliki tingkatan, ada yang hanya sampai pada tahapan memvkul atau menggig*t hingga meninggalkan bekas lebam. Namun pada tahap yang sudah parah bisa menyebabkan lvka-lvka yang parah disebabkan alat-alat atau benda t4jam."Kali ini Ayana merinding mendengar penjelasan Aham. Sungguh mengerikan. Dan Ayana mulai sadar, pantas saja semalam saat dirinya merasa kes4kitan disana Dindar tambah semangat mengg4ulinya. Seolah hal itu bisa menambah kenikm4tan tersendiri bagi pria itu."Kelaina

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Penyakit Dindar

    Saat Ayana terbangun di pagi harinya, ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, lebih-lebih di area kewanitaannya.Semalam Dindar benar-benar melakukannya dengan cara yang sangat kasar, menyentuhnya dengan cara yang jauh sangat berbeda. Tak ada kelembutan yang Dindar berikan. Hingga Ayana merasa tersiksa dengan perilaku Dindar.  Namun anehnya, Dindar merasa sangat kenikmatan dengan itu. Hal itu yang membuat Ayana bingung. Sebenarnya punya kelainan apa suaminya tersebut.Dengan jalan tertatih-tatih menahan rasa sakit, Ayana melangkah ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah selesai dengan ritual mandinya yang hanya sebentar, sebab tubuhnya terdapat luka-luka kecil sebab ulah Dindar semalam, hingga menyebabkan perih saat terkena air.Setelah rapi dengan pakaiannya, Ayana keluar kamar dan mengedarkan pandangannya, mencari sosok Dindar. Namun ia tak menemukan. Dalam hati ia bersyuku

  • Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh)   Gairah Liar Dindar

    Ayana terbangun dari tidurnya saat ia merasakan sebuah tangan kekar menggerayangi tubuhnya dan bermain-main di sana.Sontak hal itu membuat wanita yang sebelumnya terlupa tersebut membuka mata."Aham!" seru Ayana.Bersamaan dengan itu, lampu kamar hidup dan mata Ayana terbelalak saat melihat pria di depannya ternyata bukan Aham.Mendadak tubuhnya menggigil ketakutan."Siapa Aham?" Pertanyaan Dindar membuat tulang Ayana terasa ngilu. Keringat dingin langsung membanjiri keningnya. Dindar menatap tajam pada Ayana. "Siapa Aham?" Tangan Dindar menarik kuat bahu Ayana hingga membuat Ayana terduduk dari posisi baringnya.Ayana masih bergeming. Ia tak tahu akan menjawab apa."Katakan sekarang. Siapa Aham!" suara Dindar menggelegar. Terdengar menyeramkan seperti maut bagi Ayana."D-dia…dia bukan siapa-siapa." A

DMCA.com Protection Status