Beranda / CEO / Gairah Sang CEO / Bab 14. Panggilan untuk Alexander 

Share

Bab 14. Panggilan untuk Alexander 

Penulis: Kai Chang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-07 13:08:07

Alexander kini mengalihkan pandangannya pada dokter wanita tersebut. "Bertha, apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Alexander mulai membuka laptopnya kembali.

Bertha memandang Alexander dengan penuh keraguan, "Alex, kita bukanlah orang yang baru kenal, kau adalah teman masa kecilku. Aku melihat bagaimana kamu memperlakukannya dengan begitu lembut dan perhatian." Bertha tersenyum sambil mengingat masa kecil mereka bersama di kota kecil tempat mereka dibesarkan. Kenangan-kenangan manis dari masa lalu mulai terlintas di benaknya.

Alexander menatap Bertha dengan wajah serius, "Ah, itu hanya tugasku sebagai atasan. Aku harus memastikan kesejahteraan semua staf ku." Namun sebenarnya di dalam hatinya, Alexander merasa gugup dengan perkataan Bertha.

'Sial, apakah memang benar wajahku semencolok itu?' desis Alexander, seraya merenungkan bayangan dirinya yang terpantul di laptopnya. Ia mencoba dengan susah payah menyembunyikan kekhawatiran yang menggelayuti dirinya.

Bertha memandang Alexander de
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gairah Sang CEO   Bab 15. Kecurigaan Clara

    "Aku ingin kalian membuatnya berpenampilan secantik mungkin," perintah Alexander kepada tim profesional kecantikan yang sudah dia siapkan untuk Clara. Alexander ingin menunjukkan kepada orang tuanya jika dia bisa memilih wanita tanpa harus dijodohkan. Clara, yang terbiasa berpenampilan tanpa make up, merasa tegang dan gugup ketika mendengar bahwa Alexander telah menyediakan tim kecantikan untuknya. Hatinya berdebar-debar karena tidak terbiasa dengan perhatian seperti ini. Dia merasa canggung dan tidak nyaman dengan semua sorot mata yang tertuju padanya. "Tuan, kenapa harus mempersiapkan mereka? Apakah ini tidak berlebihan?" protes Clara lirih kepada Alexander, mencoba menutupi rasa khawatirnya dengan suara lembut. Alexander hanya meresponnya dengan tatapan tajam, tanpa ekspresi apapun yang membuat bulu kuduk Clara berdiri dan seketika menunduk. Dia bisa merasakan tekanan dari pandangan itu, seolah-olah ada sesuatu yang disembunyikan oleh Alexander namun dia tidak bisa mengungkapkann

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Gairah Sang CEO   Bab 16. Pertemuan Clara & Ny. E-Manuel

    "Jangan banyak bicara! Sekarang kau pakai saja alas kaki yang biasa kau pakai," ujar Alexander mengalihkan perhatian Clara yang terlihat sekali mencurigai dirinya."Baik Tuan," jawab Clara mencoba untuk berjalan tapi kakinya terlalu sakit untuk itu.Alexander terus memperhatikan Clara yang tampak kesulitan berjalan akibat sakit di kakinya. Wajahnya penuh dengan ekspresi kekhawatiran saat melihat Clara meringis menahan rasa sakit. Tanpa ragu, Alexander kemudian mengangkat tubuh Clara dengan lembut dan membawanya menuju sofa yang nyaman.Clara, meskipun merasa cemas dan takut akan tindakan Alexander seperti malam sebelumnya, tidak bisa menolak bantuan dari pria itu. Dia hanya bisa bertanya dengan nada khawatir, "Tu-Tuan Apa yang kau lakukan?"Namun, jawaban dari Alexander hanya membuat Clara semakin gelisah. "Diam! Kau ini cerewet sekali, ya!" hardik Alexander sambil tetap memegang erat kaki Clar

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Gairah Sang CEO   Bab 17. Ketegangan keluarga E-Manuel 

    "Sayang, apakah kau mengenal dia?" tanya Nyonya E-Manuel terkejut saat mengetahui gadis itu tau nama wanita yang saat ini di bawa oleh Alexander."Ya, saya mengenalnya Tante. Karena tadi pagi kita bertemu, benarkah Nona Clara?" jawab gadis itu dengan senyum penuh arti.Nyonya Emanuel tampak heran, Alexander terlihat sedikit panik tapi dia berusaha menutupi dengan sikap dinginnya itu. Sementara itu, Clara tampak cemas dengan sorot mata Gadis tersebut yang ditujukan kepadanya."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Alexander mengalihkan topik pembicaraan Bertha."Tante Selma yang mengundangku ke sini," jawabnya dengan senyumnya yang menggoda."Clara bagaimana kandunganmu, apakah kramnya sudah hilang?" tanya Gadis itu dengan senyum liciknya. Ya, dia adalah Bertha dokter kandungan yang sempat memeriksa kehamilan Clara. Alexander tidak menyangka jika teman masa kecilnya yang selalu bisa menjaga rahasianya ternyata telah mengkhianatinya.Alexander merasa seperti dunia ini runtuh di hadapanny

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Gairah Sang CEO   Bab 18. Pembelaan Alexander 

    "Tuan, sebaiknya saya tunggu di luar saja," bisik Clara pada Alexander.Clara saat ini merasa sangat terpukul dengan perlakuan keluarga Alexander terhadap dirinya. Dia merasa seperti wanita rendahan, dipandang sebelah mata karena hamil tanpa suami. Ironisnya, anak yang ada dalam kandungannya adalah dari sang putra Alexander sendiri. Clara bingung harus bertindak bagaimana, apakah mereka akan percaya jika dia mengatakan kebenaran bahwa sebenarnya Alexanderlah yang telah memperkosanya. Rasa benci mulai menyelimuti hati Clara, membuatnya melepaskan genggaman tangan Alexander secara tiba-tiba. Kejutan datang ketika Alexander justru membela dirinya dengan keras."Diam kau Bertha! Kau tidak tahu apa-apa tentang dia! Lebih baik kau pergi dari sini!" hardik Alexander dengan penuh emosi, sambil menyeret tubuh Bertha keluar dari ruangan tersebut.Clara tak bisa menyembunyikan raut heran melihat sikap belas kasihan yang ditunjukkan oleh Alexander padanya. Bahkan Tuan dan Nyonya Emanuel juga terl

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Gairah Sang CEO   Bab 19. Kebingungan Clara

    Sejak kepulangan Alexander dari kediaman keluarganya, Alexander tak mengucapkan sepatah katapun kepada Clara membuat wanita itu semakin bingung harus bagaimana."Tuan, apakah kau mau makan?" tanya Clara mencoba untuk mengalihkan pikiran Alexander.Alexander tetap diam, langkahnya mantap menuju kamarnya tanpa menoleh sedikit pun. Clara merasa putus asa melihat sikap dingin yang ditunjukkan oleh pria itu. Dia mengangkat kedua bahunya dengan perasaan campur aduk, "Sepertinya percuma saja berbicara pada tembok."Perut Clara mulai terasa keroncongan, dia menyadari bahwa belum sempat makan sejak pulang dari kantor karena proses make over yang memakan banyak waktunya. Janin yang masih berusia 7 minggu dalam kandungannya pasti juga merasakan kekosongan tersebut dan membutuhkan asupan nutrisi yang cukup.Tanpa ragu lagi, Clara bergegas ke kamarnya untuk berganti baju. Dengan cepat dia membuka lemari pendingin

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • Gairah Sang CEO   Bab 20. Lambung atau hati yang bermasalah

    Alexander terbaring di atas tempat tidur, wajahnya meringis kesakitan setiap kali lambungnya menolak makanan pedas yang tadi dia nikmati dengan rakus. Clara memasuki kamarnya dengan ekspresi khawatir yang tak bisa disembunyikan ketika mendapat kabar dari pengawal pribadi Alexander jika bosnya itu tidak bisa menerima rasa pedas karena Alexander memiliki Maagh angkut."Tuan, apakah Anda baik-baik saja?" tanya Clara dengan suara lembut saat membuka pintu kamar Alexander.Alexander menoleh ke arahnya, tatapannya penuh dengan rasa kesakitan. "Tidak, saya tidak baik-baik saja. Ini... ini sangat menyakitkan."Clara berjalan dengan langkah ringan menuju tempat tidur Alexander. Wajahnya penuh kekhawatiran saat melihat pria yang biasanya tegar itu kini meringkuk kesakitan di atas tempat tidurnya. Dengan lembut, Clara menawarkan bantuan kepada Alexander."Saya akan membantu Anda. Apakah Anda ingin saya memanggil dokter?" tanya Clara pelan, suaranya penuh dengan kepedulian.Alexander menggeleng l

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • Gairah Sang CEO   Bab 21. Kehancuran Clara

    "Ada apa ini? Kenapa wajah kalian tampak serius?" tanya Alexander dengan sorot matanya yang tegas memandang bergantian kepada pengawal pribadinya dan sekretaris pribadinya.Clara membalikkan badannya ke arah bosnya itu. Dia merasa tegang, namun tekadnya untuk menanyakan sesuatu kepada Alexander tidak bisa dibendung lagi."Tuan, saya ingin menanyakan sesuatu kepada Anda. Untuk sekarang saya minta jawaban yang jelas dan tidak menggantung seperti kemarin," ujar Clara dengan wajah yang serius. Matanya menatap lurus ke dalam mata sang bos, mencari kejelasan dari pertanyaannya.Melihat akan terjadinya perdebatan sengit antara Clara dan bosnya, Markus memilih untuk meninggalkan ruangan itu dan memilih untuk menunggu bosnya di luar gedung. Dia tahu betul bahwa percakapan antara Clara dan Alexander mungkin akan berlangsung lama, dan dia tidak ingin ikut campur dalam urusan tersebut."Ada apa? Kau selalu saja

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-10
  • Gairah Sang CEO   Bab 22. Penderitaan bertubi-tubi 

    "Apa yang kau pikirkan?" tanya Alexander me dekati Clara yang kini tengah begitu terpukul dengan ucapan Alexander.Bruk!!! Tubuh Clara kini berlutut di depan Alexander, air mata berlinang tak tertahankan. Dengan gemetar, ia memegang erat kaki pria itu sambil merintih pelan."Tuan, aku mohon biarkan aku pergi," pintanya lirih, suara seraknya terdengar penuh harapan. Clara mencoba sekuat tenaga untuk meyakinkan Alexander agar tidak mengambil anaknya yang masih dalam kandungannya itu. Matanya berkaca-kaca dan tatapannya penuh ketulusan saat menatap wajah sang tuan dengan rasa takut yang mendalam.Namun, suara dingin dan tegas dari Alexander membuat Clara semakin terpukul. "Bangunlah Clara! Aku tidak suka melihatmu seperti ini!" tegur Alexander dengan nada tinggi.Dengan tekad yang membara dalam hatinya, Clara menolak untuk bangkit dari posisi berlututnya. "Tidak! Aku hanya akan berdiri jika kau setuju dengan permintaanku!" serunya penuh keyakinan.Senyum licik merekah di wajah Alexander

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-10

Bab terbaru

  • Gairah Sang CEO   Bab 98. Sikap aneh Kakek Mia

    Clara merasa risih ketika lelaki tua itu terus memandang ke arahnya. "Kakek, apakah ada yang salah dengan saya?" tanya Clara segera menutupi bagian dadanya dengan sweater yang dia pakai.Kakek Mia memaksakan senyum, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang melanda hatinya. "Tidak. Boleh Kakek melihat kalungmu lebih dekat?"Clara mengangguk sambil mencopot kalungnya dan menyodorkan kalungnya. "Ini, Kek. Ini adalah kalung peninggalan ibu. Ibu selalu bilang ini sangat berharga."Kakek Mia memegang liontin itu dengan tangan gemetar, matanya berkaca-kaca. "Di mana ibumu mendapatkannya?"Clara mengerutkan kening, merasa aneh dengan reaksi Kakek Mia. "Katanya ini pemberian dari nenekku. Aku tidak pernah bertemu nenek, dia meninggal sebelum aku lahir. Ibu juga sudah meninggal beberapa tahun yang lalu."Kakek Mia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang berdebar. "Clara,

  • Gairah Sang CEO   Bab 97. Liontin itu?

    "Tentu saja, Clara. Kau merasa keberatan ketika ada wanita lain yang melihat tubuhku," jawab Alexander dengan wajahnya yang tenang."Tapi jangan lakukan hal sekejam itu, Tuan. Kasihan dengan Mia," jawab Clara terlihat sedih."Clara, dia sangat kejam. Dia bahkan akan mencelakai dirimu dan anak kita dengan memberimu racun yang langka. Dia juga menjebakku dan membuatmu bersedih. Kau masih bisa mengasihinya?" protes Alexander heran melihat reaksi istrinya."Aku tidak akan membiarkan Mia menghancurkan hidupku dan membuatmu bersedih, jika aku tidak memberinya hukuman," lanjut Alexander dengan tegas.Clara hanya bisa diam, dia tidak bisa lagi mencegah suaminya. Beberapa hari kemudian, Alexander berdiri di luar gedung tempat Mia disekap. Dia memasuki gedung tersebut dan memastikan jika Markus melakukan tugasnya dengan baik. Benar saja, di sana dia melihat Mia sudah kehilangan penglihatannya."Mia. Ini cukup untuk membuatmu menyesal sudah bermain api denganku, Mia," ujar Alexander dengan nada

  • Gairah Sang CEO   Bab 96. Jebakan membawa petaka

    "Ini tidak mungkin! Alexander?!" desis Clara dengan suara bergetar.Clara masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Alexander, pria yang selama ini dianggapnya sebagai sosok baik dan setia, kini terlihat tidur dengan Mia, wanita yang selama ini membuat Clara gelisah. Dia mencoba menolak kenyataan yang ada di hadapannya.Selma, merasa harus segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah ini. "Ini tidak mungkin! Alexander?!" desis Clara dengan suara bergetar, mencoba untuk menampik apa yang dia lihat.Selma terdiam sejenak, lalu dengan tegas berkata, "Clara, tetap tenang. Aku akan mengurus ini."Selma bergegas meninggalkan Clara seornagbdiri di rumah sakit, dan segera pergi menuju Penthouse putranya.Ketika Selma tiba di penthouse tersebut dengan wajah tegang dan langkah cepatnya, ia segera masuk tanpa permisi. Dan disanalah dia melihat pemandangan yang membuat hatinya hampir copot dari tempatnya: Alexander tertidur hanya dengan memakai bocer pendek dan Mia baru saja selesa

  • Gairah Sang CEO   Bab 95. Clara keracunan

    Clara duduk di meja makan, memegang perutnya yang terasa kram hebat. Wajahnya pucat dan keringat dingin mulai membasahi dahinya. "Aku merasa sangat tidak enak badan," katanya lemah kepada Selma, ibu mertuanya, yang duduk di seberang meja.Selma memandang Clara dengan khawatir. "Kamu kenapa, Clara? Kamu terlihat sangat pucat," ujarnya sambil bangkit dan mendekati Clara. "Sepertinya kamu harus dibawa ke dokter."Saat itu, Mia memberikan segelas air kepada Clara. "Clara, minumlah ini. Mungkin kamu akan merasa lebih baik," katanya dengan senyum simpul.Namun Alexander menampik tangan Mia dan segera menggendong tubuh Clara ke luar untuk diperiksakan oleh dokter. "Aku akan membawanya ke rumah sakit sekarang juga," katanya dengan suara tegas. Mia berusaha membantu mengangkat Clara, namun Selma menolak bantuannya. "Jangan sentuh dia, Mia. Aku sudah mencurigaimu sejak awal." Mia terkejut. "Apa maksud Tante Selma? Kenapa Tante mencurigai aku?" Sepeninggal Clara dan Alexander, Selma menatap Mia

  • Gairah Sang CEO   Bab 94. Kewaspadaan Selma

    Siang itu, Selma, melangkah keluar dari lift menuju penthouse mewah Alexander. Pintu terbuka, memperlihatkan pemandangan indah kota dari jendela besar di ruang tamu. Namun, yang menarik perhatian Selma adalah suara tawa dari dapur. Dia berjalan mendekat, dan alangkah terkejutnya dia ketika melihat Mia, dengan apron terikat di pinggangnya, sedang memasak di dapur Alexander."Mia? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Selma dengan nada tegas, matanya menyipit curiga.Mia menoleh dengan senyum ramah yang biasa ia tunjukkan. "Oh, Selamat sore, Tante Selma. Saya hanya memasak makan siang. Ada yang bisa saya bantu?"Selma melangkah masuk, menatap Mia dengan sorotan tajam. "Kenapa kamu tinggal di sini bersama Alexander? Di mana Clara?"Mia tersenyum lebih lebar, tetapi matanya tetap dingin. "Clara sedang di kamarnya, apakah Tante tidak tau, jika Clara itu pemalas? Selama satu Minggu Saya disini, Sayalah yang mengurus rumah sementara dia bermalas-malasan."Selma merasa ada yang tidak beres. D

  • Gairah Sang CEO   Bab 93. Hari Pertama Mia di Rumah Alexander

    Pada hari pertama Mia tinggal di rumah Alexander, suasana di rumah itu terasa sedikit berbeda. Clara menjadi lebih protektif terhadap Alexander. Dia merasa perlu melindungi saudara laki-lakinya dari segala hal yang mungkin bisa membuatnya tidak nyaman.Pagi itu, Mia bangun lebih awal dan memutuskan untuk membuat sarapan spesial untuk Alexander. Dia merasa senang bisa memberikan sesuatu yang istimewa untuk orang yang baru saja dia kenal ini. Dengan langkah ringan, Mia bergegas ke dapur dan mulai mencari-cari resep pancake favoritnya yang pernah dia lihat di internet.Sementara itu, Alexander turun dari lantai atas dengan langkah malas. Matanya masih setengah tertutup karena kantuk namun senyum tipis tetap menghiasi wajah tampannya ketika aroma harum pancake menyambut hidungnya begitu masuk ke dapur. Dia melihat Mia dengan tatapan penuh tanda tanya saat gadis itu sibuk mengaduk adonan pancake dengan penuh semangat."Selamat pagi!" sapu Mia riang sambil tersenyum lebar, adonan tepung sed

  • Gairah Sang CEO   Bab 92. Kekhawatiran Clara

    Clara sedang duduk di ruang tamu yang elegan, tangannya memegang secangkir teh hangat. Senyum lebar tergambar di wajahnya. Markus, asisten pribadi suaminya, Alexander, baru saja meninggalkan ruangan setelah memberi tahu Clara tentang keberhasilannya."Markus, terima kasih banyak. Kamu benar-benar hebat," kata Clara dengan penuh syukur."Senang bisa membantu, Bu Clara," jawab Markus sambil tersenyum sebelum menunduk hormat dan beranjak pergi.Tak lama kemudian, Alexander masuk ke ruang tamu. Dia melihat senyum lebar di wajah istrinya dan merasa ada sesuatu yang berbeda."Ada apa, Clara? Kamu terlihat sangat bahagia," tanya Alexander dengan nada penasaran.Clara menatap suaminya dan tersenyum lebih lebar lagi. "Aku baru saja mendengar kabar baik dari Markus. Dia berhasil menjauhkan Mia dari kamu."Alexander tersenyum tipis, menahan tawa yang ingin pecah. "Oh, jadi itu alasannya? Kamu begitu cemburu pada Mia, ya?"Clara meletakkan cangkir tehnya di atas meja dan menatap Alexander dengan

  • Gairah Sang CEO   Bab 91. Keinginan Clara

    Clara duduk di ruang tamu, menggigit bibirnya sambil memandang kalender di dinding. Kandungannya sudah memasuki bulan ketujuh, dan dia merasakan gelombang kecemasan setiap kali memikirkan suaminya, Alexander, di kantor. Terutama sejak Mia, rekan kerja yang licik, semakin gencar menggoda Alexander. Sejak permintaannya menjadi sekretaris pribadi suaminya lima bulan yang lalu ditolak, Clara merasa semakin tertekan dengan situasi tersebut.“Tuan, aku harus bicara denganmu,” kata Clara saat Alexander masuk ke ruang tamu.Alexander menatap Clara dengan penuh perhatian, “Ada apa, Clara? Apa kamu baik-baik saja?”Clara menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Aku ingin kembali menjadi sekretarismu. Aku tahu kamu tidak setuju, tapi aku merasa ini penting.”Dalam benaknya terus terngiang pertemuan singkat antara Alexander dan Mia beberapa hari yang lalu di acara perusahaan. Mereka terlihat begitu akrab dan mesra sehingga membuat hati Clara berbunga-bunga melihatnya. Namun rasa bahagia itu l

  • Gairah Sang CEO   Bab 90. Kecurigaan Clara

    Clara duduk di ruang tamu, mengamati suaminya, Alexander, yang sedang membaca laporan keuangan di sofa seberang. Perasaan tidak nyaman menggelayuti hatinya sejak beberapa minggu terakhir. Mia, rekan bisnis perusahaan Alexander, tampak terlalu bersemangat dalam mendekati suaminya.Clara merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan sikap Mia tersebut. Ia pun memutuskan untuk menanyakan langsung kepada suaminya tentang bagaimana hubungan kerja mereka dengan Mia."Tuan, bagaimana rekan bisnis barumu? Mia, kan namanya?" tanya Clara pelan.Alexander menatap Clara sejenak sebelum menjawab dengan tenang, "Ya, Mia. Dia cukup efisien dan profesional dalam bekerja."Namun Clara tetap merasakan ketidaknyamanan dalam dirinya. Ia mencoba untuk bertindak biasa saja meskipun hatinya tak bisa tenang."Tidak ada alasan khusus. Hanya penasaran saja," ucap Clara sambil mencoba tersenyum tipis."Kau jangan berpikir yang bukan-bukan, Clara. Kemarin aku dan dia hanya makan malam biasa untuk membahas proyek ke

DMCA.com Protection Status