Angela mengerjapkan matanya perlahan, mencoba beradaptasi dengan ruangan berlampu tidur temaram. Setelah matanya mulai terbiasa, ia bangkit dari posisi tidurnya dan duduk termenung, memandangi sekitar dengan bingung.
Mengapa aku ada disini?
Seingatnya, dia sedang berada di klub, seseorang mengajaknya berbicara tapi ia tidak ingat siapa. Lalu bagaimana bisa ia tiba-tiba berada di kamarnya seperti ini?
Tok! Tok!
"Nona, anda ditunggu Tuan di ruang makan."
Ah, aktivitas menjengkelkan ini lagi.
Angela menyahut memberitahukan bahwa sebentar lagi ia akan turun.
Saat ia bangkit berdiri, tubuhnya terhuyung. Kepalanya terasa sangat pusing, dunia terasa berputar saat kakinya berdiri menginjak lantai.Sial! Ada apa denganku?
Ia memaksa bangkit kembali namun selanjutnya ia menyerah. Ia tahu, tubuhnya tidak mampu melayani keinginannya untuk dapat tegak berdiri.
Saat baru saja memutuskan untuk kembali tidur, suara perutnya terdengar jelas. Sudut matanya melirik jam dinding dan menyadari ini sudah pukul sembilan pagi. Seharusnya ia sudah makan pagi sejak jam tujuh tadi.Bagaimana ini? haruskah aku berteriak memanggil pelayan?
Hingga tiga kali Angela berteriak, tidak ada satupun pelayan datang. Kerongkongannya terasa kering, rasanya haus sekali. Namun lagi-lagi ia harus menahan kesal saat melihat wadah air minum di meja samping tempat tidurnya terlihat kosong.
Selagi ia memikirkan harus dengan cara apa memanggil pelayan, saat itu handphone nya berdering.Nama Sebastian muncul di layar, ia merasa enggan untuk mengangkat telepon namun ia berpikir, Sebastian mungkin dapat menolongnya.
"Are you okay, Angela?" suara berat pria di seberang sana menyapanya.
"Tolong suruh pelayan datang ke kamarku. Bawa makanan dan minumanku ke kamar."
"Kenapa tidak makan saja disini?"
Angela berdecak kesal, "Melihat wajahmu membuat nafsu makanku hilang!"
Jari lentik Angela segera menyentuh layar dan mematikan sambungan telepon. Ia sendiri tidak mengerti, mengapa setiap kali mendengar suara Sebastian emosinya selalu memuncak.
Apalagi dari rekaman video CCTV yang dilihatnya, sepertinya Sebastian terlibat dalam pembunuhan Garvin. Ya, ia sangat yakin Garvin meninggal bukan murni karena sakitnya tapi karena dibunuh oleh seseorang.Tok! Tok!
Kening Angela mengerut, cepat sekali?
Saat ia memutarkan badannya hendak bangun, seketika ia teringat, ia tidak bisa bangun dari tempat tidur.
"Nona, saya bawakan makanan dan minuman untuk anda."
Bagimana ini? Ah, aku sangat lapar.
Seketika nama Sebastian muncul dalam pikirannya. Bukankah rumah ini milik Sebastian? Ia pasti punya solusinya, bukan?
Saat jari lentiknya hendak menekan panggilan, ego dan harga dirinya berteriak kencang, mencegahnya melakukan hal memalukan.Biarkan saja. Aku lebih baik mati daripada meminta pertolongan pada laki-laki itu!
Angela memejamkan matanya, memaksa agar tubuhnya dapat diajak bekerja sama. Ia ingin tidur saja sampai sore.
------------------------------------------
"Selamat pagi, Tuan."
Kelly, sekretaris Sebastian menyapa dengan senyuman manis, "Sudah selesai liburannya, Tuan?"
Sebastian tidak menjawab, ia bahkan tidak mengalihkan retinanya dari komputer, "Kamu bawa data yang saya minta?"
Wajah Kelly yang semula cerah mendadak kesal, ia memang sudah sering diperlakukan dingin oleh Sebastian, tapi lebih dari tujuh hari tidak melihat wajah tampan atasannya membuatnya rindu.
"Ini, Tuan."
"Kamu yakin wanita ini adalah adik istri saya?"
Mendengar Sebastian menyebut kalimat 'istri saya' menimbulkan getaran aneh di dada Kelly. Sampai saat ini ia masih tidak percaya, Sebastian Evan Sanders sudah menikah.
"Iya, Tuan.""Oke. Kamu boleh pergi."
Kelly tahu ia harus segera pergi saat atasannya memintanya pergi, namun kakinya masih terpaku di tempat yang sama, matanya masih belum mau melepaskan pandangan dari wajah tampan Sebastian.
Beruntung sekali Angela itu!
"Ada yang mau kamu laporkan lagi?" tanya Sebastian dingin. Ia tetap tidak mengalihkan retinanya dari layar komputer. Namun tanpa harus menoleh, ia tahu wanita di sampingnya ini menatap wajahnya seakan ingin melahapnya sekarang juga.
"Ah, t-tidak, Tuan," dengan terburu-buru Kelly membalikkan badan. Saat hampir melewati pintu, langkahnya terhenti, dengan penuh harap ia kembali membalikkan badan, menatap wajah atasannya, "Anda mau saya bawakan kopi, Tuan?"
"Tidak perlu! Istri saya sudah membuatkan kopi yang nikmat untuk saya tadi."
Kalimat itu adalah sindiran yang paling halus agar Kelly harus segera mengangkat kakinya sekarang juga dari ruangan.
Gadis sepintar Kelly, tentu ia mengerti. Namun bukannya pergi, ia malah berjalan mendekati Sebastian. Pikirannya buntu, ia hanya ingin berada di dekat Sebastian saat ini. Selama ini ia tidak mendekati tuannya karena rumor yang beredar bahwa tuannya tidak menyukai wanita.Tidak ada yang pernah melihat Sebastian bersama seorang wanita. Ia tidak menyukai klub, tidak menyukai keramaian dan sosoknya yang misterius membuat banyak wanita kecewa dengan rumor yang beredar. Banyak sekali rumor yang beredar, mereka bilang bahwa Sebastian hanya pria menarik di mata namun tidak berguna di atas ranjang.
Lalu tiba-tiba, tuannya ini menikah? Dengan seorang wanita yang menyebalkan seperti Angela?
Oh tidak, Tuannya bisa mendapatkan seorang wanita yang lebih baik dari Angela.Sebelum langkah Kelly semakin mendekat, Sebastian menoleh, menatap tajam kedua manik mata Kelly yang berwarna hazel,
"Nona Kelly, anda tidak sadar bahwa saya sangat terganggu dengan keberadaan anda?!"Langkah kaki Kelly mendadak terhenti, mentalnya mendadak ciut, "M-maaf, Tuan."
"Apa anda mau saya pecat sekarang?! Sialan! Anda membuat suasana hati saya memburuk pagi ini!!"
Perasaan takut dan gugup nyatanya bisa membuat pikiran kacau. Begitu juga dengan Kelly yang dengan paniknya membalikkan badannya namun justru menabrak pintu kaca. Tanpa memperdulikan rasa sakit di keningnya, ia segera berjalan terburu-buru keluar ruangan.
Sebastian menggelengkan kepalanya kesal. Wanita kurang ajar itu harus segera diganti.
Dokumen di tangannya dapat dengan segera mengalihkan rasa jengkelnya. Manik matanya bergerak mengikuti tulisan yang ia baca. Saat sampai di lembar kedua, ia melepas kacamatanya lalu tertegun.Pantas saja Angela seperti ini. Pantas saja ia selalu menutup diri dari setiap orang di sekitarnya.
Tiba-tiba pikiran licik berkelebat dalam pikirannya. Lavenska baru saja mengajukan pinjaman dalam jumlah yang fantastis untuk membesarkan studio kecantikan yang Angela berikan padanya.
Wanita itu pasti berfikir jika BCB Royal Bank milik Sebastian akan dengan sangat mudah menyetujui pinjamannya. Ia tidak tahu, jika Sebastian sudah mengetahui segala perbuatan menjijikkan mereka pada Angela.Jarinya segera menekan beberapa nomor di layar handphone. Saat panggilan diangkat, Sebastian memainkan pena di jarinya, "Pinjaman Lavenska. Kamu yang menanganinya, bukan?"
Suara wanita di seberang sana terdengar terkejut, "I-iya, Tuan. Apa saya melakukan kesalahan, Tuan?"
Tentu saja ia terkejut, pegawai rendah dari salah satu cabang BCB royal Bank sepertinya di hubungi langsung oleh pemilik perusahaan. Dan lagi, ia hanya menanyakan tentang pinjaman salah satu nasabah.
"Buat mereka meminjam sejumlah delapan juta dollar!"
Wanita itu mengerutkan keningnya, "T-tapi, Tuan. Ia hanya mengajukan pinjaman lima ratus ribu dollar. Dan juga...."
Sebastian mendecak kesal, "Minta ia menjadikan rumah, mobil dan studionya sebagai jaminan!" potongnya cepat, "Dan jangan lupa, kamu harus bisa menjadikan tempo pinjamannya dalam waktu 2 tahun."
"T-tapi, Tuan. Itu sangat sulit, wanita ini mengaku sebagai adik Tuan."
Bibir Sebastian tersenyum licik, "Bukankah justru itu malah mempermudah pekerjaanmu? Karena dia mengaku sebagai adikku, janjikan saja kepadanya bahwa semuanya akan baik-baik saja."
"Apa?! Dia belum juga keluar dari kamar?!"Dua pelayan wanita itu menunduk ketakutan, mereka hanya takut jika tuannya salah mengira bahwa mereka sengaja membiarkan Angela tertidur hingga malam hari, padahal sudah tidak terhitung berapa kali mereka mengetuk pintu kamar Angela dan tidak ada sahutan darinya.Sebastian menarik dasinya, meregangkan lehernya yang tiba-tiba terasa tercekik. Niat untuk berendam air hangat sambil menikmati segelas wine seketika buyar. Tanpa mengganti bajunya, ia segera naik ke lantai tiga, tempat di mana kamarnya dan Angela berada.Tok! Tok!"Angela??"Tidak ada sahutan dari dalam."Hey, buat apa meminta pelayan mengantarkan makanan jika sama sekali tidak kamu sentuh? Merepotkan orang saja!"Ia sengaja memancing emosi Angela, berharap wanita itu menjawab ucapannya dengan kemarahan seperti biasa. Namun hingga beberapa detik berlalu, Angela tidak mengatakan apapun.Perasaan khawatir menyelimuti hati Sebastian. Ia segera merogoh kunci kamar Angela yang selalu dib
Sialan! Perempuan sialaaann!!Dorongan yang menggebu-gebu seketika menghilang. Menyisakan rasa sakit yang menyesakkan dada."Kenapa, Sayang?" tanya Angela dengan wajah polosnya. Ia tidak mengerti mengapa pria itu tiba-tiba marah.Dengan hati-hati Sebastian mengangkat tubuh Angela lalu kembali membaringkannya ke atas tempat tidur."Mungkin aku sudah gila. Bisa-bisanya aku berharap lebih."Saat melihat pria itu membalikkan badan hendak pergi, Angela panik. Dengan cepat tangannya menyambar lengan Sebastian, mencegahnya pergi.Terdengar helaan nafas berat dari Sebastian, ia menoleh ke arah tangannya yang dipegang erat oleh Angela, "Sebaiknya kamu istirahat, Angela.""Temani aku, Garvin. Please..."Emosi Sebastian kian memuncak. Ia sangat muak mendengar nama Garvin. Dengan emosi yang meluap, ia membalikkan badannya, hendak memaki wanita yang ada di depannya. Namun saat matanya menatap manik mata berwarna coklat milik Angela, kemarahannya lenyap. Bagaimana mungkin ia tega memarahi wanita me
Emosi yang memuncak membuat kepala Sebastian sakit. Dengan penuh kemarahan ia membawa langkah kakinya ke lantai lima, tempat dimana tempat gym pribadinya berada.Ia perlu menyalurkan amarah ini sebelum membuat orang lain terluka.Saat lift membawanya sampai di lantai lima, ia langsung memilih untuk menyalurkan emosinya pada samsak tinju.BUG!!Jemari kokoh Sebastian meninju dengan kekuatan penuh samsak yang tergantung di depannya.Berani-beraninya ia membentakku berulang kali!!BUG!!Dia pikir aku mau memasuki kamarnya secara sukarela jika tidak karena aku khawatir padanya?!BUG!!Sialaaann!! Andai aku bisa membuang perasaan cinta sialan ini!!BUG!!WANITA SIALAN!! Jika ia begitu membenciku, mengapa ia masih tinggal di rumahku?!!BRAAKK!!Samsak tinju pecah berantakan. Mengeluarkan isinya yang berhamburan mengenai lantai sekaligus sepatu sneakers Sebastian. Membuat mulutnya berkali-kali mengumpat penuh kemarahan."AAARGHHH!!!"Dering handphone membuat kekesalan Sebastian memuncak. Ia
Angela menutup pintu kamarnya dengan kasar. Deru nafas yang memburu membuat tangannya tanpa sadar memegang wajahnya yang memanas.Ada apa ini? Ada apa denganku?Semua sel di dalam otaknya bekerja keras memahami situasi apa yang sedang terjadi. Saat ia sampai pada satu kesimpulan, hatinya berteriak keras menolak kenyataan."Tidak mungkin! Tidak mungkin aku mulai menyukai laki-laki brengsek seperti dia! Otakku memang sering bermasalah akhir-akhir ini."Ingatannya beralih pada kejadian malam itu, tiga tahun lalu. Saat Ayahnya memerintahkan Angela untuk pulang bersama dengan Sebastian setelah mereka menghadiri acara ulang tahun BCB Royal Bank yang ke 155 tahun.Ayahnya yang selalu saja mendekatkan ia dengan Sebastian. Bahkan sebelum pergi ke pesta, ia harus menahan rasa tidak nyaman memakai gaun pemberian ayahnya yang terlalu terbuka. Walau bagaimanapun, ia tidak begitu suka memakai gaun yang terlalu terbuka.Angela tidak mempunyai pilihan lain. Ia sangat menyayangi ayahnya dan berjanji p
#12BCB Royal Bank adalah bank terbesar sekaligus perusahaan terbesar di Kanada. BCB adalah merek dagang utama yang digunakan untuk semua unit usaha dan anak perusahaannya.Didirikan pada tahun 1865 di Toronto, Kanada dengan pendapatan C $ 170,35 miliar pada awal tahun 2022 membuat bank ini menjadi bank terbesar dari lima besar dalam hal pendapatan bersih. Mempunyai 18 juta klien lebih di seluruh dunia, lebih dari 75.000 karyawan tetap dan lebih dari 1.500 cabang."Bagaimana? Wanita itu menerima tawaran anda?" tanya Sebastian sambil menikmati secangkir teh di ruangannya."S-sulit, Tuan. Dia menolak menerima telepon saya dan juga menolak ketika kami mengundangnya ke kantor. Ia selalu marah dan memerintahkan kami segera mencairkan jumlah pinjamannya dengan dalih membawa nama besar anda. Maafkan saya, Tuan. Saya sudah berusaha sebaik mungkin, " jawab Milly setengah takut. Kaki dan tangannya terasa dingin, aura menakutkan pria di depannya membuat mentalnya melemah.Sebastian menghela nafa
Mentari terlihat cukup bersemangat hari ini. Meski sudah cukup lama kota tidak diguyur hujan namun Angela merasa kedinginan tadi malam.Saat memandangi taman di balik jendela besar di kamarnya, tiba-tiba ia merindukan kabut pagi. Ia merindukan musim dingin. Musim yang selalu mengingatkannya pada Ibunya dan juga pada Garvin.Tadi malam ia tidak tidur dengan nyenyak. Ia mencoba mengurangi ketergantungan pada obat tidur. Sejak ia melihat rekaman CCTV yang mempermalukan dirinya sendiri saat meminum obat tidur membuatnya segera membuang semua obatnya."Argh! Andai kejadian itu bisa aku hapus dari ingatanku!"Jam di dinding sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Seharusnya, ia sudah berada di ruang makan bersama Sebastian sekarang. Namun ia tidak sanggup. Bahkan hanya sekedar memandang wajah Sebastian saja membuat bayangan kejadian malam itu langsung terbayang jelas di pelupuk matanya. Sangat memalukan. Tubuhnya membuat harga dirinya runtuh seketika. Ia masih tidak habis pikir, bagaimana b
#14"Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku mau pergi bersamamu?!"Angela memandang pria di depannya dengan tatapan penuh kebencian. Jika bukan karena pelayan yang sengaja tidak mengantarkan makanannya ke kamar, ia tidak sudi duduk satu meja dengan pria menyebalkan ini.Jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua siang namun Angela masih memakai piyamanya. Semua kegiatan di media sosial di hentikan olehnya. Dengan mental seperti ini, ia tidak yakin kuat menghadapi pertanyaan yang menyakitkan seperti waktu itu.Kesibukan yang padat dan tiba-tiba terhenti membuat suasana hatinya makin kacau. Ia ingin keluar, menikmati keindahan danau Toronto yang memukau. Tapi ia terlalu takut. Ia takut ada yang mengenalinya dan berkata semaunya sedangkan hatinya tidak siap dengan itu.Padahal musim panas adalah waktu terbaik menikmati matahari di pantai atau sekedar piknik kecil di tepi danau Ontario.Sambil menghentakkan kaki Angela berdiri, hendak kembali ke kamarnya. Ia sangat kesal melihat wajah Seba
Sebastian menegakkan punggungnya, ia terlihat berusaha dengan maksimal agar terlihat gagah di depan Angela. Sesekali sudut matanya mencuri pandang ke arah wanita yang duduk tepat di sampingnya. Aroma parfume kombinasi bunga oriental dan tuberose meninggalkan kesan khusus di hatinya. Sejak awal mereka bertemu, perfume ini sudah lekat di ingatannya.The Ritz-Carlton, Toronto terletak tidak jauh dari rumah Sebastian. Hanya berjarak 0,3 meter, menghadap Danau Ontario dan cakrawala kota sebagai ikon kota Kanada. Merupakan salah satu hotel bintang lima terbaik dikelasnya.Pada malam itu, salah satu ballroom andalan mereka sedang dipesan oleh Yayasan Future Foundation. Yayasan yang dikelola ayah Angela berfokus pada kegiatan sosial dan pendidikan terutama bagi anak-anak di pinggir jalan. Kegiatan lain yang dilakukan Yayasan ini juga berfokus pada partisipasi pembangunan sarana dan prasarana pendidikan akibat bencana alam.Acara amal atau penggalangan dana memang rutin dilakukan setahun sekal
Angela membantu Sebastian mencuci peralatan makan dengan mesin cuci piring, lalu membersihkan dapur setelah mereka selesai makan. Angela tidak tahu apa yang tengah terjadi, Sebastian tiba-tiba mengajaknya berlibur ke villa dekat pantai dan menugaskan tidak ada satu pelayan pun yang ikut bersama mereka. Ini aneh, pikir Angela. Mereka terbiasa liburan ke villa tapi Sebastian tidak pernah meliburkan pelayan di villa. Apalagi, saat aku sedang hamil, pikir Angela. Tetapi ia menduga, mungkin Sebastian hanya ingin menghabiskan waktu berdua, benar-benar berdua dengan dirinya. Sudah seminggu berlalu sejak pertemuannya dengan Mark dan pria itu jelas pembual yang ulung. Kurang dari dua puluh empat jam katanya? Huh, sudah berlalu tujuh hari dan Mark belum melaporkan apapun padanya. Pria itu bahkan terkesan menghindari dirinya. Telepon iseng itu memang sudah berhenti. Tapi Angela tidak menemukan ada satu pun pelayan yang menghilang atau diberhentikan. Semua berjalan seperti biasa. Seperti tidak
Diluar dugaan, Anna justru tertawa. Suara tawa keras yang membuat Edward bingung haruskah ia ikut tertawa atau hanya menunggu tawa Anna selesai.“Apa kau berharap aku mempercayaimu begitu saja?” tanya Anna sambil menepuk pundak Edward. “Kau tidak bisa membodohiku, Ed. Aku sudah melakukan segala upaya untuk mendapatkan dirimu tapi kau jelas-jelas menolakku. Lalu tiba-tiba, setelah tiga hari aku merawatmu saat kau sakit, kau datang padaku dan bilang bahwa kau mencintaiku?”Edward tidak mengatakan apapun. Untuk sesaat mereka hanya saling memandang berlama-lama, pandangan yang makin lama membuat nafas mereka sesak dan tak pelak lagi, pandangan itu membuat mereka bergairah.Edward mengambil langkah maju. Ia mencium lagi. Lebih lembut. Semesra mungkin. Anna tidak menolak, tidak melawan, tidak berusaha lari. Edward menggoda mulut Anna dengan kecupan-kecupan lembut, gigitan mesra, dan gelitikan kecil di lidahnya.Ketika Anna mendesah senang, Edward memanfaatkannya untuk memasukkan lidahnya ke
“Kau jelas menyukainya, Mr. Harrison. Kau menyukainya lebih dari yang kau duga.”Edward terdiam. Cornelia benar. Bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya selama ini? Bagaimana mungkin orang lain bahkan lebih mengetahuinya dibandingkan dirinya sendiri?“Lalu, bagaimana perasaanmu melihat pemandangan itu?”Edward menatap wajah Cornellia bingung lalu mengikuti arah matanya. Kini ia melihat Alex, wanita yang menjadi alasan kehadirannya ke tempat ini, wanita itu membuat seolah matanya terhipnotis. Teman lelakinya, memojokkan Alex ke tikar, rok wanita itu tersingkap sehingga menampakkan pahanya yang langsing. Lalu tangan si lelaki menyelinap ke balik rok, mendekap bokong Alex.Mulut Cornelia menganga. “Aku tidak menyangka Alex seberani itu.”Edward kehilangan kata-kata. Bagaimana mungkin Alex yang polos dan ceria, yang bahkan Edward tidak menyangka usianya sudah dua puluhan, melakukan hal itu di tengah keramaian acara yang bertema keluarga seperti ini?“Aku tanya, bagaimana perasaanmu, Ed?”
Edward Harrison mengedarkan pandangannya ke lapangan tempat para pengunjung membentangkan selimut di tanah di depan panggung, dan asyik menikmati daging panggang sambil mendengarkan musik yang dibawakan band berirama country dan penyanyi lokal.Ia bertanya-tanya, dimana Alexandria di tengah lautan manusia ini. Ia tadi mengunjungi toko roti Alex dan menurut karyawannya, Alex menghadiri perayaan tanggal empat juli yang selalu diadakan setiap tahun di taman ini, jadilah Edward tahu gadis itu ada disini.Terlintas dalam benaknya untuk mengajak Alex datang bersamanya, tapi, itu sungguh perbuatan yang lancang. Ya, setelah apa yang dilakukannya pada gadis itu. Edward cukup tahu diri untuk tidak terlalu bertingkah meski tahu bahwa ia menguasai hati dan pikiran Alex.Banyak lelaki hari ini merasa iri padanya karena seorang wanita seksi, berambut panjang dan pirang dengan kedua tonjolan yang memukau di dadanya, duduk di sebelahnya. Ya, ia sengaja mengajak Cornellia Marshall, Asistennya di kanto
Callahan’s ramai oleh suara tamu mengobrol selama jam makan siang di rumah makan itu, sejak jam sebelas sampai jam dua selama hari kerja. Terletak di pusat kota, bangunan yang sudah di restorasi itu, yang dulu pernah dipakai sebagai toko obat pada awal tahun tiga puluhan hingga pertengahan tahun delapan puluhan.Mereka menempati lokasi yang sangat strategis untuk melayani kegiatan bisnis sehari-hari, termasuk karyawan pengadilan, perbankan serta para karyawan yang kantornya tersebar di segala penjuru kota. Pesaing mereka hanya rumah kana cepat saji yang melayani pengendara mobil, dan restoran kecil yang melayani roti isi.Jika seseorang ingin mengadakan rapat atau pertemuan sambil makan siang, Callahan’s-lah tempat yang paling nyaman.Ketika Angela tiba, pelayan mengantarkannya ke meja di belakang yang agak terpencil, di tempat Mark sudah menunggu. Mark, kepala keamanan rumah Sebastian dan Angela yang menggantikan posisi Zoe.Angela sengaja mengajak Mark bertemu di luar. Selain ia tid
Diluar dugaan, Anna mengantar Edward sampai ke depan pintu. Hal itu membuat Edward merasa, minimal ia harus mengundang wanita itu bertemu atau makan malam. Jika ia memang belum yakin dengan perasaannya, bukankah seharusnya ia membalas budi?“Bukankah banyak hal yang harus kau kerjakan, Ann?” tanya Edward. “Dan kau bisa tidak menunggu dan mengantarkanku seperti ini, lagipula...”“Jangan terlalu percaya diri, Ed.”Edward tergagap mendengar ucapan itu. Merasa malu tapi juga sekaligus membenarkan ucapan Anna. Ya, ada apa dengannya? Mengapa ia mengeluarkan kalimat sampah itu dari mulutnya?“Aku hanya terlambat karena mengerjakan beberapa hal tadi. Dan kebetulan waktu selesainya bersamaan dengan waktu kau keluar.”“Ya. Kau benar. Maafkan aku.”Pengecut. Anna mengumpat dirinya sendiri setelah ia mengatakan kalimat itu. Sistem pertahanan dirinya memang luar biasa. Entah ia harus bangga atau marah pada dirinya sendiri saat ini. Ia bangga karena mampu membuat wajah Edward memerah malu sekaligus
Sudah dua hari Edward hanya berada di atas tempat tidur. Dan sudah dua hari Anna melayaninya layaknya seorang pasien. Anna melakukannya secara profesional. Tidak ada candaan nakal atau celetukan yang membuatnya marah.Seharusnya hidup terasa damai, bukan? Tapi entah mengapa, sesuatu terasa hilang. Hambar.Ia benar-benar dilayani seperti orang yang asing bagi Anna. Pagi hari, ia akan masuk ke kamar, mengunjungi Edward, tersenyum dengan hanya bibir yang tertarik ke samping tanpa guratan. Kelihatan sekali sebenarnya ia tidak ingin tersenyum tapi ia memaksakan senyum itu keluar.Lalu kemudian ia akan memeriksa kondisi Edward, memeriksa infus lalu memastikan apa saja yang boleh Edward lakukan hari itu, kemudian ia akan berbicara dengan seorang perawat laki-laki di sampingnya lalu setelah itu ia pergi.Perawat itulah yang datang setiap dua puluh menit sekali, secara rutin memeriksa cairan infus Edward, lalu kondisinya secara keseluruhan. Sedangkan Anna, Ed tidak tahu kemana gadis itu pergi.
Dipenuhi ketidakpastian, Anna berhenti di ambang pintu kamar tamu di rumahnya. Terakhir kali melihat Edward di rumah ini, ia hanya berada di koridor antara ruang tamu dan ruang tengah rumahnya. Tapi kali ini, pria itu tergeletak tak berdaya di kamar tamu.Anna sengaja membawa Edward kerumahnya, bukan ke klinik pengobatan miliknya atau rumah sakit. Sudah menjadi kebiasaan bagi Sebastian, Edward ataupun beberapa orang di perusahaan untuk lebih memilih di rawat di rumah Anna daripada harus kerumah sakit atau klinik.Sekarang, berdiri disini merupakan sebuah momen yang canggung. Edward berbaring di tempat tidur dengan mata tertutup, dengan selang infus yang menempel di tangannya. Terlihat sangat lemah, jauh dari keangkuhan dan sikap arogan yang sering ia tunjukkan.“Dia akan baik-baik saja,” gumam Anna pada dirinya sendiri. Ia memejamkan matanya, meremas ujung gaun hitam yang ia pakai lalu menghela nafas panjang. Ia hanya takut ketika Edward bangun dan membuka mata, maka pria itu akan mar
Begitu Alex memusatkan perhatian kepada teman makan siangnya, senyum di wajah Edward lenyap. Pandangannya terpusat ke tempat pria di samping Alex yang dengan lancang memeluk pinggang gadis itu.Ingin benar ia menyeberang jalan, merebut Alex dari tangan pria itu, memanggilnya ke tempat yang menjamin privasi lalu mengatakan, “Kau sudah menemukan pria baru, Alexandria Porter?”Pada saat Alex dan pria itu menghilang masuk ke Callahan’s, Edward langsung menyebrang dan mengikuti mereka masuk ke dalam Restoran. Pelayan sedang mengantarkan pasangan itu menuju meja mereka ketika Edward duduk di bar.Ia dapat melihat mereka berdua dari tempatnya, karena area bar letaknya lebih tinggi sekitar satu meter daripada restoran. Ia memesan sekaleng kola dan memasukkan beberapa butir kacang ke dalam mulutnya, berusaha untuk bersikap seolah-olah tidak peduli.Edward melepaskan kaca mata hitamnya, memasukkannya ke dalam saku kaosnya, dan mengawasi pasangan yang berada di meja di pojok ruangan itu.Edward